Anda di halaman 1dari 21

Asas Asas Hukum Pidana

PERBEDAAN
HUKUM PERDATA HUKUM PIDANA
ISI
MENGATUR HUB. AN- MENGATUR HUB. HK
TARA ORANG YG SATU ANT.SEORANG ANGGO-
DGN ORANG LAIN TA MASY. (WN) DGN
NEGARA YG MENGUA-
SAI TATA TERTIB MAS-
KEPENTINGAN PER- YARAKAT
ORANGAN
PELAKSANAAN
DIAMBIL TINDAKAN DIAMBIL TINDAKAN
OLEH PENGADILAN SE- TANPA ADA PENGA-
TELAH PENGADUAN DUAN DARI PIHAK YG
PIHAK YG BERKEPEN- DIRUGIKAN
TINGAN/DIRUGIKAN

POLISI, JAKSA, HAKIM


PENGGUGAT

PENUNTUT UMUM
 Istilah “Hukum Pidana” menurut Prof. Satochid
mengandung beberapa arti atau dapat dipandang dari
beberapa sudut, antara lain bahwa Hukum Pidana, disebut
juga “Ius Poenale” yaitu “sejumlah peraturan yang
mengandung larangan-larangan atau keharusan-keharusan
dimana terhadap pelanggarnya diancam dengan hukuman”.
Ius Poenalle

 Ius Poenalle ini merupakan hukum pidana


dalam arti obyektif yang terdiri dari:
1. Hukum Pidana Materiil.
Hukum Pidana Materiil berisikan peraturan-
peraturan tentang : perbuatan yang diancam
dengan hukuman ; mengatur pertanggungan
jawab terhadap hukum pidana ; hukuman apa
yang dapat dijatuhkan terhadap orang-orang yang
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
undang-undang.
Ius Poenalle

2. Hukum Pidana Formil.

Hukum Pidana Formil merupakan sejumlah


peraturan yang mengandung cara-cara negara
mempergunakan haknya untuk mengadili
serta
memberikan putusan terhadap seseorang
yang
diduga melakukan tindakan pidana.
Hukum Pidana dalam arti
Subyektif
 Hukum Pidana dalam arti subyektif, yang disebut juga
“Ius Puniendi”, yaitu “sejumlah peraturan yang mengatur
hak negara untuk menghukum seseorang yang melakukan
perbuatan yang dilarang”.
Ruang Lingkup Hukum Pidana
 Hukum Pidana mempunyai ruang lingkup yaitu apa yang
disebut dengan peristiwa pidana atau delik ataupun tindak
pidana. Menurut Simons peristiwa pidana ialah perbuatan
salah dan melawan hukum yang diancam pidana dan
dilakukan seseorang yang mampu bertanggung jawab. Jadi
unsur-unsur peristiwa pidana, yaitu :
 Sikap tindak atau perikelakuan manusia ;
 Masuk lingkup laku perumusan kaedah hukum pidana (pasal 1 ayat 1
KUHP) yang berbunyi : “Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, melainkan
atas kekuatan ketentuan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada
sebelum perbuatan itu dilakukan”;
 Melanggar hukum, kecuali bila ada dasar pembenaran ;
 Didasarkan pada kesalahan, kecuali bila ada dasar penghapusan kesalahan.
Dilihat dari perumusannya, maka peristiwa
pidana/delik dapat dibedakan dalam :

1. Delik formil.
Tekanan perumusan delik ini ialah sikap tindak atau
perikelakuan yang dilarang tanpa merumuskan akibatnya.
Misalnya pasal 297 KUHP: “Perdagangan wanita dan
perdagangan anak laki-laki yang belum dewasa,
diancam dengan pidana penjara paling lama enam
tahun”.
2. Delik materiil.
Tekanan perumusan delik ini adalah akibat dari suatu sikap
tindak atau perikelakuan.
Misalnya pasal 359 KUHP : “Barang siapa karena
kelalaiannya, menyebabkan matinya seseorang...”
Unsur-unsur perumusan delik, dibedakan
dalam:
 Delik dasar yang merumuskan suatu sikap tindak atau perilaku
yang dilarang, misalnya pasal 338 KUHP yang menyatakan
“Barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas
tahun”;
 Delik yang meringankan, yakni merumuskan sikap tindak yang
karena suatu keadaan mendapat keringanan hukuman, misalnya
pasal 341 KUHP, “Seorang ibu yang karena takut ketahuan
melahirkan anak, membunuh anaknya tersebut”,
 Delik yang memberatkan, yaitu merumuskan sikap tindak karena
suatu keadaan diancam hukuman yang lebih berat, misalnya pasal
340 KUHP, ”Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana
terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan berencana dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu paling lama dua puluh tahun”.
Sumber Hukum Pidana di
Indonesia
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
2. Peraturan – Peraturan Tindak Pidana di luar KUHP, misalnya
:
UU TIPIKOR, UU Anti Money Laundering, UU Lingkungan
Hidup, UU Anti Trafficking, UU Perlindungan Anak, UU
KDRT, UU Perbankan, UU Anti Terorisme, dll.
Sejarah Pembentukan KUHP

Crimineel Wetboek voor Het dibuat : 1795


Koninkrijk Holland berlaku : 1809-1811

Code Penal (Perancis, Napoleon berlaku 1811-1886


Bonaparte)

Wetboek van Strafrecht Nederlansch dibuat : 1881


berlaku : 1886

Asas Konkordansi
Koninklijk Besluit (Titah Raja) No. 33,
Wetboek van Strafrecht Nederlansch 15 Oktober 1915
Indie (WvSNI) berlaku : 1 Januari 1918

Wetboek van Strafrecht (WvS) UU No. 1/ 1946 tentang Peraturan Hukum


dapat dibaca “KUHP” Pidana Indonesia

UU No. 73/1958 yang memberlakukan UU No. 1/ 1946


untuk seluruh wilayah Indonesia
Berlakunya KUHP

Dalam Hukum Pidana ada suatu adagium yang berbunyi :


"Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali",
artinya tidak ada suatu perbuatan dapat dihukum tanpa ada
peraturan yang mengatur perbuatan tersebut sebelumnya.
Ketentuan ini dimuat dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP yang
merupakan asas legalitas.
Sistematika KUHP 14

Buku I
Aturan Umum
Pasal 1-103, Bab I - IX

Buku II Buku III Hukum Pidana


Kejahatan Pelanggaran Khusus
(Aturan Pidana
Pasal 104 - 488 Pasal 489 - 569 dalam UU di luar
Bab X - XXXXI Bab XXXXI - XXXXXX KUHP)
UU Narkotika, UU
Psikotropika, UU
Terorisme, UU
HAM, UU KDRT,
dll
Asas-Asas Berlakunya
KUHP
1.Asas teritorial atau Wilayah.
Undang-undang Hukum Pidana berlaku
didasarkan pada tempat atau teritoir dimana
perbuatan dilakukan (pasal 2 dan 3 KUHP).
Pelakunya warga negara atau bukan, dapat
dituntut. Dasar hukum asas ini adalah kedaulatan
negara dimana setiap negara yang berdaulat wajib
menjamin ketertiban hukum dalam wilayahnya.
Pasal 2 KUHP berbunyi : “Ketentuan pidana
dalam peraturan perundang-undangan Indonesia
diterapkan bagi setiap orang yang melakukan
delik di Indonesia”.
Asas-Asas Berlakunya
KUHP
2. Asas Nasionalitas Aktif atau Personalitas.
Berlakunya KUHP didasarkan pada kewarganegaraan atau
nasionalitas seseorang yang melakukan suatu perbuatan.
Undang-undang Hukum Pidana hanya berlaku pada warga
negara, tempat dimana perbuatan dilakukan tidak menjadi
masalah (Pasal 5, 6, 7 KUHP).
Pasal 5 berbunyi “Ketentuan pidana dalam peraturan perundang-
undangan Indonesia diterapkan bagi warga negara yang diluar
Indonesia melakukan salah satu perbuatan yang oleh suatu
ketentuan pidana dalam peraturan perundang-undangan
Indonesia dipandang sebagai kejahatan, sedangkan menurut
peraturan perundang-undangan negara dimana perbuatan
dilakukan diancam dengan pidana”.
Asas-Asas Berlakunya
KUHP
3. Asas Nasionalitas Pasif atau Asas Perlindungan.
Didasarkan kepada kepentingan hukum negara yang
dilanggar. Bila kepentingan hukum negara -dilanggar oleh
warga negara atau bukan, baik di dalam ataupun di luar
negara yang menganut asas tersebut, maka undang-undang
hukum pidana dapat diberlakukan terhadap si pelanggar.
Dasar hukumnya adalah bahwa tiap negara yang berdaulat
pada umumnya berhak melindungi kepentingan hukum
negaranya (Pasal 4 dan 8 KUHP).
Pasal 4 berbunyi : “Ketentuan pidana dalam peraturan
perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang
yang melakukan ...diluar Indonesia... pemalsuan surat
hutang atau sertifikat hutang atas tanggungan Indonesia ...”.
Asas-Asas Berlakunya
KUHP
4. Asas Universalitas.
Undang-undang hukum pidana dapat diberlakukan
terhadap siapa pun yang melanggar kepentingan hukum
dari seluruh dunia. Dasar hukumnya adalah kepentingan
hukum seluruh dunia (Pasal 4 ayat ( 2, 4)).
Buku I KUHP membedakan kejahatan
dan pelanggaran dalam hal :

 Percobaan (poging) atau membantu


(medeplichtigheid) untuk pelanggaran
tindak dipidana ;
 Daluwarsa/verjaring, bagi kejahatan lebih
lama daripada pelanggaran ;
 Pengaduan/klacht, hanya ada terhadap
beberapa kejahatan tapi tidak ada
pengaduan pada pelanggaran ;
 Pembarengan/samenloop, peraturannya
berlainan untuk kejahatan dan pelanggaran.
Subyek Hukum Pidana

1. Penanggung jawab peristiwa pidana ;


2. Polisi ;
3. Jaksa ;
4. Penasehat Hukum ;
5. Hakim ;
6. Petugas Lembaga Pemasyarakatan.
JENIS PIDANA :
HUKUMAN POKOK :
1. PIDANA MATI
2. PIDANA PENJARA
3. PIDANA KURUNGAN
4. PIDANA DENDA
HUKUM TAMBAHAN :
5. PENCABUTAN HAK TERTENTU
6. PERAMPASAN BARANG
7. PENGUMUMAN KEPUTUSAN
HAKIM

Anda mungkin juga menyukai