Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KAJIAN RESUME (ST.

AISYAH/ KELOMPOK 9) CMCS 12

● Kajian Pengantar Hukum Indonesia


Pengantar Hukum Indonesia (PHI) merupakan basic dasar dalam mengenal hukum Indonesia,
yang tidak terikat hukum negara manapun. Hubungan antara PHI dengan PIH memiliki
persamaan dan perbedaan, persamaannya yakni keduanya sama-sama berobyekan tentang hukum
sedangkan perbedaan dari PHI dan PIH yaitu PIH membahas atau mempelajari dasar-dasar ilmu
hukum secara umum atau yang berlaku secara universal sedangkan PHI mempelajari konsep-
konsep, pengertian-pengertian dasar dan sejarah hukum serta teori hukum positif indonesia.
Sejarah singkat tata hukum Indonesia
1. System hukum Eropa Kontinental (civil law)
Prinsip dasar dari civil law adalah hukum itu memperoleh kekuasaan mengikat karena berupa
peraturan yang berbentuk undang-undang yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi.
Dalam system hukum ini terkenal suatu adagium yang berbunyi “tidak ada hukum selain
undang-undang”. Dengan kata lain hukum selalu diidentifikasikan dengan undang undang.
Namun dibalik itu ada kelemahan dalam system hukum civil law ialah hakim tunduk pada
undang-undang yang telah berlaku, hakim hanya berfungsi menentapkan dan menafsirkan
peratran dalam batas wewenangnya.
2. System Hukum Adat
Hukum adat adalah sistem hukum yangdikenal dalam lingkungan kehidupan sosial diIndonesia
dan negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok. Sumbernyaadalah
peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan dipertahankan
dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Peraturan-peraturan ini tidak tertulis dantumbuh
kembang, maka hukum adat memilikikemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Penegak hukum
adat adalah pemuka adat sebagaipemimpin yang sangat disegani dan besarpengaruhnya dalam
lingkungan masyarakat adat untuk menjaga keutuhan hidup sejahtera
Hukum adat ini didasarkan pada nilai-nilai yang hidup dalam setiap masyarakathukum adat,
apabila didasarkan pada perwilayahan lingkungan masyarakat adat
3. System hukum Islam
hukum Islam dan kekuatan hukumnya secara ketatanegaraan di Republik Indonesia adalah
Pancasila dan UUD1945, yang kemudian dijabarkan melalui :
a. UU NO 1 TAHUN 1974 tentang Perkawinan
Hukum politik memberlakukan hukum Islam bagi pemeluk-pemeluknya, oleh pemerintahorde
baru, dibuktikan dalam UU No. 1/1974 tentang Perkawinan. Pasal 2 UU itu menetapkan:
perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut buku masing-masing agamanya. Dalam pasal
63 UU perkawinan mengundangkan bahwa yang dimaksud dengan pengadilan dalamUUD ini
adalah pengadilan agama bagi mereka yang beragama islam dan pengadilan umum bagi yang
lainnya.
b. RUU Peradilan Agama
Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 menegaskan: segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam
hukum dan pemerintahaan itu wajib menunjang hukum dan pemerintahaan dengantidak ada
kecualinya penting di ingat ketentuan persamaan didepan hukum dalam konstitusi bila
mempertimbangkan jaminan konstitusional yang diberikan kepada berbagai golongan
masyarakat di Indonesia.Yang mengenai terjaminnya hak-hak warga negara dibidang agama
adalah pasal 29 ayat 2UUD 1945 yang menetapkan: negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanyag masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
Kekuasaan Kehakiman dilakukan olehPengadilan dalam Lingkungan:
a) Peradilan Umum,
b) Peradilan Agama,
c) Peradilan Militer,
d) Peradilan Tata Usaha Negara.

● Kajian Hukum Pidana

Pada prinsipnya ada dua pengertian yang berbeda tentang Hukum Pidana, yang disebut dengan
ius poenale dan ius puniendi. Ius poenale merupakan pengertian Hukum Pidana yang obyektif.
Hukum Pidana dalam pengertian ini menurut Mezger adalah , “Aturan-aturan hukum yang
mengikatkan pada suatu perbuatan tertentu yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat
yang berupa pidana”. Dari definisi ini terlihat bahwa hukum pidana berpokok pada 2 hal yaitu :”
perbuatan yang memenuhi syarat tertentu”, dan “pidana”. Perbuatan yang memenuhi syarat
tertentu mengandung dua hal : “perbuatan jahat (perbuatan yang dilarang)” dan “orang yang
melakukan perbuatan tersebut”.
Pembagaian hukum pidana dalam arti sempit (Hukum Pidana Materiil)
1. Berdasarkan wilayah keberlakuannya :

a. Hukum Pidana umum (berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia, KUHP dan Undang-undang tersebar
di luar KUHP)
b. Hukum Pidana lokal (Perda untuk daerah-daerah tertentu)

2. Berdasarkan bentuknya :
- Hukum Pidana tertulis, ada dua bentuk yaitu : Hukum Pidana dikodifikasikan dan Hukum
Pidana yang tidak dikodifikasikan
- Hukum Pidana tidak tertulis (Hukum Pidana Adat) adalah hukum yang berlaku hanya untuk
masayarakat-masyarakat tertentu.
Sumber Hukum Pidana
Sumber Hukum Pidana dapat dibedakan atas sumber hukum tertulis dan sumber hukum yang
tidak tertulis. Di Indonesia sendiri, kita belum memiliki Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Nasional, sehingga masih diberlakukan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana warisan dari
pemerintah kolonial Hindia Belanda.Adapun sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
antara lain :
⮚ Buku I Tentang Ketentuan Umum (Pasal 1-103).

⮚ Buku II Tentang Kejahatan (Pasal 104-488).

⮚ Buku III Tentang Pelanggaran (Pasal 489-569).


Dan juga ada beberapa Undang-undang yang mengatur tindak pidana khusus yang dibuat setelah
kemerdekaan antara lain :
⮚ UU No. 8 Drt Tahun 1955 Tentang tindak Pidana Imigrasi.

⮚ UU No. 9 Tahun 1967 Tentang Norkoba.

⮚ UU No. 16 Tahun Tahun 2003 Tentang Anti Terorisme. dll


Ketentuan-ketentuan Hukum Pidana, selain termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
maupun UU Khusus, juga terdapat dalam berbagai Peraturan Perundang-Undangan lainnya, seperti
UU. No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No. 9 Tahun 1999
Tentang Perindungan Konsumen, UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan sebagainya.

Asas Hukum Pidana


1. ASAS TERITORIAL
Azas ini terdapat dalam pasal 2 KUHP, yang berbunyi :“aturan pidana dalam undang-undang
Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di wilayah Indonesia.”
Setiap orang disini berarti baik orang Indonesia maupun orang asing yang melakukan tindak pidana.
Dalam melakukan tindak pidana itu, orang tidak perlu berada di wilayah Indonesia. Seseorang yang
berada diluar negeri dapat pula melakukan delik di Indonesia. Hal ini adalah persoalan mengenai
“tempat terjadinya delik”.
2. ASAS PERSONAL (personaliteits-beginsel) atau asas kebangsaan, asas nasional aktif atau asas
subyektif
Asas ini mengatakan bahwa peraturan hukum pidana Indonesia berlaku bagi setiap warga Negara
Indonesia yang melakukan tindak pidana baik dalam negeri, maupun di luar negeri.Seakan-akan asas
ini berkata bahwa peraturan undang-undang pidana itu bergantung atau mengikuti subyek hukum atau
orangnya yakni warga negara di manapun keberadaannya (nasional aktif).
3. ASAS PERLINDUNGAN
Sekalipun asas personal tidak lagi digunakan sepenuhnya tetapi ada asas lain yang memungkinkan
diberlakukannya hukum pidana nasional terhadap perbuatan pidana yang terjadi di luar wilayah
Negara
Pasal 4 KUHP (seteleh diubah dan ditambah berdasarkan Undang-undang No. 4 Tahun 1976)
4. ASAS UNIVERSAL (universaliteits-beginsel) atau asas persamaan
Berlakunya pasal 2-5 dan 8 KUHP dibatasi oleh pengecualian-pengecualian dalam hukum
internasional. Bahwa asas melindungi kepentingan internasional (asas universal) adalah dilandasi
pemikiran bahwa setiap Negara di dunia wajib turut melaksanakan tata hukum sedunia (hukum
internasional).

Anda mungkin juga menyukai