Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK

5
M . R I Z K A N FA U Z I
(1916000309)
S A L S A A U L I A TA N J U N G
M U H A M M A D FA U Z I A R I F
(1916000050)
(1916000101)
KHAURI CHINTIA PUTRI
O S Y M E L I N A L AT E R S I A (1916000067)
(1916000076
NANANG RIZKY
MHD. IQBAL AJMI LUBIS
(1926000431)
LEMBAGA PERLINDUNGAN
SAKSI DAN KORBAN

ASAS LEGALITAS
ASAS TERITORIALITAS
ASAS NASIONALITAS PASIF
ASAS NASIONALITAS AKTIF
ASAS

Asas mempunyai beberapa arti, salah satu diantaranya adalah kebenaran


yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat, juga berarti sebagai alas
atau landasan. Jika kata itu dihubungkan maka yang dimaksud dengan asas
adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berpikir atau alasan
berpendapat, terutama dalam penegakan dan pelaksanan hukum.
Kegunaan asas adalah sebagai landasan dasar tentang apa-apa yang
menjadi aturan. Maksudnya adalah bahwa aturan-aturan atau segala
sesuatu yang disusun itu dapat diterapkan dan diperluas pengertiannya
asal dalam hal ini tidak bertentangan dengan asasnya. Jadi dapat
diibaratkan bahwa asas adalah pondasi dari segala aturan hukum.
ASAS LEGALITAS

Asas legalitas dalam hukum pidana merupakan asas yang sangat fundanmental. Asas legalitas dalam hukum
pidana begitu penting untuk menentukan apakah suatu peraturan hukum pidana dapat diberlakukan terhadap
tindak pidana yang terjadi. Jadi, apabila terjadi suatu tindak pidana, maka akan dilihat apakah telah ada
ketentuan hukum yang mengaturnya dan apakah aturan yang telah ada tersebut dapat diperlakukan terhadap
tindak pidana yang terjadi.
Asas legalitas termasuk asas yang boleh dikatakan sebagai tiang penyangga hukum pidana. Asas ini
tersirat didalam pasal 1 KUHP yang dirumuskan demikian :

1. Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-
undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan.
2. Jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam perundangundangan, dipakai aturan yang
paling ringan bagi terdakwa.

Beberapa Aspek Asas legalitas :

3. Tidak dapat dipidana kecuali berdasarkan ketentuan pidana undangundang.


4. Tidak ada penerapan undang-undang pidana berdasarkan Analogi.
5. Tidak boleh ada delik yang berlaku tidak jelas.
6. Ketentuan pidana tidak berlaku surut.
7. Tidak ada pidana lain kecuali yang ditentukan undang-undang.
Menurut Jan Remmelink ada tiga hal sebagai makna yang terkandung dalam asas legalitas :
 

 Pertama, konsep perundang-undangan, yang diandaikan dalam ketentuan pasal 1.


Menurutnya, tidak hanya perundang-undangan dalam arti formil saja yang dapat
memberikan pengaturan di bidang pemidanaan tetapi menunjuk pada semua produk
legislatif yang mencakup pemahaman bahwa pidana akan ditetapkan secara legitimate,
termasuk didalamnya adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah, baik pada
tingkat provinsi maupun kabupaten atau kotamadya.
 
 Undang-undang yang dirumuskan secara terperinci dan cermat atau lex
certa. Prinsip ini juga dikenal dengan istilah bestimmtheitsgebot.
Perumusan ketentuan pidana yang tidak jelas atau terlalu rumit hanya
akan memunculkan ketidakpastian hukum dan menghalangi keberhasilan
upaya penuntutan pidan karena warga selalu akan dapat membela diri
bahwa ketentuan-ketentuan seperti itu tidak berguna sebagi pedoman
beralaku.

 Perihal analogi. Pada asas legalitas juga terkandung makna larangan untuk
menetapkan ketentuan pidana secara analogis, yang dikenal dengan
adagium “nullum crimen noela poena sine lege stricta”.
ASAS TERITORIALITAS

Asas teritorial, yang juga dikenal sebagai asas wilayah, merupakan suatu asas yang menyatakan bahwa
perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi semua perbuatan pidana (tindak pidana) yang terjadi
di dalam wilayah Negara, baik dilakukan oleh warga negaranya sendiri maupun oleh orang asing.

Yang penting untuk asas teritorial ini, yaitu tindak pidana itu terjadi di dalam wilayah Negara, dalam
hal ini wilayah Negara Republik Indonesia, atau tiondak pidana itu dilakukan di Indonesia. Asas ini
terdapat dalam Pasal 2 KUHP yang menyatakan bahwa, “Ketentuan pidana dalam perundang-undangan
Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di Indonesia.
ASAS NASIONALITAS PASIF

Asas nasional aktif atau asas personal, yaitu perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi
semua perbuatan pidana yang dilakukan oleh warganegaranya, di mana saja, juga di luar wilayah
Negara. 9 Asas ini diatur dalam Pasal 5 KUHP, sedangkan dalam Pasal 7 KUHP ada perluasan
terhadap asas nasionalitas aktif.
Menurut Pasal 5 ayat (1) KUHP, ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan
bagi warga negara yang di luar Indonesia melakukan:

1. salah satu kejahatan tersebut dalam Bab I dan II Buku Kedua dan pasalpasal 160, 161, 240, 279,
450, dan 451.

2. salah satu perbuatan yang oleh suatu ketentuan pidana dalam perundangundangan Indonesia
dipandang sebagai kejahatan, sedangkan menurut perundang-undangan negara dimana
perbuatan dilakukan diancam dengan pidana.
Dalam Pasal 5 ayat (1) ke 1 disebutkan secara khusus beberapa tindak pidana tertentu.
Untuk tindak-tindak pidana tersebut, sekalipun perbuatan itu tidak diancam pidana
dalam undang-undang negara di mana perbuatan dilakukan, pengadilan Indonesia tetap
memiliki kewenangan mengadili. Tindak-tindak pidana yang disebutkan secara
khusus, yaitu:
 
1. Salah satu kejahatan tersebut dalam Bab I (Kejahatan terhadap Keamanan Negara)
dan Buku II (Kejahatan terhadap Martabat Presiden dan Wakil Presiden) dari Buku
II KUHP.

2. Pasal 160, 161, 240, 279, 450, dan 451 KUHP.


ASAS NASIONALITAS AKTIF

Asas nasional pasif atau asas perlindungan, yaitu aturan pidana suatu Negara
berlaku bagi perbuatan yang dilakukan di luar wilayah tetapi merugikan
kepentingan nasional (Negara).
Pasal 4 KUHP memuat asas nasional pasif. Maksudnya, hukum pidana
Indonesia berlaku bagi setiap orang, baik WNI maupun WNA yang melakukan
tindak pidana di luar wilayah Indonesia sepanjang perbuatan itu melanggar
kepentingan Indonesia.

Tolak pangkal pemikiran dari asas perlindungan adalah bahwa setiap


negara yang berdaulat wajib melindungi kepentingan hukumnya atau
kepentingan nasionalnya.
Ciri utamanya adalah Subjeknya berupa setiap orang tidak terbatas pada warga negara
saja, selain itu tidak tergantung pada tempat, ia merupakan tindakan-tindakan yang dirasakan
sangat merugikan kepentingan nasional indonesia yang karenanya harus dilindungi.
Kepentingan nasional tersebut ialah:

1. Keselamatan kepala/wakil Negara RI, keutuhan dan keamanan negara serta pemerintah
yang sah, keamanan penyerahan barang, angkatan perang RI pada waktu perang, keamanan
Martabat kepala negara RI;
2. Keamanan ideologi negara, pancasila dan haluan Negara;
3. Keamanan perekonomian;
4. Keamanan uang Negara, nilai-nilai dari surat-surat yang dikeluarkan RI;
5. Keamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai