Anda di halaman 1dari 23

PENGANTAR ILMU HUKUM

DWI ENDAH NURHAYATI


30 OKTOBER 2019
MATERI:
HUKUM PIDANA DAN ASAS-ASASNYA
JENIS HUKUM PIDANA

JENIS HUKUM
PIDANA

HUKUM HUKUM
PIDANA PIDANA
MATERIIL FORMIL
(KUHP) (KUHAP)
PENGERTIAN HUKUM PIDANA
 Moeljatno:
Ilmu Hukum Pidana adalah ilmu tentang hukum kejahatan.
Ibarat 2 sisi mata uang dengan Kriminologi.
Kriminologi merupakan signalwissenchapt, Hulpwissenchapt
bagi HukumPidana)
 Van Bemmelen:
Hukum Pidana adalah normativestrafrechtwissenschapt,
sedang kriminologi adalah faktuelestrafrechtwissenshapt/
sociaal phaenomeen) atau gejala masyarakat.
 Sudarto:
Hukum Pidana adalah Aturan hukum yang mengikat
kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat-syarat
tertentu suatu akibat yang berupa pidana
Fungsi Hukum Pidana

 Menurut Sudarto Fungsi Hukum Pidana:


1. Fungsi yang bersifat umum adalah mengatur
hidup kemasyarakatan atau penyelenggaraan
tata dalam masyarakat.
2. Fungsi yang bersifat khusus melindungi
kepentingan hukum (rechtsbelangen/
rechtsgoed) terhadap perbuatan hukum yang
hendak memperkosanya.
Sumber Hukum Pidana
 Sumber utama dari Hukum Pidana Indonesia adalah
Hukum yang tertulis. Di samping itu di daerah –daerah
tertentu dan untuk orang-orang tertentu hukum pidana
yang tidak tertulis dapat menjadi sumber hukum pidana.
 Induk dari peraturan Hukum Pidana positif adalah KUHP,
yang aslinya bernama Wetboek van Strafrecht voor
Nederlandsch Indie (W.v.S.), sebuah Titah Raja(Koninklijk
Besluit /K.B. ) tanggal 15 Oktober1915 No. 732 dan mulai
berlaku tanggal 1 Januari 1918.
 KUHP/W.v.S.N.I merupakan copie dari W.V.S.Bld yang
selesai dibuat tahun 1881 dan mulai berlaku tahun 1886
BEBERAPA ASAS HUKUM PIDANA YANG BERKORELASI
DENGAN LINGKUNGAN BERLAKUNYA KETENTUAN PIDANA
DALAM UNDANG-UNDANG (BUKU I, BAB I , Pasal 1-9 KUHP)

 ASAS LEGALITAS
 ASAS RETROAKTIF
 ASAS TERITORIAL
 ASAS PERSONALITAS
 ASAS NASIONALITAS
 ASAS UNIVERSAL
SKEMA : ASAS HUKUM PIDANA YANG BERKORELASI DENGAN
LINGKUNGAN BERLAKUNYA KETENTUAN PIDANA DALAM UNDANG-
UNDANG (BUKU I, BAB I , Pasal 1-9 KUHP

ASAS LEGALITAS
BERLAKUNYA
PERATURAN-
PERATURAN ASAS
ASAS HUKUM PIDANA RETROAKTIF
PIDANA YG MENURUT WAKTU
BERKORELASI DG (TEMPOS DELICTI
LINGKUNGAN ASAS
BERLAKUNYA TERRITORIAL
KETENTUAN
PIDANA DALAM
UNDANG-UNDANG BERLAKUNYA
PERATURAN- ASAS PERSONAL
PERATURAN (NASIONAL AKTIF)
PIDANA MENURUT
TEMPAT (LOCUS ASAS
DELICTI PERLINDUNGAN
(NASIONAL PASIF)

ASAS UNIVERSAL
1. ASAS LEGALITAS

 Pasal 1 KUHP :
(1)Suatu perbuatan tidak
dipidana, kecuali berdasarkan
kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana
yang telah ada.
Lanjutan

 Dalam Pasal 1 Ayat (1) KUHP tersirat asas


Legalitas, yang dalam bahasa Latin :”Nullum
delictum, nulla poena, sine praevia lege
poenali” = asas “Nulla poena, sine lege”.
 Asas ini juga disebut Jika diperinci, maka
Pasal 1 Ayat (1) tersebut berisi 2 hal :
1. Suatu tindak pidana harus dirumuskan/
disebutkan dalam peraturan UU.
2. Peraturan undang-undang ini harus ada
sebelum terjadinya tindak pidana.
Konsekwensi Suatu Tindak Pidana Harus
Dirumuskan/Disebutkan Dalam Peraturan Undang-
undang:

1. Bahwa perbuatan seseorang yang tidak


tercantum dalam UU sebagai suatu tindak
pidana yang tidak dapat dipidana (Hukum
pidana harus tertulis)
2. Ada larangan penggunaan analogi untuk
membuat suatu perbuatan menjadi suatu tindak
pidana sebagaimana dirumuskan dalam
undang-undang
2. Asas Retroaktif
 Asas Retroaktif menyatakan bahwa peraturan pidana
tidak boleh berlaku surut.
 Dalam KUHP, aturan tentang tidak berlakunya surut
suatu peraturan pidana ini dapat diterobos oleh Pasal
1Ayat (2) KUHP: “Jika sesudah perbuatan ada perbuatan
dalam perundang-undangan, dipakai aturan yang paling
meringankan”.
 Secara substansi, apa yang dimuat dalam Pasal 1 Ayat
(2) disebut sebagai Hukum Transitoir (Aturan Peralihan)
 Makna Retroaktif Pasal 1 Ayat (2):
1. Apabila sesudah terdakwa melakukan tindak pidana
ada perubahan dalam per-uu-an
2. Apabila peraturan yang baru itu
menguntungkan/meringankan terdakwa.
3. ASAS TERRITORIAL
 Azas Teritorial, terdapat dalam Pasal 2
KUHP yang berbunyi :
“Aturan pidana dalam UU Indonesia
berlaku bagi setiap orang yang
melakukan suatu tindak pidana di
wilayah Indonesia”.
 Setiap orang berarti baik orang Indonesia
maupun orang asing, yang melakukan
tindak pidana.
Lanjutan:
 Azas Territorial ini diperluas dengan ketentuan yang
terdapat dalam Pasal 3 KUHP, yang menyatakan:
“peraturan pidana Indonesia dapat diterapkan kepada
setiap orang yang berada di luar negeri yang melakukan
suatu tindak pidana dalam perahu (vaartuig) Indonesia.
(Vaartuig harfiah berarti alat berlayar).
 Interpretasi otentiek mengenai perahu terdapat dalam
Pasal 95 KUHP, yaitu:
“Perahu Indonesia berarti alat pelayar yang menurut
undang-undang umum tentang surat-surat laut dan
pas-pas kapal di Indonesia, harus dilengkapi dengan
surat- surat laut atau pas kapal atau surat ijin
penggantinya untuk sementara
4. ASAS PERSONAL (NASIONAL AKTIF)
 Azas ini mengatakan bahwa peraturan hukum
pidana Indonesia berlaku bagi setiap warga negara
Indonesia, yang melakukan tindak pidana baik
dalam negeri, maupun di luar negeri.
 J adi menurut asas ini , peraturan undang-undang
pidana mengikuti orangnya (warga negera
Indonesia). Oleh karena itu asas ini dinamakan juga
“Asas Nasional Aktif”.
 Dalam melakukan tindak pidana itu orang tidak perlu
berada di wilayah Indonesia. S eorang yang di luar negeri
dapat pula melakukan delik di Indonesia.
Lanjutan:
 Mengenai orang Indonesia yang melakukan tindak
pidana di dalam negeri tidak ada persoalan. Namun jika
melakukan tindak pidana di luar negeri maka ada
ketentuan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 5
KUHP, yang intinya digolongkan:

1. Kejahatan terhadap keamanan negara, terhadap


martabat Presiden, penghasutan, penyebaran
surat-surat yang mengandung penghasutan,
membuat tidak cakapuntuk dinas militer, bigami
dan perampokan; dan

2. Tindak pidana yang menurut UU Indonesia


dianggap sebagai kejahatan yang di negeri tempat
tindak pidana dilakukan itu di ancam dengan
pidana.
Lanjutan:
 Golongan No. 2 di atas sifatnya lebih umum, contoh : seseorang
warga negara Indonesia melakukan kejahatan di luar negeri,
kemudian lari ke Indonesia. Ia tidak mungkin diserahkan ke negeri
tsb, karena ia adalah warga negera Indonesia, namun ia dapat diadili
dengan undang-undang pidana Indonesia di Indonesia.
 Pasal 5 Ayat (2) merupakan perluasan dari Pasal 5 Ayat (1). J adi
misalnya ada warga negera di negeri A setelah melukakan tindak
pidana, kemudian datang di Indonesia dan menjadi warga Indonesia
(setelah naturalisasi) ia dapat diadili menut undang-undang pidana
Indonesia.
 Tindak pidananya harus berupa kejahatan bagi undang-undang
pidana Indonesia.
 Pasal 6 KUHP memperlunak Asas Personal itu. Mengenai tindak
pidana golongan No. 2 itu di batasi hingga tidak boleh dijatuhkan
pidana mati menurut undang- undang Negeri tempat perbutan itu
dilakukan.
5. Asas Perlindungan (Asas Nasional Pasif) :

 Azas ini memuat prinsip, bahwa peraturan hukum


pidana Indonesia berlaku terhadap tindak pidana
yang menyerang kepentingan hukum negara
Indonesia, baik itu dilakukan oleh warga negara
Indonesia atau bukan, yang dilakukan di luar
Indonesia. Kejahatan-kejahatan tersebut dapat
dibagi dalam 5 kategori/golongan :
1. Kejahatan-kejahatan terhadap keamanan negara
dan martabat Presiden (Pasal 4 Sub 1).
2. Kejahatan-kejahatan tentang materai atau merk
yang diekeluarkan oleh Pemerintah Indonesia
(Pasal 4 Sub 2)
Lanjutan:
3. Pemalsuan surat-surat hutang dan sertifikat-sertifikat
hutang atas beban Indonesia, daerah atau sebagian
dari daerah ; talon- talon deviden atau surat bunga
yang termasuk surat-surat itu , dan juga surat-surat
yang dikeluarkan untuk mengganti surat- surat itu;
atau dengan sengaja mempergunakan surat palsu
atau yang dipalsukan tsb. S eolah-olah tulen dan
tidak dipalsukan (P asal 4 S ub 3) ;
4. Kejahatan jabatan yang tercantum dalam titel XXVIII
buku ke II yang dilakukan oleh pegawai negeri
Indonesia di luar Indonesia (P asal 7).
Pegawai Negeri Indonesia itu tidak perlu seseorang
Indonesia. Misalnya di perwakilan-perwakilan
Indonesia di luar negeri banyak orang-orang asing
yang menjadi pegawai Indonesia.
Di samping itu juga banyak pegawai-pegawai
Indonesia yang karena tugasnya banyak berada di
luar negeri.
Lanjutan:
 5. Kejahatan pelayaran yang tercantum dalam titel XXIX
buku kedua; pelanggaran pelayaran dan juga tindak
pidana yang tercantum dalam peraturan-peraturan
umum tentang surat-surat laut dan pas kapal di
Indonesia dalam Ordonansi Kapal tahun 1927, yang
dilakukan oleh nahkoda dan penumpang alat pelayar
(kapal atau perahu) Indonesia yang ada di luar
Indonesia; baik mereka itu berada di atas kapal
maupun di luar kapal (Pasal 8).

 Asas perlindungan ini melindungi kepentingan yang lebih


besar daripada kepentingan oknum (individu) ialah
kepentingan nasional ,oleh karena itu asas ini disebut juga
“Asas Nasional Pasif”.
6.Asas Universal
 Peraturan-peraturan hukum pidana Indonesia berlaku terhadap tindak
pidana baik itu dilakukan di dalam negeri ataupun di luar negeri, dan juga
baik dilakukan oleh warga Negara sendiri ataupun warga Negara asing.
Tindak pidana yang dimaksud adalah tindak pidana yang tsb. dalam Pasal 4
Sub 2 KUHP yakni sejauh juga mengenai kepentingan-kepentingan Negara-
negara asing dan Pasal 4 Sub 4 KUHP mengenai perampokan di laut
(pembajakan). Kepentingan yang dilindungi disini merupakan kepentingan
internasional, jadi bukan khusus kepentingan Negara Indonesia oleh karena
itu asas ini juga dikatakan asas “Der Weltrechtspflege”, asas mengenai
penyelenggaran hukum dunia atau ketertiban hukum dunia
(wereldrechtsorde).
 Misalnya orang asing di Indonesia memalsu mata uang negaranya sendiri
dapat diadili disini dengan Hukum Pidana Indonesia.
 Mengenai hal yang terakhir ini perlu diperhatikan, bahwa Pengadilan
Indonesia hanya mengadili berdasarkan hukum Indonesia dan bukan dengan
hukum asing. Ini berlainan dengan perkara perdata; dalam hal ini Negara lain
berdasarkan aturan hukum Pidana Internasional
7. ASAS TIADA PIDANA TANPA KESALAHAN

 ASAS TIADA PIDANA TANPA


KESALAHAN = GEEN STRAF ZONDER
SCHULD.
 INI TIDAK TERTULIS DALAM KUHP,
NAMUN EKSESTENSINYA DIAKUI DAN
MERUPAKAN ASAS PENTING DALAM
HUKUM PIDANA
REFERENSI MATERI:
 KUHP
 SUDARTO, 1986, KAPITA SELEKTA HUKUM PIDANA,
ALUMNI, BANDUNG.
 _______ , 1990, HUKUM PIDANA I,YAYASAN SUDARTO
FAK.HUKUM UNDIP, SEMARANG.
 EDDY O.S. HIARIEJ, 2014, PRINSIP-PRINSIP HUKUM
PIDANA, CAHAYA ATMA PUSTAKA,YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai