Khusus untuk hukum acara peradilan militer selain Asas-asas yang berlaku
sebelumnya diberlakukan pula asas-asas,sebagai berikut :
1. Asas kesatuan Komando.
➢ Dalam hukum acara pidana militer tidak dikenal adanya pra peradilan dan
pra penuntutan.
2. Asas komandan bertanggung jawab terhadap anak buahnya.
3. Asas kepentingan militer dimana ada keseimbangan antara kepentingan militer
dengan kepentingan hukum.
− Derivative Action
Doktrin hukum modern berupa gugatan derivative yang merupakan suatu
penyimpangan dari hukum perseroan yang normal memberikan hak untuk mewakili
kepentingan perseroan kepada pihak pemegang saham tanpa perlu perlu formalitas
legalisasi korporasi, tetapi terjadi demi hukum (by the operation of law). Gugatan
derifatif adalah suatu gugatan yang berdasarkan hak utama (primary rights) dari
perseroan, tetapi dilaksanakan oleh pemegang untuk dan atas nama perseroan,
gugatan mana dilakukan karena adanya suatu keegagalan dalam perseroan.
− Ultra Vires
Ultra Vires berasal dari bahasa latin yang berarti di luar atau melebihi kekuasaan
(outside the power), yakni di luar kekuasaan yang diijinkan oleh hukum terhadap
badan hukum. Terminologi “ultra vires” dipakai khususnya terhadap tindakan
perseroan yang melebihi kekuasaannya sebagaimana diberikan oleh anggaran
dasarnya atau oleh peraturan yang melandasi pembentukan perseroan
tersebut.Konsekuensi selanjutnya dari pentingnya maksud dan tujuan dari perseroan,
maka pelanggarannya, seperti lewat perbuatan ultra vires tersebut akan
menyebabkan perbuatan tersebut menjadi tidak sah dan batal demi hukum, dan jika
ada pihak yang dirugikan, maka pihak direksilah yang mesti bertanggung jawab
secara pribadi
- Intra vires
Istilah ini merupakan istilah latin juga yang memiliki arti perbuatan yang secara
eksplisit atau implisit tercakup dalam kecakapan bertindak perseroan terbatas. Secara
luas seorang direksi dalam melakukan pengurusan perseroan tidak hanya terikat apa
yang secara tegas dicantumkan dalam maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
perseroan melainkan juga dapat menunjang atau memperlancar tugas-tugasnya
(sekunder), tetapi masih dalam batas yang dapat diperkenankan atau masih dalam
ruang lingkup tugas dan kewajibannya. Tindakan tersebut dapat dibenarkan apabila
sesuai dengan kebiasaan, kewajaran, dan kepatutan (tidak ada Ultra Vires).
- Liability of Promotors
Liability of Promotors merupakan tanggung jawab yang dimiliki oleh promotor
perseroan. Secara umum umum dapat dikatakan bahwa promotor adalah setiap
mereka yang melakukan formalitas yang diperlukan terhadap registrasi perseroan,
mendapatkan direksi (dan komisaris) serta pemegang saham untuk perseroan baru,
mendapatkan asset bisnis untuk digunakan oleh perseroan, melakukan negosiasi
kontrak untuk dan atas nama perseroan baru, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan
lain yang serupa dengan itu. Tanggung jawab yuridis promotor timbul dari prinsip-
prinsip hukum sebagai berikut :
1. Tanggung jawab berdasarkan prinsip fiduciary duty
2. Tanggung jawab berdasarkan prinsip-prinsip hukum perdata umum.
Promotor juga bertanggung jawab atas kontrak yang dibuat promotor atas nama
“perseroan dalam pembentukan”. Kontrak yang dibuat pada masa proses
pembentukan badan hukum dikenal dengan “kontrak prainkorporasi”. Terdapat
beberapa teori hukum perseroan yang melandasi tanggung jawab dari kontrak
prainkorporasi, antara lain :
1. Teori tanggung jawab pribadi
2. Teori penawaran
3. Teori novasi
4. Teori usaha terbaik
- Self Dealing
Transaksi self dealing, yakni transaksi antara perseroan dengan direksi, yang
dalam sejarah hukum semula dilarang by definition, kemudian dalam
perkembangannya mulai dipilah-pilah untuk dinilai mana yang dilarang dan mana
yang diperbolehkan oleh sektor hukum. Atas adanya self dealing ini, maka
dibebankan tanggung jawab pribadi terhadapa direksi, karena transaksi ini pada
dasarnya tidak layak dan bertentangan dengan fiduciary duty dari direksi. Di Indonesia
sendiri tidak ada larangan bagi direksi untuk melakukan self dealing, asalkan
dilakukan secara fair, tidak ada unsur penipuan yang dapat merugikan perseroan.
- Corporate opportunity
Doktrin oportunitas perseroan merupakan salah satu perwujudan dari
prinsip fiduciary duty, dimana direksi harus bertindak dan mengambil keputusan demi
kemajuan perseroan, direksi tida boleh bertindak atau mengambil keputusan yang di
dalamnya terkandung conflict of interest. Pada prinsipnya oportunitas perseroan
merupakan suatu doktrin yang mengajarkan bahwa seorang direktur, komisaris atau
pegawai perseroan lainnya ataupun pemegang saham utama, tidak diperkenankan
mengambil kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi manakala tindakan yang
dilakukan tersebut sebenarnya merupakan perbuatan yang semestinya dilakukan oleh
perseroan dalam menjalankan bisnisnya itu. Oleh karena itu, direksi tidak boleh
mengambil kesempatan yang ada demi keuntungan pribadinya sendiri, ketika
sebenarnya perseroan dapat mengambil kesempatan tersebut untuk melakukan
bisnisnya. Yang dikehendaki dengan adanya doktrin ini adalah, bahwa pihak-pihak
dalam perseroan jangan sampai memanfaatkan dan mengambil keuntungan pribadi
dari bisnis yang dijalankan perseroan yang seharusnya keuntungan tersebut menjadi
hak dari perseroan.