Anda di halaman 1dari 19

HUKUM ADAT PEREKONOMIAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Hukum Adat
Dosen Pengampu : Ende Hasbi Nazzaruddin, S.H., M.H.

Oleh:
Muhammad Komarudin (1213040076)
Muhammad Rizik A. (1213040077)
Muhammad Syarif H. (1213040079)
Muhammad Wisnu A. (1213040080)
Muhammad Abdul Aziz (1213040081)
Muhammad Adli Haaizun N. (1213040082)

PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM


SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah


melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah Hukum Adat ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.

Makalah yang berjudul “Hukum Adat Perekonomian” disusun dalam


rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Adat yang diampu oleh
bapak E. Hasbi Nazzarudin, S.H., M.H. Semoga apa yang kami sampaikan
melalui makalah ini dapat menambah wawasan baik itu untuk kami pribadi
sebagai penulis maupun dunia pendidikan pada umumnya.

Terima kasih kami ucapkan kepada bapak E.Hasbi Nazzarudin, S.H.,


M.H.. selaku dosen dan pembimbing yang telah memberi masukan serta saran
yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia


menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat


mengambil manfaat dari karya ini.

Bandung, Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...........................................................................1
C. Tujuan................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Pengertian Hukum Adat Perekonomian............................................3
B. Hal-Hal Yang Terdapat Dalam Hukum Adat Perekonomian............3
C. Hubungan Hukum Adat Perekonomian Dengan Hukum Yang
Berlaku Di Indonesia.......................................................................11
BAB III PENUTUP......................................................................................13
A. Kesimpulan......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan adat istiadat kita ini, pada hakikatnya sudah terdapat pada
zaman kuno (pra-hindu). Adat istiadat yang sudah hidup dalam masyarakat
pra-hindu tersebut menurut ahli hukum merupakan adat melayu–polensia,
yang lambat laun datang dikepulauan kita ini yang memiliki kultur hindu,
kemudian datanglah kultur islam & kristen yang mempengaruhi kultur asli
yaitu adat istiadat yang dahulu pernah ada pada zaman hindu dan pra-hindu.
Pada awal sebelum abad ke-19, hukum adat di identikan dengan
hukum agama yang dalam bahasa belanda godsdiens tigeweten selaras
dengan pendapat Van Den Breg yang memperkenalkan teori receptia in
complexto, yang menyatakan bahwa hukum adat golongan hukum
masyarakat merupakan receptie seluruh agama yang dianut masyarakat .
Sistem hukum adat di Indonesia bersendi pada dasar pemikiran bangsa
Indonesia itu sendiri, bukan didapat dari pemikiran bangsa barat. Maka dari
itu terdapat perbedaan yang fundamental, misalnya :
1 Hukum barat mengenal zakelijke rechten & personal ijke rechten.
2 Hukum adat tidak mengenal pembagian hak.
Lain daripada itu, hukum adat pun dapat mengatur beberapa hal yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat, seperti hukum yang mengatur
perekonomian masyarakat adat dan disebut sebagai hukum adat
perekonomian. Dalam makalah ini akan dijelaskan seperti apa hukum adat
tersebut dan hal apa sajakah yang terdapat dalam hukum adat perekonomian.
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana pengertian dari hukum adat perekonomian?
2. Apa saja hal-hal yang terkandung dalam hukum adat perekonomian?
3. Bagaimana hubungan hukum adat perekonomian dengan hukum yang berlaku di
Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari hukum adat perekonomian

1
2. Mengetahui hal-hal yang terkandung dalam hukum adat perekonomian
3. Mengetahui hubungan hukum adat perekonomian dengan hukum indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Adat Perekonomian
Pengertian hukum perekonomian, adalah aturan-aturan hukum adat
yang mengatur tentang bagaimana hubungan-hubungan hukum yang berlaku
dalam masyarakat, di kalangan rakyat jelata terutama di pedesaan, dalam
usaha mereka memenuhi kebutuhan hidupnya dalam perekonomian.
Dalam hukum adat perekonomian ini ada beberapa hal yang akan di
bahas, meliputi :
1 Hak-hak kebendaan
2 Kerjasama tolong-menolong
3 Usaha perseorangan
4 Transaksi tanah dan transaksi yang bersangkutan dengan tanah.

B. Hal-Hal Yang Terdapat Dalam Hukum Adat Perekonomian


1). Hak-hak Kebendaan.
Jika seorang penduduk desa ditanyakan, ini rumah siapa?, ia akan
menjawab “rumah saya”, walaupun rumah itu, rumah orang tuanya atau
rumah keluarganya. Jawaban tersebut tidak langsung menunjukan pengertian
“hak milik mutlak” sehingga ia bebas melakukan perbuatan hukum terhadap
rumah itu. Jika ia akan berbuat atas hak miliknya itu ia harus berbicara
terlebih dahulu dengan anggota keluarganya. Begitulah pengertian hak milik
Indonesia yang berfungsi sosial.
Hak atas bangunan rumah, atau juga tanaman tumbuhan, yang terletak
diatas sebidang tanah, tidak selamanya merupakan satu kesatuan. Oleh
karena itu ada kemungkinan seseorang memiliki bangunan rumah atau
tanaman tumbuhan yang terletak diatas tanah milik orang lain, atau milik
kerabat atau milik desa. Jadi menurut hukum adat hak atas tanah terpisah dari
hak atas bangunan atau juga hak atas tanam tumbuhan.
Begitu pula hukum adat tidak membedakan antara barang tetap dan
barang bergerak (roerende dan onroerende goederen). Bagi masyarakat Jawa

3
misalnya dapat terjadi “adol ngebregi” (jual tetap) atau “adol bedol”.
Sebagaimana bahwa tanah merupakan benda yang sangat penting bagi
kehidupan umat manusia. Adapun fungsi penting dari tanah dalam kehidupan
masyarakat hukum adat yaitu :
1 Karena sifatnya
Tanah merupakan benda kekayaan walaupun telah mengalami beberapa
keadaan, dan hal itu tidak merubah sifat tetap yang ada pada tanah itu sendiri
dan masih akan menjadi dalam keadaan semula atau bahkan lebih bagusnya
akan lebih menguntungkan. Seperti misalnya dijatuhi bom, tanah tetap tidak
akan lenyap atau berkurang atau kalau terjadi banjir, setelah banjir surut
kadang-kadang dapat lebih menyuburkan tanah tersebut.
2 Karena fakta
Yaitu suatu kenyataan bahwa tanah itu :
- Merupakan tempat tinggal persekutuan
- Memberi penghidupan kepada persekutuan
- Merupakan tempat dimana para warga persekutuan yang meninggal dunia
di kebumikan
- Merupakan pula tempat tinggal danyang-danyang pelindung persekutuan
dan roh para leluhur persekutuan (Surojo Wignyodipuro, 1968, h.247).
Bagi masyarakat hukum adat pada umumnya bahwa tanah mempunyai
fungsi yang sangat penting. Karena tanah merupakan tempat mereka hidup,
tempat mereka tinggal, dan tanah merupakan tempat yang memberikan
penghidupan kepada mereka.
Berdasarkan kenyataan ini, maka antara tanah dengan masyarakat
hukum dimana mereka tinggal terdapat hubungan yang erat sekali yang
menyebabkan masyarakat hukum mempunyai hak untuk menguasai tanah-
tanah yang ada dalam masyarakat hukum tersebut dalam arti masyarakat
hukum dapat memanfaatkan tanah itu, memungut hasil-hasil dari tumbuh-
tumbuhan yang ada diatas tanah tersebut, serta berburu binatang-binatang
yang hidup disitu untuk kepentingan hidup dan kehidupannya. Hak semacam
ini disebut dengan hak ulayat atau disebut pula dengan istilah “beschikkings
recht”. Seperti di Jawa ada tanah disebut dengan “tanah pikulen dan ada

4
“tanah gogol”, sedangkan di Bali ada tanah- tanah dengan nama : tanah PKD
(Pekarangan Desa) dan ada tanah AYDS (Ayahan Desa).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Iman Sudiyat, bahwa sebagai
salah satu unsur essensiil pembentuk negara, tanah memegang peran penting
dalam kehidupan dan penghidupan bangsa pendukung negara tersebut, lebih-
lebih corak agrarisnya mendominasi. (Iman sudiyat, 1978, h.1).
2). Kerjasama dan Tolong Menolong.
Dalam ekonomi pertanian ladang, jika penduduk akan membuka daerah
perladangan, maka dalam melakukan pembukaan hutan, menebang pohon,
menebas semak belukar, kemudian membakarnya, dilakukan bersama dan
tolong-menolong. Setelah hutan dibersihkan, maka tanah perladangan itu
dibagi- bagi bidangnya kepada para peserta kerjasama. Di sumbawa berlaku
adat kerjasama tolong-menolong dalam usaha pertanian, yang disebut
“nulong”, “saleng tulong” dan “basiru”. “nulong” artinya kerjasama tolong-
menolong dengan balas jasa, misalnya dalam menuai padi, setelah selesai
maka anggota peserta mendapat seikat padi atau sejumlah uang, dan para
peserta yang menolong diberi makan siang. “Saleng tulong” adalah
kerjasama tolong-menolong tanpa balas jasa, para peserta hanya diberi
makan siang dengan lauk-pauk yang istimewa. “basiru” adalah kerjasama
tolong- menolong dengan balas jasa berupa pemberian uang atau padi para
peserta, tetapi para peserta harus membawa makanan sendiri, kecuali
memang telah dijanjikan ditanggung makan siang.
Kerjasama tolong-menolong yang sifatnya sosial keagamaan untuk
keperluan membantu saudara atau tetangga yang menderita kecelakaan,
kebakaran, sakit, kematian dan lainnya, agaknya berlaku di berbagai daerah.
Begitu pula pemberian sumbangan bagi kerabat kerabat tetangga yang
mengadakan hajatan sunatan, cukuran dan perkawinan. Apabila kerjasama
tolong-menolong itu ditunjukan untuk kepentingan umum, seperti perbaikan
jalan, tempat ibadah, balai desa dan lain-lainnya, yang mengerahkan tenaga
kerja yang banyak dan dipimpin oleh perangkat desa disebut “gotong-
royong”.
3). Usaha Perorangan

5
Apa yang duraikan diatas tadi adalah mengenai kerjasama tolong-
menolong yang bersifat dan dilaksanakan berkelompok, baik untuk waktu
yang sementara maupun untuk waktu yang lama. Kemudian yang dimaksud
dengan usaha perorangan adalah perbuatan perorangan, yaitu dengan
perbuatan menyerahkan atau mengerjakan sesuatu oleh orang satu dan orang
yang lain dan berlaku timbal-balik. Misalnya yang disebut :
a. Beri-memberi
b. Pakai-Memakai
c. Jual-Beli
d. Titip-Menitip
e. Hutang-Piutang
f. Kerja-Mengerjakan
4). Transaksi Tanah
Khusus mengenai usaha perorangan dalam hubungannya dengan bidang
tanah (hak-hak atas tanah) dibicarakan tentang perbuatan yang bersifat
sepihak, seperti pembukaan tanah, dan perbuata dua pihak seperti transaksi
tanah.
Terjadinya hak milik atas tanah misalnya dikarenakan perorangan
dengan keluarganya membuka tanah hutan untuk tanah peladangan, sampai
menjadi tempat usaha yang tetap dengan penanaman tanaman tumbuhan.
Sehingga menjadi tempat kedamaian sementara yang disebut “susukau” itu
merupakan perbuatan sepihak, yang menimbulkan hak atas tanah bagi yang
membukanya.
a) Hak-hak atas Tanah
Di beberapa daerah orang membuka tanah dimulai dengan memberi tanda
“mebali” yaitu tanda akan membuka tanah. Tanda-tanda itu biasanya berupa tanda silang
atau lingkungan rotan atau bambu yang dipisahkan diatas pohon, atau berupa dahan kayu
yang diikat dengan rotan atau tali ijuk yang ditegakkan tegan dan nampak dari kejauhan.
Dengan memberi tanda tersebut timbul hak untuk mengusahakan sebidang tanah (Hak
membuka tanah).
Apabila tanah tersebut terus dibuka dan dijadikan tanhah peladangan
yang ditanami palawija dan lainnya, maka terjadilah hak pakai atau hak
mengusahakan tanah. Apabila tanah tersebut tidak diteruskan

6
mengerjakannya, sedangkan tanda mebali masih terpasang diatas pohon,
maka yang ada adalah “hak atas pohon”. Untuk menjadikan tanah itu hak
milik, maka tanah lading itu harus dikerjakan terus-menerus, tetapi jika tanah
peladangan itu ditinggalkan terbelangkai menjadi semak belukar atau
menghutang kembali. Maka hak miliknya hilang dan yang ada adalah “hak
utama” untuk mengusahakannya kembali. Hak utama ini akan hilang apabila
bidang tanah tersebut telah menghutan, dan tanah itu akan kembali “hak
ulayat” desa. Hak milik atas tanah peladadangan dapat ditingkatkan menjadi
“hak milik tetap” apabila diatas tanah itu ditanami tanam tumbuhan berupa
tanaman keras yang rapat sehingga menjadi tanah kebun.
Dikalangan masyarakat adat jarang terjadi pemilik tanah menyewakan
tanahnya kepada orang lain di pedesaan. Yang banyak berlaku adalah “hak
numpang” atas tanah milik orang lain, dengan membangun perumahan
sebagai tempat kediaman, atau menumpang untuk bertanam tumbuhan
palawija, perbuatan ini disebut “tumpang sari”. Hubungan antara pemilik
tanah dan penumpang bersifat kekeluargaan dengan beri-memberi, urus-
mengurus, bantu-membantu.
b) Jual Lepas
Kebanyakan dimasa lampau jual lepas tanah berlaku secara tertulis
dibawah tangan, dengan atau tanpa kesaksian perangkat desa. Di masa
sekarang jual lepas harus dengan kesaksian perangkat desa. Sifat jual lepas
ini terang dan tunai, artinya terang diketahui tetangga dan kerabat, dan
dilakukan pembayarannya.
Adakalanya jual lepas tersebut disepakati dengan perjanjian bahwa
penjual diberi hak utama membeli kembali, atau pembeli jika akan menjual
lagi tanah itu harus memberi tahu dahulu kepada penjual tanah semula
apakah ia akan membeli kembali tanah tersebut, jual beli tanah seperti ini
disebut “jual kurung”, yang biasa terjadi dikalangan kerabat atau tetangga
yang mempunyai hubungan akrab.
Dalam perjanjian jual lepas seringkali terjadi sebelum ijab-kabul
(serah- terima) jual beli dilaksanakan berdasarkan kesepakatan kedua pihak,
pihak pembeli memberikan “panjer” atau “persekot” (voorschot) sebagai

7
tanda jadi. Panjer atau persekot itu bisa berupa sejumlah uang yang diterima
penjual dari pembeli. Apabila dikemudian hari perjanjian batal karena
kesalahan penjual maka ia harus mengembalikan panjer dua kali lipat kepada
pembeli, sebaliknya jika kesalahan itu dari pihak pembeli sehingga perjanjian
itu batal maka panjer hilang. Lain halnya dengan persekot yang merupakan
pembayaran pendahuluan dari pembeli kepada penjual. Yang akan dipotong
dari pembayaran harga pembelian keika pelunasan pembayaran dilakukan.
c) Jual Gadai
Transaksi tanah yang disebut “jual gadai” (Jawa; adol sende,
Sunda; ngajual akad/gade) adalah penyerahan tanah oleh penjual kepada
pembeli dengan harga tertentu dan dengan hak menebusnya kembali. Dalam
hal ini sebenarnya yang dijual bukan hak milik atas tanah, tetapi hak
menguasai tanah, dimana pembeli selama tanah dikuasainya ia dapat
memakai, mengolah dan menikmati hasil dari tanah gadaian itu. Selama
tanah itu belum ditebus oleh pemilik tanah/penggadai, maka tanah tersebut
dikuasai oleh pemegang gadai/pembeli gadai.
Menurut hukum adat pemegang gadai tidak mampu menuntut pemilik
tanah untuk menebus kembali tanah yang ia gadaikan, oleh karenanya jika
pemegang gadai membutuhkan uang ia dapat menempuh dua jalan yaitu
dengan “mengalihkan gadai” (onderverpanding). Yang dimaksud
“mengalihkan gadai” ialah menggadaikan tanah itu lagi kepada orang lain
atas persetujuan pemilik tanah, sehingga hubungan hukum antara pemilik
tanah dengan pemegang gadaian pertama beralih kepada pemegang gadai
kedua. Sedangkan yang dimaksud “mengganakkan gadai” adalah pemegang
gadai pertama menggadaikan kembali tanah itu kepada penggadai kedua
tanpa persetujuan pemilik tanah. Jadi hubungan hukum berlaku antara
pemegang gadai pertama dengan pemegang gadai kedua.
Menurut pasal 7 PP pengganti UU No. 56 tahun 1960 dikatakan
“barang siapa menguasai tanah pertanian dengan hak gadai sejak berlakunya
peraturan ini (yaitu tanggal 26 Desember 1960) sudah berlangsung 7 tahun
atau lebih wajib mengembalikan tanah itu kepada pemilik dalam waktu satu
bulan setelah tanaman yang ada selesai dipanen, dengan tidak ada hak untuk

8
menuntut pembayaran uang tebusan dan barang siapa melanggar, maka dapat
dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan dan atau denda
sebanyak-banyaknya Rp. 10.000,-“.
d) Jual Tahunan
Transaksi tahunan terjadi apabila pemililk tanah menyerahkan
tanahnya (sawah atau tegalan) kepada orang lain (penggarap) untuk beberapa
tahun panen dengan menerima pembayaran terlebih dahulu dari penggarap.
Setelah habis waktu tahun panen yang dijanjikan maka penggarap
menyerahkan kembali tanah itu kepada pemiliknya. Biasanya jual tahunan itu
berlaku untuk 1-3 tahun panen. Lama waktu tahun panen tergantung pada
jenis tanaman yang digarap oleh penggarap. Tanaman jagung tahun panennya
lebih singkat dari tanaman padi. Di beberapa daerah pedesaan orang jawa
biasa menyebutnya “trowongan”, “kemplongan” atau “sewa tahunan”.
5). Transaksi Menyangkut Tanah
Transaksi tanah sebagaimana diuraikan di atas adalah transaksi dimana
tanah yang dijadikan objek perjanjian. Jadi bidang tanahnya yang
ditransaksikan, sedangkan transaksi menyangkut tanah bukan bidang
tanahnya yang menjadi objek perjanjian, melainkan kekaryaannya,
pengolahannya atau dijadikan jaminan. Dengan demikian bidang tanah hanya
tersangkut saja, bidang tanah seolah-olah hanya sebagai lampiran dari
penjanjian pokok. Misalnya; “perjanjian bagi hasil”, “perjanjian sewa”,
“perjanjian berpadu”, perjanjian semu atau tanah sebagai jaminan.
a) Perjanjian Bagi Hasil
Apabila pemilik tanah membuat perjanjian dengan orang lain untuk
mengerjakan tanah, mengolah dan menanami tanaman, dengan perjanjian
bahwa hasil dari tanah itu dibagi dua (Jawa: maro, Periangan: nengah,
Sumatera: pardua, Sulawesi Selatan: tesang, Minahasa: toyo), maka
perjanjian demikian itu disebut “perjanjian bagi hasil”. Jika hasil itu
dijanjikan dibagi tiga, maka disebut “pertiga” (Jawa: mertelu, Periangan:
jejuron). Dengan perjanjian bagi bidang tanahnya, sehingga penggarap yang
tadinya tidak memiliki tanah garapan menjadi pemilik tanah pula.
b) Perjanjian Sewa Tanah

9
Transaksi sewa tanah ialah perjanjian dimana pemilik tanah atau
penguasa tanah, memberi izin kepada orang lain untuk menggunakan tanah
sebagai tempat berusaha, dengan menerima sejumlah uang sebagai sewa
untuk waktu tertentu. Misalnya menyewa tanah milik orang lain untuk tempat
berusaha, untuk membangun kedai, warung, depot minyak, tempat pangkas
rambut, untuk membangun panglong kayu ramuan rumah, untuk bengkel
pertukaran, untuk tempat penitipan barang dan lain sebagainya.
Di sumatera Selatan di masa pemerintahan marga territorial, apabila
penduduk dari daerah marga lain, memasuki daerah marga dan membuka
hutan untuk tempat berladang di daerah marga itu, maka ia harus membayar
“sewa bumi” (Bali: ngupetenin, Ambon: sewa ewang) kepada pemerintah
marga itu. Jika ia tidak membayar sewa bumi, maka ia melakukan
pelanggaran adat yang disebut “maling utan” dan dapat dikenakan hukuman.
c) Perjanjian Terpadu
Apabila terjadi perpaduan antara perjanjian yang berjalan bersama.
Dimana yang satu merupakan perjanjian pokok sedang yang lain adalah
perjanjian tambahan, maka perjanjian tersebut adalah “perjanjian terpadu”
atau “perjanjian ganda”. Misalnya terjadi perpaduan antara perjanjian jual
gadai atau jual tahunan dengan perjanjian bagi hasil atau perjanjian sewa atau
perjanjian lainnya. Jika misalnya X menggadaikan tanahnya kepada Y,
kemudian X yang mengolah tanah itu dengan perjanjian bagi hasil dengan Y,
maka perjanjian pokoknya adalah “gadai ganda” sedangkan perjanjian
tambahannya adalah “bagi hasil”.
d) Tanah Sebagai Jaminan
Dalam hal ini kebanyakan terjadi dalam hubungan denga hutang –
piutang uang atau barang yang nilai harganya agak besar. Misalnya A
berhutang uang tunai padi yang nilainya sampai satu juta rupiah kepada B
dengan memberikan jaminan tanah pekarangan. Apabila dikemudian hari
ternyata A tidak dapat membayar hutangnya pada B, maka B dapat bertindak
atas tanah jaminan (tanggungan) tersebut untuk memiliki tanah jaminan itu
atas dasar jual-beli dengan A aatu menjual tanah jaminan itu kepada orang
lain dengan memperhitungkan piutang kepada A. nilai harga tanah jaminan

10
itu biasanya lebih tinggi dari besarnya hutang. Menurut perkiraan harga
pasaran ketika perjanjian hutang diadakan.
e) Perjanjian Semu
Dikalangan masyarakat sering terjadi perjanjian semu. Yaitu suatu
perjanjian yang dibuat atau yang terjadi, tidak sama dengan kenyataan yang
berlaku sesungguhnya. Misalnya yang dikatakan kepada umum atau yang
tertulis adalah perjanjian hutang tanpa bunga, tetapi yang berlaku sebenarnya
berbunga, atau yang ditonjolkan adalah perjanjian jual-beli hasil bumi, tetapi
sebenarnya adalah “melepas uang” (Lampung: ngakuk anduk) atau sistem
“ijon” (ijoan), hasil bumi telah dibayar terlebih dahulu jauh sebelum masa
panen atau dalam jual-beli barang dengan kuitansi kosong, atau dengan
mencantumkan harga yang lebih rendah dari harga pasaran sebenarnya.

C. Hubungan Hukum Adat Perekonomian Dengan Hukum Yang Berlaku Di


Indonesia
Aspek ekonomi merupakan hal yang sangat menunjang majunya suatu
bangsa. Aspek ekonomi merupakan aspek adaptasi yang mana pembangunan
ekonomi bangsa sangat barkaitaan dengan pola regulasi hukum yang benar
sehingga dalam pelaksanaannya akan tercipta pembangunan yang ideal
sebagaimana tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945, bahwa :
“Perekonomian usaha bersama kekeluargaan. produksi yang penting
bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar - besarnya kemakmuran rakyat”
Jika demikian halnya maka dibutuhkan pola regulasi hukum yang
sinkron dan dapat mengatur secara spesifik perekonomian Indonesia sebagai
wujud pembangunan ekonomi kerakyatan sehingga tidak tumpang tindih
kebijakan yang dilahirkan. Hukum dan Pembangunan merupakan terjemahan
dari Law and Development, yang mulai berkembang di Amerika Serikat
sesudah perang dunia kedua. Perkembangan hukum dan pembangunan dapat
dibaca dari upaya lembaga-lembaga yang berhubungan dengan Amerika
dalam mempengaruhi dan memperkenalkan kepada negara-negara

11
berkembang dalam melakukan pembangunan ekonomi dan pembangunan
infrastruktur. Kemudian Amerika melakukan pengiriman, research dan juga
kongres untuk membantu negara-negara berkembang di Asia, Afrika dan
Amerika Latin dengan biaya yang besar. Biaya yang besar ini dikeluarkan
karena ada anggapan bahwa modernisasi hukum pada negara-negara yang
baru itu sangat diperlukan dan hukum yang modern itu diperlukan untuk
mempromosikan pembangunan ekonomi. Hal di atas didasari oleh pemikiran
bahwa hukum yang modern itu akan memberi pengaruh pada pembangunan
ekonomi, karena hukum yang modern itu.
Secara lebih spesifik, kearifan lokal dapat diartikan sebagai suatu
pengetahuan lokal, yang unik yang berasal dari budaya atau masyarakat
setempat, yang dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan pada tingkat
lokal dalam bidang pertanian, kesehatan, penyediaan makanan, pendidikan,
pengelolaan sumberdaya alam dan beragam kegiatan lainnya di dalam
komunitas-komunitas. Selanjutnya Wahyu juga menyatakan bahwa
kemampuan memaknai kearifan lokal oleh individu, masyarakat dan
pemerintah yang diwujudkan dalam cara berpikir, gaya hidup dan kebijakan
secara berkesinambungan dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungan
dapat diharapkan peningkatan berkualitas Negara. Pengetahuan masyarakat
adat dalam sistim pengelolaan sumber daya alam yang luar biasa
(menunjukkan tingginya ilmu pengetahuan mereka) dan dekat sekali dengan
alam.
Pokok persoalan mengenai tanah yang pada mulanya terjadi dualisme
pengaturan, setelah Negara Republik Indonesia merdeka persoalan-persoalan
mengenai tanah ini dibuatkan satu unifikasi hukum tanah yang lebih dikenal
dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UU No.5 Tahun 1960), yang mulai
berlaku sejak 24 September 1960. Dengan demikian sampai saat ini
ketentuan- ketentuan hukum yang berlaku terhadap tanah adalah berpedoman
pada UUPA tersebut disamping ketentuan-ketentuan lain yang ada kemudian
sebagai peraturan pelaksana dari UUPA tersebut.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai kedudukan hukum tanah-tanah
adat, tidak lepas dari pengetahuan tentang ketentuan hukum agraria yang

12
berlaku sebelum keluarnya UUPA tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh
Suasthawa D, bahwa sebelum berlakunya UUPA, di Indonesia berlaku dua
macam hukum tanah yaitu : hukum tanah adat dan hukum tanah barat,
sehingga dengan demikian menyebabkan ada dua macam tanah yaitu “ tanah
adat atau disebut pula tanah Indonesia yang sepenuhnya tunduk pada hukum
adat, sepanjang tidak diadakan ketentuan yang khusus untuk hak-hak
tertentu. Dan dilain pihak ada “tanah barat” atau disebut pula dengan tanah
eropah, yang dapat dikatakan bahwa tanah-tanah ini tunduk pada hukum
agraria barat yang kesemuanya terdaftar pada kantor pendaftaran tanah
menurut “overschrijvingsordonantie” atau ordonansi balik nama (stb.1834
No.27). jadi tanah-tanah yang tunduk pada hukum (agraria) adat adalah
termasuk tanah adat yang ada di Bali (Selanjutnya baca : I Made Suasthawa
D, 1987,h.21-22)

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian hukum perekonomian, adalah aturan-aturan hukum adat
yang mengatur tentang bagaimana hubungan-hubungan hukum yang berlaku
dalam masyarakat, di kalangan rakyat jelata terutama di pedesaan, dalam
usaha mereka memenuhi kebutuhan hidupnya dalam perekonomian. Terdapat
beberapa fungsi tanah yang merupakan aset penting dalam hukum adat yakni
karena sifatnya dan karena fakta.
Hal-hal yang terdapat dalam hukum adat perekonomian ini meliputi :
a. Hak-hak Kebendaan
Menurut hukum adat hak atas tanah itu terpisah dari hak atas bangunan
atau juga hak atas tanam tumbuhan. Begitu pula hukum adat tidak
membedakan antara barang tetap dan barang bergerak.
b. Kerja sama dan tolong-menolong
Adat yang berada di Indonesia ialah kerja sama antara satu sama lain dan
tolong menolong seperti bersama membangun ladang pertanian yang akan
dibagi kadang kotak tersebut kepada anggota kerja sama itu.Jika kerja sama
itu ditujukan kepada pembangunan jalan, atau perbaikan jalan yang rusak
maka hal tersebut dinamakan dengan istilah “gotong-royong”.
c. Usaha Perorangan
Yang dimaksud dengan usaha perorangan adalah perbuatan perorangan,
yaitu dengan perbuatan menyerahkan atau mengerjakan sesuatu oleh orang
satu dan orang yang lain dan berlaku timbal-balik. Misalnya yang disebut :
g. Beri-memberi
h. Pakai-Memakai
i. Jual-Beli
j. Titip-Menitip
k. Hutang-Piutang
l. Kerja-Mengerjakan
d. Transaksi Tanah dan Transaksi Menyangkut Tanah

14
Terjadinya hak milik atas tanah misalnya dikarenakan perorangan dengan
keluarganya membuka tanah hutan untuk tanah peladangan, sampai menjadi
tempat usaha yang tetap dengan penanaman tanaman tumbuhan. Sehingga
menjadi tempat kedamaian sementara yang disebut “susukau” itu merupakan
perbuatan sepihak, yang menimbulkan hak atas tanah bagi yang
membukanya. Diantaranya meliputi hak atas tanah, jual lepas, jual gadai, jual
tahunan.
Transaksi tanah sebagaimana diuraikan di atas adalah transaksi dimana
tanah yang dijadikan objek perjanjian. Jadi bidang tanahnya yang
ditransaksikan, sedangkan transaksi menyangkut tanah bukan bidang
tanahnya yang menjadi objek perjanjian, melainkan kekaryaannya,
pengolahannya atau dijadikan jaminan. Dengan demikian bidang tanah hanya
tersangkut saja, bidang tanah seolah-olah hanya sebagai lampiran dari
penjanjian pokok. Misalnya perjanjian bagi hasil, perjanjian sewa tanah,
perjanjian terpadu, tanah sebagai jaminan, dan perjanjian semu.
Aspek ekonomi merupakan hal yang sangat menunjang majunya
suatu bangsa. Aspek ekonomi merupakan aspek adaptasi yang mana
pembangunan ekonomi bangsa sangat barkaitaan dengan pola regulasi
hukum yang benar sehingga dalam pelaksanaannya akan tercipta
pembangunan yang ideal. Hukum dan pembangunan merupakan dua istilah
dari Law dan Development.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hadikusuma, S.H, Prof. H. Hilman., Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Penerbit
Mandar Maju (Bandung, 1992)
Henri, Artikel Pengertian Hukum Perekonomian Adat dan Subjek Hukum Adat, (2018)
Salsabila, Aura Pramesti., Karya Tulis Ilmiah Hukum Adat Perekonomian, (Bandung,
2021)
Stb. 1834 No. 27

16

Anda mungkin juga menyukai