Anda di halaman 1dari 20

Materi Kuliah Kriminologi

KRIMINOLOGI
OLEH:
IVAN ZAIRANI LISI,SH,
S.Sos,M.Hum
Tujuan kriminologi :
1.Memberikan saran dalam pembuatan Rencana Undang-undang (hukum pidana)
2.Untuk memperbaharui pandangan hukum pidana terhadap masalah kejahatan dalam
masyarakat dengan jalan memperhatikan catatan-catatan tertentu tentang
kejahatan hukum adat
3.Untuk memperlihatkan bahwa kejahatan sangat mahal
4.Untuk menghindari rasa benci yang negatif atau rasa simpati yang tidak
sehat/tidak positif pada pelaku kejahatan

BAB I. PENDAHULUAN
Kriminologi berasal dari istilah:
- crimino, crimen, crime yaitu kejahatan
- logos yaitu pengetahuan
Sehingga: Kriminologi berarti: Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab –
sebab kejahatan,pelaku kejahatan dan cara menanggulangi kejahatan

Manfaat kriminologi
1.Salah satu dasar /latar belakang ilmu untuk profesi dan pekerja sosial dapat
menggunakan kriminologi dalam menaggulangi masalah masyarakat yang ditangani
2.Untuk menghindarkan rasa benci atau rasa simpati yang tidak positif/tidak sehat
pada pelaku kejahatan
3.Manfaat lain baik bagi pribdi, masyarakat maupun ilmu pngetahuan sendiri

Kuliah 2
Ruang lingkup kriminologi
1. Mempelajari manusia sebagai pelaku kejahatan.
2. Kejahatan sebagai reaksi dari masyarakat.
3. Penanggulangan kejahatan termasuk penegak hukum.

OBJEK KRIMINOLOGI
1. Para sarjana penganut aliran hukum (Yuridis) :
- penjahat itu adalah mereka yang sudah diputuskan oleh pengadilan sebagai
penjahat karena  kejahatan yang dilakukannya
- kejahatan adalah perbuatan yang ditetapkan oleh negara dalam hukum pidana dan
diancam sanksi
2. Para sarjana penganut aliran non yuridis (sosiologis)
- kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan oleh masyarakat
3. Pandangan kriminologi baru tentang kejahatan, penjahat dan reaksi masyarakat

- kejahatan perilaku yang menyimpang dengan OBJEK KRIMINOLOGI melihat


kondisi-kondisi struktural yang ada dalam masyarakat dan menempatkan perilaku
menyimpang dalam konteks ketidakmerataan kekuasaan, kemakmuran dan otoritas
serta kaitannya dengan perubahan-perubahan ekonomi dan politik dalam
masyarakat.

HUBUNGAN KRIMINOLOGI DENGAN DISIPLIN ILMU LAIN


Pembagian ilmu pengetahuan:
1. Ilmu sosial yakni kelompok ilmu pengetahuan yang meneliti hidup manusia seperti
ekonoi, antropologi, psikologi, sejaah sosologi
2. Ilmu pengetahuan kerohanian (humaniora) yakni ilmu pengetahuan yang
mempelajari perwujudan spritual kehidupan bersama seperti filsafat, kesenian,
agama, ilmu bahasa
3. Ilmu pengetahuan alam yakni kelompok ilmu pengetahuan yang mempelajari alam
seperti fisika dan biologi Dari hal diatas terlihat kriminologi termasuk dalam ilmu
Sosial, seperti dalam bagan berikut:

SKEMA NOACH
Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang membahas kejahatan dan penyelewengan
tingkah laku manusia baik sebagai gejala sosial maupun psikologi sehingga
dibutuhkan ilmu sosiologi, psikologi, psikiatri, hukum pidana, dan kriminologi sebagai
pusat berbatasan dengan Ilmu tersebut
SKEMA SAUER
1. Ilmu pengetahuan alamiah
2. Ilmu pengetahuan sosial
3. Ilmu pengetahuan normatif
4. Kriminologi
SKEMA ANGLO SAXON
1. Kriminologi
2. Sosiologi
3. Sosiografi
KRIMINOLOGI TERBAGI ATAS:
1. Arti luas menyangkut :
- arti sempit (Bonger, Sutherland)
- Kriminalistik
- Penologi ( ilmu yang mempelajari hukuman serta pencegahan dengan cara yang
tidak bersifat hukuman)
- Viktmologi ( ilmu yang mempelajari tentang korban kejahatan)
2. Arti luas juga menyangkut:
- Arti sempit :
a. Perbuatan jahat;
- sosiologi kriminil
- psikologi kriminil
b. Gejala kejahatan;
- statistik kriminil
- tipologi kriminil
BONGER
1. Kriminologi teoritis meliputi sosiologi kriminil, antropologi kriminil, neuro patologi
kriminil
2. Kriminologi praktis meliputi hygiene kriminil, kriminalistik dan politik kriminal
SUTHERLAND
1. Sosiologi hukum merupakan analisa ilmiah tentang kondisi sosial yang
mempengaruhi perkembangan pidana
2. Etiologi kriminal merupakan ilmu yang mempelajari sebab-sebab terjadinya
kejahatan
3. Penologi yang mempelajari hukuman
LOUWAGE
Kriminologi dalam arti luas meliputi:
1. Arti sempit
2. Kriminalistik
3. penologi
Kriminologi sebagai body knowledge
1. Manusia secara biologis terdiri dari disiplin ilmu psikologi, psikiatri, endrologi dll
2. Manusia dalam zoon paliticon terdiri dari ilmu sosiologi, antropologi (sosial,
budaya) ilmu politik, ilmu ekonomi, ilmu sejarah dll
3. Manusia dalam tatanan norma pergaulan hidup seperti teologi, etika, hukum dll
Menurut Simanjuntak:
1. Ilmu Filsafat untuk meneliti permasalahan kenapa manusia bisa jahat
2. Sosiologi kriminal mempelajari faktor sosial yang menyebabkan timbulnya reaksi
masyarakat dan akibat kejahatan
3. Antropologi kriminal mengintrodusir sebab-sebab kejahatan karena kelainan
anatimis yang dibawa sejak lahir
4. Psikologi kriminal meneliti penyimpangan jiwa , relasi watak, penyakit dengan
bentuk kejahatan serta situasi psikologis yang memotivasi tindakan jahat
5. Penologi membahas timbulnya dan pertumbuhan hukuman artinya hukuman serta
faedah hukuman
6. Neuro pathologi kriminal meneliti penyimpangan urat syaraf terhadap timbulnya
kejahatan
PERKEMBANGAN KRIMINOLOGI
1. Periode pra 1830
2. Periode 1830 sampai sekarang terdiri dari:
a. Masa 1830 s/d 1960
b. Masa 1960 sampai sekarang
1. PERIODE MASA PRA 1830
Plato menyebut emas dan manusia adalah penyebab adanya kejahatan, makin tinggi
pandangan tentang kekayaan oleh manusia makin merosot penghargaan kesusilaan.
Sehingga apabila dalam setiap negara banyak terdapat orang miskin maka akan
terdapat bajingan-bajingan, pemerkosa agama dan penjahat dari
A. Plato
berbagai corak. Mengatasinya Plato menyatakan bahwa adanya rasa komunal dalam
suatu masyarakat, anggotanya akan berbuat sama dalam hal kebaikan, sehingga yang
miskin dan kaya tidak akan ditemui ketakaburan, kezaliman dan rasa iri hati serta
benci (pandangan ‘utopi’)
b. Aristoteles
Sedangkan Aristoteles menyatakan kemiskinan menimbulkan kejahatan dan
pemberontakan, kejahatan terbesar tidak diperbuat untuk hidup
1. PERIODE MASA PRA 1830
tapi untuk kemewahan. Bonger menyimpulkan uraian ahli tersebut berpengaruh
dalam lapangan hukuman yaitu hukuman dijatuhkan bukan karena telah berbuat
jahat tetapi agar jangan berbuat jahat
2. Masa sesudah 1830 s/d sekarang
A. Masa 1830 sampai 1960
Disebut juga masa kriminologi klasik atau Positivistis (Etiologi Kriminil) karena
mengutamakan pendekatan sebab musabab yaitu melihatnya dari diri penjahat untuk
menuju sasaran perbaikan atau penanggulangan kejahatan dengan didukung teori
dari berbagai disipli ilmu pengetahuan berpendapat bahwa kejahatan dilakukan oleh
orang/sekelompok orang karena kondisi yang ada padanya serta lingkungan
pergaulan yang mempengaruhinya, sehigga lahirlah aliran bioantropologis, aliran
lingkungan dan aliran kombinasi (multiple factor approach)
Sutherland (19120) melalui teori sosiologi menyatakan bahwa kejahatan dapat
dilakukan oleh siapa saja bukan monopoli orang atau sekelompok dalam kondisi
tertentu. Disebabkankejahatan adalah perilaku yang timbul melalui
2. Masa sesudah 1830 s/d sekarang
proses belajar dalam kehidupan sosial tertentu (seperti disorganisasi sosial,
mobilitas sosial dan konflik budaya) akan berpengaruh dalam mewarnai timbulnya
kejahatan pada masyarakat yang mengalami proses tersebut.

b. Masa 1960-an sampai sekarang


Disebut juga masa kriminologi kritis (Critical Criminology) dimana kejahatan
merupakan suatu konstruksi sosial yaitu pada waktu suatu masyarakat menetapkan
sejumlah perilaku dan orang dinyatakan sebagai pelaku/penjahatnya.
Kejahatan dan penjahat bukanlah gejala yang secara bebas dan objektif dipelajari
para ilmuwan tapi ditentukan oleh masyarakat sehingga kejahatan dan penjahat
tergantung waktu dan tempat tertentu
Pendekatan Kriminologi :
1. Pendekatan kriminologi yang mempelajari arti yang diberikan oleh
suatu  masyarakat pada kejahatan yang terjadi (pendekatan Interaksionis) yaitu
upaya dalam mempelajari bagaimana proses diberikannya “label/stigma” kejahatan
dan penjahat oleh masyarakat. Proses terjadinya label/stigma melalui pernyataan-
pernyataan yang oleh masyarakat terhadap suatu perbuatan tertentu dan begitu
pun kepada orang yang melakukan perbuatan tersebut sebagai sesuatu yang tidak
baik/jahat.
2. Pendekatan kriminologi yang menitik beratkan pada masalah (pendekatan konflik)
pengertian kejahatan dari aspek power/kekuasaan artinya semakin besar kekuasaan
yang dimiliki Pendekatan Kriminologi : maka akan lebih mudah menentukan
perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kepentingannya sebagai perilaku
yang perlu diancam pidana/kejahatan.
BAB II. KEJAHATAN
A. Pengetian Kejahatan
Kejahatan menurut Kamus Bahasa Indonesia yaitu perilaku yang bertentangan
dengan nilainilai dan norma-norma yang berlaku yang telah disahkan oleh hukum
tertulis (huku pidana) Donald R Taft,kejahatan adalah perbuatan yang melanggar
hukum pidana (a crime is an act forbidden and made punishable by law)
A. Pengertian Kejahatan
Kejahatan secara praktis yaitu pelanggaran atas norma-norma agama, kebiasaan,
kesusilaan yang hidup dalam masyarakat. Kejahatan secara religi adalah pelanggaran
atas perintah Tuhan (dosa) Kejahatan secara yuridis yaitu setiap perbuatan ataupun
kelalaian yang dilarang oleh hukum publik untuk melindungi masyarakat dan diberi
pidana oleh negara dan nyata-nyata dinukilkan dalam perundang-undangan pidana
negara.
Ketiga pengertian inilah kejahatan menurut kriminologi karena kriminologi lebih luas
dari hukum pidana
B. Kenakalan Remaja
Kejahatan yang dilakukan oleh remaja dinamakan kenakalan remaja (Juvenile
Deliquency). Istilah ini hanya dalam ilmu sosial terutama kriminologi dalam hukum
pidana tidak dikenal.
B. Simanjuntak kenakalan remaja adalah perbuatan dan tingkah laku yang merupakan
perkosaan terhadap norma hukum dan pelanggaran-pelanggaran terhadap kesusilaan
yang dilakukan oleh para Juvenile Deliquents. Menurut Badan Koordinasi Nasional
untuk Kesejahteraan Keluarga Anak (BKN-KKA) adalah sebagai kelainan dalam
tingkah laku serta perbuatan ataupun tindakan remaja yang bersifat a sosial
(menakui adanya norma-norma sosial tetapi dilanggarnya) atau bahkan anti sosial
(tidak mengakui adanya norma-norma sosial tetapi dilanggarnya) dalam hal mana
terdapat pelanggaran-pelanggaran terhadap norma agama yang berlaku dalam
masyrakat dan tindakan melanggar hukum yang apabila dilakukan oleh orang dewasa
disebut pelanggaran atau kejahatan yang dapat dituntut ataupun dihukum menurut
ketentuan hukum yang berlaku.
Contoh kenakalan remaja:
- Melawan orang tua
- Pergi tanpa pamit kepada orang tua
- Suka usil
- Tidak menghormati orang tua/orang lain/guru/dosen
- Semena-mena terhadap orang lain,
- Melakukan tindak pidana seperti membunuh, mencuri, merampok, memperkosa dan
seks bebas serta narkoba
Penyebab Kenakalan Remaja:
a. Sebab Intern yaitu keadaan yang berasal dari dalam diri remaja seperti:
- Cacat keturunan yang bersifat biologis dan psikis tertentu yang tidak
mendapatkan perawatan dan penyaluran khusus
- pembawaan yang negatif dan sukar untuk dikendalikan
- pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja
- lemahnya kemampuan pengawasan diri serta sikap menilai keadaan sekitarnya
- Kurangnya kemampuan mengadakan penyesuaian dengan lingkungan dengan baik
b. Sebab extern yaitu yang berasal dari luar diri remaja seperti:
- Kurang mendapat perhatian dan cinta dari orang tua atau wali
- Perhatian dan dedikasi gurudosen terhadap murid/mahasiswa kurang
- sifat-sifat negatif anak yang latent
- kurang mendapat pengendalian dari orang tuanya hingga guru/dosen tidak mampu
mengatasinya

Kuliah 6
C. Klasifikasi Kejahatan
Menurut Sutherland klaifikasi berdasarkan: Menyolok atau kegarangan dari
kejahatan tersebut terdiri atas kejahatan dan ksalahan kecil. Kejahatan terbagi
lagi atas kejahatan lebih serius (felony) dan kejahatan kurang serius
(misdemeanor)
Menurut Bonger klasifikasi berdasarkan motif para pelaku yaitu kejahatan
ekonomis, kejahatan seksual, kejahatan politik dan kejahatan dengan pembalasan
dendam sebagai motif utamanya Menurut Marshall B Clinard tipologi kejahatan
harus disusun berdasrkan suatu teori umum tentang kejahatan dengan didasarkan

4 karakteristik yaitu:
1. Karir penjahat dari sipelanggar hukum
2. Sejauhmana perilaku itu memperoleh dukungan kelompok
3. Hubungan timbal balik antara kejahatan pola-pola perilaku yang sah dan
4. Reaksi sosial terhdap kejahatan.
Sedangkan tipe kejahatannya yaitu:
1. Kejahatan perorangan dengan kekerasan yang meliputi bentuk-bentuk perbuatan
kriminal seperti pembunuhan dan perkosaan
2. Kejahatan terhadap harta benda yang dilakukan sewaktu-waktu termasuk
pencurian kendaraan bermotor
3.Kejahatan yang dilakukan dalam pekerjaan dan kedudukan tertentu pada
umumnya dilakukan oleh orang berkedudukan tinggi.
4.Kejahatan politik yang meliputi pengkhianatan, spionase, sabotase dan sebagainya.
5.Kejahatan terhadap ketertiban umum
6. Kejahatan konvensional yang meliputi perampokan temasuk bentuk pencurian
dengan kekerasan dan pemberatan
7. Kejahatan terorganisasi seperti pemerasan, pelacuran,perjudian terorganisasi,
peredaran narkoba dan sebagainya
8.Kejahatan profesional yang dilakukan sebagai suatu cara hidup seseorang

Kuliah 7
BAB III. PENJAHAT
A. Pengertian Penjahat
Sutherland menyatakan a person who commits a crime (seseorang yang melakukan
perbuatan kejahatan) Istilah penjahat tidak ada dalam hukum pidana, penjahat
istilah dalam ilmu sosial (kriminologi) sedangkan dalam hukum pidana  istilah
tersebut sesuai dengan tingkatannya, tersangka kalau perkaranya masih di  tingkat
penyidikan, terdakwa apabila telah sampai kepersidangan dan jaksa penuntut umum
telah mendakwanya dengan suatu pasal, terpidana apabila hakim berpendapat ia
bersalah dan cukup alat bukti untuk membuktikan kesalahannya, dan narapidana
apabila ia menjalani pidananya di lembaga pemasyarakatan. Hal tersebut
dikarenakan “asas pruduga tak bersalah”sehingga apabila belum ada putusan yang in
kracht yang bersangkutan belum bisa dinyatakan sebagai orang yang melakukan
perbuatan kejahatan Lombroso menyatakan penjahat adalah seorang yang dapat
dilihat dari penelitian bagian badan dengan pengukuran antropometris, pendapat ini
ditolak Vollmer, penjahat adalah orang yang dilahirkan tolol dan tidak mempunyai
kesempatan untuk merubah tingkah laku anti sosial, ini juga ditolak Parsons
menyatakan penjahat adalah orang yang mengancam kehidupan dan kebahagiaan
orang lain dan membebankan kepentingan ekonominya Mabel Elliot penjahat adalah
orang-orang yang gagal dalam menyesuaikan dirinya dengan norma-norma
masyarakat sehingga tingkah lakunya tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat. H.
Hari Saheroedji menyimpulkan semua defenisi tersebut bahwa penjahat adalah
orang yang berkelakukan anti sosial, bertentangan dengan norma-norma
kemasyarakatan dan agama serta merugikan dan mengganggu ketertiban umum.
B. Klasifikasi Penjahat
Mathew dan Moreau membagi penjahat atas:
- Penjahat profesional yang menghabiskan masa hidupnya dengan kegiatan kriminal
- Penjahat accidental yang melakukan kejahatan sebagai akibat situasi lingkungan
yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya
- Penjahat terbiasa yang terus melakukan kejahatan oleh karena kurangnya
pengendalian diri.
Lindesmith dan Dunham membagi atas:
- Penjahat individual yang bekerja atas alasan pribadi tanpa dukungan budaya
-Penjahat sosial yang di dukung oleh norma-norma tertentu
dengan  memperolehstatus dan penghargaan dari kelompoknya
Gibbons dan Garrit y membedakan:
- Kelompok penjahat yang seluruh orientasi hidupnya dituntun oleh kelompok
pelanggar hukum
- Kelompok penjahat yang orientasi hidupnya sebagian besar dibimbing  oleh
kelompok bukan pelanggar hukum
GW Bawengan yang dikutip dari
Ruth Shonle Cavan tediri dari:
1. The casual offender, pelanggaran kecil sehingga tidak bisa disebut
penjahat  seperti naik sepeda tidak pakai lampu di malam hari
2. The occasiona criminal, kejahatan enteng
3. The episodic criminal, kejahatan karena dorongan nemosi yang hebat, awalnya
bercanda akhirnya karena tersinggung membunuh
4. The white collar crime, menurut Sutherland adalah kejahatan yang dilakukan oleh
pengusaha dan pejabat dalam hubungan dengan fungsinya.
Menurut Ruth S.Cavan mereka kebal dengan hukum karena punya kekuasaan dan
kemampuan materil
5.The habitual criminal, yang mengulangi kejahatan(residivis)
6. The profesional criminal, kejahatan sebagai mata pencaharian dan mengeai delik
ekonomi atau yang berlatar perekonomian
7. Organized crime, kejahatan dengan suatu organisasi dengan organisator yang
mengatur operasi kejahatan
8. The mentally abnormal criminal, menurut Cavan seperti golongan psychopatis dan
psychotis
9. The nonmalicious criminal, kejahatan yang mempunyai arti relatif, karena ada
sebagian bagi kelompok lain itu bukan merupakan kejahatan seperti bugil dalam
suatu ritual kepercayaan itu perbuatan suci bagi kelompok lain ini merupakan
kejahatan
C. Delinkwen
Remaja menurut BKN-KKA adalah proses usia perkembangan seseorang( laki-laki
atau perempuan ) dalam batas atas kategori anak dan di bawah kategori dewasa
antara usia 13-17 tahun dan belum menikah Bakolak Inpres N0.6/1971 menyebut
diatas 12 tahun dan di bawah 18 tahun dan belum menikah dan ditambah dengan
catatan pelaku bukan lagi anak-anak dan belum dewasa Psikolog Zakiyah Drajat
menyatakan remaja adalah usia transisi dimana seseorang individu telah
meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh tanggung jawab baik terhadap
diri maupun masyarakat antara 13 dan 21 tahun Dalam hukum perdata pasal 330 BW
dinyatakan belum dewasa adalah umur mereka yang belum mencapai  umur genap 21
tahun dan tidak lebih dahulu kawin, apabila perkawinan dibubarkan sebelum usia 21
tahun, tidak kembali dalam kedudukan belum dewasa
Dalam hukum pidana pasal 45 KUHP dinyatakan jika seorang yang belum dewasa
dituntut karena perbuatannya yang dikerjakannya ketika umurnya belum 16 tahun …
Namun dengan keluarnya UU N0.3/1997 pasal diatas tidak berfungsi lagi maka
berdasarkan :
Pasal 1 ayat (1) dinyatakan anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah
mencapai umur 8 tahun tapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin.
Sedangkan anak nakal menurut pasal 1 ayat (2) yaitu:
1. Anak yang melakukan tindak pidana atau
2. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik
menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang
hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan Maka berlaku ketentuan
undang-undang diatas menghapus ketentuanlain kecuali:
1. Pasal 4 ayat (2) dalam hal anak melakukan tindak pidana pada batas umur
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1): 8-18 tahun dan diajukan ke sidang pengadilan
setelah anak yang bersangkutan melampaui batas umr tersebut tapi belum mencapai
umur 21 tahun tetap diajukan ke sidang anak
2. Pasal 5 ayat (1) dalam hal anak belum mencapai umur 8 tahun melakukan atau
diduga melakukan tindak pidana maka terhadap anak tersebut dapat dilakukan
pemeriksaan oleh penyidik, ayat (2) jika masih bisa dibina oleh orang tua atau wali
penyidik menyerahkan kepada mereka, ayat (3) apabila penyidik berpendapat anak
tersebut tidak bisa dibina oleh orang tua atau wali maka anak tersebut diserahkan
ke Departemen Sosial setelah mendengar pertimbangan Pembimbing
Kemasyarakatan Batas umur remaja berbeda setiap negara seperti di Eropa remaja
antara umur 16 dan 21 tahun, Belgia umur tertinggi bagi remaja 16 tahun, Swedia
adalah 21 tahun, Syria 15 tahun dan Jepang 20 tahun

Kuliah ke-7 Mid Semester


Kuliah 9
BAB IV.
KAUSA DAN TEORI KEJAHATAN
A. Sejarah Perkembangan Akal Pemikiran Manusia yang menjadi Dasar Dibangunnya
Teori-teori Kriminologi
1. Spritualisme
bahwa segala kebaikan bersumber dari Tuhan dan segala keburukan datang dari
setan, orang yag melakukan kejahatan dianggap sebagai orang yaang telahterkena
bujukan setan. Bencana alam dipandang sebagai hukuman atas pelanggaran norma
2. Naturalisme
Perkembangan paham rasionalis muncul dari ilmu alam setelah abad pertengahan
menyebabkan manusia mencari model penjelasan lain yang lebih rasionil dan mampu
dibuktikan secara ilmiah, lahirnya rasionalisme di Eropa menjadikan pendekatan ini
mendominasi pemikiran tentang kejahatan pada abad selanjutnya
Tiga aliran tentang teori kejahatan:
1. Aliran klasik
Dasarnya manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas (free will) Dalam
bertingkah laku manusia memiliki kemampuan untuk memperhitungkan segala
tindakan berdasarkan keinginannya (Hedonisme) atau manusia dalam berprilaku
dipandu oleh 2 hal yaitu penderitaan dan Kesenangan. Pemikiran ini mendasari L
Beccaria menuntut adanya persamaan dihadapan hukum bagi semua orang dan
hukuman yang dijatuhkan harus sebanding dengan perbuatan/kelakuan
2. Aliran Neo Klasik
Pembaharuan dari aliran klasik karena tidak ada keadilan misal anak-anak di
hukum,orang gila di hukum maka aliran neo klasik aspek kondisi pelaku sudah mulai
diperhitungkan
3. Aliran Positif Dibagi atas 2 pandangan:
1. Determinisme Biologis yaitu teori yang
mendasari pemikiran bahwa perilaku manusia sepenuhnya tergantung pada pengaruh
biologis yang ada dalam dirinya.
2. Determinisme Cultural yaitu teori yang mendasari pemikirannya pada pengaruh
sosial, budaya dan lingkungan dimana seseorang hidup
B. Pendekatan dalam mempelajari Kejahatan(Herman Manheim):
1. Pendekatan Deskriptif
yaitu suatu pendekatan dengan cara melakukan observasi dan pengumpulan data
yang berkaitan dengan fakta-fakta tentang kejahatan dan pelaku kejahatan seperti:
a. Bentuk tingkah laku
b. Cara bagaimana kejahatan dilakukan
c. Frekwensi kejahatan pada ruang dan waktu yang berbeda
d. Ciri khas pada pelaku kejahatan seperti usia, jenis kelamin, bentuk tubuh
e. Perkembangan karier seorang pelaku kejahatan Pendekatan ini harus memenuhi
syarat-syarat:
a.Pengumpulan fakta-fakta tak dapat dilakukan secara random, jadi harus dilakukan
secara selektif
b.Harus dilakukan penafsiran, evaluasi dan memberikan pengertian secara umum
terhadap fakta-fakta yang diperoleh.
2. Pendekatan sebab akibat (kausal)
Artinya fakta-fakta yang ditemukan dalam masyarakat dapat ditafsirkan untuk
mengetahui sebab musabab kejahatan, baik dalam kasus yang bersifat individual
maupun yang bersifat umum Hubungan kausal dalam kriminologi berbeda dalam
hukum pidana, kalau dalam huku pidana berkaitan erat dengan delik materil untuk
menentukan seseorang dapat dituntut harus ada hubungan kausal antara perbuatan
seseorang dengan akibat yang dilarang oleh dan hal itu harus dapat dibuktikan,
kalau dalam kriminologi hubungan sebab akibat itu dalam hukum pidana sudah dapat
dibuktikan setelah itu baru dilakukan pengkajian hubungan sebab akibat secara
kriminologi untuk menjawab pertanyaan mengapa seseorang itu sampai melakukan
kejahatan melalui pendekatan yaitu Etiologi Kriminal
3. Pendekatan secara Normatif
Artinya kriminologi sebagai ideographic discipline dan nomotheitic discipline.
Ideographic discipline yaitu mempelajari fakta-fakta, sebab akibat dan
kemungkinan dalam kasus individual, sedangkan nomotheitic discipline yaitu
kriminologi bertujuan untuk menemukan atau mengungkapkan hukum-hukum
umumnya bersifat ilmiah yang diakui keseragaman dan kecendrungannya.
Kuliah 10
c. Teori Makro
(Teori yang bersifat abstrak):
1. Teori anomi,
teori yang mencari sebab kejahatan dari sosio-kultural dengan berorientasi pada
kelas sosia . Emile Durkheim orang yang pertama kali menggunakan istilah anomi
untuk menggambarkan keadaan yang disebut Deregulation didalam masyarakat
(hancurnya keteraturan sosial akibat hilangnya  patokanpatokan dan nilai-nilai)
Robert Merton juga penganut Anomi tapi berbeda dengan Durkheim yaitu teorinya
membagi norma sosial menjadi 2 jenis yakni tujuan sosial (Societal goals) dan sarana
yang tersedia (Accept talk means) untuk mencapai tujuan tersebut terdapat sarana
yang dipergunakan. Tapi dalam kenyataannya tidak semua orang dapat menggunakan
sarana yang tersedia sehingga digunakan berbagai cara untuk mendapatkan hal itu
yang menimbulkan penyimpangan dalam mencapai tujuan.
2. Teori Konflik
Dimana masyarakat lebih bercirikan konflik daripada konsensus. Perspektif pluralis
yang melihat masyarakat terdiri dari banyak kelompok, kalau perspektif konflik
dalam suatu masyarakat terdapat 2 kelompok yang saling berlomba untuk
mendominasi masyarakat.
Teori konflik terdiri dari:
1. Konflik konservatif menekankan pada 2 hal yaitu kekuasaan dan penggunaan.
Dimana konflik muncul diantara kelompok yang mencoba untuk menggunakan kontrol
atas situasi atau kejadian. Mereka yang berkuasa dapat mempengaruhi pembuatan
putusan juga dapat memaksakan nilai-nilai terhadap kelas sosial yang lebih rendah
2. Radikal konflik
Dimana terdapatnya ketidaksenagan dalam penyebaran sumber-sumber langka dalam
masyarakat sementara semua oang merasa berhak atas sumber langka tersebut,
inilah penyebab adanya konflik dalam masyarakat.Konflik timbul antara yangn
mempunyai kekuasaan dengan yang tidak mempunyai kekuasaan, seperti buruh
dengan pemilik modal.
Kuliah 11
d. Mikro Teori
Yaitu teori yang bersifat kongkrit yang berusaha menjelaskan bagaimana seorang
menjadi jahat.Terkenal dengan Teori sosial kontrol yang memulai pertanyaan
mengapa oang mentaati norma atau tidak semua orang melanggar hukum.
Jawabannya karena orang mengikuti hukum sebagai respon atas kekuatan-kekuatan
pengontrol tertentu dalam kehidupan mereka. Mereka menjadi kriinil ketika
kekuatan yang mengontrol tersebut lemah atau hilang. Menurut Travis Hirchi
dengan perfectif micro sosiological studies (social bond)
ikatan sosial ada 4:
1. Attachment dibagi menjadi attachment total dan attachment partial.
Attachment total yaitu suatu keadaan dimana seseorang individu melepas ego yang
terdapat dalam dirinya diganti dengan rasa kebersamaan, rasa kebersamaan inilah
yang mendorong seseorang untuk selalu mentaati hukum karena melanggar berarti
menyakiti perasaan orang lain. Attachment partial yaitu suatu hubungan antara
seorang individu dengan lainnya dimana hubungan tersebut tidak didasarkan pada
peleburan ego dengan ego yang lain tapi hadirnya orang lain yang mengawasi. Dari 2
hal itu dapat diketahui bahwa attachment total akan mencegah hasrat seseorang
melakukan deviasi sedangkan attachment partial hanya menimbulkan kepatuhan bila
ada orang lain yang mengawasi bila tidak ada maka terjadi deviasi.
2. Comitment
Yaitu keterikatan seseorang pada sub sistem konvensional seperti sekolah,
pekerjaan, organisasi dan sebagainya. Komitmen merupakan aspek rasional yang ada
dalam ikatan. Segala kegiatan yang dilakukan bermanfaat bagi ikatan tersebut bisa
berupa harta benda, reputasi, masa depan dan sebagainya
3. Involvement
Merupakan aktivitas seseorang dalam sub sistem konvensional . Jika seseorang
berperan aktif dalam organisasi kecil kemungkinan terkena deviasi. Logikanya mreka
menghabiskan waktu dan tenaga dalam kegiatan tersebut. Sehingga tidak ada waktu
untuk memikirkan dan berbuat yang melanggar hukum
4. Beliefs
Merupakan aspek moral yang terdapat dalam ikatan sosial, yang merupakan
kepercayaan seseorang pada nilai-nilai moral yang ada. Kepercayaan terhadap norma
atau agama akan menyebabkan orang patuh pada norma tersebut
Kuliah 12
e. Bridging Teori
Merupakan teori yang menengahi antara makro dengan mikro teori. Terdiri atas:
1. Teori sub kultur
Sub kultur adalah suatu sub bagian budaya diantara budaya dominan dalam
masyarakat yang memiliki norma-norma, keyakinan-keyakinan dan nilai-nilainya
sendiri. Sub kultur timbul ketika sejumlah orang dalam keadaan serupa mendapati
diri mereka terpisah dari masyarakat banyak dan kemudian secra bersama saling
mendukung. Sub kultur bisa orang se-suku,bangsa minoritas, penghuni penjara,
kelompok profesi dan sebagainya
a. Deliquent Sub Cultur
Albert Cohen melalui suatu penelitian menyatakan bahwa perilaku deliquen lebih
banyak terjadi pada laki-laki kelas bawah (lowerclass) dan mereka lebih banyak
membentuk geng, tidak terdapat alasa yang rasional bagi deliquen sub kultur untuk
mencuri (selain mencari status kebersamaan), mencari kesenangan dengan
menibulkan kegelisahan pada orang lain juga meremehkan nilai-nilai kelas menengah
b. Teori Differential Opportunity Ricard Cloward dan Llloyd Ohlin mengkobinasikan
teori strain, differential asociation dan social disorganization. Dimana delinquent
sub culture tumbuh subur di daerah-daerah kelas bawah dan mengambil bentuk
tertentu yang mereka lakukan karena kesempatan untuk mendapatkan ukses secara
tidak lebih tersebar secara merata dibanding kesempakatan untuk meraih sukses
secara sah.
Kuliah 13
Bab V. Statistik Kriminal
A. Statistik Kriminal
1. Pengertian Statistik:
a. Dalam arti sempit yaitu Kumpulan fakta yang merupakan data ringkasan yang
berbentuk angka (kuantitatif) seperti statiatik tentang jumlah penduduk,rata-rata
usia, pekerjaan, jenis kelamin dan sebagainya
b. Dalam arti luas yaitu ilmu yang mempelajari cara pengumpulan, pengolahan,
penyajian dan analisa data serta penarikan kesimpulan berdasarkan fakta-fakta dan
penganalisaan yang dilakukan.
2. Bidang Statistik :
a.Statistik deskriptif (descriptive statistic) yaitu bidang ilmu statistik yang
mempelajari tata cara penyusunan dan penyajian data yang dikumpulkan
b. Statistik Induktif (Statistik inferen/Statistik matematika) yaitu bidang ilmu
statistik yang mempelajari tata cara penarikan kesimpulan mengenai populasi yang
ada dalam suatu bagian dari suatu populasi tersebut.
2. metode penelitian kriminologi (Herman Mannheim)
a.Metode primer seperti kriminal, tipologi, studi kasus
b. Metode sekunder biasanya digunakan bersama-sama dengan salah satu atau
lebih sosologis, metode eksperimental, metode prediksi dan metode aperasional
2. Statistik Kriminal adalah angka-angka yang menunjukkan jumlah kriminalitas
tercatat pada suatu waktu dan tempat tertentu. Statistik kriminal disusun
berdasarkan kriminalitas yang tercatat baik secara resmi (keplisian, kejaksaan,
pengadilan) maupun yang dicatat oleh para peneliti. Kriminalitas tercatat hanya
sampel dari jumlah kriminalitas yang terjadi karena berapa jumlah kriminalitas yang
terjadi tidak prnah diketahui disebabkan ada kriminalitas yang tidak dilaporkan
karena berbagai alasan seperti :
a. Dark Number/Dark Figures
Yaitu bagian kriminalitas yang tidak diketahui, ini merupakan kelemahan statistik
dan memang statistik tidak pernah dapat mencatat seluruh kriminalitas yang ada
Tujuan statistik adalah untuk memperoleh gambaran/data tentang kriminalitas yang
ada di masyarakat seperti jumlah, frekuensi, serta penyebaran pelaku dan
kejahatan. Sehingga dapat diketahui naik turunnya kejahatan pada suatu periode
tertentu di suatu daerah atau negara
b. Crime Indeks
Yaitu jenis-jenis kejahatan yang digunakan sebagai alat pengukur dalam statistik
kriminal seperti:
a. Kejahatan tersebut dianggap sebagai kejahatan yang serius oleh masyarakat
b. Frekuensi terjadinya kejahatan tersebut cukup besar atau cukup sering
Jadi indeks kejahatan itu tidak sama untuk semua tempat atau wilayah
Contoh indeks kejahatan Polda Jawa Tengah 1978:
a. Pembakaran dan kebakaran
b. Kejahatan terhadap mata uang
c. Pembunuhan
d. Penganiayaan berat
e. Pencurian dengan pemberatan
f. Pencurian dengan kekerasan
g. Pencurian kendaraan bermotor
h. Penyalahgunaan narkotik
c. Bentuk-bentuk Statistik Kriminal:
1. Statistik kriminal yang dibuat oleh
instansi resmi dan berwenang untuk itu seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan
maupun instansi lembaga pemasyarakatan
2. Statistik kriminal yang dibuat oleh
instansi yang tidak resmi seperti badan-badan hukum dan peneliti
Kuliah 14
d. Tujuan Statistik Kriminal
1. Untuk memperoleh gambaran atau data tentang kriminalitas yang terjadi dalam
masyarakat seperti jumlah frekuensi terjadinya, penyebaran pelaku dan
kejahatannya.
2. Berdasarkan data tersebut pemerintah dapat menyusun kebijaksanaan
penanggulangan kejahatan, sebab dengan data kejahatan tersebut penegak hukum
dapat mengukur naik turunnya kejahatan pada suatu peride tertentu di suatu
negara tertentu.
e. Fungsi dan kegunaan statistik
1. Alat untuk mengetahui secara kuantitas suatu permasalahan pada suatu tempat
tertentu dalam waktu tertentu
2. Sebagai dasar bagi suatu perencanaan
3. Sebagai dasar bagi pengambil keputusan dan tindakan yang diperlukan
4.Dasar membuat evaluasi hasil akhir
5. Alat mengetahui ada tidaknya hubungan antara faktor satu dengan faktor lain
sekalipun untuk mengukur seberapa kuatya tingkatan pengaruh tersebut
6. Dasar memperkirakan secara kuantitatif adaya kesalahan dalam penelitian
7. Dasar mengestimasi suatu prmasalahan secara kuantitatif
8. Dasar merumuskan indikator laju perkembangan suatunperubahan secra kualitatif
9. Alat mengkaji hipotesa kuantitatif Disamping berguna bagi pemerintah juga
berguna bagi kriminologi untuk menjelaskan fenomena kejahatan atau menyusun
teori
f. Kelemahan Statistik Kriminal
1. Statistik kriminal adalah hasil pencatatan kejahatan yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum khususnya polisi berdasarkan laporan dan pengaduan korban dan
anggota masyarakat. Berarti hasil pencatatan dipengaruhi oleh kemauan korban atau
masyarakat untuk melaporkan kejahatan yang dialami.
2. Apa yang disebut kejahatan dalam perwujudannya akan menampakkan dirinya
dalam berbagai bentuk perilaku dan seringkali tidak jelas, samar-samar sehingga
memerlukan penafsiran,menasirkan suatu fakta atau kejadian tertentu sebagai
kejahatan dipengaruhi pengetahuan dan persepsi tentang apa yang disebut
kejahatan
3. Persepsi polisi juga berat sebelah. Dari jenis kejahatan yang dijadikan indeks
kejahatan yang berarti akan dapat prioritas dalam penanggulangannya terutama
juga berupa kejahatan konvensional. Akibatnya kejahatan yang mendapat perhatian
polisi yang masuk statistik kriminal dan itu kejahatan
konvensional.
B. Statistik Kriminal Polri
Dalam Pokja Mabes Polri ,”Peranan statistik kriminal dalam penegakan hukum pidana
yang disampaikan pada Seminar Kriinologi V 1986 menyatakan Sispullahjianta,
Sistem Pengumpulan, Pengolahan dan Penyajian Data, mencakup 3
sistem:
a. Sub sistem pengumpulan data (Pulta)
b. Sub sistem pengolahan data (Lahta)
c. Sub sistem penyajian data (Jianta) Data sektor kepolisian seperti:
a. Data astagatra tentang:
- ciri goegrafis wilayah kesatuan yang bersangkutan
- ciri demografi penduduk setempat termasuk jenis kelamin, pendidikan, status
sosial serta kuantitasnya
- ciri dan situasi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, agama dan hankam. Ini
merupakan pangkal orientsi penilaian perkembangan situasi selanjutnya
b. Data tentang gangguan kamtibmas berupa:
- jumlah, jenis, sifat dan skala waktu kriminalitas di daerah tersebut
- jumlah, jenis, sifat dan skala waktu pelanggaran yng terjadi
- ploting peristiwa kejahatan dan pelanggaran diatas peta geografi, guna mengenali
sifat pengelompokkan dan kecendrungan penjabaran dalam wilayah bersangkutan
c. Data kekuatan Polri setempat:
- jumlah, kualitas dan struktur kekuatan personil
- jumlah, kualitas kekuatan struktur alat penunjang dalam mendukung pelaksanaan
tugas operasional
- jumlah, kualitas dan struktur masalah yang dihadapkan pada kesatuan yang
bersifat menghambat kegiatan operasional
Kuliah 15
C.Metode Pengolahan Data
Kriminal oleh Polri :
1. Pengolahan data kuantitatif guna memahami frekuensi, distribusi, tingkat
kecendrungan dan pola-pola kriminalitas tertentu
2. Pengolahan data kualitatif guna memahami tingkat kerawanan daerah tertentu,
hubungan korelatif kriminogen, modus operandi, dan hazard kepolisian
D. Pengolahan Hasil Data Kriminal:
1. Secara kuantitatif:
- pola kejahatan (Crime pattern)
- total kejahatan per tahun (crime total)
- total rata-rata kejahatan per bulan
- rata-rata kejahatan per tahun dalam perbandingan per 100.000 penduduk (crime
rate)
- Indeks kejahatan per tahun (crime index)
- Frekuensi kejahatan menurut jam dalam detik (crime clock)
- Rata-rata kekuatan Polri per 1000 penduduk (police employee)
- Kemampuan menyelesaikan perkara yang dilaporkan per tahun (crime clearance)
2. Secara kualitatif:
- Hubungan antara usia dan kejahatan, Di Jakarta usia pelaku kejahatan adalah usia
produktif antara 16 – 35 tahun
- Hubungan antara sudah atau belum bekerja dengan kejahatan, tidak ada korelasi
antara belum dan sudah bekerja dengan pelaku kejahatan.
- Hubungan tempat tinggal tetap dengan kejahatan, tidak ada korelasi yang kuat
antara tuna wisma dan kejahatan.
- Hubungan urbanisasi fisik dengan kejahatan, terdapat hubungan korelasi yang kuat
antara pendatang dengan kejahatan
- Hubungan pendidikan dengan kejahatan, terdapat korelasi yang kuat mereka yang
berpendidikan dengan kejahatan.
- Hubungan motivasi dan kejahatan, terdapat korelasi yang kuat antara motif
ekonomi dengan kejahatan
Kuliah 16
F. Permasalahan Statistik Kriminal
dalam Praktek:
1. Akurasi statistik kriminal Statistik kriminal merupakan alat bantu untuk
memberikan efektifitas upaya memerangi kejahatan. Peranannya untuk
menghasilkan informasi yang mendekati nilai objektif pengambilan suatu keputusan.
Tingkat akurasi statistik kriminal harus mampu memberikan analisa keputusan
tentang:
- cara efektif dan efisien dalam upaya menyadarkan masyarakat terhadap bahaya
kejahatan dan kesadaran memahami hukum yang berlaku untuk ditaati
- Cara efektif dan efisien dalam upaya mencegah berlangsungnya kejahatan untuk
jenis, waktu dan kondisi tertentu
- Cara efektif dan efisien dalam upaya menindak kejahatan yang telah terjadi,
apakah perbaikan sarana dan prasarananya atau lainnya
- Cara efektif dan efisien dalam upaya melakukan rehabilitasi atau
memasyarakatkan kembali pelaku kejahatan
2. Kelemahan bidang manajemen informasi kriminal Secara ideal/teoritis statistik
kriminal diharapkan mampu memberikan penalaran objektif tentang
aspek penampilannya dalam masyarakat berkaitan dengan data (Si), (Di), (Bi) dan
aspek fundamental yang mencakup data (Men). Setiap aspek memiliki rincian secara
rasional objektif. Oleh karenanya data masukan yang dihimpun haruslah mempunyai
kemampuan untuk diolah dalam rancangan berbagai disiplin ilmu.
Statistik kriminal dalam pengumpulan, pengolahan dan penyajian data masih bersifat
instansional seperti:
1. Golongan praktisi sesuai KUHAP
a. Polri dan polisi khususnya seperti imigrasi, bea cukai, departeme kesehatan dan
lainlain
b. Angkatan perang RI berdasarkan UU N0.20 tahun 1982 dibebani tugas penegakan
hukum (TNI AL)
c. Unsur struktural teknik pemerintahan daerah dengan tugas menegakkan
peraturan pidana daerah
d. Jaksa baik selaku penuntut umum dalam sistem peradilan pidana maupun selaku
pengemban fungsi polisi tertentu berdasarkan undang-undang (misal terhadap kasus
korupsi)
e. Pengadilan di segala tingkat yang berintikan setiap putusan yang ditetapkan hakim
terhadap kasus yang diperiksanya beserta hasil pengawasan pelaksanaan putusan
sesuai KUHAP
f. Instansi pelaksana putusan hakim meliputi jaksa, lembaga pemasyarakatan untuk
pidana penjara
g. Jaksa dan BISPA untuk pidana penjara
h. Pengemban tugas membela perkara/pembebantuan hukum
2. Golongan ilmuwan / kampus
a. Yang berorintasi pada sumber hukum
b. Yang berorintasi pada sumber psikologi
c. Yang berorintasi pada sumber psikiatri
d. Yang berorintasi pada sumber sosiologi
e. Yang berorintasi pada sumber komunikasi massa
f. Yang berorintasi pada sumber antropologi/biologi
g. Yang berorintasi pada sumber ilmu kepolisian
Kuliah 17
BAB VI. PENANGGULANGAN
KEJAHATAN
A. Upaya Penanggulangan Kejahatan Secara Umum
1. Upaya Represif
Adalah usaha yang dilakukan untuk menghadapi pelaku kejahatan seperti dengan
pemberian hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku dimana tujuan diberikan
hukuman agar pelaku jera , pencegahan serta perlindungan sosial. Pidana sebagai
salah satu bentuk realisasi atau respons terhadap kejahatan yang merupakan salah
satu objek kriminologi. Disinilah pentingnya Litmas (Perlindungan Masyarakat) dari
ahli psikologi maupun ahli sosial dari BISPA sehingga diketahui secara jelas latar
belakang seseorang melakukan kejahatan. Berdasarkan hal itu aparat penegak
hukum mempunyai pedoman dalam menentukan jenis hukuman yang cocok dengan
kondisi pelaku, Pasal 10 KUHP mengatur jenis pidana tersebut yaitu:
a.Pidana pokok:pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda
b. Pidana tambahan: pencabutan beberapa hak tertentu, pencabutan beberapa
barang tertentu, pengumuman putusan hakim Ada juga pidana alternatif berupa
pidana bersyarat bagi pelaku yang dipandang tidak dapat bertanggung jawab atas
kejahatan yang dilakukannya (Pasal 44 KUHP), pidana lain bagi yang masih di bawah
umur (Pasal 45,46, 47 KUHP)Menurut paham Determinisme pelanggar tidak  perlu
dikenakan pidana karena orang tidak mempunyai kehendak bebas dalam melakukan
perbuatan tapi dipengaruhi oleh watak pribadi, faktor biologis dan faktor lingkungan
masyarakat, kejahatan merupakan manifestasi keadaan jiwa seseorang yang
abnormal sehingga pelaku tidak bisa disalahkan dan tidak bisa dipidana(Lombroso,
Garofalo, Terri) Hal itu ditentang Roselan Saleh karena:
1. Pidana tidak terletak pada prsoalan tujuan yang hendak dicapai tapi pada
persoalan seberapa jauh mencapai tujuan itu boleh menggunakan paksaan.
2. Adanya usaha perbaikan dan perawatan tidak mempunyai arti sama sekali bagi
siterhubung dan harus ada reaksi atas pelanggaran norma yang dilakukannya.
3. Pengaruh pidana bukan semata ditujukan pada penjahat tapi juga untuk
mempengruhi masyrakat mentaati norma-norma masyarakat
2. Upaya Preventif
Yaitu upaya penanggulangan non penal (Pencegahan) seperti:
- memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi masyarakat meningkatkan kesadaran
hukum serta disiplin masyarakat
- meningkatkan pendidikan moral

Anda mungkin juga menyukai