Anda di halaman 1dari 9

Bab 1

Asas-asas dan Ruang Lingkup Ilmu Antropologi

A. Fase-fase Perkembangan IImu Antropolog

1 Fase Pertama (Sebelum 1800)

Kedatangan bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika selama 4 abad (sejak akhir abad ke-
15 hingga permulaan abad ke-16) membawa pengaruh bagi berbagai suku bangsa ketuga benua
tersebut. Bersamaan dengan itu mulai terkumpul tulisan buah tangan para musafir, pelaut, pendeta
penyiar agama Nasrani, penerjernah Kitab Injil, dan pegawai pemerintah jajahan dalam bentuk kisah
perjalanan, laporan dan sebagainya. Dalam buku-buku tersebut terdapat berbagai pengetahuan berupa
deskripsi tentang adat-istiadat, susunan masyarakat, dan ciri-ciri fisik dari beragam suku bangsa baik di
Afrika, Asia, Oseania (yaitu kepulauan di lautan teduh) maupun suku bangsa Indian, penduduk pribumi
Amerika. Bahan deskripsi itu (disebut etnograti dari kata etbos= bangsa) sangat menarik karena berbeda
bagi bangsa Eropa Barat kala itu. Akan tetapi, deskripsi tersebut sering kali tidak jelas/kabur, tidak teliti,
dan hanya memperhatikan hal-hal yang tampak aneh bagi mereka. Selain itu, ada pula tulisan yang baik
dan telit Kemudian dalam pandangan kalangan terpelajar di Eropa Barat timbul tiga macam sikap yang
bertentangan terhadap bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan orang-orang Indian di Amerika tadi,
yaitu:

Ada yang berpandangan bahwa bangsa-bangsa itu bukan manusia sebenarnya, melainkan mereka
manusia liar, keturunan iblis dan sebagainya. Dengan demikian trmbul istilah-1stilah seperti savage,
miies, untuk menyebut bangsa-bangsa tadi.

2 Fase Kedua (Kira-kira Pertengahan Abad ke-19) Integrasi yarng sungguh-sungguh baru, timbul pada
pertengahan abad ke 19. Karangan-karangan etnografi tersebut tersusun berdasarkan cara berpikir
evolusi masyarakat. Secara singkat, cara berpikir itu dapat dirumuskan sebagai berikut: Masyarakat dan
kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat yakni dalam jangka waktu beribu- ribu
tahun lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah, melalui beberapa tingkat antara, sampai ke tingkat-
tingkat tertinggi. Bentuk masyarakat dan kebudayaan manusia yang tertinggi itu adalah bentuk
masyarakat dan kebudayaan seperti yang hidup di Eropa Barat kala itu.

3. Fase Ketiga (Permulaan Abad ke-20)

Pada permulaan abad ke-20, sebagian negara penjajah di Eropa berhasil untuk mencapai kemantapan
kekuasaannya di daerah-daerah jajahan di luar Eropa. Untuk keperluan pemerintah jajahannya tadi,
yang waktu itu mulai berhadapan langsung dengan bangsa-bangsa terjajah di luar Eropa, maka ilmu
antropologi sebagai suatu ilmu yang justru mempelajari bangsa-bangsa di daerah-daerah di luar Eropa
itu, menjadi sangat penting. Berkaitan erat dengan itu dikembangkan pemahamar bahwa mempelajari
bangsa-bangsa di luar Eropa itu penting karena bangsa-bangsa itu pada umumnya masih mempunya1
masyarakat yang belum kompleks seperti masyarakat bangsa-bangsa Eropa. Suatu pengertian tentang
masyarakat yang tidak kompleks akan menambah juga pengertian Orang tentang masyarakat yang
kompleks.

4 Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930) Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami masa
perkembangannya yang paling luas, baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih
teliti, maupun mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Selain itu kita lihat adanya dua
perubahan di dunia: a. Timbulnya antipati terhadap kolonialisme sesudah Perang Dunia II.

b. Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif (dalam arti bangsa-bangsa

asi dan terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan
sesudah Perang Dunia II memang hampir tidak ada lagi di muka bumi ini

B. Antropologi Masa Kini

1 Perbedaan-perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah

Uraian mengenai keempat fase perkembangan ilmu antropologi tadi, perlu untuk mendapat suatu
pengertian tentang tujuan dan ruang lingkupnya. Karena ilmu antropologi masih tergolong muda yakni
baru berumur kira-kira satu abad saja, menyebabkan tujuan dan ruang lingkupnya masih merupakan
suatu kompleks masalah yang sampai sekarang masih menjadi pokok perbedaan paham antara berbagai
aliran yang ada dalam kalangannya sendiri. Secara kasar aliran-aliran dalam antropologi dapat
digolongkan berdasarkan atas berbagai universitas di beberapa negara tempat ilmu antropologi
berkembang,

C. IImu-ilmu Bagian dari Antropolo

Lima Ilmu Bagian dari Antropolog

universitas-universitas Amerika Serikat, tempat antropologi telah berkembang secara ruang lingkup dan
batas lapangan perhatiannya s 1u menyebabkan adanya paling sedikit lima masalah penelitan

khusus, yaitu:

asalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya) secara biologi,

) masalah sejarah terjadinya beragam makhluk manusia, dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya; 3)
masalah sejarah asal, perkembangan, dan penyebaran beragam bahasa yang diucapkan manusia di
seluruh dunia, 4) masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan manusia di
seluruh dunia; 5) masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari
semua suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi.

Bab 2
Makhluk Manusia

A. Makhluk Manusia di antara Makhluk-makhluk Lain

Dipandang dari sudut biologi, manusia hanya merupakan satu jenis makhluk di antara lebih dari sejuta
jenis makhluk lain, yang pernah atau masih menduduki alam dunia ini. Pada pertengahan abad ke-19
para ahli biologi, di antaranya yang terkenal adalah Charles Darwin, mengumumkan teori mereka
tentang proses evolusi biologi. Menurut teori itu, bentuk hidup tertua di muka burni ini, terdiri dari
makhluk- makhluk satu sel yang sangat sederhana seperti protozoa. Dalam jangka waktu beratus-ratus
juta tahun lamanya timbul dan berkembang bentuk- bentuk hidup berupa makhluk-makhluk dengan
organisme yang makin lama makin kompleks, dan dalam waktu terakhir ini telah berkembang atau
berevolusi makhluk-makhluk seperti kera dan manusia.

B. Evolusi Ciri ciri biologis


Sumber Cir-ciri Organisme Fisik

Dalam proses evolusi itu, bentuk-bentuk makhluk yang baru

cimbul sebag proses pencabangan dari bentuk-bentuk makhluk yang iebih rua. Dalam proses tersebut
ciri-ciri biologi yang baru berwujud pada organisme suatu makhluk tertentu menyebabkan terjadinya
bentuk yang agak berbeda dari bentuk organisme induk yang lama. Bentuk baru tadi terus berubah, dan
dalam jangka waktu yang cukup lama perbedaan bentuk tersebut semakin besar.

C. Evolusi Primata dan Manusia

. Proses Percabangan Maklhluk Primata

Manusia merupakan suatu jenis makhluk cabang dari sernacam makhluk primata yang telah melalui
proses evolust. Soal asal mula dan proses evolusi makhluk manusia itu secara khusus dipelajari dan
diteliti oleh suatu subilmu dari antropologi biologi, yaitu iimu paleo- antropologi. IImu tersebut meneliti
fosil tubuh manusia yang terkandung dalam lapisan-lapisan bumi. Namun karena manusia, seperti yang
telah kita pelajari di atas, hanya merupakan suatu cabang yang paling muda dari makhluk primata itu,
maka soal asal mulanya dan proses evolusinya tidak dapat dilepaskan dari seluruh proses percabangan
dari makhluk-makhluk primata pada urmumnya.

Bab 3

Kepribadian

A. Definisi Kepribadian

Para ahli biologi yang mempelajari dan membuat suatu deskrin mengenai sistem organ suatu jenis atau
peaer binatang, biasanya juz sekaligus mempelajari kelakuan binatang-binatang itu. Deskipa mengenai
pola-pola kelakuan binatang-binatang itu (seperti kelakuan mencari makan, menghindari ancaman
banaya, mnenyerang musuh beristurahat, mencari betina pada masa birahi, bersetubuh, menca tempat
untuk melahirkan, memelihara dan melindungi keturunannya dan scbagainya) biasanya berlaku untuk
seluruh peaes yang menjadi objek perhatiannya. Berbeda halnya dengan makhluk manusia yang
dipelajar secar intensif hingga detail oleh para ahli biologi, anatomi, fisiolog, patologi, dan para dokter,
tetapi belum banyak diketahui pola-pola kelakuannya. Pola-pola kelakuan yang berlaku untuk seluruh
jenis bomo sapiens hampir tidak ada, bahkan untuk semua individu manusa yang termasuk satu ras pun,
seperti ras Mongoid, ras Kaukasoid, ras Negroid, atau ras Australoid, tidak ada suatu sistem pola
kelakuan yang seragam. Ini disebabkan karena kelakuan manusia homo sapie tidak hanya timbul dari
dan ditentukan oleh sistem organik biologmy saja, tetapi sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh akal
dan jiwany sedemikian rupa sehingga variasi pola kelakuan antara seorans individu bomo sapiens
dengan individu homo sapiens lainnya, dap sangat besar. Malahan, pola kelakuan tiap manusia secara
individu sebenarnya unik dan berbeda.

Bab 4

Masyarakat

A. Kehidupan Berkelompok dan Definisi Masyarakat

1 Kehidupan Berkelompok dalam Alam Binatang

Bukan hanya makhluk manusia saja, melainkan juga banyak jenis makhluk lain yang hidup bersama
individu-individu sejenisnya dalam sebuah kelompok. Dari ilmu mikrobiologi, misalnya, kita mengetahui
bahwa banyak jenis protozoa hidup bersama makhluk sel sejenis dalarn suatu kelompok sebanyak
ribuan sel yang masing-masing tetap merupakan individu sendiri-sendiri. Dalam kelompok protozoa
misalnya jenis Hydractinia itu, ada suatu pembagian ketja yang nyata antara subkelompok. Ada
subkelompok yang terdiri dari ratusan sel yang fungsinya mencari makan bagi seluruh kelompok; ada
subkelompok lain yang fungsinya mereproduksi jenis dengan cara membelah dirni; ada subkelompok
yang fungsinya meneliti keadaan lingkungan dengan kemampuannya membedakan suhu yang
terlampau tinggi atau terlampau rendah, untuk mendeteksi adanya bahan yang dapat dimakan, adanya
lingkungan yang cocok untuk reproduksi dan lain-lain.

2 Kehidupan Berkelompok Makhluk Manusia Manusia adalah jenis makhluk yang juga hidup dalam
kelompok. Dengan demikian, maka pengetahuan mengenai asas-asas hidup berkelompok yang
sebenarnya telah dapat kita pelajari pada berbagai jenis protozoa, serangga, dan binatang berkelompok
tersebut, juga penting untuk mencapai pengertian mengenai kehidupan berkelompok makhluk manusia.

B. Berbagai Wujud Kelompok Manusia Manusia di muka bumi saat ini berjumlah lebih dari tiga
miliar dan seluruh makhluk jenis homo sapiens itu menampakkan suatu keragaman yang
disebalbkan karena ciri-ciri ras Kaukasoid, Mongo- loid, Negroid, dan beberapa ciri lain yang
berbeda-beda.
C. Unsur-unsur Masyarakat

Adanya bermacanm-macam wujud kesatuan kelompok manusia menyebabkarn bahwa kita memerlukan
beberapa istilah untuk membeda- bedakan berbagai macam kesatuan manusia tadi. Kecuali istilah yang
paling lazim, yaitu masarakat, ada istilah-istilah lain untuk menyebut kesatuan-kesatuan khusus yang
merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu kategon sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok,
dan perkumpulan.

Bab 5

Kebudayaan

A. Definisi Menurut Ilmu Antropologi

Pada akhir Bab 2 telah kita pelajari bahwa manusia dengan kermampuan akal atau bucinya, telah
mengembangkan berbagai macam sistem tindakan' demi keperluan hidupnya sehingga menjadi makhluk
yang paling berkuasa di muka bumi ini. Namun demikian, betbagai macam sistem tindakan tadi harus
dibiasakan olehnya dengan belajar sejak lahir sampai saat ia mati. Hal itu karena kemampuan untuk
elaksanakan semua sistem tindakan itu tidak terkandung dalam gen- nya, jadi tidak dibawa olehnya saat
ia lahir. Cara hidup manusta dengan berbagai macam sistem tindakan tadi dijadikan sebagai objek
penelitian dan analisis oleh ilmu antropolog sehingga aspek belajar merupakan aspek pokok. Itulah
sebabnya dalam hal memberi pembatasan terhadap konsep "kebudayaan atau cuitart, ilmu antropologi
berbeda dengan ilmu lain. Kalau dalam bahasa sehari- hari "kebudayaan dibatasi hanya pada hal-hal
yang indah (seperu candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, kesusasteraan dan filsafat) saja. Sedangkan
dalam ilmu antropologi jauh lebih luas sifat dan ruang lingkupnya.

B. Tiga Wujud Kebudayaan Penulis setuju sekali dengan pendapat seorang ahli sostologi Talcott Parsons
bersama dengan seorang ahli antropologi A.L. Kroeber pemah menganjurkan untuk membedakan wujud
kebudayaan sebagas suatu sistem dari ide dan konsep dari wujud kebudayaan sebagai suats rangkaian
tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Serupa dengan J Honigmann yang dalam buku pelajaran
antropologinya, berjudul The Worid ef Man (1959: hlm. 11-12) membedakan adanya tiga "gejala
kebudayaan", yaitu (1) ideas, (2) activities, dan (6) artfacts, pengarang berpendirian bahwa kebudayaan
itu ada tiga wujudnya, yaitu: 1 Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nila,
norma, peraturan dan sebagainya. 2 Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat

Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

C. Adat-Istiadat

1 Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi

Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat. Hal itu
disebabkan karena nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu yang ada dalam alam
pikiran sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup
sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan
para warga masyarakat tadi.
Bab 6

Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan

A Konsepei-onsepei Khsus mengenai Pergeseran Masyaria dan Kebudayaan Dalan Bab 4 dan 5 telah
diurzikan berbagi konsep sepe kategoi sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok adat percunpulan,
adat-istiadat, pranata sosial dan sebagaioya yang seTmuarya stta daperiukan 2pabia bendak
menganabsts secana i geiala dan kejadian sosial-budaya sekeliling kita dai sudut perwuadas atau
mofologinya.

B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri

1 Proses Internalisasi

Konsep internalisasi secara sepintas lalu telah disinggung dalam Bab 5 berhubungan dengan Kerangka
Teori Tindakan Talcott Parsons, dan juga tercantum dalam Bagan 13 yang mengilustrasikan kerangka itu.
Proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal.
Individu belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, napsu, dan emosi yang
diperlukan sepanjang hidupnya.

2. Proses Evolusi Sosial

Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial

Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisis oleh seorang peneliti seolah-olah
dai dekat secara detail TOscopic), atau dapat juga dipandang seolah-olah dari jauh dengan hanya
memperhatikan perubahan-perubahan yang tampak besar saja (maroscopi). Proses evolusi sosial-
budaya yang dianalisis secara detail akan membuka mata peneliti untuk berbagai macam proses
perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari tiap masyarakat d dunia. Proses-proses
ini disebut dalam ilmu antropologi "proses proses berulang (recurrent processes).

D. Proses Difusi

1 Penyebaran Manusia

Imu paleoantropologi telah memperkirakan bahwa makhluk manusta pertama hidup di daerah sabana
beriklim tropis di Afrika Timur. Sedangkan sekarang makhluk itu menduduki hampir seluruh muka bumi
ini dalam segala macam lingkungan iklim. Hal itu hanya dapat diterangkan dengan adanya proses
pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai proses penyesuaian atau adaptasi
fisik dan sosial budaya dari makhluk manusia dalam jangka waktu beratus-ratus ribu tahun lamanya
sejak zaman purba. Ditinjau secara lebih teliti, maka kita dapat membayangkan berbagai macam sebab
dari migrasi-migrasi itu.

Bab 7

Aneka Ragam Kebudayaan dan Masyarakat

A. Konsep Suku Bangsa

1 Suku Bangsa

Setiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat baik berwujud sebagai komunitas desa, kota,
sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang
terutama terlihat oleh orang di luar warga masyarakat bersangkutan. Seorang warga dari suatu
kebudayaan yang telah hidup dari hari ke hari di dalam lingkungan kebudayaannya biasanya tidak
melihat lagi corak khas itu. Sebaliknya, terhacdap kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak
khasnya, terutama mengenai unsur-unsur yang berbeda mencolok dengan kebudayaannya sendirni.
Corak khas dari suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur yang
kecil berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk khusus, atau karena di antara pranata-
pranatanya ada suatu pola sosial khusus; atau dapat juga karena warganya menganut suatu tema
budaya khusus. Sebaliknya, corak khas tadi juga dapat disebabkan karena adanya kompleks unsur-unsur
yang lebih besar. Berdasarkan atas corak khususnya tadi, suatu kebudayaan dapat dibedakan dari
kebudayaan lain.

B. Konsep Daerah Kebudayaan

Suatu daerah kebudayaan" (culture area) merupakan suatu penggabungan atau penggolongan (yang
dilakukan oleh ahli-ahli antropologi) dari suku-suku bangsa yang beragam kebudayaannya, tetapi
mempunyai beberapa unsur dan ciri mencolok yang serupa. Demikian suatu sistem penggolongan
daerah kebudayaan sebenarnya merupakan suatu sistem klasifikasi yang mengkelaskan beragam suku
bangsa yang tersebar di suatu daerah atau benua besar, ke dalam golongan-golongan berdasarkan
persamaan unsur kebudayaannya.

C. Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Utara

Kesembilan daerah kelbudayaan di Amerika Utara menurut klasifikasi Clark Wissler adalah: 1. Daerah
kebudayaan Eskimo, meliputi kebudayaan-kebudayaan suku- suku bangsa pemburu binatang laut, di
pantai utara dan barat laut Kanada, serta pantai pulau-pulau yang berhadapan dengan Pantai Kanada
(seperti Bafinland dan Greenland). Penduduknya yang telah mengadaptasikan diri terhadap kehidupan
di daerah-daerah tanpa pohon dan suhu yang amat dingin. Contoh suku bangsa dari daerah ini adalah:
Eskimo Nunivakmiut di Alaska, Eskimo Iglulik di pantai-pantai bagian utara dan Teluk Hudson, dan
Eskimo Angmasallk di pantai tenggara Pulau Greenland. 2 Daerab kebudayaan Yukon-Mackengie,
meliputi kebudayaan- kebudayaan suku-suku bangsa pemburu binatang hutan Koniferus di Kanada,
barat laut (seperti beruang atau binatang-binatang yg lebih kecil)

Bab 8

Etnografi

A. Kesatuan Sosial dalam Etnografi

Jenis karangan penting yang mengandung bahan pokok dari pengolahan dan analisis antropologi adalah
karangan etnograti Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab 1 dan 7 sebelumnya, isi dari sebuah
karangan etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa. Namun karena di
dunia ini ada suku-suku bangsa kecil yang hanya terdiri dari beberapa ratus penduduk, tetapi ada pula
yang terdiri dari puluhan juta penduduk.

B. Kerangka Etnografi

Bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komunitas dari suatu daerah geografi
ekologi atau di suatu wilayah administratif tertentu yang menjadi pokok deskripsi sebuah buku
etnografi, biasanya dibagi ke dalam bab-bab tentang unsur-unsur kebudayaan menurut suatu tata urut
yang sudah baku. Susunan tata urut itu kita sebut saja kerangka etnografi. Untuk memerinci unsur-unsur
bagian dari suatu kebudayaan, sebaiknya dipakai daftar unsur-unsur kebudayaan universal yang telah
diuraikan dalam Bab 5, yaitu: ) bahasa, () sistem teknologi, ( Sistem ekonomi, (iv) organisasi sosial, (v)
sistem pengetahuan, (vi) kesenian, dan (vii) sistem reigi. Karena unsur-unsur kebudayaan itu bersifat
universal maka dapat diperkirakan bahwa kebudayaan suku Panesa yang menjadi pokok perhatian ahli
antropologi.

C. Lokasi, Lingkungan Alam, dan Demografi

Dalam menguraikan lokasi atau tempat tinggal dan penycbaran suku bangsa yang menjadi pokok
deskripsi etnograf perlu dijelaskan ciri-ciri geografinya, yaitu iklimnya (tropis, mediteran, iklim sedang
atau iklim kutub), sifat dacrahnya pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, jenis kepulauan, dacrah
rawa, hutan tropis, sabana, stepa, gurun dan sebagainya) suhu dan curah hujannya. Ada baiknya juga
kalau penulis etnogtafi dapat melukiskan ciri-ciri geologi dan geomorfologi dari daerah lokasi dan
penyebaran suku bangsanya; sedangkan suatu hal yang perlu juga adalah keterangan mengenai ciri-ciri
flora dan fauna di daerah yang bersangkutan.

E. Bahasa

Bab tentang bahasa atau sistem perlambangan manusia yang isan maupun tertulis untuk berkomunikasi
satu dengan yang lain, dalam sebuah karangan etnografi, memberi deskrıps1 tentang Cir- ciri terpenting
dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan, beserta variasi-variasi dari bahasa itu.
Deskripsi dari bahasa suku bangsa dalam karangan etnograi tentu tidak perlu sama dalamnya seperti
suatu deskripsi khusus yang dilakukan oleh seorang ahli bahasa tentang bahasa yang bersangkutan.
Deskripsi mendalam oleh seorang ahli bahasa khusus mengenai susunan sistem fonetik, fonologi,
sintaksis, dan semantik sesuatu bahasa akan menghasilkan suatu buku khusus, yaitu suatu buku tata
bahasa tentang bahasa yang bersangkutan, sedangkan deskripsi mendalam mengenai kosakata suatu
bahasa akan menghasilkan suatu daftar leksikograh (vOcabulary), atau lebih mendalam lagi suatu kamus
kecil ataupun besar Tentu bukan tujuannya, seorang ahli antropologi akan terhambat dalam pekerjaan
penulisan etnografinya, karena menulis sebuah buku ntn hahasa dan kamus dari bahasa suku bangsa
yang bersangkutan

F. Sistem Teknologi

Bab tentang teknologi atau cara-cara memproduksi, memakai, dan memelihara segala peralatan hidup
dari suku bangsa dalam karangan etnograti, cukup membatasi diri terhadap teknologi yang tradisional,
yaitu teknologi dari peralatan hidupnya yang tdak atau

hanya secara terbatas dipengaruhi oleh teknolog1 yang berasal dar kebudayaan Eropa atau kebudayaan
"Barat" Dalam buku-buku etnografi yang ditulis oleh para ahli antropologi dari zaman akhir abad ke-19
atau permulaan abad ke- 20, kita dapat melihat adanya suatu perhatiarn besar terhadap sistem
teknologi dan sistem peralatan dari suku bangsa yang menjadi pokok deskripsi. Hal itu mudah dapat kita
mengerti. Waktu itu metode untuk menganalisis dan mendeskripsi suatu kebudayaan yang hidup sampai
pada asas-asas pranata serta adat-istiadatnya belum begitu maju, maka meneliti kebudayaan suatu suku
bangsa, para ahli antropologi terutama mencatat unsur-unsurnya yang paling menonjol tampak lahir
saja, yaitu kebudayaan fisik.

Anda mungkin juga menyukai