Anda di halaman 1dari 3

Kasus PT.

Loka Rahayu Plywood Industries dengan Chin Hsiang Electricity


& Machinery Co. Pte. Ltd

Kasus:

Penggugat adalah Chin Hsiang Electricity & Machinery Co. Pte. Ltd., Badan Hukum yang
didirikan dan dibentuk berdasarkan hukum Republik Singapore, yang berkedudukan di 63 Jalan
Pemimpin #05-07, Pemimpin Industrial Building, Singapore.

Tergugat adalah PT. Loka Rahayu Plywood Industries, Badan Hukum yang didirikan dan
dibentuk berdasarkan hukum Indonesia, yang berkedudukan Jalan G.R. Djamin Datuk Baginda
No. 53 Jambi, Indonesia.

Pada tahun 1998, dibuat kesepakatan antara Penggugat dan Tergugat tentang perjanjian jual
beli mesin dan spareparts untuk industri plywood. Penggugat bertindak sebagai penjual dan
Tergugat bertindak sebagai pembeli. Tata cara pembayaran yang disepakati yaitu secara
angsuran. Penggugat telah melakukan pengiriman mesin-mesinnya kepada Tergugat, namun
Tergugat melakukan wanprestasi dengan tidak membayar angsuran, sehingga Penggugat
mengalami kerugian materil sebesar US $.2.695.863.28, immaterial sebesar US $.1.000.000,00.

Analisis:

Dalam konteks hukum perdata internasional, kualifikasi perkara menjadi faktor penentu
apakah suatu peristiwa hukum termasuk dalam ruang lingkup hukum perdata internasional atau
tidak. Faktor yang dilihat dalam hal ini adalah unsur privat dari suatu perkara. Dalam kasus
tersebut, kualifikasi perkara dilihat dari pelaksanaan perjanjian jual beli mesin pabrik dan
spareparts yang digunakan untuk industri plywood. Tergugat tidak memenuhi kewajiban
pembayaran atas pembelian barang, sehingga dapat dikategorikan sebagai wanprestasi yang
masuk dalam lingkup hukum perdata internasional.
Dalam mengkategorikan suatu peristiwa hukum dalam hukum perdata internasional, Titik
Taut Primer merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan. Titik Taut Primer adalah fakta-
fakta dalam perkara atau peristiwa hukum yang menunjukkan adanya unsur asing dalam
peristiwa hukum tersebut, sehingga dapat dikategorikan sebagai bagian dari hukum perdata
internasional. Beberapa jenis Titik Taut Primer yang dapat digunakan untuk menentukan apakah
suatu peristiwa hukum termasuk dalam ruang lingkup hukum perdata internasional, yaitu
kewarganegaraan para pihak, bendera kapal, domisili atau tempat kediaman seseorang, dan
tempat kedudukan serta status badan hukum.

Adapun Titik Taut Primer yang menjadi pertimbangan dalam kasus ini adalah tempat
kedudukan dan status badan hukumnya. Para pihak dalam kasus ini terdiri dari Penggugat yang
berkedudukan di Singapura dan didirikan berdasarkan hukum Singapura, serta Tergugat yang
berkedudukan di Jambi dan didirikan berdasarkan hukum Indonesia. Oleh karena itu, terdapat
unsur asing dalam perkaranya dan dapat dikategorikan sebagai perkara hukum perdata
internasional.

Aspek selanjutnya yang perlu dikaji yaitu terkait Titik Taut Sekunder. Titik Taut Sekunder
dalam hukum perdata internasional mengacu pada faktor-faktor yang menentukan hukum mana
yang harus digunakan dalam suatu hubungan hukum.

Faktor yang termasuk ke dalam Titik Taut Sekunder, yaitu:

 tempat terletaknya benda (lex situs atau lex rei sitae)


 tempat dilangsungkannya perbuatan hukum (lex loci actus)
 tempat dilangsungkannya atau diresmikannya perkawinan (lex loci celebrationis)
 tempat ditandatanganinya kontrak (lex loci contractus)
 tempat dilaksanakan perjanjian (lex loci solutionis atau lex loci executionis)
 tempat terjadinya perbuatan melawan hukum (lex loci delicti commisi)
 pilihan hukum (choice of law).

Dalam kasus yang diuraikan, terdapat tiga faktor Titik Taut Sekunder yang berlaku, yaitu:

 tempat terletaknya benda yang menjadi objek perkara, yaitu di Jambi, Indonesia
 tempat dilangsungkannya perbuatan hukum yang juga di Jambi, Indonesia
Oleh karena itu, dalam proses litigasi yang berlangsung di Pengadilan Negeri Jambi, hukum
yang akan digunakan adalah hukum yang berlaku di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai