Anda di halaman 1dari 4

BAB III

ANALISA KASUS

2.1. Kronologi dari Kasus Gugatan Pembatalan Pernikahan Ludwig kepada


Jessica Iskandar

Sebelumnya pada tanggal 17 Desember 2013, Henry, kakak Jessica Iskandar, mendatangi
Disdukcapil DKI untuk mengajukan permohonan pencatatan pernikahan sipil. Dia membawa
semua dokumen persyaratan, termasuk surat pengantar pernikahan dari kelurahan dan surat
pemberkatan dari Gereja Yesus Sejati di Jalan Samahudi, Jakarta Pusat, yang menyatakan bahwa
Jessica Iskandar dan Ludwig Frans Willibald telah menerima pemberkatan pada 11 Desember
2013. Setelah melalui proses verifikasi formal, pengajuan Henry disetujui dan diumumkan pada
tanggal 19 Desember 2013 bahwa Jessica dan Ludwig akan menikah di Dinas Catatan Sipil
Jakarta Selatan.

Pada tanggal 8 Januari 2014, pencatatan dilakukan di kantor ANTV di Epicentrum,


Kuningan, Jakarta Selatan, dengan Ludwig hadir dan didampingi oleh dua saksi, termasuk kakak
Jessica, Henry. Namun, beberapa waktu setelah itu, Jessica menghilang dan pindah ke
California, Amerika Serikat, dan kemudian dikabarkan melahirkan seorang anak.

Pada tanggal 2 Juni 2014, Gereja Yesus Sejati mengirimkan surat kepada Disdukcapil yang
menyatakan bahwa gereja tidak pernah melakukan pemberkatan terhadap Jessica dan Ludwig.
Nama pendeta yaitu Simone Jonathan juga dinyatakan fiktif. Kemudian pada 13 Oktober 2014,
Ludwig mengajukan gugatan pembatalan pernikahan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
karena merasa tidak pernah menikah dengan Jessica.

Kasus ini termasuk dalam Hukum Perdata Internasional karena terdapat unsur asing, yakni
status kewarganegaraan kedua pasangan yang berbeda. Dalam kasus ini, perbuatan Jessica yang
membuat akta nikah palsu dianggap melawan hukum dan menimbulkan kerugian pada suaminya.
Hal ini diatur oleh Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan bahwa tiap perbuatan melawan
hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.1

2.2. Penyelesaian Kasus Gugatan Pembatalan Pernikahan Ludwig kepada


Jessica Iskandar

Dalam penyelesaian kasus tersebut, beberapa aspek yang perlu dilihat di antaranya yaitu
terkait kualifikasi dan titik taut pertalian.

a. Kualifikasi

Kualifikasi merujuk pada proses mengubah fakta-fakta yang terjadi sehari-hari menjadi
istilah-istilah hukum yang lebih tepat. Proses kualifikasi ini terdiri dari dua tahap, yaitu
kualifikasi fakta dan kualifikasi hukum.

Kualifikasi fakta, atau yang juga disebut sebagai kualifikasi primer, adalah proses
menetapkan satu atau lebih peristiwa atau masalah hukum (legal issues) dari suatu kumpulan
fakta dalam sebuah peristiwa hukum, yang sesuai dengan kaidah-kaidah hukum yang berlaku di
sistem hukum tertentu.

Sedangkan kualifikasi ketentuan hukum, atau kualifikasi sekunder, adalah proses


penggolongan atau pembagian seluruh kaidah hukum dalam sistem hukum ke dalam
pembidangan, pengelompokan, atau kategori hukum tertentu.2

Pada kualifikasi fakta, kasus ini masuk dalam kategori perbuatan melawan hukum karena
Jessica melakukan tindakan memalsukan bukti surat untuk pembuatan akta nikah.

1
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
2
Ari Purwadi, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Surabaya: Pusat Pengkajian Hukum dan Pembangunan
(PPHP) Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, 2016, hlm. 38
Sedangkan pada kualifikasi hukum yaitu pihak penggugat, Ludwig, adalah warga negara
Jerman yang tunduk pada hukum Jerman, sementara tergugat, Jessica, adalah warga negara
Indonesia yang tunduk pada hukum Indonesia.

b. Titik Taut

Proses penyelesaian perkara Hukum Perdata Internasional sebenarnya dimulai dengan


evaluasi terhadap titik taut primer, lalu setelah melalui kualifikasi fakta, konsep titik taut kembali
digunakan sebagai titik taut sekunder dalam rangka menentukan hukum yang akan diberlakukan
dalam perkara Hukum Perdata Internasional.

Pada penentuan titik taut primer, tujuannya adalah untuk mencari faktor-faktor atau keadaan
yang menyebabkan timbulnya peristiwa perdata internasional, atau dengan kata lain, titik taut
primer adalah faktor-faktor atau keadaan hukum yang menentukan apakah suatu peristiwa dapat
dikategorikan sebagai peristiwa perdata internasional atau tidak. Faktor-faktor tersebut meliputi
kewarganegaraan, domisili, tempat kedudukan benda tetap, bendera asing, tempat perbuatan
dilakukan, tempat akibat timbul, pilihan hukum, dan tempat perbuatan resmi dilakukan.3

Sedangkan titik taut sekunder, mengacu pada faktor-faktor yang menentukan hukum mana
yang harus diterapkan pada peristiwa hukum perdata internasional. Faktor-faktor tersebut
meliputi kewarganegaraan, domisili, tempat benda tidak bergerak terletak (hukum tempat),
pilihan hukum, dan bendera kapal. Kewarganegaraan dan domisili juga termasuk sebagai titik
taut utama.4

Faktor yang menjadi titik taut primer dalam kasus ini adalah kewarganegaraan, dimana
Ludwig adalah warga negara Jerman dan Jessica adalah warga negara Indonesia.

Sedangkan, faktor yang menjadi titik taut sekunder dalam kasus ini adalah hukum tempat
dilakukannya perbuatan melawan hukum (lex loci delicti commisi), yaitu pernikahan dianggap
tidak pernah terjadi karena akta pernikahan dibuat di Disdukcapil Indonesia.

3
Erikson Sihotang, Hukum Perdata Internasional Suatu Pengantar, Denpasar: Universitas Mahendradatta, 2020,
hlm. 26
4
Ibid, hlm. 29-30

Anda mungkin juga menyukai