Anda di halaman 1dari 4

Gugatan pembatalan pernikahan beda kewarganegaraan dalam Hukum perdata

internasional analisis terhadap kasus pernikahan jessica iskandar

Oleh : Nurhidayanti 12 410 410

Fakultas Hukum UII

PENDAHULUAN

A. Kasus posisi

Dunia infotainment Indonesia kembali dihebohkan dengan berita mengenai gugatan


pembatalan pernikahan,yang diajukan olehseorang warga negara Jerman, bernama Ludwig
Franz Willibald Maria Joseph Leonard Erbgraf Von Waldburg Wolfegg Waldsee yang lahir di
Ravensburg, Jerman, kepada presenter Jessica Iskandar seorang yang berkewarganegaraan
Indonesia. Pernikahan Ludwig dan Jessica diketahui dilaksanakan di Gereja Yesus Sejati,
Jakarta Pusat, Indonesia danbelum genap berjalan satu tahun. Diketahui setelah pernikahan
tersebut Jessica menetap di California, Amerika Serikat dan telah melahirkan seorang anak
disana.

Kronologis kasus dapat digambarkan sebagai berikut:


1. Peristiwa ini dimulai saat Henry yang merupakan adalah kakak Jessica Iskandar
mendatangi Disdukcapil DKI Jakarta dengan membawa persyaratan untuk pencatatan
perkawinan secara sipil pada tanggal 17 Desember 2013.

2. Selain surat pengantar pernikahan dari kelurahan, Henry juga membawa surat
pemberkatan dari Gereja Yesus Sejati di Jl. Samahudi, Jakarta Pusat. Dari surat
tersebut, terdapat keterangan bahwa Jessica dan Ludwig telah menjalani pemberkatan
pada 11 Desember 2013, oleh pendeta Simone Jonathan.

3. Pengajuan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan verifikasi formal oleh pihak


Disdukcapil. Kemudian diumumkan pada 19 Desember 2013, bahwa Jessica dan
Ludwig akan menjalani pencatatan pernikahan di Dinas Catatan Sipil Jakarta Selatan.
Atas surat tersebut, pihak Disdukcapil DKI telah mengeluarkan akta nikah untuk
Jessica Iskandar.
4. Di kawasan Epicentrum, Kuning, Jakarta Selatan pencatatan dilakukan pada 8 Januari
2014. Sebelumnya, pihak terkait memastikan bahwa tidak ada pihak yang keberatan
dengan pencatatan tersebut.

5. Setelah pencatatan tersebut, diketahui bahwa Jessica pergi keluar negeri dan menetap
di California, Amerika Serikat. Kemudian disana Jessica juga dikabarkan bahwa telah
melahirkan seorang anak laki-laki.

6. Namun pada tanggal 2 Juni 2014, pihak Gereja Yesus Sejati mengirimkan surat
pernyataan kepada Disdukcapil bahwa gereja tersebut ternyata tidak pernah
melakukan pemberkatan terhadap Jessica dan Ludwig. Nama pendeta yang
memberkati mereka yaitu Simone Jonathan juga dinyatakan fiktif oleh pihak gereja,
karena tidak ada daftar pendeta dengan nama tersebut yang tercatat dalam gereja itu.

7. Kemudian pada tanggal 13 Oktober 2014, ternyata Ludwig mengajukan gugatan


pembatalan pernikahan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, karena merasa tidak
pernah menikah dengan Jessica.

8. Dari pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta pun juga sudah
mengkonfirmasi bahwa mereka sempat terkecoh dengan surat bodong yang
menyatakan bahwa Jessica dan Ludwig telah menikah di Gereja Yesus Sejati pada
bulan Desember 2013 lalu.

B. Analisis

Kasus gugatan pembatalan pernikahan yang diajukan oleh Ludwig kepada Jessica
tersebut adalah termasuk ke dalam kasus Hukum Perdata Internasional, karena terdapat unsur
asing berupa faktor personal yaitu status kewarganegaraan dimana Ludwig adalah seorang
warga negara Jerman sedangkan Jessica adalah warga Indonesia. Pernikahan mereka
dilakukan di Indonesia. Dimana fokus kasus ini adalah tentang perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh pihak Jessica yakni berupa pembuatan akta nikah berdasarkan bukti-
bukti surat palsu.

1. Titik Taut Primer


Yang menjadi titik taut primer dalam kasus ini ialah soal kewarganegaraan. Yaitu
Ludwig adalah seorang warga negara Jerman sedangkan Jessica adalah seorang warga
negara Indonesia.

2. Titik Taut Sekunder

Yang menjadi titik taut sekunder kasus ini ialah hukum tempat dilaksanakannya
perbuatan melawan hukum/lex loci delicti commisi (pernikahan dianggap tidak pernah
terjadi). Karena pembuatan akta pernikahan dibuat di Disdukcapil Indonesia.

3. Kualifikasi

Kategori yuridis terhadap fakta yang ditemukan, menjadikan kasus ini masuk
dalam kualifikasi perbuatan melawan hukum. Karena perbuatan yang dilakukan oleh
pihak Jessica yaitu berupa memalsukan bukti-bukti surat untuk pembuatan akta nikah.
Sedangkan para subyek hukum yang bersengketa masing-masing tunduk pada sistem
hukum yang berbeda. Yaitu Ludwig selaku penggugat adalah warga negara jerman
dan tunduk pada hukum Jerman, sedangkan Jessica adalah warga negara Indonesia
dan tunduk pada hukum Indonesia.

4. Lex fori

Karena perbuatan hukum itu dilakukan di Indonesia, maka lex fori-nya ialah
hukum Indonesia yang akan digunakan untuk mengadili perkara dan menentukan lex
causae. Berdasarkan prinsip HPI “the basis of presence” pasal 25 UU Perkawinan dan
pasal 118 ayat (1) HIR dan berdasarkan prinsip kewilayahan dan kedaulatan teritorial
merupakan kewenangan pengadilan indonesia, dikarenakan tergugat dalam perkara
tersebut tinggal didaerah wilayah hukum Indonesia.

5. Lex causae

Berdasarkan lex fori, yaitu hukum indonesia berdasarkan pasal 18 AB jika


berkaitan dengan suatu perbuatan hukum maka diatur berdasarkan tempat
dilaksanakannya perbuatan hukum itu. Maka dalam kasus ini seperti yang sudah
diterangkan diatas, karena perbuatan hukum dilakukan di Indonesia maka lex
causae/hukum sebenarnya yang dipakai untuk mengadili kasus ini juga menggunakan
hukum Indonesia.
6. Kewenangan mengadili

Pengadilan yang berhak untuk mengadili kasus ini adalah Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan, Indonesia, sesuai dengan lex fori. Jadi gugatan pembatalan
pernikahan dan pembatalan akta yang dibuat Dinas Dukcapil DKI Jakarta yang
diajukan oleh Ludwig selaku penggugat adalah benar diajukan ke Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan.

Namun karena yang diinginkan penggugat bukan hanya membatalkan perkawinan


saja tetapi juga ingin membatalkan akta yang dibuat Dinas Dukcapil DKI Jakarta,
maka proses pembatalan akta dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara terlebih
dahulu. Lalu setelah itu pembatalan pernikahannya baru dilakukan di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan.

Referensi

Khairandy, Ridwan. Pengantar Hukum Perdata Internasional. 2007. FH UII Press.


Yogyakarta

Rachmat, Djaenal. Perlindungan Hukum Bagi Istri Wni Terhadap Permohonan Pembatalan
Perkawinan Campuran Yang Diajukan Oleh Suami Wna Ditinjau Dari Hukum Perdata
Internasional. Diakses dari URL http://pustaka.unpad.ac.id/archives/132485/ pada tanggal 21
Januari 2015.

Anda mungkin juga menyukai