PENDAHULUAN
A. Kasus posisi
2. Selain surat pengantar pernikahan dari kelurahan, Henry juga membawa surat
pemberkatan dari Gereja Yesus Sejati di Jl. Samahudi, Jakarta Pusat. Dari surat
tersebut, terdapat keterangan bahwa Jessica dan Ludwig telah menjalani pemberkatan
pada 11 Desember 2013, oleh pendeta Simone Jonathan.
5. Setelah pencatatan tersebut, diketahui bahwa Jessica pergi keluar negeri dan menetap
di California, Amerika Serikat. Kemudian disana Jessica juga dikabarkan bahwa telah
melahirkan seorang anak laki-laki.
6. Namun pada tanggal 2 Juni 2014, pihak Gereja Yesus Sejati mengirimkan surat
pernyataan kepada Disdukcapil bahwa gereja tersebut ternyata tidak pernah
melakukan pemberkatan terhadap Jessica dan Ludwig. Nama pendeta yang
memberkati mereka yaitu Simone Jonathan juga dinyatakan fiktif oleh pihak gereja,
karena tidak ada daftar pendeta dengan nama tersebut yang tercatat dalam gereja itu.
8. Dari pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta pun juga sudah
mengkonfirmasi bahwa mereka sempat terkecoh dengan surat bodong yang
menyatakan bahwa Jessica dan Ludwig telah menikah di Gereja Yesus Sejati pada
bulan Desember 2013 lalu.
B. Analisis
Kasus gugatan pembatalan pernikahan yang diajukan oleh Ludwig kepada Jessica
tersebut adalah termasuk ke dalam kasus Hukum Perdata Internasional, karena terdapat unsur
asing berupa faktor personal yaitu status kewarganegaraan dimana Ludwig adalah seorang
warga negara Jerman sedangkan Jessica adalah warga Indonesia. Pernikahan mereka
dilakukan di Indonesia. Dimana fokus kasus ini adalah tentang perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh pihak Jessica yakni berupa pembuatan akta nikah berdasarkan bukti-
bukti surat palsu.
Yang menjadi titik taut sekunder kasus ini ialah hukum tempat dilaksanakannya
perbuatan melawan hukum/lex loci delicti commisi (pernikahan dianggap tidak pernah
terjadi). Karena pembuatan akta pernikahan dibuat di Disdukcapil Indonesia.
3. Kualifikasi
Kategori yuridis terhadap fakta yang ditemukan, menjadikan kasus ini masuk
dalam kualifikasi perbuatan melawan hukum. Karena perbuatan yang dilakukan oleh
pihak Jessica yaitu berupa memalsukan bukti-bukti surat untuk pembuatan akta nikah.
Sedangkan para subyek hukum yang bersengketa masing-masing tunduk pada sistem
hukum yang berbeda. Yaitu Ludwig selaku penggugat adalah warga negara jerman
dan tunduk pada hukum Jerman, sedangkan Jessica adalah warga negara Indonesia
dan tunduk pada hukum Indonesia.
4. Lex fori
Karena perbuatan hukum itu dilakukan di Indonesia, maka lex fori-nya ialah
hukum Indonesia yang akan digunakan untuk mengadili perkara dan menentukan lex
causae. Berdasarkan prinsip HPI “the basis of presence” pasal 25 UU Perkawinan dan
pasal 118 ayat (1) HIR dan berdasarkan prinsip kewilayahan dan kedaulatan teritorial
merupakan kewenangan pengadilan indonesia, dikarenakan tergugat dalam perkara
tersebut tinggal didaerah wilayah hukum Indonesia.
5. Lex causae
Pengadilan yang berhak untuk mengadili kasus ini adalah Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan, Indonesia, sesuai dengan lex fori. Jadi gugatan pembatalan
pernikahan dan pembatalan akta yang dibuat Dinas Dukcapil DKI Jakarta yang
diajukan oleh Ludwig selaku penggugat adalah benar diajukan ke Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan.
Referensi
Rachmat, Djaenal. Perlindungan Hukum Bagi Istri Wni Terhadap Permohonan Pembatalan
Perkawinan Campuran Yang Diajukan Oleh Suami Wna Ditinjau Dari Hukum Perdata
Internasional. Diakses dari URL http://pustaka.unpad.ac.id/archives/132485/ pada tanggal 21
Januari 2015.