Anda di halaman 1dari 2

Nama : Putu Anggieta Vedanti Anjasmara

NIM : 2204551012
Kelas :A
Mata Kuliah : Hukum Perdata Internasional

Mahasiswa agar melakukan penelusuran internet untuk menemukan kasus perkawinan


campuran internasional. Mahasiswa agar:
1. Menjelaskan tentang para pihak dan materi sengketa;
2. Memberikan penilaian terhadap kasus tersebut, apakah penyelesaian kasus tersebut
telah sesuai dengan prinsip-prinsip HPI.
Jawab:
Kasus perkawinan campuran Internasional yang saya temukan adalah kasus
perkawinan antara Jessica Iskandar dan Ludwig frans. Jessica merupakan
kewarganegaraan Indonesia, sedangkan Ludwig kewarganegaraan Jerman. Pernikahan
mereka merupakan termasuk ke dalam pernikahan campuran, yang mana
terdefinisikan pada Pasal 57 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu :
“Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam undang-undang adalah
perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berbeda,
karena perbedaan kewarganegaraan, dan salah satu pihak berkewarganegaraan
Indonesia.”
Berdasarkan kronologi serta pengakuan dari Ludwig, bahwa perkawinan tersebut
belum sah secara agama dan tidak pernah adanya pemberkatan nikah di Gereja Yesus
Sejati Jakarta Pusat. Namun Jessica telah mengklaim bahwa sudah adanya
pemberkatan dengan bukti surat yang diberikan oleh Gereja Yesus Sejati dan dari pihak
Gereja Yesus Sejati membantah adanya pemberian berkah pernkahan serta pendeta
tidak terdaftar dalam Gereja tersebut. Dengan adanya hal ini, Ludwig menjatuhkan
gugatannya terhadap Jessica di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Berdasarkan kasus tersebut, terlihat bahwa sudah sesuai dengan prinsip-prinsip dari
Hukum Perdata Internasional.
1. Prinsip Lex Loci Celebrationis
Hukum yang berlaku dalam pernikahan campuran adalah hukum negara di
mana pernikahan tersebut dilakukan. Berdasarkan kasus tersebut, maka hukum
yang berlaku adalah hukum Indonesia karena pernikahan antara Jessica dengan
Ludwig dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu, hukum yang berlaku dalam
kasus tersebut adalah hukum di Indonesia.
2. Prinsip Lex Loci Domicili
Hukum yang berlaku dalam pernikahan campuran adalah hukum negara
dimana tempat pernikahan tersebut berada. Sama halnya dengan Lex Loci
Celebrationis, hukum yang berlaku adalah hukum Indonesia. Sehingga, dalam
penyelesaian kasus tersebut menggunakan hukum yang berlaku di Indonesia.

3. Prinsip Lex Fori


Hukum yang berlaku adalah hukum untuk suatu perkara berdasarkan dimana
wilayah yang terjadi. Berdasar pada prinsip kewilayahan dan kedaulatan
territorial ini, maka hukum yang berlaku ialah hukum Indonesia yang
merupakan kewenangan dari pengadilan di Indonesia.

4. Prinsip Lex Causae


Lex causae dalam konteks pernikahan campuran mengacu pada prinsip hukum
perdata internasional di mana hukum yang berlaku dalam perkawinan
campuran adalah hukum yang dipilih oleh pengadilan dari sistem hukum yang
relevan untuk mencapai putusan dalam kasus atau internasional antar
kebenaran. Hal ini dapat menjadi kompleks, terutama dalam kasus pasangan
dengan kewarganegaraan yang berbeda, di mana perlu ditentukan kepastian
dan hukum mana yang akan diterapkan untuk mengatur perkawinan dan
perceraian mereka. Dan dalam kasus ini, hukum yang di pilih adalah hukum
Indonesia karena berdasar pada prinsip-prinsip yang di atas.

Jadi dapat di simpulkan bahwa dalam kasus pernikahan campuran antara Jessica
(WNI) dan Ludwig (WNA) berdasar dan tunduk pada hukum Indonesia. Hal ini
disesuaikan dengan prinsip-prinsip Hukum Perdata Internasional dalam pernikahan
campuran tersebut. Dengan hal itu, dalam penyelesaian kasus diatas disesuaikan
dengan hukum yang berlaku di Indonesia, sebagaimana Ludwig yang telah menggugat
Jessica di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

DAFTAR REFERENSI
Dr. Ari Purwadi, S. M. (n.d.). Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional. Surabaya:
Pusat Pengkaji Hukum dan Pembangunan (PPHP).
Jannah, A. Z. (2022, Juli 26). Kasus Pernikahan Jessica Iskandar dan Ludwig : Ketahui
Dulu Regulasi Perkawinan Campuran. Heylaw.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Anda mungkin juga menyukai