Anda di halaman 1dari 9

Tugas dikerjakan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Hukum

Perdata Internasional Kelas D

Dosen Pengampu :

Dr. Dyah Ochtorina Susanti, S.H., M.Hum

Dikerjakan Oleh :

Fian Ratna Windarti (190710101121)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS HUKUM

2021
1. Pada Hukum Perdata Internasional (HPI), terdapat masalah-masalah
pokok yang menjadi titik sentral pembahasan. Sebut dan jelaskan titik
sentral yang menjadi pembahasan dalam HPI!
Jawab : Menurut David D. Siegel, P.M North, dan JJ Fawcett Persoalan
yang dapat dianggap sebagai masalah-masalah pokok HPI yaitu :
 Hukum yg diberlakukan dalam suatu perkara yg mengandung
elemen asing (choise of law);
Dalam hal ini kita dapat menganalisis hukum manakah yang
tepat untuk digunakan mengatur permasalahan-permasalahan
hukum yg terjadi yang mana masalah hukumnya berhubungan
dengan unsur asing, dengan pertimbangan asas hukum apa yg
dapat berlaku dalam suatu perkara tersebut.
 Kewenangan Pengadilan yg mengadili perkara tersebut
(Jurisdiction)
Dalam hal ini kita dapat menganalisis pengadilan mana yang
tepat digunakan untuk mengadili perkara tersebut.
 Pengakuan dan pelaksanaan putusan peradilan asing
(recognition and enforcement of foreign judgement)
Dalam hal ini diamati pengakuan dan pelaksanaan putusan
sejauh manakah suatu pengadilan harus memperhatikan dan
mengakui hak-hak atau kewajiban-kewajiban hukum yang terbit
berdasarkan hukum atau putusan asing.
2. Pada HPI, dikenal adanya asas-asas yang terkait dengan subyek hukum,
salah satunya adalah Asas Nasionalitas. Sebut dan jelaskan makna asas
nasionalitas bagi warga negara dan berikan contoh penerapannya!
Jawab : Berdasarkan asas ini, status personal seseorang ditetapkan
berdasarkan hukum kewarganegaraan (lex patriae) orang itu. Asas ini
juga digunakan dalam pasal 16 Algemene Bepalingen van Wetgeving
(AB) yang secara teoritis masih berlaku di Indonesia. Berdasarkan atas
asas dalam hukum keperdataan, yaitu asas Mobilia Sequntuur
Personam, maka asas lex patriae ini berlaku pula dalam penentuan
status benda-benda bergerak (movables), dalam arti bahwa status suatu
benda bergerak ditetapkan berdasarkan hukum yang berlaku untuk
menetapkan status personal orang yang memiliki atau menguasai benda
itu. Kemudian menurut pasal 16 AB juga dianut prinsip nasionalitas
untuk status personal. Hal ini berati warga negara indonesia yang berada
di luar negeri, sepanjang mengenai hal-hal yang terkait dengan status
personalnya tetap berada di bawah lingkungan kekuasaan hukum
nasional Indonesia. Sebaliknya, menurut yurisprudensi, maka orang-
orang asing yang berada dalam wilayah Republik indonesia
dipergunakan juga hukum nasional mereka sepanjang hal tersebut
masuk dalam bidang status personal mereka.
 Contoh penerapan Asas Nasionalitas :
Agus melakukan perbuatan pembunuhan di Amerika Serikat.
Kemudian setelah ditangkap ia dapat dikenakan undang-undang
Pidana Indonesia. Karena peristiwa tersebut dapat dipandang
sebagai sebuah kejahatan.
3. Reza Herlambang seorang Warga Negara Indonesia akan menikah
dengan Bunga Citra Melati yang juga seorang Warga Negara Indonesia.
Karena sesuatu hal, pernikahan tersebut akan dilangsungkan di Negara
Singapura.
A. Menurut Hukum Perdata Internasional Indonesia, prinsip apakah
yang dianut dalam pernikahan tersebut? Jelaskan maksud dari
prinsip tersebut dan sebutkan dasar hukumnya!
Jawab : Perkawinan WNI yang dilangsungkan di Luar Negeri
diatur dalam Pasal 56 UU No. 1 Tahun 1974 yang mengatur
untuk setiap perkawinan WNI di luar negeri berlaku asas lex loci
celebrationis. Asas ini berarti perkawinan harus dilaksanakan
berdasarkan hukum negara dimana perkawinan dilangsungkan,
dalam kasus ini Hukum Singapura. Hal ini berarti suatu
perkawinan warga negara Indonesia yang dilakukan menurut
hukum yang berlaku di negara tempat perkawinan itu
dilangsungkan baru dianggap sah apabila pelaksanaan
perkawinan dimaksud tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Perkawinan termasuk dalam status personal berdasarkan pada
Pasal 16 AB yang menyatakan bahwa bagi WNI dimanapun
berada akan tunduk terhadap hukum yang berlaku di Indonesia.
Sehingga perkawinan antar warga negara Indonesia yang terjadi
di luar negeri tetap tunduk terhadap ketentuan hukum Indonesia,
meskipun diperlukan syarat formil dan materiil untuk mengakui
sahnya perkawinan. Yang mana berdasarkan penjelasan diatas,
kasus tersebut menggunakan asas nasionalitas.
B. Pernikahan tersebut tentu harus memenuhi syarat material dan
syarat formal. Jelaskan mengenai syarat material dan syarat
formal dimaksud menurut Hukum Perdata Internasional
Indonesia! Sebutkan pula dasar hukumnya!
Jawab :
 Syarat material
Berdasarkan kasus pernikahan tersebut, maka syarat material
yang digunakan adalah hukum Indonesia . kemudian syarat
tersebut diatur dalam :
 Undangundang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974
menyatakan bahwa perkawinan yang dilaksanakan di
luar negeri tetap harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan Undang-Undang Perkawinan.
 UU No. 16/2019 tentang Perubahan atas UU No. 1/1974
tentang Perkawinan telah menaikkan usia minimal kawin
perempuan dari 16 tahun menjadi 19 tahun. Dengan
demikian, usia kawin perempuan dan laki-laki sama-
sama 19 tahun.
 Pasal 2 ayat (1) UUP yang menyatakan bahwa
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya
itu.
 Syarat formal
Berdasarkan kasus pernikahan tersebut, syarat formal diatur
lebih lanjut dalam ketentuan Pasal 18 AB yaitu tunduk pada
hukum dimana perkawinan itu dilangsungkan' (lex loci
celebrationis). Jika di negara dimana perkawinan dilangsungkan
berlaku perkawinan sipil, maka perkawinan harus dilakukan
secara sipil. Kemudian dapat disimpulkan pernikahan tersebut
dilangsungkan menggunakan hukum Singapura.
4. Pada bulan januari 2021, di perairan laut wilayah Pulau Sebatik yang
terletak di Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur, berlayar
sebuah kapal berbendera singapura dan dinahkodai oleh warga negara
Singapura, membawa ABK (anak buah kapal), sebanyak 30 orang, yang
terdiri dari 10 warga negara Indonesia, 5 warga negara papua nugini, 5
warga negara india dan 10 warga negara china. Saat kapal tersebut
tengah berlayar tiba-tiba terjadi percekcokan antara ABK yang
berkewarganegaraan china dengan ABK yang berkewarganegaraan
papua nugini, sampai akhirnya terjadi perkelahian. ABK yang
berkewarganegaraan Indonesia berniat ingin memisahkan kawan-
kawannya yang terlibat perkelahian, akan tetapi justru niat untuk
memisahkan ini menjadi salah paham antar ABK yang sedang
berkelahi, sehingga ABK yang berkewarganegaraan Indonesia juga
terlibat dalam perkelahian tersebut. Kejadian ini kemudian diketahui
TNI AL Republik Indonesia yang sedang melakukan patroli di
perbatasan Pulau Sebatik. Kemudian setelah diadakan pemeriksaan,
diketahui bahawa ternyata kapal tersebut mengangkut ikan-ikan serta
mutiara dari laut indonesia tanpa ada ijin resmi. Pada tingkat penyidikan
dan penyelidikan selanjutnya, diketahui bahwa kapal tersebut milik
perusahaan Jepang yang mempunyai anak cabang di Singapura.
Perusahaan ini dimiliki oleh Yoshiro Ogawa yang berkewarganegaraan
Jepang dan berdomicili di Singapura. Saudara sebagai mahasiswa yang
menempuh Hukum Perdata Internasional, diminta bantuan:
a) Tentukan, masalah hukum apa saja yang diterjadi diatas kapal
tersebut!
Jawab :
Dari kasus diatas dapat ditemukan Permasalahan :
 Pada bulan januari 2021, Kapal berbendera Singapura milik
perusahaan Jepang membawa ABK sebanyak 30 orang, yang
terdiri dari 10 warga negara Indonesia, 5 warga negara Papua
Nugini, 5 warga negara India dan 10 warga negara China.
Masuk perairan Indonesia tanpa izin dan melakukan illegal
fishing yaitu pengangkutan ikan serta mutiara yang dilakukan
oleh ABK dalam kapal milik Yoshiro Ogawa tepatnya di
perairan laut wilayah Pulau Sebatik yang terletak di Kabupaten
Nunukan Propinsi Kalimantan Timur. Dalam hal HPI yakni
terdapat hubungan perjanjian diantara Nahkoda, ABK, dan
Perusahaan Kapal yang melibatkan unsur asing didalamnya
b) Hukum mana yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalahmasalah hukum tersebut! Jelaskan argumen saudara, dan
berikan penjelasan tentang asas apa yang dapat digunakan untuk
membantu menyelesaikan masalah-masalah hukum yang ada di
kapal tersebut!
Jawab : untuk menyelesaikan permasalahan diatas menurut saya
asas yang dapat digunakan berada di dalam hukum perdata
internasional, diantaranya :
1) asas centre of exploitation atau centre of operation
Bahwa status dan kedudukan badan hukum harus diatur
berdasarkan hukum dari tempat perusahaan itu
memusatkan kegiatan operasional, ekspolitasi atau
kegiatan produksi barang/jasanya.
2) Asas lex Rei Sitae (Lex Situs)
Berarti perkara-perkara menyangkut benda-benda tidak
bergerak tunduk pada hukum dari tempat di mana benda
itu berada/terletak.
3) Asas Locus Regit Actum
Berdasarkan pada pasal 18 AB mengenai bentuk
perbuatan hukum, suatu perbuatan hukum dapat diadili
menggunakan hukum dari tempat dimana perbuatan
hukum tersebut dilakukan.
5. Sintong Panjaitan berkewarganegaraan Indonesia, Pada tahun 1991
pernah menjabar sebagai Pangdam IX/Udayana yang salah satu
wilayahnya membawali Timtim (saat Timtim belum memisahkan diri
dari Indonesia). Pada 12 November 1991, meletus kerusuhan dili, yang
mengakibatkan tewasnya Kamal Bamadhaj, salah seorang WNA yang
tinggal di dili. Kamal Bamadhaj berkewarganegaraan Selandia Baru.
Ibunda Kamal Bamadhaj bernama Hellen Todd, berkewarganegaraan
Malaysia, ayah kamal berkewarganegaraan Selandia Baru. Mereka
berdua tinggal di Australia. 6 (enam bulan) sejak peristiwa Dili, Sintong
memutuskan untuk kuliah di Boston University, saat kuliah di Boston
University itulah, tiba-tba Sintong menerima surat panggilan dari
Pengadilan Distrik Massachusset yang dikeluarkan pada tanggal 17
Setember 1992, Surat panggilan itu dikeluarkan dakwaan Kantor
Pengacara Kaplan O Sullivan dan Friedman yang menjadi kuasa hukum
Nyonya Helen Todd, sehubungan dengan tewasnya Kamal Bamadhaj di
insiden 12 November 1991. Gugatannya ada 3 (tiga), pertama, di dakwa
mengakibatkan tewasnya Kamal dan diminta ganti rugi sebesar 10 juta
dollar AS. Kedua, sintong di dakwa bertanggungjawab melakukan
penyerangan dan penganiayaan baik secara fisik dan maupun psikologis
yang terjadi, dengan tuntutan ganti rugi sebesar 1 juta dollar AS.
Gugatan ketiga, bertanggungjawab atas terjadinya kesewenang-
wenangan secara sengaja dengan tuntutan ganti rugi sebesar 2 juta
dollar AS. Total tuntutan adalah 13 juta dollar AS, atau setara 12 miliar
rupiah saat itu.
a) Apakah sintong panjaitan dapat dituntut berdasar hukum perdata
AS? Jelaskan jawaban Saudara!
Jawab : menurut pendapat saya, Sintong Panjaiutan tidak dapat
dituntut berdasarkan hukum perdata AS karena berdasarkan
uraian permasalahan diatas Sintong Panjaitan
berkewarganegaraan Indonesia kemudian pada tahun 1991
pernah menjabar sebagai Pangdam IX/Udayana di Tim-Tim -
Pada 12 November 1991, meletus kerusuhan dili. Yang
mengakibatkan kematian warga internasional. 6 bulan kemudian,
Sintong memutuskan untuk kuliah di Boston University, dan
baru pindah ke AS. Dapat disimpulkan bahwa permasalahan di
atas seharusnya menerapkan prinsip lex loci delicti commisi
yang berarti perbuatan melawan hukum tersebut diatur oleh
hukum tempat terjadi perbuatan melawan hukum itu, yang mana
Sintong Panjaitan seharusnya didakwa menggunakan hukum di
Indonesia karena pada peristiwa tersebut Timor Timur masih
menjadi bagian dari Indonesia.
b) Hukum perdata manakah yang dapat digunakan untuk
mengajukan tuntutan terhadap Sintong Panjaitan!
Jawab : Hukum perdata yang dapat digunakan yaitu hukum
perdata Indonesia. Asas lex loci delicti commisi dapat diterapkan
bilamana Sintong terbukti melakukan perbuatan hukum dan
dapat diadili menurut undang-undang dimana tindakan hukum
itu dilakukan yakni Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai