Anda di halaman 1dari 4

Nama : Gito Pamungkas

NPM : 010119308

UAS Hukum Perdata Internasional

1. Yaitu:
a. kualifikasi dalam Hukum Perdata Internasional:
 Kualifikasi fakta adalah kualifikasi yang dilakukan terhadap sekumpulan fakta
dalam suatu peristiwa hukum untuk ditetapkan menjadi satu atau lebih peristiwa
hukum berdasarkan kategori hukum dan kaidah-kaidah hukum dari sistem hukum
yang seharusnya berlaku. Misalnya untuk menentukan yuridis negara mana yang
akan diberlakukan berdasarkan peristiwa hukum.
 Kualifikasi Hukum adalah penggolongan atau pembagian seluruh kaidah hukum
ke dalam penggolongan atau pembidangan kategori hukum tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya. Misalnya pembagian kedalam: Hukum Perjanjian,
Hukum Penanaman Modal, Hukum Waris, Hukum Perseorangan dan sebagainya.
b. Kualifikasi dalam HPI digunakan untuk menata sekumpulan fakta yang dihadapinya
(sebagai persoalan hukum), mendefinisikannya, dan kemudian menempatkannya ke
dalam suatu kategori yuridis tertentu. Dan Jika berdasarkan sistem hukum apa harus
diklasifikasikan ke dalam pembidangan/pengelompokan kategori hukum tertentu agar
dapat ditentukan kualifikasi apa dalam suatu perkara HPI yg seharusnya dilakukan

2. Yaitu:
a. Tidak semua putusan pengadilan asing dapat dieksekusi dikarenakan, Mengenai
eksekusi putusan pengadilan asing, bahwa putusan pengadilan asing tidak dapat
dieksekusi di wilayah Republik Indonesia kecuali undang-undang mengatur
sebaliknya. mengacu pada ketentuan Pasal 436 Reglement op de Burgerlijke
rechtvordering (“Rv”). Jadi, putusan pengadilan asing tersebut dapat dieksekusi di
Indonesia (melalui pengadilan Indonesia) hanya apabila diatur dalam undang-undang
tersendiri, perjanjian bilateral atau perjanjian multilateral yang mengecualikan
berlakunya Pasal 436 Rv;
b. Keputusan Hakim yang tidak bisa langsung dieksekusi:
Keputusan hakim asing mana yang tidak boleh dilaksanakan menurut Pasal 436 BRV
disesuaikan dengan keadaan sekarang (adanya pendapat para hakim yang berbeda-
beda). Yang jelas tidak boleh untuk dilaksanakan dieksekusi adalah keputusan
kondemnatoir/menghukum.

3. Openbare Orde adalah ketertiban umum yang merupakan salah satu satu bagian terpenting
daripada Hukum Perdata Internasional. Dianggap sebagai salah satu fundamen daripada
seluruh bangunan Hukum Perdata Internasional. Ketertiban umum ini merupakan rem
darurat di karena itu harus melihat waktu, kondisi, tempat dan situasi. Ini untuk
menghindarkan mengagungkan hukum sendiri. Karena itu ketertiban umum ditiap Negara
berbeda-beda. Misalnya, jika oleh Hukum Perdata Internasional kita telah ditentukan
bahwa hukum Asing harus diberlakukan, hal ini tidak berarti bahwa selalu dan dalam
semua hal harus dipergunakan Hukum Asing. Jika pemakaian dari hukum asing berarti satu
pelanggaran yang sangat daripada sendi-sendi atasi Hukum Nasional hakim (lex tori), maka
hakim dapat menyampingkan Hukum Asing ini berdasarkan atas ketertiban umum.
Pemakaiannya harus hati – hati sekali dan seirit mungkin.

4. Yaitu:
a. Dalam konteks hukum perdata perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang
melanggar Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), bahwa dijelaskan
pihak yang dirugikan oleh pihak lain berhak menuntut ganti rugi tetapi ini bukan dalam
lapangan perjanjian. Sedangkan dalam konteks pidana perbuatan melawan hukum
adalah perbuatan yang melanggar undang-undang, perbuatan yang dilakukan di luar
kekuasaan atau kewenangannya serta perbuatan yang melanggar asas-asas umum
dalam lapangan hukum.
b. Perdagangan Internasional merupakan kegiatan jual beli antara dua negara yang
berbeda. Kegiatan tersebut menjadi satu di antara sektor yang mampu meningkatkan
perekonomian negara. Pihak yang melakukan perdagangan ini dapat berupa individu,
perusahaan atau pemerintah. Perdagangan internasional mampu memperluas pasar di
luar negeri. Jika pasar luar negeri semakin luas, maka produksi dalam negara terdorong
semakin meningkat. Perdagangan antar negara memungkinkan suatu negara untuk
mempelajari teknik produksi yang lebih efisien. Jual beli barang Internasional
merupakan bidang hukum yang sangat penting diera globalisasi terutama dalam
mendukung kegiatan di sektor perdagangan dantransaksi bisnis internasional. Salah
satu konvensi internasional yang mengaturmengenai kontrak jual beli barang
Internasional adalah United Nations Convention onContracts for the International Sale
of Goods (CISG). Konvensi Vienna 1980 iniberlainan dengan konvensi sebelumnya,
dimana konvensi ini berlaku untuk kontrak-kontrak jual beli barang antara para pihak
yang mempunyai tempat usaha di Negarayang berlainan. adapun perumusan yang
diterapkan jauh lebih luas. Konvensi ini telahmemperlihatkan unifikasi dengan ukuran
internasional yang lebih memadaidibandingkan dengan perumusan dalam Konvensi
sebelumnya.

5. Yaitu:
a. WNI suami istri di kedutaan Indonesia di Amerika selama 8 tahun. Disana lahir
seorang anak laki – laki. Apakah ini perkara HPI atau bukan? Kalau ini perkara HPI
tentukan TPP dan TPSnya, bagaimana status anak tersebut?
Dalam hal ini termasuk dalam perkara HPI dalam TPP ditentukan Kewarganegaraan,
TPP domisili, TPP tempat kediaman, dan TPP pilihan umum untuk menentukan
hukum negara mana yg dipakai. TPS Lex loci solutionis, berlakunya / keberlakuan
hukum berdasarkan tempat dimana suatu kontrak dilaksanakan / diselesaikan.
 TTP: karena dua-duanya WNI, maka apabila dia lahir di negara yang kena Ius Soli
dia memperoleh kewarganegaraan di mana dia dilahirkan. Namun, anak tersebut
juga diakui sebagai WNI karena kedua orangtuanya adalah WNI, jadi anak
tersebut memiliki kewarganegaraan ganda. Anak yang memiliki kewarganegaraan
ganda itu wajib didaftarkan oleh orang tua melalui kantor Imigrasi di mana anak
itu lahir, bisa di wilayah Indonesia atau di luar wilayah Indonesia. Anak tersebut
juga mendapatkan fasilitas keimigrasian atau Faskim dengan bentuk kartu
affidavit. Status kewarganegaraan ganda tersebut dalam disandang oleh anak
tersebut hingga anak tersebut berusia 18 tahun. Setelah itu, anak tersebut harus
menentukan kewarganegaraannya apakah sebagai WNI atau WNA dengan tenggat
waktu hingga berusia 21 tahun.
 TPS: Sesuai Yurisdiksi terjadinya peristiwa hukum tersebut, yaitu Amerika serikat
selama 8 th.
Status anak tersebut menurut saya kalau berdasarkan asas yang dianut oleh Indonesia
yaitu asas ius sanguinis hukum yang berlaku terhadap anak tersebut/statusnya
berdasarkan tempat kelahirannya itu sendiri.
b. TPP: Menimbulkan dan keadaan yang menimbulkan HPI (titik taut pembeda) Yaitu
Membuat hotel di Los Angeles yang berada di Amerika. Sedangkan perjanjian antara
Ibu Ketut dan Mr. Ariel apa bila terjadi perselisihan menggunakan hukum Australia.
TPS: Hukum yang mentukan ialah menggunakan hukum Australia karena Ibu Ketut
dan Mr. Ariel telah bersepakat apa bila terjadi perselisihan menggunakan hukum
Australia.
c. TPP yang ada pada kasus tersebut apabila bersengketa dan tidak ada pilihan hukum
yaitu domisi subyek hukum yang berbeda yang melakukan suatu hubungan hukum
dapat menimbulkan hubungan hukum yang memiliki unsur hukum perdata
internasional. Sedangkan yang menjadi TPS adalah tempat letak benda atau lex rei
sitae yaitu di Bandung, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai