Anda di halaman 1dari 2

Nama : Gito Pamungkas

NPM : 010119308

UAS Tanggunggugat Negara dan Pemerintahan

1. Dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi


Pemerintahan, ada upaya pemberian perlindungan hukum dengan mendasarkan segala
tindakan pemerintahan (bestuurs handelingen) harus memiliki dasar hukum yang jelas
(keabsahan/legalitas) dan disediakan upaya hukum bagi warga masyarakat yang menderita
kerugian akibat tindakan pemerintahan. Khusus mengenai sengketa administrasi yang
timbul dari tindakan faktual pemerintah (feitelijke handelingen), UU AP
mentransformasikan pengaturannya kedalam Pasal 85 Tentang peralihan penyelesaian
sengketa “onrechmatige overheidsdaad” dari Pengadilan Umum ke PTUN, Pasal 22 dan
Pasal 29 Tentang keputusan/tindakan diskresi serta Pasal 87 hurup a, Tentang tindakan
faktual sebagai elemen perluasan KTUN. Dengan demikian PTUN berwenang mengadili
sengketa administrasi yang timbul dari tindakan faktual pemerintah (feitelijke
handelingen), dengan terbatas pada pengujian keabsahan (legalitas) semata, tidak sampai
pada tuntutan atas dasar ganti kerugian. Dalam hal ini dapat dipahami bahwa PTUN
mempunyai kewenangan untuk mengadili sengketa- sengketa administrasi, yang timbul
dari tindakan nyata pemerintah dalam mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara, hal ini
amatlah beralasan mengingat pemerintah dalam mengambil suatu keputusan tidak sampai
merugikan pihak tertentu.

2. Faute de Service, adalah teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga
dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut teori ini, tanggung
jawab dibebankan kepada jabatan. Faute de Service terjadi karena adanya kesalahan dalam
penggunaan wewenang, dan hanya berkaitan dengan pelayanan. Bila terdapat pihak yang
dirugikan gugatan harus diajukan ke Peradilan Administrasi. Jadi yang harus menanggung
kerugian atas dasar gugatan Faute de Service adalah intansi dari pejabat yang
bersangkutan/seorang sebagai pejabat.
3. Suatu tindakan dianggap sebagai Substantive Express Ultra Vires, ketika tindakan terjadi
dalam hal tindakan dilakukan di luar wewenang yang diberikan. Artinya tindakan yang
dilakukan diluar wewenangnya, itu adalah tindakan Substantive Express Ultra Vires.

4. Yaitu:
a. Gugatan Citizen Lawsuit adalah mekanisme yang tersedia bagi Warga Negara untuk
menggugat tanggungjawab penyelenggara negara atas kelalaian dalam memenuhi hak-
hak warga negara.
b. Yaitu:
 Syarat-Syarat Gugatan CLS
1) Setiap warga negara
2) Gugatan mengenai kepentingan umum.
3) Perbuatan melawan hukum
4) Tuntutan gugatan tidak berupa tuntutan ganti rugi.
 Subjek Gugatan
Pihak penggugat yaitu setiap warga negara, dan pihak tergugat yaitu
penyelenggara negara yang lalai memenuhi hak warga negara.
 Objek Gugatan
Objek gugatan dalam citizen lawsuit adalah tindakan penyelenggara negara yang
berupa kelalaian dalam memenuhi hak warga negara.
 Petitum Gugatan
Dalam hal petitum Citizen Lawsuit terdapat beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan antara lain :
1) Petitum gugatan CLS harus berisi permohonan agar negara mengeluarkan
suatu kebijakan yang mengatur umum (regeling) agar kelalaian yang serupa
tidak terjadi lagi dimasa yang akan datang.
2) Petitum tidak boleh meminta adanya ganti rugi materil, karena penggugat
dalam hal ini bertindak mengatasnamakan seluruh warga negara sehingga
tidak sebagai kelompok yang dirugikan secara materiel.
3) Petitum tidak boleh berisi pembatalan atas suatu Keputusan Penyelenggara
Negara (Keputusan Tata Usaha Negara) yang bersifat individual dan konkrit
karena hal tersebut merupakan kewenangan dari PTUN.
4) Petitium juga tidak boleh berisi pembatalan atas suatu Undang-Undang.

Anda mungkin juga menyukai