Anda di halaman 1dari 4

Nama : RIYAD NADY AULIA

NIM : 2122012002

Soal UTS Hukum Acara Peradilan T.U.N.


Dosen : Fitriyanti, S.H.,M.H.
email : fy48935@gmail.com

1. Jelaskan Tujuan Pembentukan Peradilan T.U.N. berdasarkan pendapat Philipus M. Hadjon,


Perlindungan Hukum Refresif & Perlindungan Hukum Preventif ?
2. Sebutkan & Jelaskan Fungsi Hukum dalam Peradilan T.U.N. 5 saja ?
3. Jelaskan Prosedur Beracara dalam Peradilan Tata Usaha Negara Objek Sengketa ?
4. Jelaskan Pengertian Hukum Acara PTUN ?
5. Sebutkan dan Jelaskan Bentuk Upaya Administrasi 5 Saja ?
6. Sebutkan tujuan Pembentukan Peradilan T.U.N. dalam Pembahasan RUU PTUN ?
7. Sebutkan yg menjadi Subjek dan Objek dalam Sengketa T.U.N. ?

Jawaban :

1. Tujuan pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara (TUN) berdasarkan pendapat Philipus M. Hadjon
adalah untuk menjaga keseimbangan antara kekuasaan eksekutif dan perlindungan hak-hak warga
negara terhadap tindakan administrasi yang melanggar hukum. Tujuan ini mencakup dua aspek,
yaitu perlindungan hukum refresif dan perlindungan hukum preventif.
Perlindungan hukum refresif berarti bahwa melalui peradilan TUN, tindakan administrasi yang
melanggar hukum dapat dikoreksi dan dibatalkan. Jadi, jika warga negara atau pihak yang
berkepentingan merasa dirugikan oleh tindakan administrasi yang tidak sesuai dengan hukum,
mereka dapat mengajukan gugatan ke peradilan TUN untuk memperoleh keadilan dan pemulihan
hak-hak mereka.

Perlindungan hukum preventif berarti bahwa keberadaan peradilan TUN dapat mencegah terjadinya
tindakan administrasi yang melanggar hukum. Dengan adanya lembaga peradilan yang independen
dan otonom, aparatur negara akan lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan administrasi, karena
mereka tahu bahwa tindakan mereka dapat diperiksa dan diperiksa oleh peradilan TUN. Hal ini dapat
mengurangi peluang terjadinya penyalahgunaan kekuasaan administrasi.

2. Fungsi hukum dalam peradilan TUN meliputi:


a) Fungsi penegakan hukum: Peradilan TUN bertugas untuk menegakkan hukum dalam
penyelesaian sengketa administrasi. Mereka mengadili perkara-perkara yang diajukan terkait
dengan tindakan administrasi yang melanggar hukum dan memberikan putusan berdasarkan
hukum yang berlaku.

b) Fungsi pengawasan: Peradilan TUN memiliki peran dalam mengawasi kegiatan administrasi
pemerintahan. Mereka dapat memeriksa dan menguji legalitas serta kepatuhan tindakan
administrasi terhadap hukum yang berlaku.
c) Fungsi pemulihan hak: Peradilan TUN berfungsi untuk memulihkan hak-hak yang dirugikan
akibat tindakan administrasi yang melanggar hukum. Mereka dapat mengembalikan hak-hak
yang telah dirampas atau memberikan kompensasi kepada pihak yang berkepentingan.

d) Fungsi interpretasi hukum: Peradilan TUN memiliki wewenang untuk menginterpretasikan


ketentuan hukum yang terkait dengan administrasi negara. Mereka menjelaskan makna dan
ruang lingkup hukum dalam konteks penyelesaian sengketa administrasi.

e) Fungsi pengembangan hukum: Peradilan TUN juga berperan dalam pengembangan hukum
administrasi negara. Putusan-putusan yang diberikan oleh peradilan TUN dapat menjadi
preseden atau rujukan bagi perkara serupa di masa depan.

3. Prosedur beracara dalam Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) objek sengketa meliputi beberapa
tahapan, antara lain:
a) Pengajuan permohonan: Pihak yang merasa dirugikan oleh tindakan administrasi yang
melanggar hukum dapat mengajukan permohonan kepada PTUN. Permohonan harus
memenuhi persyaratan formal yang ditetapkan, seperti format permohonan, alasan
permohonan, dan bukti-bukti yang relevan.

b) Pemeriksaan formalitas: PTUN akan melakukan pemeriksaan formalitas terhadap permohonan


yang diajukan. Pemeriksaan ini meliputi verifikasi kelengkapan dokumen, persyaratan formil,
dan waktu pengajuan permohonan.

c) Mediasi atau pendahuluan: PTUN dapat mengadakan sesi mediasi atau pendahuluan untuk
mencari solusi damai antara pihak-pihak yang bersengketa sebelum memasuki tahap
persidangan formal. Mediasi ini bertujuan untuk mencapai kesepakatan secara sukarela antara
para pihak.

d) Persidangan: Jika mediasi tidak berhasil atau tidak diinginkan, persidangan formal akan
dilakukan. Pada tahap ini, pihak-pihak yang bersengketa akan menyampaikan argumen, bukti,
dan pendapat hukum mereka kepada majelis hakim PTUN. Hakim akan memeriksa dan
mempertimbangkan bukti-bukti yang diajukan untuk kemudian mengeluarkan putusan.

e) Putusan: Setelah persidangan selesai, PTUN akan mengeluarkan putusan yang memuat
keputusan hakim atas sengketa yang diajukan. Putusan PTUN dapat berupa pembatalan,
penggantian kerugian, atau perintah untuk melakukan tindakan tertentu terhadap tindakan
administrasi yang melanggar hukum.

4. Hukum Acara PTUN adalah serangkaian aturan dan prosedur yang mengatur jalannya persidangan di
Peradilan Tata Usaha Negara. Hukum Acara PTUN mengatur hal-hal seperti tata cara pengajuan
permohonan, pemeriksaan formalitas, mediasi, persidangan, bukti-bukti yang dapat diterima,
penyerahan kesaksian, pemberian keterangan ahli, penyelesaian sengketa, dan pengajuan banding.
Hukum Acara PTUN bertujuan untuk memberikan kepastian hukum, keterbukaan, keadilan, dan
perlindungan hak-hak para pihak yang terlibat dalam sengketa administrasi yang diajukan ke PTUN.
Hukum Acara PTUN juga memberikan panduan kepada hakim dan para pihak tentang tata cara
penyelesaian sengketa administrasi secara efektif dan efisien.
5. Bentuk upaya administrasi dalam konteks sengketa administrasi adalah sebagai berikut:
a) Permintaan klarifikasi: Pihak yang merasa dirugikan oleh tindakan administrasi dapat
mengajukan permintaan klarifikasi kepada instansi yang bersangkutan. Permintaan ini bertujuan
untuk meminta penjelasan atau klarifikasi terkait tindakan administrasi yang dipermasalahkan.

b) Permintaan pengawasan: Pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan permintaan


pengawasan kepada instansi yang berwenang. Permintaan ini bertujuan untuk meminta
pengawasan terhadap tindakan administrasi yang dianggap melanggar hukum.

c) Permintaan perbaikan atau perubahan: Pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan
permintaan perbaikan atau perubahan terhadap tindakan administrasi yang merugikan.
Permintaan ini bertujuan untuk mendapatkan perbaikan atau perubahan dalam tindakan
administrasi yang dianggap tidak sesuai dengan hukum atau kepentingan publik.

d) Permohonan peninjauan kembali: Jika pihak yang bersengketa tidak puas dengan keputusan
administratif yang dikeluarkan, mereka dapat mengajukan permohonan peninjauan kembali
kepada instansi yang berwenang. Permohonan ini bertujuan untuk meminta peninjauan ulang
terhadap keputusan administratif yang dianggap tidak adil atau melanggar hukum.

e) Permohonan keberatan: Pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan permohonan keberatan
terhadap tindakan administrasi yang merugikan kepada instansi yang berwenang. Permohonan
ini bertujuan untuk meminta pengkajian atau peninjauan terhadap tindakan administrasi yang
dianggap tidak sesuai dengan hukum atau kebijakan yang berlaku.

6. Tujuan pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara (TUN) dalam pembahasan RUU PTUN adalah
sebagai berikut:
a) Meningkatkan perlindungan hukum bagi warga negara terhadap tindakan administrasi yang
melanggar hukum.
b) Menjamin tercapainya keadilan dalam penyelesaian sengketa administrasi.
c) Memperkuat sistem pengawasan terhadap kegiatan administrasi pemerintahan.
d) Mendorong akuntabilitas dan transparansi dalam tindakan administrasi negara.
e) Menjamin keberlanjutan dan kepastian hukum dalam administrasi negara.
f) Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan dan sistem pemerintahan.

7. Subjek dan objek dalam sengketa TUN adalah sebagai berikut:


a) Subjek: Pihak yang melakukan tindakan administrasi atau terlibat dalam pelaksanaan
administrasi negara, seperti lembaga pemerintah, pejabat pemerintahan, atau badan hukum
publik.
b) Objek: Tindakan administrasi yang menjadi sengketa, yaitu keputusan, perintah, atau tindakan
lain yang diambil oleh subjek administrasi. Objek sengketa TUN juga dapat berupa
ketidakterpenuhan kewajiban administrasi, kelalaian administrasi, atau penolakan melakukan
tindakan administrasi yang seharusnya dilakukan.
Dalam sengketa TUN, subjek dan objek dapat bervariasi tergantung pada konteks kasusnya. Subjek
dan objek dapat melibatkan pihak-pihak yang berbeda, seperti individu, badan hukum, organisasi
masyarakat, atau pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai