Oleh :
SAFRIDA MARZARIKA
NIM. 1874201269
KELAS IV B. 08
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
2020
RESUME HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
(POINT I – III)
II. PERBEDAAN ANTARA HUKUM ACARA TATA USAHA NEGARA DENGAN HUKUM
ACARA PERDATA
1. Objek Gugatan
Objek gugatan dalam PTUN adalah KTUN yang dikeluarkan oleh badan atau
pejabat TUN mengandung perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
penguasa (onrechtsmatig overhead daad), sedangkan dalam hukum acara
perdata adalah perbuatan melawan hukum (onrechmatig daad)
2. Kedudukan Para Pihak
Kedudukan para pihak dalam sengketa TUN, selalu menempatkan seseorang
atau badan hukum perdata sebagai pihak penggugat dan badan atau pejabat
TUN sebagai pihak tergugat. Sedangkan dalam hukum acara perdata, dapat saja
para pihak sesama individu, sesama badan hukum perdata, atau antara individu
dengan adan hukum perdata.
3. Gugat Rekonvensi
Dalam hukum acara PTUN tidak dikenal gugatan rekonvensi. Pengugat tetap
merupakan individu atau badan hukum perdata, sedangkan tergugat tetap
merupakan badan atau pejabat TUN
Hukum acara perdata mengenal adanya gugatan rekonvensi yang artinya
gugatan yang diajukan tergugat terhadap penggugat dalam sengekta yang
sedang berjalan di persidangan.
4. Tenggang Waktu
Dalam hukum acara TUN pengajuan gugatan dilakukan hanya dalam tenggang
waktu 90 hari dihitung sejak diterimanya atau diumumkannya KTUN. KTUN
bersifat negatif apabila tidak ada peraturan yang mengaturnya maka tenggang
waktunya adalah 4 bulan terhitung sejak permohonan KTUN diajukan.
Sedangkan dalam hukum acara perdata, tenggang waktu pengajuan gugatan
tidak begitu mendasar kecuali dalam perjanjian sebelum tenggang waktu atau
jatuh tempo.
5. Tuntutan dalam Gugatan
Dalam hukum acara PTUN hanya dikenal 1 macam tuntutan yang berupa KTUN
yang digugat itu dinyatakan batal atau tidak sah atau tuntutan agar KTUN yang
dimohonkan oleh pengugat dikeluarkan oleh tergugat. Sedangkan tuntutan
tambahan yang diperbolehkan hanya berupa ganti rugi (untuk bukan sengketa
kepegawaian) atau rehabilitasi dengan atau tanpa kompensasi (untuk sengketa
kepegawaian)
Hukum acara perdata, tuntutan pokok itu (petitum primair) disertai dengan
tuntutan pengganti atau petitum subsidair.
6. Rapat Musyawarah
Rapat permusyawaratan adalah merupakan suatu prosedur penyelesaian
perkara yang disederhanakan. Kewenangan Ketua PTUN sebelum pokok
sengketanya diperiksa memutuskan suatu penetapan yang dilengkapi dengan
pertimbangan sebagai berikut :
a. Pokok gugatan tidak termasuk Kewenangan Pengadilan
b. Syarat gugatan tidak dipenuhi Penggugat
c. Gugatan didasarkan alasan yang tidak layak
d. Sudah terpenuhi dalam KTUN
e. Gugatan sebelum waktunya / lewat waktu
Dalam hukum acara perdata tidak dikenal adanya rapat permusaywaratan yang
menjadi kewenangan Ketua PTUN.
7. Pemeriksaan Persiapan
Dalam hukum acara PTUN pemeriksaan persiapan dilakukan oleh hakim yang
ditunjuk. Dalam melakukan persiapan pemeriksaan persiapan, hakim :
a. Wajib memberi nasehat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatannya
dan melengkapi data yang diperlukan.
b. Dapat meminta penjelasan kepada badan atau pejabat TUN yang
bersangkutan.
Dalam hukum acara perdata tidak ada pemeriksaan persiapan.
8. Putusan Verstek
Hukum acara PTUN tidak mengenal putusan verstek karena badan/pejabat
TUN tidak mungkin tidak diketahui kedudukannya.
Hukum acara perdata mengenal putusan verstek apabila tergugat tidak datang
dari sidang pertama.
9. Pemeriksaan Acara Cepat
Dalam hukum acara PTUN dikenal pemeriksaan dengan cara cepat.
Pemeriksaan acara apat dapat
Hukum acara perdata tidak mengenal istilah pemeriksaan cepat.
10. Sistem Hukum Pembuktian
Hukum acara PTUN dilakukan dalam rangka memperoleh kebenaran material,
sedangkan hukum acara perdata untuk memperoleh kebenaran formal.
11. Upaya Pemaksa Agar Putusan Dilaksanakan
Dalam hukum acara PTUN tidak dikenal adanya upaya pemaksa. Hakikatnya
putusan dalam PTUN adalah untuk membatalkan KTUN atau memerintahkan
agar tergugat mengeluarkan KTUN yang dimohonkan penggugat.
Hukum acara perdata mengeanl upaya pemaksa.
12. Kedudukan Pengadilan Tinggi
Dalam hukum acara PTUN, kedudukan pengadilan tinggi sebagai pengadilan
pertama / terakhir.
Dalam hukum acara perdata, kedudukan pengadilan tinggi adalah sebagai
pengadilan tingkat banding sehingga pemeriksaan perkara harus terlebih
dahulu melalui Pengadilan Tingkat Pertama.
13. Hakim Ad Hoc
Dalam hukum acara PTUN dikenal istilah Hakim Ad Hoc,
Dalam hukum acara perdata tidak ada hakim Ad Hoc, cukup mendengar
keterangan saksi ahli.
III. PERSAMAAN HUKUM ACARA TATA USAHA NEGARA DENGAN HUKUM ACARA
PERDATA
1. Pengajuan Gugatan
Pengajuan gugatan menurut hukum acara PTUN diatur dalam pasal 54 UU
PTUN sedangkan menurut hukum acara perdata diatur dalam pasal 118 HIR.
2. Isi Gugatan
Persyaratan mmengenai isi gugatan menurut hukum acara PTUN di atur dalam
pasal 56 UU PTUN, sedangkan menurut hukum acara perdata diatur dalam
pasal 8 nomor 3 Rv.
3. Pendaftaran Perkara
Pendaftaran perkara menurut hukum acara PTUN diatur dalam pasal 59 UU
PTUN, sedangkan dalam hukum acara perdata diatur dalam pasal 121 HIR.
4. Penetapan Hari Sidang
Penetapan hari sidang menurut hukum acara PTUN diatur dalam pasal 59 ayat
3 dan pasal 64 UU PTUN,sedangkan menurut hukum acara perdata diatur
dalam pasal 122 HIR.
5. Pemanggilan Para Pihak
Pemanggilan para pihak menurut hukum acara PTUN diatur dalam pasal 65 dan
pasal 66 UU PTUN, sedangkan menurut hukum acara perdata di atur dalam
pasal 121 ayat (1) HIR, pasal 390 ayat (1) dan pasal 126 HIR.
6. Pemberian Kuasa
Pemberian kuasa oleh kedua belah pihak menurut hukum acara PTUN diatur
dalam pasala 67 UU PTUN, sedangkan menurut hukum acara perdata diatur
dalam pasal 123 ayat (1) HIR.
7. Hakim Majelis
Pemeriksaan perkara dalam hukum acara PTUN dan hukum acara Perdata
dilakukan dengan Hakim Majeis (tiga orang hakim) yang terdiri atas satu orang
bertindak selaku hakim ketua dan dua orang lagi bertindak sebagai hakim
anggota (pasal 68 UU PTUN).
8. Persidangan Terbuka Untuk Umum
Sidang pemeriksaan perkara di pengadilan pada asasnya terbuka untuk umum,
dengan demikian setiap orang dapat untuk hadir dan mendengarkan jalannya
pemeriksaan perkara tersebut. Dalam hukum acara PTUN diatur dalam pasal
70 ayat (1) UU PTUN sedangkan dalam ukum acara perdata diatur dalam pasal
179 ayat (1) HIR.
9. Mendengar Kedua Belah Pihak
Dalam pasal 5 ayat (1) UU 14/1970 disebutkan bahwa pengadilan mengadili
menurut hukum dengan tidak membedakan orang. Dengan demikian ketentuan
pasal ini mengandung asas kedua belah pihak haruslah diperlakukan sama,
tidak memihak, dan kedua belah pihak didengar dengan adil. Hakim tidak
diperkenankan hanya mendengarkan atau memperhatikan keterangan salah
satu pihak saja (audi et alteran partem).
10. Pencabutan dan Perubahan Gugatan
Penggugat dapat sewaktu-waktu mencabut gugatannya, sebelumtergugat
memberikan jawaban. Apabila tergugat sudah memberikan jawaban atas
gugatan yang diajukan penggugat, maka akan dikabulkan hakim, apabila
mendapat persetujuan tergugat (pasal 76 UU PTUN dan pasal 271 RV).