(A.V. Dicey)
Negara Kemakmuran (Welvaarts Staat
atau Welfare State)
Berkembang pada abad XX
Wetmatigheid menjadi rechtmatigheid
Paul Scholten dan Scheltema (Eropa Kontinental)
Wade dan Philip (Anglo Saxon)
Negara Hukum Konsep International
Commision of Jurist di Bangkok (1965)
PUSAT
UUD 1945
DAERAH
Pasal 24 Perubahan Ketiga UUD Negara R.I.
Tahun 1945:
MK
anggota hakim konstitusi
kepribadian yang tidak
yang ditetapkan oleh
tercela, adil, negarawan
Presiden, yang diajukan
yang menguasai konstitusi
masing-masing tiga orang
dan ketatanegaraan, serta Pasal 24C
oleh MA, tiga orang oleh
tidak merangkap sebagai
DPR dan tiga orang oleh
pejabat negara
Presiden
[Pasal 24C (5)]
[Pasal 24C (3)]
Wewenang
Pasal 24A ayat (1) Perubahan Ketiga UUD Negara R.I. Tahun
1945:
“Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi,
menguji perundang-undangan di bawah UU terhadap UU dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh UU.”
Mahkamah Agung
Pasal 20
(1) Mahkamah Agung merupakan pengadilan negara tertinggi dari
badan peradilan yang berada di dalam keempat lingkungan
peradilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18.
(1) Mahkamah Agung berwenang:
a. mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan
pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan
peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung, kecuali
undang-undang menentukan lain;
b. menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang; dan
c. kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang.
Kasasi
“mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang
diberikan pada tingkat terakhir.”
Putusan tingkat terakhir bisa terjadi pada putusan tingkat
banding atau pengadilan tingkat pertama.Putusan terakhir
pengadilan tingkat pertama terjadi apabila karena undang-
undang menentukan tidak ada banding (misal: pengadilan
niaga)
Menguji Peraturan Perundang-
undangan di bawah UU terhadap
UU
”Mahkamah Agung berwenang ..., menguji
peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang terhadap undang-
undang,...(Pasal 24A ayat (1) UUD NRI
Tahun 1945 dan Pasal 11 ayat (2) UU 4/04)
“Hak uji tersebut dapat dilakukan baik
terhadap materi muatan ayat, pasal,
dan/atau bagian dari peraturan perundang-
undangan tersebut yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi maupun terhadap
pembentukan peraturan perundang-
undangan tersebut.” (Penjelasan Pasal 11
ayat (2))
Hierarki Peraturan Perundang-undangan
Pasal 2 UU No 3 Th 2006
“Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi
rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu
sebagaimana dimaksud dalam UU ini.”
Badan Peradilan Agama
Pasal 49 UU No 3 Th 2006
“Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang:
Perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, ZIS, dan ekonomi syar’iyah”
Badan Peradilan Agama
Pasal 3A UU No 3 Th 2006
“Di lingkungan Peradilan Agama dapat diadakan pengkhususan
pengadilan yang diatur dengan UU.”
Penjelasan:
“Pengadilan khusus dalam lingkungan Peradilan Agama adalah
pengadilan syari’ah Islam yg diatur dengan UU. Mahkamah
Syar’iyah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yg dibentuk
berdasarkan UU Otonomi Khusus bagia Daerah Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam…”
Badan Peradilan Agama
Wewenang
1. mengusulkan pengangkatan hakim agung [Pasal 24B (1)];
2. mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim [Pasal 24B (1)];
KOMISI YUDISIAL
Pasal 24B ayat (1) Perubahan Ketiga UUD Negara R.I. Tahun 1945:
“Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan hakim
agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat, serta prilaku hakim.”
Komisi Yudisial;
Pasal 30 ayat (1) UU Nomor 48 Tahun 2009
Pengangkatan hakim agung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dari nama calon yang diusulkan oleh
Komisi Yudisial.
Komisi Yudisial
2. Secara normatif tidak independen, dan realitanya juga tidak independen. Dengan
berlakunya Undang-Undang No. 19 Tahun 1964, dimana Pasal 19 nya menyatakan bahwa
Presiden dapat turut atau campur tangan dalam soal-soal pengadilan dan realitanya
undang-undang tersebut dilaksanakan.
3. Secara normatif independen, akan tetapi realitanya tidak independen. Pada masa orde
baru peraturan perundang-undangannya menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman
adalah kekuasaan yang merdeka, namun realitanya para hakim secara otomatis menjadi
anggota korpri, sebagaimana diketahui bahwa korpri pada masa itu merupakan
pendukung birokrasi yang berafiliasi pada salah satu kekuatan politik yang berkuasa pada
masa itu, sehingga netralitas sebagai hakim pada masa itu masih perlu dipertanyakan.
Asas Kemerdekaan Hakim tergantung dari
Komponen Struktural dan Fungsional 59
1. Komponen Struktural:
a. Struktur dan Organisasi lembaga-lembaga negara.
b. Struktur dan Organisasi peradilan.
c. Seleksi (Calon) hakim dan status kepegawaian
hakim
2. Komponen Fungsional:
a. Bebas dari (Freedom from) campur tangan
b. Bebas untuk (Freedom for) melaksanakan fungsi
peradilan
c. Dihormatinya asas kekebalan hukum yaitu no
reprisal for their decisions
(Philipus M. Hadjon)
60
Judicial Independence
(Bagir Manan)
PELAKSANA KEKUASAAN 62
KEHAKIMAN
Pasal 24 Ayat (2) UUD 1945
Jo. Ps 18 UU No. 48 Tahun 2009