0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan14 halaman
[Ringkasan]
Pengawasan merupakan instrumen pengendalian yang melekat pada setiap tahapan siklus anggaran untuk menghubungkan target dengan realisasi program dan mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Pengawasan dapat dilakukan sebelum, selama, atau sesudah pelaksanaan kegiatan untuk mencegah penyimpangan dan mengevaluasi pencapaian tujuan.
[Ringkasan]
Pengawasan merupakan instrumen pengendalian yang melekat pada setiap tahapan siklus anggaran untuk menghubungkan target dengan realisasi program dan mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Pengawasan dapat dilakukan sebelum, selama, atau sesudah pelaksanaan kegiatan untuk mencegah penyimpangan dan mengevaluasi pencapaian tujuan.
[Ringkasan]
Pengawasan merupakan instrumen pengendalian yang melekat pada setiap tahapan siklus anggaran untuk menghubungkan target dengan realisasi program dan mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Pengawasan dapat dilakukan sebelum, selama, atau sesudah pelaksanaan kegiatan untuk mencegah penyimpangan dan mengevaluasi pencapaian tujuan.
Pengawasan merupakan instrumen pengendalian yang
melekat pada setiap tahapan dalam siklus anggaran.
Pengawas merupakan sarana untuk menghubungkan target dengan realisasi setiap program/ kegiatan /proyek yang dilaksanakan oleh pemerintahan Fungsi : Menurut namawi (1993:6) , fungsi pengawasan dapat dilakukan setiap saat , baik selama proses manajemen/administrasi berlangsung, maupun setelah berakhir, untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi/unit kerja. Mucshan menyimpulkan bahwa untuk adanya tindakan pengawasan diperlukan unsur- unsur sebagai berikut : a. Adanya kewenangan yang jelas yang dimiliki oleh aparat pengawas b. Adanya suatu rencana yang mantap sebagai alat penguji terhadap pelaksanaan suatu tugas yang akan diawasi. c. Tindakan pengawasan dapat dilakukan terhadap suatu proses kegiatan yang sedang berjalan maupun terhadap hasil yang dicapai dari kegiatan tersebut. d. Tindakan pengawasan berakhir dengan disusunnya evaluasi akhir terhadap kegiatan yang dilaksanakan serta pencocokan hasil yang dicapai dengan rencana sebagai tolak ukurnya. e. Untuk selanjutnya tindakan pengawasan akan diteruskan dengan tindak lanjut, baik secara administratif , maupun secara yuridis. Fachruddin ( 2004: 92 -93) 1. Pengawasan dipandang dari “kelembagaan” yang dikontrol dan yang melakukan kontrol: a. Kontrol intern ( interval control) pengawasan yang dilakukan oleh suatu badan/organ yang secara structural masih termasuk organisasi dalam lingkungan pemerintah. b. Kontrol ekstern (external control) pengawasan yang dilakukan oleh badan/organ yang secara struktur organisasi berada diluar pemerintahan dalam arti eksekutif. 2. Pengawasan dipandang dari waktu pelaksanaan pengawasaan: a. Kontrol a-priori. Pengawasan yang dilakukan sebelum dilakukan tindakan atau dikeluarkannya suatu keputusan atau ketetapanpemerintah atau peraturan laninnya yang menjadi wewenang pemerintah. Kontrol a-priori menandung unsur pengawasan preventif yaitu untuk mencegah atau menghindarkan terjadi nya kekeliruan . b. Kontrol a-posteriori. Pengawasan yang dilakukan sesudah dikeluarkan suatu keputusan atau ketetapan pemerintah atau sesudah terjadinya tindakan pemerintahan.bersifat represif bertujuan mengkoreksi tujuan yang keliru. 3. Pengawasan dipandang dari aspek yang diawasi : a. Pengawasan dari segi “hukum” (legalitas ). Pengawasan yang dimaksud untuk menilai segi hukumnya saja . b. pengawasan dari segi “kemanfaatan” ( oportunitas )pengawasan yang dimaksudkan untuk menilai segi kemanfaatannya (doelmatigheid).
4. Pengawasan dipandang dari cara pengawasan :
a. Pengawasan “negatif refressif” . Pengawasan yang dilakukan setelah sesuatu tindakan dilakukan . b. Pengawasan “negatif preventif” atau positif. Pengawasan yang dilakukan dengan cara badan pemerintah yang lebih tinggi menghalangi terjadinya kelalaian pemerintah yang lebih rendah . 5. Cara pengawasan dengan mengutip pendapat hertogh: a. Pengawasan unilateral ( unilateral control ). Pengawasan yang penyelesaiaannya dilakukan secara sepihak oleh pengawas. b. Pengawasan refleksif (reflexive control) pengawasan yang penyelesaiannya dilakukan melalui proses timbal balik berupa dialog dan negosiasi antara pengawas dan yang diawasi. Soebagio (1988:94 – 102) 1. Dari segi objeknya, dibedakan atas: a. Pengawasaan terhadap penerimaan negara, meliputi : I. Pengawasan terhadap jenis pajak. diutamakan kepada pengawasan represif, seperti pengawasan oleh fikus terhadap wajib pajak/wajib pungut dan pengawasan oleh atasan fiskus. II. Pengawasan terhadap pungutan non-tax dilakukan oleh ordonator secara langsung terhadap instansi/bendahrawan penyetor tetap yang mengurus sendiri administrasi penerimaannya.
b. Pengawasan terhadap pengeluaran negara
I. Pengawasan pda perencanaan pengeluaran , yaitu melalui perencanaan/pengusulan sampai menjadi DIP dan DIK; II. Pengawasan pada waktu akan melakukan pengeluaran , yaituoleh ordonator terhadap tagiha melalui SPPR/SPPP dan penelitian terhadap SPMU; III. Pengawasan pada waktu akan dilakukan pembayaran diana bendaharawan harus mendapat pengesahan terlebih dahulu dari kepala kantor atau atasan nya langsung IV. pengawasan pada waktu setelah terjadi pengeluaran , yaitu kepala kantor/ atasan langsung harus memeriksatanda bukti pengeluaran dan melegasi SPJ yang akan dikirim kepada ordonator; v. Pengawasan yang dilakukan oleh ordonator / otorisator dalam hal ini oleh biro keuangan cq. Bagian pembukuan dan vertifikasi departement terhadap SPJ. vi. VI pengawasan BPK terhadap SPJ yang telah diperiksa oleh ordonator/bagian anggaran . Pengawasan ini adalah pengawasan terakhir bagi bendaarawan .. 1. Pengawasan preventif 2. Pengawasan represif Pengwasan untuk merupakan kelanjutan dari mencegah kebocorandan pengawasan preventif sebagai penghaburan dalam pelengkap untuk pengawasan keuangan negara keuangan negara
Pengawasan refresif aktif
Pengawasan represif pasif Pengawasan dilakukan secara Bersifat meneliti dan mengevaluasi face to face antara penjabat dokumen – dokumen spj yang yang mengawasi dan yang dikirim oleh bendaharawan atau diawasi ,bersifat keseluruhan pejabat yang mengasai aktivitas terhadap aktivitas keuangan keuangan negara negara 3. pengawasan dari segi ruang lingkup a. Pengawasan intern Pengawasan isntern dalam arti luas : dilakukan dalam tubuh suatu organisasi dimana terdapat hubungan antara pengawas dan penjabat dari suatu departemen terhadap penjabat yang berada di unit organisai – organisasi di daerah – daerah . Pengawasan intern dalam arti sempit : antara pengawas dan penjabat yang diawasi tidk memiliki korelasi langsung. b. Pengawasan ekstern pengawasan yang dilakukan oleh lembaga yang berada di luar eksekutif . Yang berwenang mengawasi hal tersebut adalah BPK , diatur dalam pasal 2, UU no. 15 tahun 2004 Menurut priyanto (2005), Bahwa tujuan dari audit investigasi adalah untuk mengungkap adanya indikasi kerugian negara /daerah dan/atau unsur pidana Ada empat aspek yang terdapat dalam audit investigasi ini , yaitu : 1. Permasalahan yang akan diungkap; 2. Kriteria yang berupa peraturan perundang – undangan dan ketentuan lainnya; 3. Pengumpulan data bukti yang sesuai dengan kriteria hukum; 4. Pelaporan
Menurut noeha ( 2005), lebih dikenal dengan fraud audit atau
pemeriksaan kecurangan. Fraud audit adalah kombinasi aspek audit forensik atau investigasi forensik atau uji menyeluruh semua materi pemeriksaan dengan teknik internal kontrol dalam tata cara internal audit Untuk mendapatkan hasil investigasi yang maksimal, seorang fraud auditor harus juga menguasai beberapa teknik investigasi, antara lain: • teknik penyamaran atau teknik penyadapan, • teknik wawancara, apabila akan menghadapi sang auditee, orang- orang yang diduga memiliki info yang dibutuhkan atau bahkan sang bosnya si auditee, • teknik merayu untuk mendapatkan informasi, apakah dengan • mengerti bahasa tubuh, dalam membaca posisi si auditee, bohong atau jujur, dan • dapat dilakukan dengan bantuan software, seperti CAAT (computer assisted audit tools). Berikut ini adalah mekanisme pertanggungjawaban keuangan pusat dan daerah dalam UU Keuangan Negara :
1. Pertanggungjawaban keuangan pusat
presiden---------------> DPR (a) RUU PP APBN laporan keuangan ( telah diperiksa BPK ) (b) Isi laporan keuangan : laporan realisasi APBN, neraca, laporan arus kas , dan catatan laporan keuangan yang dilampiri laporan keuangan perusahaan negara dan badan – badan lainnya. 2. Pertanggungjawaban keuangan daerah Gubernur/bupati/walikota --------------> DPRD (a) Raperda PP APBD : Laporan keuangan (telah diperiksa BPK) (b) Isi laporan keuangan : laporan realisasi APBD, neraca< laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah.