Anda di halaman 1dari 3

BAB 2 REGULASI AUDIT SEKTOR PUBLIK

2.1 Pengaturan Undang-Undang tentang Audit


Audit sektor publik di Indonesia diatur dalam UUD 1945 pada bab VIIIA tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
yaitu Pada Pasal 23E, 23F dan 23G.

Pasal 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang
bebas dan mandiri.

(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.

(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.

Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.

(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.

Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang—undang.

 Regulasi lain terkait audit sektor publik di Indonesia adalah :


a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1973 tentang BPK
b. TAP MPR No.X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Tahun 2001
c. TAP MPR No.VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPA, DPR, MA, pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2002
d. UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
i. Pasal 2 UU No. 17 Tahun 2003
ii. Keuangan negara dalam Pasal 1 Ayat 1
iii. Pasal 30 UU No.17 Tahun 2003
iv. Pasal 3 UU No. 17 Tahun 2003 Ayat (1)
e. UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Selain regulasi berupa Undang-Undang, peraturan lain yang terkait dengan audit sektor publik adalah :

a. Peraturan Pemerintahan No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
b. Peraturan pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
c. Permendagri No.59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
 Undang-Undang No.15 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 :
a. Undang-Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
b. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Negara.
2.2 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
Keuangan negara merupakan salah satu unsur pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan mempunyai
manfaat yang sangat penting guna mewujudkan tujuan negara untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk mencapai
tujuan negara tersebut, selanjutnya melalui ketentuan Pasal 23E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, negara mengadakan satu BPK yang bebas dan mandiri yang memiliki tugas dan kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Sebelum Standar Pemeriksaan Keuangan Negara atau disingkat SPKN ditetapkan oleh BPK pada tahun 2007,
pemeriksaan yang dilakukan BPK terhadap organisasi sektor publik pemerintah mengacu pada SAP-BPK tahun 1995. SAP-BPK
dipandang sudah tidak mampu lagi memenuhi dinamika pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara baik yang terjadi di
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, dan organisasi sektor publik lain. Akhirnya, pada tahun 2007, BPK
berhasil merumuskan dan menetapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Pemeriksaan menurut UU No.15 Tahun 2004 yaitu proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan
secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas
dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Selain itu, berdasarkan UU No. 15 Tahun
2004 dan SPKN juga terdapat tiga jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa keuangan negara, yaitu:
1. Pemeriksaan Keuangan, yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesual dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.
2. Pemeriksaan Kinerja, yaitu pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan
efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas. Dalam melakukan pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang undangan serta pengendalian intern. Pemeriksaan kinerja dilakukan secara objektif
dan sistematik terhadap berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara Independen atas kinerja entitas atau
program/kegiatan yang diperiksa.
3. Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu, yaitu pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas suatu hal yang
diperiksa. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi reviu atau prosedur yang disepakati. Pemeriksaan
dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal- hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan
pemeriksaan atas sistem pengendalian intern.

Gambar 1. Perbedaan SAP-Konsep SPKN

Perbedaan SAP – Konsep SPKN

Uraian SAP Konsep SPKN

Landasan Hukum Keputusan BPK UU No.15 Tahun 2004

Istilah yang digunakan Auditing Pemeriksaan

Penerapan BPK+APIP+KAP BPK+KAP untuk dan an BPK

Jenis Pemeriksaan Audit Keuangan Pemeriksaan Keuangan


Audit Kinerja Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan dengan Tujuan
Tertentu
Sumber : BPK RI dari buku Prof. Indra Bastian, Ph.D., M.B.A., CA, Mediator

 Penyusunan Perencanaan Audit Tahunan oleh Lembaga Auditor


Penyusunan perencanaan audit tahunan yang berkaitan dengan pihak internal auditor (tim auditor) biasanya berupa Rencana
Kerja Audit (RKA) yang akan dilaksanakan. Secara garis besar RKA berisi beberapa hal sebagai berikut :
- Tujuan dan lingkup audit
- Identifikasi individu yang bertanggungjawab langsung terhadap tujuan dan lingkup audit
- Identifikasi dokumen acuan yang berlaku, seperti standar sistem mutu dan manual mutu klien
- Identifikasi anggota tim audit
- Penentuan tanggal dan tempat audit dilakukan
- Identifikasi unit organisasi klien
- Penentuan waktu dan lama untuk setiap aktivitas audit
- Jadwal pertemuan yang diadakan dengan pimpinan klien

 Proses Perencanaan Audit Tahunan


Proses perencanaan audit tahunan meliputi tahapan penilaian risiko dan tahapan penyusunan rencana audit. Dalam menilai
resiko relatif, auditor harus mengumpulkan informasi dari :
- Analisis keuangan
- Analisis perubahan menyangkut manajemen, sistem, sumber pendanaan, peraturan yang ada pada unit organisasi yang di
audit
- Wawancara dengan unit organisasi
- Pertimbangan kegiatan audit eksternal
- Isu audit yang diidentifikasi dan diberikan oleh Dewan Audit yang dirumuskan dalam model resiko
 Temu Rencana Audit Tahunan
Rencana kerja audit tahunan oleh ketua tim audit, kemudian bertemu dengan klien (kepala atau pimpinan organisasi sektor
publik) untuk membicarakan perencanaan audit. Kemudian setelah disetujui lalu dikomunikasikan kepada seluruh auditor .
2.3 Penerbitan Regulasi tentang Tim dan Kebijakan Audit Tahunan
Tim audit didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang yang bertanggungjawab untuk
melakukan audit terhadap departement atau organisasi. Ketua tim audit memiliki tanggung jawab sebagai berikut.

 Membuka dan menutup rapat


 Memilih anggota tim audit
 Menyiapkan jadwal dan program audit
 Memimpin pelaksanaan audit
 Membuat keputusan akhir atas temuan audit
 Menyerahkan laporan audit
 Memantau tindak lanjut Permintaan Tindakan Koreksi (PTK)
Sedangkan tugas ketua tim audit adalah :

 Menentukan keperluan setiap penugasan audit


 Merencanakan audit
 Mengkaji ulang dokumen aktivitas mutu akademik yang berlaku untuk menentukan kecukupannya
 Membuat jadwal audit kepatuhan yang disepakati dengan klien
 Memberitahukan dengan segera ketidaksesuaian yang kritis kepada klien
 Melaporkan setiap hambatan besar
 Melaporkan hasil-hasil audit dan kesimpulannya secara jelas kepada pimpinan organisasi
Setelah tim audit terbentuk dan kebijakan audit sudah dirumuskan, langkah selanjutnya yaitu menerbitkan regulasi
tentang tim audit dan kebijakan audit. Dengan adanya regulasi yang jelas dan sah, proses audit yang dilakukan tim audit
memiliki dasar hukum yang jelas dan sah.

2.4 Penerimaan Regulasi Organisasi yang akan di Audit


Setelah regulasi tim audit dan kebijakan audit diterbitkan, kemudian regulasi tersebut akan diterima oleh lembaga
pemeriksa untuk kemudian bisa melakukan proses audit di lembaga atau organisasi sektor publik yang terkait. Saat audit, secara
umum klien juga memiliki beberapa tugas, yaitu :
 Menentukan keperluan atau permintaan dan tujuan audit serta saat proses audit dimulai
 Menentukan unit organisasi yang akan diaudit
 Menentukan ruang lingkup umum audit
 Menerima laporan hasil audit
 Memberitahu klien untuk menindaklanjuti hasil temuan audit

Anda mungkin juga menyukai