Pasal 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang
bebas dan mandiri.
(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.
Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.
Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang—undang.
a. Peraturan Pemerintahan No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
b. Peraturan pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
c. Permendagri No.59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Undang-Undang No.15 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 :
a. Undang-Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
b. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Negara.
2.2 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
Keuangan negara merupakan salah satu unsur pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan mempunyai
manfaat yang sangat penting guna mewujudkan tujuan negara untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk mencapai
tujuan negara tersebut, selanjutnya melalui ketentuan Pasal 23E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, negara mengadakan satu BPK yang bebas dan mandiri yang memiliki tugas dan kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Sebelum Standar Pemeriksaan Keuangan Negara atau disingkat SPKN ditetapkan oleh BPK pada tahun 2007,
pemeriksaan yang dilakukan BPK terhadap organisasi sektor publik pemerintah mengacu pada SAP-BPK tahun 1995. SAP-BPK
dipandang sudah tidak mampu lagi memenuhi dinamika pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara baik yang terjadi di
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, dan organisasi sektor publik lain. Akhirnya, pada tahun 2007, BPK
berhasil merumuskan dan menetapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Pemeriksaan menurut UU No.15 Tahun 2004 yaitu proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan
secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas
dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Selain itu, berdasarkan UU No. 15 Tahun
2004 dan SPKN juga terdapat tiga jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa keuangan negara, yaitu:
1. Pemeriksaan Keuangan, yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesual dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.
2. Pemeriksaan Kinerja, yaitu pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan
efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas. Dalam melakukan pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang undangan serta pengendalian intern. Pemeriksaan kinerja dilakukan secara objektif
dan sistematik terhadap berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara Independen atas kinerja entitas atau
program/kegiatan yang diperiksa.
3. Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu, yaitu pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas suatu hal yang
diperiksa. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi reviu atau prosedur yang disepakati. Pemeriksaan
dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal- hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan
pemeriksaan atas sistem pengendalian intern.