PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2004, standar pemeriksaan merupakan
patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Adapun standar pemeriksaan terdiri dari standar umum, standar pelaksanaan,
dan standar pelaporan pemeriksaan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau
pemeriksa. Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK telah menyusun standar
pemeriksaan pertama kali pada tahun 1995 yang disebut dengan Standar Audit
Pemerintahan (SAP). Seiring dengan perubahan konstitusi dan peraturan perundang-
undangan pada bidang pemeriksaan, tahun 2007 BPK menyusun standar pemeriksaan
dengan nama Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Setelah hampir sepuluh tahun digunakan sebagai standar pemeriksaan, SPKN
2007 dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan standar audit internasional,
nasional, maupun tuntutan kebutuhan saat ini. Oleh karena itu, SPKN 2007 perlu
disempurnakan. Pada awal 2017, tepatnya saat BPK genap berusia 70 tahun, BPK
berhasil menyelesaikan penyempurnaan SPKN 2007 yang selanjutnya ditetapkan
menjadi Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2017. Sejak ditetapkan Peraturan BPK ini,
SPKN mengikat BPK maupun pihak lain yang melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Dengan adanya SPKN ini, diharapkan hasil
pemeriksaan keuangan negara dapat lebih berkualitas. Hasil pemeriksaan yang
berkualitas akan bermanfaat bagi pengelolaan keuangan negara yang akuntabel,
transparan, ekonomis, efisien, efektif sehingga akan berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Standar Pemeriksaan sangat diperlukan untuk membangun kredibilitas serta
profesionalitas dalam pelaksanaan maupun pelaporan pemeriksaan baik pemeriksaan
keuangan, kinerja, serta pemeriksaan dengan tujuan tertentu. SPKN ini berlaku untuk
semua pemeriksaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung
jawab Keuangan Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. SPKN berlaku
bagi BPK atau akuntan publik dan menjadi acuan bagi aparat pengawasan internal
pemerintah maupun pihak lain dalam penyusunan standar pengawasan sesuai
kedudukan, tugas, dan fungsinya.
Penyusunan SPKN 2017 ini telah melalui proses baku pengembangan standar
sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang maupun dalam dunia profesi. SPKN
2017 juga akan selalu dipantau perkembangannya dan akan dimutakhirkan sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan yang ada. Keberhasilan suatu standar
pemeriksaan dapat diniliai dari sejauh mana kesuksesan dalam penerapannya.
Untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi,
dan nepotisme, maka pelaksanaan pemeriksaan dan pengelolaan tanggung jawab
keuangan negara perlu dilaksanakan berdasarkan suatu standar pemeriksaan. Standar
pemeriksaan yang digunakan dalam melaksanakan tugas pemeriksaan selama ini adalah
SPKN yang ditetapkan dalam Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007. SPKN tersebut
menggunakan referensi utama The Generally Accepted Government Auditing Standards
(GAGAS) Tahun 2003. GAGAS telah mengalami revisi sebanyak dua kali, dengan
revisi terakhir tahun 2011. Standar pemeriksaan sektor privat yang berlaku di Indonesia
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) maupun internasional International
Standards on Auditing (ISA) dan International Standards of Supreme Audit Institutions
(ISSAI) yang telah berkembang dan mengalami banyak perubahan. SPAP, ISA, dan
ISSAI disusun dari pendekatan berbasis pengaturan detail (rule-based standards)
menjadi pengaturan standar berdasarkan prinsip (principle-based standards).
Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 tentang SPKN sudah tidak sesuai dengan
perkembangan standar pemeriksaan dan kebutuhan organisasi BPK sehingga perlu
diganti sesuai dengan perkembangan standar pemeriksaan terkini. Pengembangan
standar pemeriksaan mempertimbangkan perkembangan standar di lingkungan profesi
secara nasional maupun internasional. Proses pengembangan standar pemeriksaan
mencakup langkah-langkah yang perlu ditempuh secara cermat (due process) agar
menghasilkan standar pemeriksaan yang diterima secara umum. Langkah-langkah
pengembangan stndar pemeriksaan antara lain konsultasi dengan pemerintah, organisasi
profesi di bidang pemeriksaan, dan mempertimbangkan standar pemeriksaan
internasional.
Sementara itu, adapun langkah-langkah penyusunan standar pemeriksaan antara
lain meliputi pengidentifikasian topik atau masalah, riset terbatas, penulisan draft
standar, peluncuran exposure draft standar, dengar pendapat exposure draft standar,
pembahasan tanggapan dan masukan atas exposure draft standar, konsultasi draft
standar dengan Pemerintah, dan finalisasi serta penetapan standar. Pengaturan atas
pengembangan standar pemeriksaan ditetapkan lebih lanjut oleh BPK. Penyusunan
standar pemeriksaan memerlukan acuan dan dasar berupa Kerangka Konseptual
Pemeriksaan. Pengembangan kerangka konseptual ini sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penyusunan standar pemeriksaan
internasional yang relevan.
Berdasarkan Pasal 3 Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017 bahwa SPKN terdiri dari :
1. Kerangka Konseptual Pemeriksaan
Kerangka Konseptual Pemeriksaan yang selanjutnya disebut Kerangka
Konseptual, mendasari pengembangan SPKN. Kerangka Konseptual ini bertujuan
sebagai acuan dan dasar bagi:
a. BPK, Pemeriksa, dan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah yang
melakukan audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu, serta akuntan
publik yang melaksanakan pemeriksaan keuangan negara berdasarkan
undang-undang.
b. Penyusun standar pemeriksaan; dan
c. Pengguna Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK dan pihak-pihak lain yang
terkait dengan standar pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
Kerangka Konseptual ini bukan merupakan standar dan/atau prosedur
pemeriksaan. Kerangka Konseptual menjadi acuan bagi pengembangan standar
pemeriksaan. Apabila terdapat permasalahan yang belum diatur dalam standar
pemeriksaan, maka Pemeriksaan mengacu kepada Kerangka Konseptual. Dalam hal
terdapat permasalahan yang belum diatur dalam standar pemeriksaan, maka
pemeriksaan akan mengacu kepada Kerangka Konseptual. Perlu diketahui bahwa
Kerangka Konseptual tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di Indonesia.
Kerangka Konseptual meliputi:
a. Gambaran umum pemeriksaan keuangan negara
a) Mandat Pemeriksaan Keuangan Negara
UUD 1945 memberi mandat kepada BPK untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara secara bebas dan mandiri. Hasil
pemeriksaan BPK disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) sebagai lembaga perwakilan sesuai dengan kewenangannya.
b) Wewenang BPK
Dalam pelaksanaan tugasnya BPK memiliki wewenang sebagai berikut:
1. Menentukan objek, waktu dan metode pemeriksaan, merencanakan dan
melaksanakan pemeriksaan, menentukan pemeriksaan serta menyusun
dan menyajikan laporan pemeriksaan.
2. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap
orang, unit organisasi, lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan
negara.
3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik
negara, pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan dan daftar lainnya
yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara.
4. Menetapkan jenis dokumen, data, dan informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada
BPK.
5. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi
dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan
dalam
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
6. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
7. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang
bekerja untuk dan atas nama BPK.
8. Membina jabatan fungsional pemeriksa.
9. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan.
10. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian internal
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah.
11. Memantau penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan
oleh Pemerintah terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat
lain.
12. Memantau pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada
bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan oleh BPK.
13. Memantau pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang
ditetapkan berdasarkan putusan pengadilan .
14. Anggota BPK tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena
menjalankan tugas, kewajiban, dan wewenangnya. Dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya, Anggota BPK, Pemeriksa, dan pihak lain yang
bekerja untuk dan atas nama BPK diberikan perlindungan hukum dan
jaminan keamanan oleh instansi yang berwenang.
c) Lingkup Pemeriksaan Keuangan Negara
Lingkup pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pengelolaan meliputi
seluruh kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, serta
pertanggungjawaban. Tanggung jawab adalah kewajiban untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan negara sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang
baik. Lingkup Keuangan Negara tersebut meliputi:
1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan
uang, dan melakukan pinjaman.
2. Kewajiban negara sebagai tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga.
3. Penerimaan Negara
4. Pengeluaran Negara
5. Penerimaan Daerah
6. Pengeluaran Daerah
7. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak
lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan negara/perusahaan daerah
8. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum; dan
9. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
d) Jenis Pemeriksaan Keuangan Negara
Jenis pemeriksaan yang diuraikan dalam SPKN meliputi:
1. Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.
Pemeriksaan keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan atau
opini yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif
selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan kinerja atas pengelolaan keuangan negara dapat
memberikan kesimpulan pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi dan/atau
efektivitas dari pemeriksaan aspek tersebut serta memberikan rekomendasi
untuk memperbaiki aspek tersebut. Pemeriksaan yang dilakukan secara
obyektif dan sistematis untuk menilai kinerja suatu entitas. Menghasilkan
informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja entitas dan
digunakan untuk mengambil keputusan bagi pihak yang berwenang.
3. Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu (PDTT)
PDTT memberikan kesimpulan berdasarkan pemeriksaan, penelaahan,
dan prosedur yang disepakati untuk menghasilkan suatu kesimpulan tentang
keandalan suatu asersi entitas yang diperiksa. Sasaran pemeriksaan ini
mencakup pemeriksaan kepatuhan, pemeriksaan investigatif, dan
pemeriksaan atas sistem pengendalian internal pemerintah.
e) Manfaat Pemeriksaan Keuangan Negara
Pemeriksaan BPK mendorong pengelolaan keuangan negara untuk
mencapai tujuan negara, antara lain melalui:
1. Penyediaan hasil pemeriksaan kesimpulan yang independen, objektif dan
dapat diandalkan, berdasarkan bukti yang cukup dan tepat.
2. Penguatan upaya pemberantasan korupsi berupa penyampaian temuan
yang berindikasi tindak pidana dan/atau kerugian dalam pengelolaan
keuangan negara serta pencegahan penguatan sistem pengelolaan
keuangan negara.
3. Peningkatan akuntabilitas, transparansi, ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
dalam bentuk rekomendasi yang konstruktif dan tindak lanjut yang
efektif.
4. Peningkatan kepatuhan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Peningkatan efektivitas peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
6. Peningkatan kepercayaan publik mengenai hasil pemeriksaan BPK dan
pengelolaan keuangan negara.