Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2004, standar pemeriksaan merupakan
patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Adapun standar pemeriksaan terdiri dari standar umum, standar pelaksanaan,
dan standar pelaporan pemeriksaan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau
pemeriksa. Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK telah menyusun standar
pemeriksaan pertama kali pada tahun 1995 yang disebut dengan Standar Audit
Pemerintahan (SAP). Seiring dengan perubahan konstitusi dan peraturan perundang-
undangan pada bidang pemeriksaan, tahun 2007 BPK menyusun standar pemeriksaan
dengan nama Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Setelah hampir sepuluh tahun digunakan sebagai standar pemeriksaan, SPKN
2007 dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan standar audit internasional,
nasional, maupun tuntutan kebutuhan saat ini. Oleh karena itu, SPKN 2007 perlu
disempurnakan. Pada awal 2017, tepatnya saat BPK genap berusia 70 tahun, BPK
berhasil menyelesaikan penyempurnaan SPKN 2007 yang selanjutnya ditetapkan
menjadi Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2017. Sejak ditetapkan Peraturan BPK ini,
SPKN mengikat BPK maupun pihak lain yang melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Dengan adanya SPKN ini, diharapkan hasil
pemeriksaan keuangan negara dapat lebih berkualitas. Hasil pemeriksaan yang
berkualitas akan bermanfaat bagi pengelolaan keuangan negara yang akuntabel,
transparan, ekonomis, efisien, efektif sehingga akan berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Standar Pemeriksaan sangat diperlukan untuk membangun kredibilitas serta
profesionalitas dalam pelaksanaan maupun pelaporan pemeriksaan baik pemeriksaan
keuangan, kinerja, serta pemeriksaan dengan tujuan tertentu. SPKN ini berlaku untuk
semua pemeriksaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung
jawab Keuangan Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. SPKN berlaku
bagi BPK atau akuntan publik dan menjadi acuan bagi aparat pengawasan internal
pemerintah maupun pihak lain dalam penyusunan standar pengawasan sesuai
kedudukan, tugas, dan fungsinya.
Penyusunan SPKN 2017 ini telah melalui proses baku pengembangan standar
sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang maupun dalam dunia profesi. SPKN
2017 juga akan selalu dipantau perkembangannya dan akan dimutakhirkan sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan yang ada. Keberhasilan suatu standar
pemeriksaan dapat diniliai dari sejauh mana kesuksesan dalam penerapannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara serta
Standar Pemeriksaan yang termasuk dalam Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara?
2. Apa saja perbedaan SPKN 2007 dan SPKN 2017?
3. Apa saja perbedaan SPKN dan SPAP?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengantar Standar Pemeriksaan Keuangan Negara


Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (2) UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Pasal 9
ayat (1) huruf e dan Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan menyatakan bahwa Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) disusun oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). SKPN merupakan patokan
untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
SPKN berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program,
kegiatan, serta fungsi berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang memiliki tingkat keyakinan memadai.
Standar Pemeriksaan ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang berkaitan
dengan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara, diantaranya:
a. Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK).
b. Akuntan publik yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama BPK.
c. Akuntan publik yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara berdasarkan ketentuan undang-undang.
d. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang melakukan audit kinerja dan
audit dengan tujuan tertentu.
Keuangan negara merupakan salah satu unsur pokok dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan negara dalam mencapai masyarakat
yang adil, makmur, dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan negara tersebut, melalui
ketentuan Pasal 23E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara
mengadakan BPK yang bebas dan mandiri untuk melakukan tugas dan kewenangan atas
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan keuangan
negara dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan untuk menilai kebenaran, kredibilitas, dan keandalan informasi yang
memadai. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan prinsip-prinsip tata kelola yang
baik.

Untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi,
dan nepotisme, maka pelaksanaan pemeriksaan dan pengelolaan tanggung jawab
keuangan negara perlu dilaksanakan berdasarkan suatu standar pemeriksaan. Standar
pemeriksaan yang digunakan dalam melaksanakan tugas pemeriksaan selama ini adalah
SPKN yang ditetapkan dalam Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007. SPKN tersebut
menggunakan referensi utama The Generally Accepted Government Auditing Standards
(GAGAS) Tahun 2003. GAGAS telah mengalami revisi sebanyak dua kali, dengan
revisi terakhir tahun 2011. Standar pemeriksaan sektor privat yang berlaku di Indonesia
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) maupun internasional International
Standards on Auditing (ISA) dan International Standards of Supreme Audit Institutions
(ISSAI) yang telah berkembang dan mengalami banyak perubahan. SPAP, ISA, dan
ISSAI disusun dari pendekatan berbasis pengaturan detail (rule-based standards)
menjadi pengaturan standar berdasarkan prinsip (principle-based standards).
Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 tentang SPKN sudah tidak sesuai dengan
perkembangan standar pemeriksaan dan kebutuhan organisasi BPK sehingga perlu
diganti sesuai dengan perkembangan standar pemeriksaan terkini. Pengembangan
standar pemeriksaan mempertimbangkan perkembangan standar di lingkungan profesi
secara nasional maupun internasional. Proses pengembangan standar pemeriksaan
mencakup langkah-langkah yang perlu ditempuh secara cermat (due process) agar
menghasilkan standar pemeriksaan yang diterima secara umum. Langkah-langkah
pengembangan stndar pemeriksaan antara lain konsultasi dengan pemerintah, organisasi
profesi di bidang pemeriksaan, dan mempertimbangkan standar pemeriksaan
internasional.
Sementara itu, adapun langkah-langkah penyusunan standar pemeriksaan antara
lain meliputi pengidentifikasian topik atau masalah, riset terbatas, penulisan draft
standar, peluncuran exposure draft standar, dengar pendapat exposure draft standar,
pembahasan tanggapan dan masukan atas exposure draft standar, konsultasi draft
standar dengan Pemerintah, dan finalisasi serta penetapan standar. Pengaturan atas
pengembangan standar pemeriksaan ditetapkan lebih lanjut oleh BPK. Penyusunan
standar pemeriksaan memerlukan acuan dan dasar berupa Kerangka Konseptual
Pemeriksaan. Pengembangan kerangka konseptual ini sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penyusunan standar pemeriksaan
internasional yang relevan.
Berdasarkan Pasal 3 Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017 bahwa SPKN terdiri dari :
1. Kerangka Konseptual Pemeriksaan
Kerangka Konseptual Pemeriksaan yang selanjutnya disebut Kerangka
Konseptual, mendasari pengembangan SPKN. Kerangka Konseptual ini bertujuan
sebagai acuan dan dasar bagi:
a. BPK, Pemeriksa, dan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah yang
melakukan audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu, serta akuntan
publik yang melaksanakan pemeriksaan keuangan negara berdasarkan
undang-undang.
b. Penyusun standar pemeriksaan; dan
c. Pengguna Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK dan pihak-pihak lain yang
terkait dengan standar pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
Kerangka Konseptual ini bukan merupakan standar dan/atau prosedur
pemeriksaan. Kerangka Konseptual menjadi acuan bagi pengembangan standar
pemeriksaan. Apabila terdapat permasalahan yang belum diatur dalam standar
pemeriksaan, maka Pemeriksaan mengacu kepada Kerangka Konseptual. Dalam hal
terdapat permasalahan yang belum diatur dalam standar pemeriksaan, maka
pemeriksaan akan mengacu kepada Kerangka Konseptual. Perlu diketahui bahwa
Kerangka Konseptual tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di Indonesia.
Kerangka Konseptual meliputi:
a. Gambaran umum pemeriksaan keuangan negara
a) Mandat Pemeriksaan Keuangan Negara
UUD 1945 memberi mandat kepada BPK untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara secara bebas dan mandiri. Hasil
pemeriksaan BPK disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) sebagai lembaga perwakilan sesuai dengan kewenangannya.
b) Wewenang BPK
Dalam pelaksanaan tugasnya BPK memiliki wewenang sebagai berikut:
1. Menentukan objek, waktu dan metode pemeriksaan, merencanakan dan
melaksanakan pemeriksaan, menentukan pemeriksaan serta menyusun
dan menyajikan laporan pemeriksaan.
2. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap
orang, unit organisasi, lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan
negara.
3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik
negara, pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan dan daftar lainnya
yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara.
4. Menetapkan jenis dokumen, data, dan informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada
BPK.
5. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi
dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan
dalam
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
6. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
7. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang
bekerja untuk dan atas nama BPK.
8. Membina jabatan fungsional pemeriksa.
9. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan.
10. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian internal
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah.
11. Memantau penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan
oleh Pemerintah terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat
lain.
12. Memantau pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada
bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan oleh BPK.
13. Memantau pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang
ditetapkan berdasarkan putusan pengadilan .
14. Anggota BPK tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena
menjalankan tugas, kewajiban, dan wewenangnya. Dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya, Anggota BPK, Pemeriksa, dan pihak lain yang
bekerja untuk dan atas nama BPK diberikan perlindungan hukum dan
jaminan keamanan oleh instansi yang berwenang.
c) Lingkup Pemeriksaan Keuangan Negara
Lingkup pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pengelolaan meliputi
seluruh kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, serta
pertanggungjawaban. Tanggung jawab adalah kewajiban untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan negara sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang
baik. Lingkup Keuangan Negara tersebut meliputi:
1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan
uang, dan melakukan pinjaman.
2. Kewajiban negara sebagai tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga.
3. Penerimaan Negara
4. Pengeluaran Negara
5. Penerimaan Daerah
6. Pengeluaran Daerah
7. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak
lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan negara/perusahaan daerah
8. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum; dan
9. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
d) Jenis Pemeriksaan Keuangan Negara
Jenis pemeriksaan yang diuraikan dalam SPKN meliputi:
1. Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.
Pemeriksaan keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan atau
opini yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif
selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan kinerja atas pengelolaan keuangan negara dapat
memberikan kesimpulan pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi dan/atau
efektivitas dari pemeriksaan aspek tersebut serta memberikan rekomendasi
untuk memperbaiki aspek tersebut. Pemeriksaan yang dilakukan secara
obyektif dan sistematis untuk menilai kinerja suatu entitas. Menghasilkan
informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja entitas dan
digunakan untuk mengambil keputusan bagi pihak yang berwenang.
3. Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu (PDTT)
PDTT memberikan kesimpulan berdasarkan pemeriksaan, penelaahan,
dan prosedur yang disepakati untuk menghasilkan suatu kesimpulan tentang
keandalan suatu asersi entitas yang diperiksa. Sasaran pemeriksaan ini
mencakup pemeriksaan kepatuhan, pemeriksaan investigatif, dan
pemeriksaan atas sistem pengendalian internal pemerintah.
e) Manfaat Pemeriksaan Keuangan Negara
Pemeriksaan BPK mendorong pengelolaan keuangan negara untuk
mencapai tujuan negara, antara lain melalui:
1. Penyediaan hasil pemeriksaan kesimpulan yang independen, objektif dan
dapat diandalkan, berdasarkan bukti yang cukup dan tepat.
2. Penguatan upaya pemberantasan korupsi berupa penyampaian temuan
yang berindikasi tindak pidana dan/atau kerugian dalam pengelolaan
keuangan negara serta pencegahan penguatan sistem pengelolaan
keuangan negara.
3. Peningkatan akuntabilitas, transparansi, ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
dalam bentuk rekomendasi yang konstruktif dan tindak lanjut yang
efektif.
4. Peningkatan kepatuhan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Peningkatan efektivitas peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
6. Peningkatan kepercayaan publik mengenai hasil pemeriksaan BPK dan
pengelolaan keuangan negara.

b. Unsur-unsur pemeriksaan keuangan negara


Unsur-unsur pemeriksaan keuangan negara meliputi:
a) Hubungan tiga pihak, yang terdiri atas:
1. Pemeriksa keuangan negara
2. Pihak yang bertanggung jawab
3. Pengguna LHP;
b) Hal pokok (subject matter) dan informasi hal pokok (subject matter
information)
c) Kriteria pemeriksaan
d) Bukti pemeriksaan
e) Laporan hasil pemeriksaan
f) Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan
c. Prinsip-prinsip pemeriksaan keuangan negara
Prinsip-prinsip pemeriksaan keuangan negara adalah ketentuan yang harus
dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun standar pemeriksaan
dan Pemeriksa dalam melakukan Pemeriksaan, yang meliputi:
a) Kode etik
b) Pengendalian mutu
c) Manajemen dan keahlian tim Pemeriksa
d) Risiko pemeriksaan
e) Materialitas
f) Dokumentasi pemeriksaan
g) Komunikasi pemeriksaan

2. PSP atau Pernyataan Standar Pemeriksaan


PSP sebagaimana dimaksud terdiri dari:
a. PSP 100: Standar Umum
Standar umum memberikan kerangka dasar untuk dapat menerapkan standar
pelaksanaan dan standar pelaporan secara efektif yang dijelaskan pada pernyataan
standar berikutnya. Tujuan pemeriksa dalam melaksanakan Standar Umum adalah
sebagai dasar untuk dapat menerapkan standar pelaksanaan dan standar pelaporan
secara efektif.
Dengan demikian, standar umum ini harus diikuti oleh BPK dan semua Pemeriksa
yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan SPKN. Adapun ruang lingkup dari
PSP ini adalah:
a) PSP ini mengatur standar umum untuk melaksanakan pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kinerja, dan PDTT.
b) Standar umum ini berkaitan dengan etika, independensi, integritas dan
profesionalisme, kompetensi, pertimbangan ketidakpatuhan, kecurangan, dan
ketidakpatutan, komunikasi pemeriksaan, pengendalian mutu dan
dokumentasi pemeriksaan dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil
pemeriksaan, hubungan dengan standar profesi yang digunakan oleh akuntan
publik serta kewajiban Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan akuntan
publik dalam pemeriksaan keuangan Negara.
b. PSP 200: Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan berkaitan dengan alasan dilaksanakannya suatu
pemeriksaan. Adapun tujuan Pemeriksa dalam menerapkan standar ini adalah
untuk merencanakan pemeriksaan yang berkualitas agar dapat dilaksanakan secara
efisien dan efektif dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh
bukti yang cukup dan tepat. Ruang lingkup dari standar ini antara lain:
a) PSP ini mengatur tentang tanggung jawab Pemeriksa dalam melaksanakan
Pemeriksaan yang mencakup perencanaan, pengumpulan bukti pemeriksaan,
pengembangan temuan pemeriksaan, dan supervisi.
b) Perencanaan tentunya berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam
menghubungkan topik pemeriksaan yang akan dilakukan atasperencanaan
strategis BPK dan menyusun perencanaan setiap penugasan pemeriksaan.
c) Pengumpulan bukti berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam
merancang dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh bukti
pemeriksaan yang cukup dan tepat, mendukung penarikan kesimpulan yang
akurat, sesuai karakteristik yang harus dimiliki oleh bukti pemeriksaan dalam
suatu pemeriksaan.
d) Pengembangan temuan pemeriksaan berkaitan dengan tanggung jawab
pemeriksa dalam mengembangkan temuan pemeriksaan berdasarkan bukti
pemeriksaan yang diperoleh.
e) Supervisi berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam memberikan
arahan kepada Pemeriksa selama pemeriksaan untuk memastikan pencapaian
tujuan pemeriksaan dan pemenuhan standar pemeriksaan.
c. PSP 300 : Standar Pelaporan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksa dalam menerapkan standar pelaporan ini adalah untuk
merumuskan suatu kesimpulan dari hasil pemeriksaan berdasarkan evaluasi atas
bukti pemeriksaan yang diperoleh; dan mengomunikasikan hasil pemeriksaan
kepada pihak-pihak yang terkait. Ruang lingkup standar ini adalah:
a) PSP ini mengatur tentang kewajiban Pemeriksa dalam menyusun LHP untuk
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan PDTT.
b) Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) berfungsi untuk: (1) mengomunikasikan
hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; (2) menghindari sikap kesalahpahaman
atas hasil pemeriksaan; (3) membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk
melakukan tindakan perbaikan oleh pihak yang bertanggung jawab; dan (4)
memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan
perbaikan yang semestinya dilakukan.
2.2 Perbedaan SPKN 2007 dan SPKN 2017
SPKN yang diterbitkan oleh BPK-RI tahun 2007 disusun dengan merujuk pada
Generally Accepted Government Auditing Standards (GAGAS) yang diterbitkan oleh
United States-General Accounting Office (US-GAO). Hal ini tidak menyalahi peraturan
perundangan karena undang-undang tidak menyebut secara spesifik standar
pemeriksaan yang bisa dipertimbangkan dalam penyusunan SPKN. Namun demikian
dalam perubahan atau revisi SPKN mendatang, BPK-RI sebaiknya menggunakan
standar profesi yang diterbitkan oleh organisasi BPK sedunia yaitu The International
Organizaton of Supreme Audit Institutions (INTOSAI). Usulan ini didasarkan pada
alasan-alasan berikut ini:
1. BPK-RI adalah anggota INTOSAI. Sebagai anggota, seharusnya BPK-RI tunduk
pada aturan yang dibuat oleh organisasi yang diikutinya.
2. Standar profesi yang diterbitkan oleh INTOSAI bisa dikatakan sebagai standar
pemeriksaan internasional yang sesuai dengan undang-undang.
3. Standar profesi yang diterbitkan oleh INTOSAI saat ini sudah komprehensif dan
terstruktur sedemikian rupa sehingga kalau diperlukan revisi tidak harus
merevisi seluruh standar, tetapi cukup bagian dari standar saja yang direvisi.
International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) merupakan
standar profesi bagi auditor/pemeriksa pemerintahan yang ditetapkan oleh INTOSAI.
Standar audit ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1977 dan terus mengalami
perubahan- perubahan. Dalam pengembangan suatu standar, INTOSAI telah
menetapkan langkah-langkah yang perlu ditempuh secara cermat (due process) dengan
tujuan untuk menjaga integritas dan ketelitian ISSAI sehingga meningkatkan keyakinan
bagi para pemangku kepentingan.
Adapun perbedaan SPKN 2007 dan SPKN 2017, diantaranya:
1. Baik SPKN 2007 maupun 2017 diawali dengan kata sambutan dan daftar isi
pada awalnya, kemudian diikuti dengan Peraturan BPK tentang standar
pemeriksan keuangan negara yang mengikatnya. Peraturan untuk SPKN 2007
adalah Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 dan Peraturan BPK RI Nomor
1 tahun 2017 untuk SPKN 2017.
2. SPKN 2007 memiliki delapan lampiran, sedangkan SPKN 2017 hanya terdapat
empat lampiran. Rincian detail lampiran SPKN 2007 adalah sebagai berikut:
a. Lampiran I : Pendahuluan Standar Pemeriksaan
b. Lampiran II : Pernyataan Standar Pemeriksaan 01 (Standar Umum)
c. Lampiran III : Pernyataan Standar Pemeriksaan 02 (Standar
Pelaksanaan
Pemeriksaan Keuangan)
d. Lampiran IV : Pernyataan Standar Pemeriksaan 03 (Standar Pelaporan
Pemeriksaan Keuangan)
e. Lampiran V : Pernyataan Standar Pemeriksaan 04 (Standar
Pelaksanaan
Pemeriksaan Kinerja)
f. Lampiran VI : Pernyataan Standar Pemeriksaan 05 (Standar Pelaporan
Pemeriksaan Kinerja)
g. Lampiran VII : Pernyataan Standar Pemeriksaan 06 (Standar
Pelaksanaan
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu)
h. Lampiran VIII : Pernyataan Standar Pemeriksaan 07 (Standar Pelaporan
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu)
Untuk SPKN 2017 memiliki lampiran seperti:
a. Lampiran I : Kerangka Konseptual Pemeriksaan
b. Lampiran II : PSP 100 - Standar Umum
c. Lampiran III : PSP 200 - Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
d. Lampiran IV : PSP 300 – Standar Pelaporan Pemeriksaan
3. SPKN 2017 melakukan simplikasi terhadap setiap lampiran, yang sebelumnya
pada SPKN 2007 terjadi pemisahan dengan tujuan tertentu, SPKN 2017 tidak
melakukan pemisahan secara langsung terkait hal tersebut. SPKN 2007
memiliki 46 standar sedangkan SPKN 2017 memiliki 300 standar.
Alasan mengapa SPKN 2007 dirubah karena setelah hampir sepuluh tahun
digunakan sebagai standar pemeriksaan, SPKN 2007 dinilai tidak sesuai lagi dengan
perkembangan standar audit internasional, nasional, maupun tuntutan kebutuhan saat
ini. Oleh karena itu, SPKN 2007 perlu disempurnakan. Perkembangan standar
pemeriksaan internasional saat ini mengarah kepada perubahan dari berbasis pengaturan
detail (rule-based standards) ke pengaturan berbasis prinsip (principle-based
standards). Untuk pemeriksaan keuangan, organisasi badan pemeriksa dunia yaitu
INTOSAI mengadopsi sepenuhnya atas International Standards on Auditing (ISA) yang
diterbitkan oleh International Federation of Accountants (IFAC).

2.3 Perbedaan SPAP dan SPKN


Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP) adalah Standar Profesional yang
diterbitkan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan digunakan oleh Akuntan
Publik dalam melakukan pemeriksaan atas Entitas swasta (diluar Keuangan Negara).
Sedangkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah Standar Profesional
yang diterbitkan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang
digunakan oleh Akuntan dalam melakukan pemeriksaan atas Entitas Pemerintah yang
mengelola keuangan negara. Kedua Standar Profesional tersebut digunakan akuntan
publik sebagai pedoman dalam melakukan pemeriksaan. Jika sedang mengaudit entitas
swasta (non keuangan negara) maka standar profesional yang digunakan menggunakan
standar SPAP, sedangkan jika dapat proyek memeriksa entitas pemerintah maka standar
yang digunakan ialah SPKN. Kedua standar tersebut sangat bermanfaat dan digunakan
untuk memperoleh mutu tertinggi dalam melaksanakan audit.
Adapun perbedaan mendasar antara SPAP dan SPKN sebagai berikut:
Kriteria SPAP SPKN
Untuk menetapkan standar pada Mengelola keuangan negara
tanggung jawab auditor dalam secara tertib, ekonomis, efisien,
membuat laporan audit transparan dan bertanggung
keuangan sehubungan dengan jawab dengan memperhatikan
going concern dalam pembuatan rasa keadilan dan kepatutan,
Tujuan
laporan keuangan, termasuk sesuai dengan ketentuan
pernyatan manajemen dalam peraturan perundang-undangan
penilaian entitas kemampuan yang berlaku
untuk melanjutkan sebagai
going concern
Objek Digunakan sebagai standar Digunakan sebagai standar
untuk memeriksa laporan untuk memeriksa laporan
keuangan pihak swasta, keuangan pemerintah, yang
yang terdiri dari: terdiri dari:
1) Laporan Posisi Keuangan 1) Laporan Realisasi Anggaran
(Neraca) 2) Laporan Perubahan Saldo
2) Laporan Laba Rugi Anggaran Lebih
3) Laporan Perubahan Ekuitas 3) Neraca
4) Laporan Arus Kas 4) Laporan Operasional
5) Catatan Atas Laporan 5) Laporan Arus Kas
keuangan 6) Laporan Perubahan Ekuitas
7) Catatan Atas Laporan
Keuangan
Subjek Akuntan Publik BPK (Auditor Pemerintah)
Auditor mempertimbangkan Bertanggung jawab untuk
kejadian yang berkaitan dengan membantu manajemen dan para
going concern saat melakukan pengguna laporan hasil lainnya
Tanggung prosedur penilaian risiko, karena untuk memahami tanggung
Jawab ini disesuaikan dengan waktu jawab pemeriksa terhadap
Auditor manajemen. Dengan cara standar pemeriksa.
tinjauan manajemen dan resolusi
dari setiap isu- isu kepedulian
akan identifikasi.
Dewan Standar Profesional Badan Standar Pemeriksa
Badan yang
Akuntan Publik Institut Keuangan Negara (BPK)
Membuat
Akuntan Publik Indonesia
Berlaku bagi seluruh akuntan Berlaku bagi pemeriksa BPK
publik dalam melakukan ataupun kantor akuntan publik
Ruang
kegiatan pelayanan jasa di yang melakukan kegiatan
Lingkup
sektor swasta pemeriksaan pengelolaan
keuangan Negara
a. Auditing a. Pemeriksaan keuangan
Kegiatan b. Atestasi b. Pemeriksaan Kinerja
yang diatur c. Akuntansi dan review c. Pemeriksaan dengan tujuan
d. Konsultasi tertentu
Dalam hal ini SPAP memiliki pengaturan lingkup bidang yang lebih luas daripada
SPKN

Anda mungkin juga menyukai