Anda di halaman 1dari 8

AUDIT KEUANGAN NEGARA

RESUME KE-1
PENGANTAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA ( DASAR HUKUM,
KERANGKA INSTITUSIONAL) DAN STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN
NEGARA (SPKN)

Dosen Pengampu:
Dr. H. M. Rasuli, SE, M.Si, Ak, CA

Disusun oleh:
(KELOMPOK 6; NO. URUT TAMPIL 6)
FIRSKY RIYANDA (1602110146)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2019
Audit Keuangan Negara
Resume ke- 1
Pengantar pemeriksaan keuangan negara ( Dasar hukum, Kerangka institusional) dan
Standar Pemeriksaan keuangan Negara (SPKN)

A. Pengertian Pemeriksaan Keuangan Negara


Standar pemeriksaan keuangan negara disebut sebagai standar pemeriksaan, memuat
persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan
pemeriksaan yang profesional. Pemeriksaan profesional yang berdasarkan pada standar
pemeriksaan akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari
entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara obyektif. Apabila
pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan
Standar Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung peningkatan
mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta pengambilan keputusan
Penyelenggara Negara. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara juga
merupakan salah satu unsur penting dalam rangka terciptanya akuntabilitas publik.
Dalam pelaksananaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
diperlukan suatu standar. Standar pemeriksaan keuangan negara adalah amanat dari UU
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Standar
Pemeriksaan diperlukan untuk menjaga kredibilitas serta profesionalitas dalam pelaksanaan
maupun pelaporan pemeriksaan baik pemeriksaan keuangan, kinerja, serta pemeriksaan
dengan tujuan tertentu. Tujuan Standar Pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu
bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

1. Dasar Hukum Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)


Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (2) Undang- Undang Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
dan Pasal 9 ayat (1) huruf e dan Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan menyatakan bahwa standar pemeriksaan keuangan
negara disusun oleh Badan Pemeriksa Keuangan; bahwa standar pemeriksaan keuangan
negara merupakan patokan yang wajib dipedomani dalam melakukan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara sudah tidak sesuai dengan perkembangan standar
pemeriksaan yang berlaku dan kebutuhan organisasi Badan Pemeriksa Keuangan
sehingga perlu diganti.
2. Kerangka Institusional
BPK adalah sebuah badan independen yang dibentuk oleh pemerintah sebagai lembaga
pemeriksa keuangan negara dan mengaudit keuangan pejabat, baik di tingkat pusat maupun
di tingkat daerah. Lembaga kontrol ini bila berjalan sesuai dengan fungsinya yang akan
memberikan efek yang yang sangat positif baik di tingkat masyarakat intern atau
masyarakat ekstern yang pada akhirnya akan menciptakan kesejahteraan rakyat. Kontrol
yang baik dan kontinue akan dapat meminimalisir penyalahgunaan keuangan dan
mencegah gejala korupsi di semua level sehingga dana yang diproyeksikan untuk
kesejahteraan rakyat dapat tersalurkan sesuai jalurnya. Sementara di sisi lain, efektitifitas
kinerja lembaga ini akan menarik minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia.
Ketika investasi masuk, geliat ekonomi bangkit, full employment terwujud, PDB
meningkat, dan kesejahteraan rakyat akan tercipta.
Mengingat kedudukan BPK yang sangat signifikan dalam tata kelola keuangan negara
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka sesuai dengan isi Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
BPK memiliki peran dan fungsi penting, yaitu untuk melakukan pemeriksaan atas laporan
keuangan dan kinerja pemerintah (Pasal 4). BPK juga dapat melakukan pemeriksaan secara
bebas dan mandiri, meliputi penentuan obyek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan
pemeriksaan, penentuan waktu dan metode pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian
laporan pemeriksaan (pasal 6). Kendati dalam penentuan standar pemeriksaan BPK
melakukan konsultasi dengan pemerintah, tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan, BPK
lebih independen dan relatif jauh dari konflik kepentingan.
Secara umum BPK bertugas untuk memeriksa seluruh unsur keuangan negara, baik
pusat maupun daerah, yang mencakup: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Bank Indonesia (BI), Badan Hukum Milik Negara
(BHMN), Badan Layanan Umum (BLU), dan badan lain yang ada kepentingan keuangan
negara di dalamnya.

B. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)


Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah patokan untuk melakukan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab pengelolaan negara. Pelaksanaan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dilakukan dalam
rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Dalam rangka menjamin mutu hasil pemeriksaan keuangan negara maka
pelaksanaan pemeriksaan perlu dilaksanakan berdasarkan suatu standar pemeriksaan.
Tujuan SPKN adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan
organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara.Pemeriksaan Pengeloaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik adalah bagian dari reformasi bidang
keuangan negara yang dimulai sejak tahun 2003. Pengertian pengelolaan dan tanggung
jawab Keuangan Negara mencakup akuntabilitas yang harus diterapkan semua entitas oleh
pihak yang melakukan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis
pemeriksaan yang akan dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh pemeriksa. Jenis
pemeriksaan yang diuraikan dalam SPKN meliputi:
1. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan
keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Pemeriksaan kinerja, kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek
efektivitas.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah memberikan simpulan atas suatu hal yang
diperiksa. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dapat bersifat: eksaminasi
(examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-upon
procedures).

SPKN terdiri dari dua,yaitu:


1. Kerangka Konseptual Pemeriksaan
2. PSP.

1. Kerangka Konseptual Pemeriksaan


Kerangka Konseptual Pemeriksaan ini, yang selanjutnya disebut Kerangka
Konseptual, mendasari pengembangan SPKN. Kerangka Konseptual bertujuan
sebagai acuan dan dasar bagi:
a. BPK, Pemeriksa, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang melaksanakan
audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu, serta akuntan publik yang
melaksanakan pemeriksaan keuangan negara berdasarkan ketentuan
undang-undang,
b. penyusun standar pemeriksaan, dan
c. pengguna Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK dan pihak-pihak lain yang
terkait dengan standar pemeriksaan dan/atau pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara.

Kerangka Konseptual bukan merupakan standar dan/atau prosedur pemeriksaan.


Kerangka Konseptual menjadi acuan bagi pengembangan standar pemeriksaan. Dalam
hal terdapat permasalahan yang belum diatur dalam standar pemeriksaan, maka
Pemeriksaan mengacu kepada Kerangka Konseptual.

Kerangka Konseptual ini tidak menggantikan ketentuan peraturan perundang-


undangan di Indonesia. Kerangka Konseptual tidak menetapkan ketentuan dan
prosedur pemeriksaan. Ketentuan dan prosedur tersebut akan diatur dalam standar
pemeriksaan yang dikembangkan dengan mengacu pada Kerangka Konseptual ini
dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

2. Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP)


Pernyataan Standar Pemeriksaan yang selanjutnya disingkat PSP adalah standar
pemeriksaan yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. SPKN dinyatakan dalam
bentuk PSP. PSP sebagaimana dimaksud, terdiri dari:
1. PSP Nomor 100 tentang Standar Umum
PSP ini mengatur standar umum untuk melaksanakan pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja, dan PDTT. Standar umum ini berkaitan dengan
etika; independensi, integritas, dan profesionalisme; pengendalian mutu;
kompetensi; pertimbangan ketidakpatuhan, kecurangan, dan ketidakpatutan;
komunikasi pemeriksaan; dan dokumentasi pemeriksaan dalam pelaksanaan
dan pelaporan hasil pemeriksaan; hubungan dengan standar profesi yang
digunakan oleh akuntan publik; serta kewajiban Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah dan akuntan publik dalam pemeriksaan keuangan negara.
Tujuan pemeriksa dalam melaksanakan Standar Umum adalah sebagai
dasar untuk dapat menerapkan standar pelaksanaan dan standar pelaporan secara
efektif. Dengan demikian, standar umum ini harus diikuti oleh BPK dan semua
Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan.
2. PSP Nomor 200 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
PSP ini mengatur tanggung jawab Pemeriksa dalam melaksanakan
Pemeriksaan yang mencakup perencanaan, pengumpulan bukti pemeriksaan,
pengembangan temuan pemeriksaan, dan supervisi.
1.) Perencanaan berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa
dalam menghubungkan topik pemeriksaan yang akan dilakukan dengan
perencanaan strategis BPK dan menyusun perencanaan untuk setiap penugasan
pemeriksaan.
2.) Pengumpulan bukti berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam
merancang dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh
bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat, mendukung penarikan kesimpulan
yang akurat, sesuai karakteristik yang harus dimiliki oleh bukti
pemeriksaan dalam suatu pemeriksaan.
3.) Pengembangan temuan pemeriksaan berkaitan dengan tanggung jawab
pemeriksa dalam mengembangkan temuan pemeriksaan berdasarkan
bukti pemeriksaan yang diperoleh.
4.) Supervisi berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam
memberikan arahan dan panduan kepada Pemeriksa selama pemeriksaan untuk
memastikan pencapaian tujuan pemeriksaan dan pemenuhan standar
pemeriksaan.

Tujuan Pemeriksa dalam menerapkan standar ini adalah untuk merencanakan


pemeriksaan yang berkualitas agar dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif
dan merancang dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh
bukti yang cukup dan tepat.

3. PSP Nomor 300 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan


PSP ini mengatur kewajiban Pemeriksa dalam menyusun LHP untuk
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan PDTT. LHP berfungsi untuk:
1) mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2) menghindari kesalahpahaman atas hasil pemeriksaan;
3) membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk melakukan tindakan
perbaikan oleh pihak yang bertanggung jawab; dan
4) memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan
perbaikan yang semestinya dilakukan.

Tujuan Pemeriksa dalam menerapkan standar pelaporan ini adalah untuk


merumuskan suatu kesimpulan hasil pemeriksaan berdasarkan evaluasi atas bukti
pemeriksaan yang diperoleh dan mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada
pihak-pihak yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara.

Anda mungkin juga menyukai