Anda di halaman 1dari 8

1.

Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah


Dasar Hukum Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) bersandar
pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 5 Tahun 2008
tentang Standart Audit APIP, Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia oleh Asosiasi
Auditor Intern Pemerintah Indonesia Tanggal 30 Desember 2013, Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman
Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Pengendalian Intern Pemerintah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara,Bab X Pengendalian intern pemerintah, Pasal 58 ayat (1) yang
berbunyi: dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan
sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh, ayat (2) Sistem
pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.

Pengertian Pemeriksaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004


Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, Pasal 1 ayat 1 Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan
evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan
standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan
keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Pengertian standar Pemeriksaan menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun


2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, Pasal 1 ayat 8 Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi
standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib
dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa.

Pengertian Sistem Pengendalian Intern berdasarkan Peraturan Pemerintah


Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yakni
Pasal 1 ayat 1 Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Ayat 2 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat
SPIP adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di
lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ayat 3 Pengawasan Intern
adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam
rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan
sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

Pengertian Standar audit berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan


Aparatur Negara Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standart Audit Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah, Standar audit adalah kriteria atau ukuran mutu
minimal untuk melakukan kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Bahwa berdasarkan Peraturan Menteri
Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standart Audit
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah Tujuan Standar Audit APIP adalah
untuk: 1. menetapkan prinsip-prinsip dasar yang merepresentasikan praktik-praktik
audit yang seharusnya, 2. menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan
kegiatan audit intern yang memiliki nilai tambah, 3. menetapkan dasar-dasar
pengukuran kinerja audit, 4. mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses
organisasi, 5. menilai, mengarahkan dan mendorong auditor untuk mencapai tujuan
audit; 6. menjadi pedoman dalam pekerjaan audit; 7. menjadi dasar penilaian
keberhasilan pekerjaan audit. Standar Audit berfungsi sebagai ukuran mutu
minimal bagi para auditor dan APIP dalam: 1. pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) yang dapat merepresentasikan praktik-praktik audit yang seharusnya,
menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit yang
memiliki nilai tambah serta menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit, 2.
pelaksanaan koordinasi audit oleh APIP, 3. pelaksanaan perencanaan audit oleh APIP,
4. penilaian efektifitas tindak lanjut hasil pengawasan dan konsistensi penyajian
laporan hasil audit.

Pengertian Audit berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur


Negara Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standart Audit Aparat Pengawasan
Internal Pemerintah, Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi
bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan
standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas, efisiensi,
dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

Pengertian Audit investigatif berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan


Aparatur Negara Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standart Audit Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah, Audit investigatif adalah proses mencari,
menemukan, dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan
mengungkapkan terjadi atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna
dilakukan tindakan hukum selanjutnya.
Pengertian Auditi berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur
Negara Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standart Audit Aparat Pengawasan
Internal Pemerintah, Auditi adalah orang/instansi pemerintah yang diaudit oleh
APIP.

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan


Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pasal 24 (1)
Pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat
Pengawas Intern Pemerintah sesuai dengan fungsi dan kewenangannya. (2) Aparat
Pengawas Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Inspektorat Jenderal Departemen, Unit Pengawasan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Penjelasan ayat
2 Ayat (2) Unit pengawas Lembaga Pemerintah Non Departemen yaitu Inspektur
Utama, Deputi Bidang Pengawasan pada Lembaga Pemerintah Non Departemen,
dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan.

Tugas dan fungsi BPKP berdasarkan Pasal 2 dan 3 Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP). Pasal 2 BPKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan
nasional, Pasal 3 BPKP dalam menyelenggarakan fungsinya sebagaimana Pasal 2:
perumusan kebijakan nasional pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan
negara/daerah dan pembangunan nasional meliputi kegiatan yang bersifat lintas
sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain berdasarkan
penugasan dari Presiden, pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lainnya terhadap perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan negara/daerah dan akuntabilitas
pengeluaran keuangan negara/daerah serta pembangunan nasional dan/atau
kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran
negara/daerah dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang
didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah Daerah serta akuntabilitas pembiayaan keuangan negara/
daerah, pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan
aset negara/daerah, pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko,
pengendalian intern, dan tata kelola terhadap instansi/badan usaha/badan lainnya
dan program/ kebijakan pemerintah yang strategis, pengawasan terhadap
perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan yang dapat menghambat
kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga, audit klaim, audit
investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan
keuangan negara/daerah, audit penghitungan kerugian keuangan negara/daerah,
pemberian keterangan ahli, dan upaya pencegahan korupsi, pengoordinasian dan
sinergi penyelenggaraan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan
negara/daerah dan pembangunan nasional bersama-sama dengan aparat
pengawasan intern pemerintah lainnya, pelaksanaan reviu atas laporan keuangan
dan laporan kinerja pemerintah pusat, pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, dan
konsultansi penyelenggaraan sistem pengendalian intern kepada instansi pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan badan-badan yang di dalamnya terdapat kepentingan
keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah,
pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan Pemerintah sesuai
peraturan perundang-undangan, pembinaan kapabilitas pengawasan intern
pemerintah dan sertifikasi jabatan fungsional auditor, pelaksanaan pendidikan,
pelatihan, penelitian, dan pengembangan di bidang pengawasan dan sistem
pengendalian intern pemerintah, pembangunan dan pengembangan, serta
pengolahan data dan informasi hasil pengawasan atas penyelenggaraan akuntabilitas
keuangan negara Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, pelaksanaan
pengawasan intern terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi di BPKP, dan pembinaan
dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan,
organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, kehumasan,
persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

Pengertian Standar Audit berdasarkan Standar Audit Intern Pemerintah


Indonesia oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia Tanggal 30
Desember 2013 berdasarkan amanat Pasal 53 Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Standar audit
adalah kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan kegiatan audit intern
yang wajib dipedomani oleh Auditor Intern Pemerintah Indonesia.

Tujuan dan Fungsi Standar Audit berdasarkan Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia Tanggal 30
Desember 2013, Tujuan Dan Fungsi Standar Audit adalahuntuk: a. menetapkan
prinsip-prinsip dasar yang merepresentasikan praktik-praktik audit intern yang
seharusnya, b. menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan
audit intern yang memiliki nilai tambah, c. menetapkan dasar-dasar pengukuran
kinerja audit intern, d. mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses
organisasi (APIP), e. menilai, mengarahkan, dan mendorong auditor untuk mencapai
tujuan audit intern, f. menjadi pedoman dalam penugasan audit intern; dan, g.
menjadi dasar penilaian keberhasilan penugasan audit intern. Standar Audit
berfungsi sebagai ukuran mutu minimal bagi para auditor dan pimpinan APIP
dalam: a. pelaksanaan tugas dan fungsi yang dapat merepresentasikan praktik-
praktik audit intern yang seharusnya, menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan
peningkatan kegiatan audit intern yang memiliki nilai tambah, serta menetapkan
dasar-dasar pengukuran kinerja audit intern, b. pelaksanaan koordinasi audit intern
oleh pimpinan APIP, c. pelaksanaan perencanaan audit intern oleh pimpinan APIP;
dan d. penilaian efektivitas tindak lanjut hasil audit intern dan konsistensi penyajian
laporan hasil audit intern. Contoh table nya:
Temuan Hasil Audit
Kinerja APIP Semester ...
Tahun ...
Jumlah Nilai
No Sub Kelompok Temuan*) Kode %
Kejadian (Rp)
1 2 3 4 5 6
Temuan Ketidakpatuhan Terhadap 1.00.0
Peraturan 0
1 Kerugian negara/daerah atau kerugian 1.01.0
negara/daerah yang terjadi pada 0
perusahaan milik negara/daerah
2 Potensi kerugian negara/daerah atau 1.02.0
kerugian negara/daerah yang terjadi pada 0
perusahaan milik negara/daerah
3 Kekurangan penerimaan negara/daerah 1.03.0
atau perusahaan milik negara/daerah 0
4 Administrasi 1.04.0
0
5 Indikasi tindak pidana 1.05.0
0
Subtotal Kejadian
Temuan Kelemahan Sistem 2.00.0
Pengendalian Intern 0
1 Kelemahan sistem pengendalian akuntansi 2.01.0
dan pelaporan 0
2 Kelemahan sistem pengendalian 2.02.0
pelaksanaan anggaran pendapatan dan 0
belanja
3 Kelemahan struktur pengendalian intern 2.03.0
0
Subtotal Kejadian
Temuan 3 E 3.00.0
0
1 Ketidakhematan/pemborosan/ketidakekonomis 3.01.0
an 0
2 Ketidakefisienan 3.02.0
0
3 Ketidakefektifan 3.03.0
0
Subtotal Kejadian
Jumlah
Petunjuk pengisian Tabel 2.

Tabel 2 khusus untuk temuan audit kinerja APIP tiap


semester. Untuk semester 2, semua data merupakan
akumulasi dari semester 1 dan 2. Jumlah kejadian (kolom
4) diisi secara kuantitatif kejadian sebagaimana tercantum
dalam laporan hasil audit kinerja. Satu laporan hasil audit
kinerja dapat menghasilkan beberapa temuan sekaligus.
Nilai rupiah (kolom 6) diisi jika terdapat nilai rupiah yang
muncul dalam temuan di laporan hasil audit kinerja.

2.KODE ETIK AUDITOR INTERNAL


Auditor internal juga manusia. Auditor bisa saja mengalami suatu kondisi yang membuat ia
menjadi malas, acuh, atau ceroboh. Tapi auditor internal bukan manusia biasa. Dalam
pekerjaannya, auditor internal dituntut untuk bersikap profesional dan taat kepada kode etik
profesi. Kepatuhan terhadap kode etik berperan penting dalam menjaga kredibilitas profesi
auditor internal dari ancaman risiko tinggi. Risiko itu terjadi karena sifat pekerjaan pemeriksa
berpeluang besar menghadapi situasi dilematis seperti konflik kepentingan, intervensi atau
ancaman dari pihak yang diperiksa, atau bahkan tawaran kerja sama untuk berbuat curang
(kolusi).

Sebagai sebuah profesi, auditor internal telah memiliki asosiasi profesi yang diakui secara
luas keberadaannya yaitu The Institute of Internal Auditors (IIA). Asosiasi inilah yang
berperan merumuskan kode etik profesi para auditor internal yang menjadi anggotanya.
Kode etik termasuk salah satu mandatory guidance dalam International Professional
Practices Framework IIA. Mandatory guidance lainnya adalah prinsip dasar, definisi, dan
standar audit internal.

Menurut IIA, kode etik merupakan prinsip-prinsip dan harapan yang memandu perilaku
individu dan organisasi dalam melaksanakan kegiatan audit internal. Kode etik tersebut
merupakan syarat dan harapan minimal. Tujuan IIA mengatur kode etik adalah untuk
mendorong terwujudnya budaya etis dalam profesi audit internal.

Terdapat dua komponen pokok dalam kode etik IIA yaitu: (1) prinsip-prinsip yang relevan
bagi profesi dan praktik audit internal dan (2) aturan perilaku yang menjelaskan norma dan
perilaku yang diharapkan dari para auditor internal.
-Prinsip-Prinsip:Auditor diharapkan berperilaku dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip
sebagai berikut:

• Integritas akan membangun kepercayaan terhadap auditor internal


sehingga dapat memberikan dasar keyakinan atas penilaian yang
dilakukannya.
• Auditor internal menunjukkan objektivitas profesional yang tinggi dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi
terkait aktivitas dan proses yang sedang diperiksa. Auditor internal
menilai secara seimbang atas semua keadaan yang relevan dan tidak
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi atau pihak lainnya dalam
memutuskan.
• Auditor internal menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang
mereka dapatkan dan tidak membuka informasi tersebut tanpa
kewenangan yang jelas kecuali terdapat kewajiban hukum atau
profesional yang mengharuskan untuk melakukannya.
• Auditor internal menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas-tugas audit
internal.

-Aturan Perilaku Auditor internal:

• harus melaksanakan pekerjaan secara jujur, hati-hati dan bertanggung


jawab;
• harus mematuhi hukum dan membuat pengungkapan sesuai ketentuan
hukum atau profesi;
• tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan ilegal, atau melakukan
kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau
organisasi;
• harus menghormati dan mendukung tujuan organisasi yang sah dan etis.
-Objektivitas Auditor internal:

• tidak boleh terlibat dalam kegiatan atau hubungan apapun yang dapat,
atau patut diduga dapat, menghalangi penilaian secara adil, termasuk
kegiatan atau hubungan apapun yang mengakibatkan timbulnya
pertentangan kepentingan dengan organisasi;
• tidak boleh menerima apapun yang dapat, atau patut diduga dapat,
mengganggu pertimbangan profesionalnya;
• harus mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya, yang
apabila tidak diungkapkan dapat mendistorsi laporan atas kegiatan yang
direviu.
-Kerahasiaan Auditor internal:

• harus berhati-hati dalam menggunakan dan menjaga informasi yang


diperoleh selama melaksanakan tugas;
• tidak boleh menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi, atau
untuk hal-hal yang bertentangan dengan hukum atau merugikan tujuan
organisasi yang sah dan etis.
-Kompetensi Auditor internal:

• hanya terlibat dalam pemberian layanan yang sesuai dengan


pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dimilikinya;
• harus memberikan layanan audit internal sesuai dengan standar praktik
profesional audit internal;
• harus senantiasa meningkatkan keahlian, efektivitas dan kualitas
layanannya secara berkelanjutan.

Kode Etik Auditor Internal Pemerintah Indonesia

Jika Anda berprofesi sebagai auditor internal di pemerintahan, Anda sudah memiliki
kode etik tersendiri yang dibuat oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia
(AAIPI) pada tahun 2014. Pada dasarnya kode etik tersebut mengambil konsep kode
etik IIA. AAIPI menambah empat prinsip etika IIA dengan dua prinsip lagi yaitu
akuntabel dan perilaku profesional. Selain itu, ada juga pengaturan tentang:

1. aturan perilaku dalam organisasi;


2. hubungan sesama auditor;
3. hubungan auditor dengan auditan;
4. larangan;
5. pelanggaran; dan
6. sanksi atas pelanggaran.

Anda mungkin juga menyukai