Keuangan Negara merupakan salah satu unsur pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara. Untuk mencapai tujuan bernegara, Keuangan Negara wajib dikelola secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Untuk memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, dibentuk satu BPK yang bebas dan mandiri. Pemeriksaan BPK
meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu
(PDTT). BPK melaksanakan Pemeriksaan berdasarkan standar pemeriksaan.
Tugas BPK
BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
Jenis Pemeriksaan
Keuangan (Laporan Keuangan dan Pengelolaan Keuangan Negara)
Kinerja (Aspek Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas)
Tujuan tertentu (Tujuan khusus diluar Pemeriksaan Keu dan Kinerja seperti
Pemeriksaan Investigatif dan SPIP).
Hasil Pemeriksaan
Keuangan : Opini
Kinerja : Temuan. Simpulan dan Rekomendasi
Tujuan Tertentu : Simpulan
Unsur-unsur pemeriksaan keuangan negara
Berikut ini unsur-unsur pemeriksaan keuangan negara, yaitu:
1. Hubungan tiga pihak, yang terdiri atas:
2. pemeriksa keuangan negara,
3. pihak yang bertanggung jawab, dan
4. pengguna LHP;
5. Hal pokok (subject matter) dan informasi hal pokok (subject matter information);
6. Kriteria pemeriksaan;
7. Bukti pemeriksaan;
8. Laporan hasil pemeriksaan; dan
9. Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan
Kriteria pemeriksaan
Kriteria pemeriksaan adalah tolok ukur yang digunakan dalam memeriksa dan menilai hal
pokok, dalam hal ini informasi yang diungkapkan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk tolok ukur penyajian dan pengungkapan yang relevan. Setiap
pemeriksaan menggunakan kriteria pemeriksaan yang sesuai dengan konteks pemeriksaannya.
Kriteria pemeriksaan yang digunakan bergantung pada sejumlah faktor, antara lain tujuan dan
jenis pemeriksaan. Kriteria pemeriksaan yang digunakan harus tersedia bagi pengguna LHP
sehingga pengguna memahami proses evaluasi dan pengukuran suatu hal pokok.
Kriteria pemeriksaan yang sesuai menggambarkan karakteristik sebagai berikut:
1. relevan, memberikan kontribusi kepada kesimpulan guna membantu pengambilan keputusan
oleh pengguna;
2. lengkap, faktor-faktor relevan yang dapat memengaruhi kesimpulan tidak ada yang diabaikan;
3. andal, memungkinkan pengevaluasian dan pengukuran yang konsisten terhadap hal pokok oleh
pemeriksa lain yang mempunyai kualifikasi yang sama;
4. netral, memberikan kontribusi kepada kesimpulan yang bebas dari keberpihakan; dan
5. dapat dipahami, mudah dipahami oleh pengguna sehingga pembuatan kesimpulan menjadi jelas,
komprehensif, dan tidak rentan terhadap penafsiran yang berbeda-beda.
Kriteria pemeriksaan dapat bersumber dari ketentuan peraturan perundangundangan, standar
yang diterbitkan organisasi profesi tertentu, kontrak, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
oleh entitas yang diperiksa, atau kriteria yang dikomunikasikan oleh Pemeriksa kepada pihak
yang bertanggung jawab.
Perkembangan SPKN-BPK
1995 : BPK menyusun Standar Audit Pemerintahan (SAP)
2007 : BPK menyusun Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
2017 : BPK menyempurnakan SPKN 2007 menjadi Peraturan BPK No.1 Tahun
2017
Isi SPKN-BPK
SPKN dinyatakan dalam bentuk PSP.
SPKN terdiri dari:
Kerangka Konseptual Pemeriksaan; dan
PSP.
Kerangka Konseptual Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan BPK ini.
PSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri dari:
PSP Nomor 100 tentang Standar Umum;
PSP Nomor 200 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan; dan
PSP Nomor 300 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan.