Ringkasan Materi
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Audit Sktor Publik
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 12
Auditing sektor publik secara khusus terkait dengan pemeriksaan keuangan negara.
Pemeriksaan keuangan negara adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk
menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan negara.
Peraturan Perundangan Terkait Audit Keuangan Negara/ Daerah. Pelaksanaan audit pada
organisasi sektor publik harus ada dasar hukumnya. Berikut adalah beberapa peraturan
perundangan yang terkait dengan pelaksanaan audit sektor publik:
b) Audit Kinerja
Audit kinerja dilakukan untuk melengkapi audit keuangan dan audit kepatuhan atas
laporan keuangan. Audit keuangan dilakukan untuk memeriksa kewajaran laporan
keuangan. Sementara itu, masalah ekonomi, efisiensi, dan efektivitas pengelolaan
keuangan negara tidak menjadi fokus perhatian audit keuangan. Outcome, benefit,
dan impact dari pengelolaan keuangan negara tidak diperiksa dalam audit keuangan.
Audit kinerja bermanfaat untuk memeriksa apakah keuangan negara telah diperoleh
dan digunakan secara ekonomis, efisien, dan efektif; tidak terjadi pemborosan,
kebocoran, salah alokasi, dan salah sasaran serta telah mencapai tujuan.
d) Audit Forensik
Audit forensik atau yang lebih dikenal dengan akuntansi forensik merupakan disiplin
ilmu yang relatif baru dalam akuntansi. Perkembangan akuntansi forensik
dilatarbelakangi dengan munculnya krisis keuangan dan kebangkrutan perusahaan-
perusahaan yang disebabkan oleh tindakan kecurangan (fraud) dan manipulasi
laporan keuangan khususnya di sektor swasta.Audit forensik di Indonesia khususnya
di sektor publik dapat dilakukan oleh KPK, BPK, BPKP, dan PPATK. Sementara itu,
untuk sektor swasta audit forensik dapat dilakukan oleh KAP.
Di indonesia terdapat standar auditing yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diperuntukkan bagi auditor dalam
pemeriksaan keuangan. SPAP dapat digunakan oleh auditor nonpemerintah maupun auditor
pemerintah.Pada tingkat internasional terdapat standar auditing yang dikeluarkan ole
International Organization Of Supreme Audit Institutions (INTOSAI).
Pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara menjadi tanggung jawab semua pihak
tidak hanya manajemen selaku pihak yang diaudit, tetapi juga menjadi tanggung jawab
auditor sektor publik.
Pengendalian adalah seluruh proses penilaian terhadap kegiatan berupa langkah-langah kerja
untuk meyakinkan apakah hasil kegiatan sesuai dengan apa yang direncanakan dan tujuan yang
ditetapkan. Sistem pengendalian yang berlaku adalah sistem pengendalian Negara Kesatuan RI
(pemeriksaan/pengawasan eksteren pemerintah) dan sistem pengawasan/pemeriksaan intern
pemerintah pusat. Reformasi keuangan ditandai dengan disahkannya tiga serangkai UU yang
berkaitan dengan keuangan Negara yaitu, UUKN, UU Perbendaharaan, dan UU tentan
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Berdasarkan UU nomor 15 tahun 2004 pasal 4 pemeriksaan BPK terdiri dari tiga yaitu:
a) Pemeriksaan keuangan yaitu pemeriksaan atass laporan keuangan bbaik pusat dan
daerah.
b) Pemeriksaan kinerja yaitu pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi dan
efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat
pengawassan intern pemerintah.
c) Pmeriksaan dengan tujuan tertentu merupakan pemeriksaan pemeriksaan dengan
tujuan khusus selain pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.
4) Pengawasan Masyarakat
UUD 1945 pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UU. Setiap penyelenggaraan Negara wajib menjalankan tugas dan
fungsinya berdassarkan aspirasi rakyat. Landasan yang memuat pengawasan masyarakat
dalam rangka mewujudkan Negara yang bersih dan bebas dai kolusi, krupsi, dan nepotisme
adalah :
a) Tap MPR No. XI/MPR/1998 tanggal 13 November 1998 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas KKN.
b) Tap MPR No. IV/MPR/1999 tanggal 19 Oktber 1999 tentang GBHN Tahun 1999-
2004.
c) UU No. 28 tahun 1999, tanggal 19 Mei 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bersih Dan Bebas dari KKN.
d) PP No. 68 Tahun 1999 tanggal 14 Juli tentang Tatacara Pelaksanaan Pera Serta
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara.
e) Keppres RI No. 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN serta
penjelasannya.
Dalam pasal 71 Keppres No. 42 tahun 2002 dinyatakan bahwa BPKP melakuan
engawasan terhadap pelaksanaan anggaran Negara sesuai ddengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Disampingg itu juga menindaklanjuti pengaduan masyarakat
mengenai pelaksanaaan APBN.
Dalam pengawasan APBN, pasal 70 Keppres No 42 tahun 2002 menyataan bahwa Itjen
Departemen/Unit Pengawasan LPND melakuka pengawasan atas pelaksanaan anggaran
Negara yang dilakukan oleh kantor/satuan kerja/proyek/bagian proyek dalam lingkungan
departemen/lembaga yang bersangkutan sesuai denga ketentuan yang berlaku. Hasil
pemerriksaan Itjen/UP LPND tersebut disampaikan kepadan menteri/pimpinan embaga
yang membahwakan proyek yang bersangkutan dengan tembusan disampaikan kepada
Kepala BPKP.
Sesuai dengan Pasal 222 UU tentang Pmerintah daerah maka telah diatur bahwa :
a) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah secara nasional
dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.
b) Pmbinaan dan pengawasan penyeleggaraan pemerintah daerah sebagaimana
dimaksud untk kabupaten/kota dikoordinasi leh Gubernur.
c) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah desa dikoordinasikan
oleh Bupati/Walikota.
d) Bupati dan walikoa dalam pembinaan dan pengawassan sebagaimana dimaksud
dapat melimpahkannya kepada camat.
Atas dasar ketentuandi ataslah maka aparat pengawassan intern Pemerintah di suatu
daerah (provinsi, kabupaten/kota) dilakukan oleh Badan Pengawasan Daerah yang
dibentuk sesuai dengan perundangan yang belaku di daerah masing-masing.
BPKP sebagai coordinator Aparat Pengawasan Intern telah menerbitkan Standar Audit
Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah dan berlaku dan harus ditaati oleh seluruuh
APFP. Standar tersebut bertujuan untuuk menjjamin mutu koordinasi, perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan, pemeriksaan dan mendorong efektivitas tindak lanjut temuan hasil
pemeriksaan. Dibidang perencanaan dan pengaasan untuk mencegah tumpang tindih
koordinasi perlu dilakukan melalui mekanisme Program Kerja Pengawasan Tahunan
(PKPT) yang penyusunannya dilakukan secara bilateral antar masing-masing Itjen
Dep./UP. LPND dan BPKP. Laporan disampaikan kemada menteri yang bersangkutan
dengan tembusan kepada pejabat eselon I dari objekpemeriksaan. Tembusan laporan hasil
pemeriksaan BPKP ditujukan kepada BPK, sedangkan laporan hasil pemeriksaan Itjen
Dep./UP. LPND disampaikan kepada menteri dengan tembusan kepada eselon I yang
diperiksa dan BPKP.
https://www.academia.edu/19513649/Presentasi_Auditing_Sektor_Publik