Anda di halaman 1dari 15

SISTEM DAN LEMBAGA PENGAWASAN

DAN PEMERIKSAAN SEKTOR PUBLIK

Ringkasan Materi
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Audit Sktor Publik

Dosen Pengampu :

Dr. Sri Rahayu, S.E., MSA., Ak.

Disusun Oleh :

Kelompok 12

Sari Wahyuni Siregar (C1C018083)


Suci Safitri (C1C018087)
Ela Deswita (C1C018106)
Sandra Umiati Nurdin (180462201049)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2021
1. AUDIT SEKTOR PUBLIK

Auditing sektor publik secara khusus terkait dengan pemeriksaan keuangan negara.
Pemeriksaan keuangan negara adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk
menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan negara.

A. Pengertian Audit Sektor Publik


Auditing sektor publik merupakan pelaksanaan berbagai jenis pemeriksaan pada organisasi
sektor publik. Secara umum auditing atau pemeriksaan didefinisikan sebagai suatu proses yang
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif atas asersi manajemen
mengenai peristiwa dan tindakan ekonomi, kemudian membandingkan kesesuaian asersi
manajamen tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

B. Peran Audit Sektor Publik


1) Sebagai perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance);
2) Berperan sebagai pemegang fungsi atestasi berupa pemberian opini auditor.

C. Lingkungan Hukum dan Kelembagaan Audit Sektor Publik

Peraturan Perundangan Terkait Audit Keuangan Negara/ Daerah. Pelaksanaan audit pada
organisasi sektor publik harus ada dasar hukumnya. Berikut adalah beberapa peraturan
perundangan yang terkait dengan pelaksanaan audit sektor publik:

1) Undang-Undang Dasar 1945.


2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
3) Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
4) Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung jawab Keuangan Negara.
5) Peraturan BPK RI No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara
1. Kelembagaan Audit Sektor Publik
Lembaga yang bertugas melaksanakan audit pada organisasi sektor publik di Indonesia
dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Audit internal, terdiri atas:
a) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
b) Inspektorat Jendreral (Irjen) pada departemen atau kementrian
dan lembaga negara.
c) Inspektorat Propinsi/Kabupaten/Kota (Badan Pengawas Daerah).
d) Satuan Pengawasan Internal pada BUMN/BHMN/BUMD.
2) Audit Eksternal, terdiri atas:
a) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.
b) Auditor Eksternal Independen yang bekerja untuk dan atas nama BPK.
Adapun perbedaan audit internal dan eksternah adalah sebagai berikut :
- Perspektif audit
- Tanggungjawab
- Tingkat independensi
- Penekanan audit
- Kewenangan
- Laporan audit
2. Jenis-jenis Audit Sektor Publik
Terdapat beberapa jenis audit pada organisasi sektor publik, yaitu:
a) Audit Keuangan
Audit keuangan adalah suatu proses yang sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara obyektif atas asersi manajemen mengenai peristiwa dan
tindakan ekonomi, kemudian membandingkan kesesuaian asersi manajemen tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Terdapat lima jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa (Auditor), yaitu:
 Opini “Wajar Tanpa Pengecualian” (Unqualified Opnion)
 Pendapat “Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas
(Unqualified Opinion with additional paragraph)
 Pendapat “Wajar Dengan Pengecualian” (Qualified Opinion)
 Pendapat “Tidak Wajar” (Adverse Opinion)
 “Tidak Memberikan Pendapat” (Disclaimer Opinion)

b) Audit Kinerja
Audit kinerja dilakukan untuk melengkapi audit keuangan dan audit kepatuhan atas
laporan keuangan. Audit keuangan dilakukan untuk memeriksa kewajaran laporan
keuangan. Sementara itu, masalah ekonomi, efisiensi, dan efektivitas pengelolaan
keuangan negara tidak menjadi fokus perhatian audit keuangan. Outcome, benefit,
dan impact dari pengelolaan keuangan negara tidak diperiksa dalam audit keuangan.
Audit kinerja bermanfaat untuk memeriksa apakah keuangan negara telah diperoleh
dan digunakan secara ekonomis, efisien, dan efektif; tidak terjadi pemborosan,
kebocoran, salah alokasi, dan salah sasaran serta telah mencapai tujuan.

c) Audit Dengan Tujuan Tertentu


Audit dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan
khusus di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam
pemeriksaan dengan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang
berkaitan dengan keuangan dan audit investigasi.

d) Audit Forensik
Audit forensik atau yang lebih dikenal dengan akuntansi forensik merupakan disiplin
ilmu yang relatif baru dalam akuntansi. Perkembangan akuntansi forensik
dilatarbelakangi dengan munculnya krisis keuangan dan kebangkrutan perusahaan-
perusahaan yang disebabkan oleh tindakan kecurangan (fraud) dan manipulasi
laporan keuangan khususnya di sektor swasta.Audit forensik di Indonesia khususnya
di sektor publik dapat dilakukan oleh KPK, BPK, BPKP, dan PPATK. Sementara itu,
untuk sektor swasta audit forensik dapat dilakukan oleh KAP.

3. Reviu Laporan Keuangan

Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dilakukan dengan langkah-langkah


berikut:
a) Perencanaan, meliputi:
Pemahaman atas entitas, meliputi:
- Pemahaman latar belakang dan sifat dari lingkungan operasional entitas
pelaporan
- Pemahaman proses transaksi yang signifikan
- Pemahaman terhadap prinsip dan metode akuntansi dalam pembuatan laporan
keuangan
b) Penilaian atas Sistem Pengendalian Intern, dilakukan dengan:
- Memahami sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah
- Melakukan observasi dan/atau wawancara dengan pihak terkait di setiap
prosedur yang ada
- Melakukan analisis atas risiko yang telah diidentifikasi pada sebuah kesimpulan
tentang kemungkinan terjadinya salah saji material dalam laporan keuangan
- Melakukan analisis atas risiko yang telah diidentifikasi pada sebuah kesimpulan
tentang langkah-langkah pelaksanaan reviu.
4. Standar Auditing Sektor Publik

Di indonesia terdapat standar auditing yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diperuntukkan bagi auditor dalam
pemeriksaan keuangan. SPAP dapat digunakan oleh auditor nonpemerintah maupun auditor
pemerintah.Pada tingkat internasional terdapat standar auditing yang dikeluarkan ole
International Organization Of Supreme Audit Institutions (INTOSAI).

a) Tanggung Jawab Manajemen, Auditor, dan Lembaga Audit

Pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara menjadi tanggung jawab semua pihak
tidak hanya manajemen selaku pihak yang diaudit, tetapi juga menjadi tanggung jawab
auditor sektor publik.

1) Tanggung jawab manajemen entitas yang diperiksa

- Mengelola keuangan negara secara tertib, ekonomis, efisien, efektif, transparan,


dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan keputusan,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif

- Menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggung jawab


keuangan negara secara tepat waktu

- Menindaklanjuti rekomendasi BPK, serta menciptakan dan memelihara suatu


proses untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi dimaksud

2) Tanggung jawab pemeriksa (auditor)

- Pemeriksa secara profesional bertanggung jawab merencanakan dan


melaksanakan pemeriksaan, Dalam melaksanakan tanggung jawab
profesionalnya, pemeriksa harus memahami prinsip-prinsip pelayanan
kepentingan publik serta munjunjung tinggi integritas, obyektivitas, dan
independensi

- Pemeriksa harus mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan


publik dalam melakukan pemeriksaan

- Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, pemeriksa harus


melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat integritas
yang tertinggi

- Pelayanan dan kepercayaan publik harus lebih diutamakan di atas kepentingan


pribadi

- Pemeriksa harus obyektif dan bebas dari benturan kepentingan (conflict of


interest) dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya

- Pemeriksa bertanggung jawab untuk menggunakan pertimbangan profesional


dalam menetapkan lingkup dan metodologi, menentukan pengujian dan
prosedur yang akan dilaksanakan

- Pemeriksa bertanggung jawab untuk membantu manajemen dan para pengguna


laporan

3) Tanggung jawab organisasi pemeriksa


- Independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh tahap pemeriksaan
- Pertimbangan profesional (professional judgment) digunakan dalam perencanaan
dan pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan
- Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi profesional
dan secara korektif mempunyai keahlian dan pengetahuan yang memadai dan,
- Per-review yang independen dilaksanakan secara periodik dan menghasilkan
suatu pernyataan, apakah sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa
tersebut dirancang dan memberikan keyakinan yang memadai sesuai dengan
Standar Pemeriksaan.

2. SISTEM PENGENDALIAN SEKTOR PUBLIK

Pengendalian adalah seluruh proses penilaian terhadap kegiatan berupa langkah-langah kerja
untuk meyakinkan apakah hasil kegiatan sesuai dengan apa yang direncanakan dan tujuan yang
ditetapkan. Sistem pengendalian yang berlaku adalah sistem pengendalian Negara Kesatuan RI
(pemeriksaan/pengawasan eksteren pemerintah) dan sistem pengawasan/pemeriksaan intern
pemerintah pusat. Reformasi keuangan ditandai dengan disahkannya tiga serangkai UU yang
berkaitan dengan keuangan Negara yaitu, UUKN, UU Perbendaharaan, dan UU tentan
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

A. Sistem Pengendalian di Indonesia


Berikut sistem pengendalian di Indonesia berdasarkan subyeknya :
1) Pengendalian Negara Kesatuan RI (Ekstern)
Berdasarkan UU nomor 17 tahun 2003 pemerintah berkewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaba atas pelaksanaan APBN yang telah dilaksanakan dalam satu tahun
anggaran. Dalam pasal 23 E ayat 1 UUD 1945 dinyatakan bahwa untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan Negara diadakan badan pemeriksaaan
yang bebas dan mandiri, yang mana hasil pemeriksaan diserahkan kepada DPR. Amanat
yang tercantum dalam pasal tersebut direalisasikan dengan dikeluarkannya UU nomor 5
tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kemudian ditetakan UU baru yang
mengatur tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuagan Negara, yaitu UU
nomor 15 tahun 2004. Dalam UU tersebut baik DPR maupun BPK merupakanlembaga
tertinggi diluar pemerintahan yang dalam melakukan pengawasannya secara mandiri dan
terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah, namun kedudukannya tidak lebih tinggi
dalam pemerintahan.
2) Pengawasan oleh DPR RI
Dalam UUd 1945 pasal 20A disebutkan bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran dan fingsi pengawasan. Yag dijelskan dalam UU nomor 22 tahu 2003 pasal 26
ayat 1 tentang tugas dan wewenang DPR. DPR juga memperoleh pertimbangan dari DPD
yang melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBN sebagaimana diatur dalam pasal 46
UU nomor 22 tahun 2003. Di bidang pengawasan, komisi DPR bbertugas elakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan UU (termasuk APBN) serta peraturan pelaksanaannya,
membahas dan menindak lanjuti hasil pemeriksaan BPK, dan menampung dan menindak
lanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat termasuk surat masuk.
3) Pemeriksaan oleh BPK
Dalam UU nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara, memberikan tanggung jawab pemeriksaan keuangan Negara
kepada BPK, yang mana meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan pemeriksan atas
tanggung jawab keuangan. Dalam melaksanakantugas BPK mempunyai Fungsi :
a) Fungsi Operasional yaitu melaksanakan pemeriksaan APBN.
b) Fungsi Yudikatif yaitu elakukan peradilan komtabel dalam hal tuntutan
perbendaharaan.
c) Fungsi Rekomendasi yaitu memberi saran/pertmbangan pada pemerintahan
berhubungan dengan keuangan Negara.

Berdasarkan UU nomor 15 tahun 2004 pasal 4 pemeriksaan BPK terdiri dari tiga yaitu:

a) Pemeriksaan keuangan yaitu pemeriksaan atass laporan keuangan bbaik pusat dan
daerah.
b) Pemeriksaan kinerja yaitu pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi dan
efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat
pengawassan intern pemerintah.
c) Pmeriksaan dengan tujuan tertentu merupakan pemeriksaan pemeriksaan dengan
tujuan khusus selain pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.

Menurut tujuaannya pemeriksaan BPK bertujuan untuk :


a) Pemeriksaan atas penguassaan dan pengurusan keuangan;
b) Pemeriksaan atas ketaatan padda peraturan perundangan yang berlaku;
c) Pemeriksaan atas penghematan dan efisiensi dalam penggunaan keuangan Negara;
d) Pemeriksaan atas efektivitas pencapaian tujuan.

Dalam melaksanakan pemeriksaan, BPK memperhatikan laporan aparat pengawassan


intern pemerintah. Laporan hasil pemeriksaan BPK atas pelakssanaan APBN pada unit
organisasi departemen/lembaga pemerintah non departemen diserahkan kepada
menteri/kepala lembaga yang bersangkutan setelah pemeriksaan selesai dilakukan. Setelah
melalui pemerksaan yang disebut pemuktahiran data antara menteri dan anggota BPK,
semua laporan yang menyangkut LHP BP dalam semester tertentu kemusiam dihimpun
buku hasil pemeriksaan semester basan (HAPSEM). HAPSEM atas departemen/lembaga
diserahkan kepasa DPR RI dan penyampaiannya dilakukan dalam rapat paripurna DPR RI.

4) Pengawasan Masyarakat
UUD 1945 pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UU. Setiap penyelenggaraan Negara wajib menjalankan tugas dan
fungsinya berdassarkan aspirasi rakyat. Landasan yang memuat pengawasan masyarakat
dalam rangka mewujudkan Negara yang bersih dan bebas dai kolusi, krupsi, dan nepotisme
adalah :
a) Tap MPR No. XI/MPR/1998 tanggal 13 November 1998 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas KKN.
b) Tap MPR No. IV/MPR/1999 tanggal 19 Oktber 1999 tentang GBHN Tahun 1999-
2004.
c) UU No. 28 tahun 1999, tanggal 19 Mei 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bersih Dan Bebas dari KKN.
d) PP No. 68 Tahun 1999 tanggal 14 Juli tentang Tatacara Pelaksanaan Pera Serta
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara.
e) Keppres RI No. 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN serta
penjelasannya.

Pelaksannaan pengawasan masyarakat dilakuka dalam bentuk :


a) Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi mengenai penyelenharaan
Negara.
b) Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara
pemerintah.
c) Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab terhadap
kebijakan penyelenggara Negara.
d) Hak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan hak-hak tersebut
diatas.

Selanjutnya, dalam pasal 72 Keppres RI No. 42 tahun 2002 dinyatakan bahwa


Inspekttur Jendral Departemen/Pimpinan Unit Pengawasan Lembaga, Kepala BPKP, Unit
Pengawasan Daerah/Desa wajib menindak lanjuti pengaduan masyarakat mengenai
pelaksanan APBN.

5) Pengendalian Intern Pemerintah

Aparat pengendali intern pemerintah terdiri dari BPKP, Itjen Departemen/Unit


Pengawasan LPND, Satuan Pengawasan Intern BUMN/BUMD. Tujuan pengawasan APIP
mendukung kelancara dan ketetapan pelaksanaan kegiatan pemeritah dan pembangunan
sedangkan ruang lingkup pemeriksaannya adalah pemeriksaan operasional dan pemeriksaan
komprehenif. Disamping itu, berdasarkan Inpres No. 15 tahun 2983 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengawasan, pada semua satuan organisasi pemerintah termasuk proyrl
pembangunan di lingkungan departemen/LPND disiptakan pengawasan atasan langsung/
pengawasan melekat.

6) Badan Pengawasan Keuangan dan Pebangunan (BPKP)


BPKP dibentuk berdasarkan Keppres No. 31 tahun 1983. Berdasarkan Keputusan
Kepala BPKP No Kep-06.00.00-080/K/2001 tentang Struktur Organisasi dan Tatakerja
BPKP, BPKP berkedudukan sebagai lembaga Pemerintah Non Departemen yang
bertanggungjawab langsung kepada presiden. Disamping itu terdapat peraturan baru
berkenaan dengan BPKP yaitu Keppres No. 42 tahun 2002. Dalam melaksanakan tugasnya
BPKP menyelenggarakan fungsi :
a) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang pengawasan keuangan dan
pembangunan.
b) Perumusan pelaksanaan kebijakan dibidang pengawasan keuangan dan
pembangunan.
c) Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP.
d) Pemantauan,pemberian bimbingan, dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan
keuangan dan pembangunan.
e) Penyelenggaraan, pembinaan, dan pelayanan addministrasi umum dibidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisassi dan tatalaksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, persandingan, perlengkapan, dan rumah tangga.

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut BPKP empunyai kewenangan :

a) Penyusunan rencana nasonal secara makro dibidang pengawasan keuanga dan


pembangunan.
b) Perumusan kebijakan dibidang pengawasan keuanga dan pembangunan untuk
mendukung pembangunan secara makro.
c) Penetapan sistem informasi dibidang pengawwasan keuangan dan pembangunan.
d) Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi
pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan. Arahan. Dan supervsi dibidang
pengawasan keuangan dan pemangunan.
e) Penetapan persyaratan akreditasi lembaga kepenidikan kan serifikasi tenaga
professional/ahli serta persyaratan jabatan dibidang pengawasan keuanga dan
pembangunan.
f) Kewenangan lain ang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

Dalam pasal 71 Keppres No. 42 tahun 2002 dinyatakan bahwa BPKP melakuan
engawasan terhadap pelaksanaan anggaran Negara sesuai ddengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Disampingg itu juga menindaklanjuti pengaduan masyarakat
mengenai pelaksanaaan APBN.

7) Inspektorat Jenderal (Itjend) Departemen/Unit Pengawasan LPND


Berdasarkan KMK No 2/KMK/2001 tentang Organisasi dan Tatakerja Departemen
Keuangan, Inspektorat Jenderal bertugas melaksanakan pengawasan fungsional di
lingkungan Departemen Keuangan terhadap pelaksanaan tugas sema unsur bberdasarlan
ebijakan yang ditetapkan oleh Menteri dan peraturan perrundangan ang berlaku. Dalam
melakssanakan tugasnya Itjen menyelenggarakan fungsi :
a) Penyiapan, perumusan kebijakan, rencana dan program pengawasan.
b) Pemeriksaan, oengujian, penilaian dan pengusutan terhadap kebenaran pelaksanaan
tugas, pengaduan, penyimpanan, dan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan
unsur-unsur Departemen.
c) Pembinaan dan pengembangan sistem dan prosedr serta teknis penyelesaian tindak
lanjut hasil pengawasan.
d) Pelaksanaan urusan administrasi Itjen.

Dalam pengawasan APBN, pasal 70 Keppres No 42 tahun 2002 menyataan bahwa Itjen
Departemen/Unit Pengawasan LPND melakuka pengawasan atas pelaksanaan anggaran
Negara yang dilakukan oleh kantor/satuan kerja/proyek/bagian proyek dalam lingkungan
departemen/lembaga yang bersangkutan sesuai denga ketentuan yang berlaku. Hasil
pemerriksaan Itjen/UP LPND tersebut disampaikan kepadan menteri/pimpinan embaga
yang membahwakan proyek yang bersangkutan dengan tembusan disampaikan kepada
Kepala BPKP.

8) Badan Pengawasan Daerah

Sejalan dengan UU No. 32 tetang Perintah Daerah, paragraph 9 tentang


Pertangungjawaban Pelaksanaan PBD, maka dalam Pasal 184 ayat (1) disebutkan bahwa
Kepala daerah menyampaikan rangcangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan paling lambat 6(enam) buan setelah tahun anggaran berakhir. Namun demikian,
dalam rangka pembinaan dan pengawwasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah,
maka akan senantiassa diadakan kegiatan pengawasan atas ppelaksanaan urusan
pemerintah di daerah, dan pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala
daerah. Pengawasan sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh aparat pengawas intern
Pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan ang berlaku.

Sesuai dengan Pasal 222 UU tentang Pmerintah daerah maka telah diatur bahwa :
a) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah secara nasional
dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.
b) Pmbinaan dan pengawasan penyeleggaraan pemerintah daerah sebagaimana
dimaksud untk kabupaten/kota dikoordinasi leh Gubernur.
c) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah desa dikoordinasikan
oleh Bupati/Walikota.
d) Bupati dan walikoa dalam pembinaan dan pengawassan sebagaimana dimaksud
dapat melimpahkannya kepada camat.

Atas dasar ketentuandi ataslah maka aparat pengawassan intern Pemerintah di suatu
daerah (provinsi, kabupaten/kota) dilakukan oleh Badan Pengawasan Daerah yang
dibentuk sesuai dengan perundangan yang belaku di daerah masing-masing.

9) Ruang Lingkup Aparat Pengawas Intern Pemerintah

BPKP dalam pengawassan pelaksanaan APBN merupakan coordinator pengawassan


Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan
pengawasan, pelaporan hasil pegawasan dan pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan.
BPKP dari segi pemerintah merupakan aparat pengawasan intern sedangkan dari sudut
departemen/lembaga merupakan pengawas ekstern. Perbedaan lingkupna adalah bila BPKP
mengawasi seluru pelaksanaan APBN sedangkan Itjen departemen hanya mengawasi
departemen yang bersangkutan. Selain itu pengawassan BPKP diarahkan untuk
akuntabilitass Departemen/LPND, penilaian tentang hasil program, penilaian tentanf isu
nasional yyang berwawasan makro an strategis. Sedangkan pengawassan Itjen Dep./UP.
LPND diarahkan untuk akunttabilitas program pembangunan departemen, serta penilaian
atas pelayanan aparatur pemerintah.

BPKP sebagai coordinator Aparat Pengawasan Intern telah menerbitkan Standar Audit
Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah dan berlaku dan harus ditaati oleh seluruuh
APFP. Standar tersebut bertujuan untuuk menjjamin mutu koordinasi, perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan, pemeriksaan dan mendorong efektivitas tindak lanjut temuan hasil
pemeriksaan. Dibidang perencanaan dan pengaasan untuk mencegah tumpang tindih
koordinasi perlu dilakukan melalui mekanisme Program Kerja Pengawasan Tahunan
(PKPT) yang penyusunannya dilakukan secara bilateral antar masing-masing Itjen
Dep./UP. LPND dan BPKP. Laporan disampaikan kemada menteri yang bersangkutan
dengan tembusan kepada pejabat eselon I dari objekpemeriksaan. Tembusan laporan hasil
pemeriksaan BPKP ditujukan kepada BPK, sedangkan laporan hasil pemeriksaan Itjen
Dep./UP. LPND disampaikan kepada menteri dengan tembusan kepada eselon I yang
diperiksa dan BPKP.

10) Manfaat Pengendalian Aparat Pengawas Fungsional

Pengendalian yang dilakukan oleh aparat pengawas fungsional pada dasarnya


diterapkan agar supaya pemerintah terkait memperoleh gambaran mengenai :

a) Intensitas pelaksanaan pengawasan atas pelaksanaan APBN.


b) Hasil pengawasan dan pelaksanaan APBN itu sendiri.
c) Sasaran pemeriksaan dan kasus-kassus yang terjadi pada objek pemeriksaan.
d) Perkembangan tindak lanjut hassil pengawasan.
11) Tindak Lanjut Hasil Pengendalian
Pemeriksaan yang dilakukan aparat pengawas fungsional bertujuan untuk menilai
kesesuaian pelaksanaan APBN dengan ketentuan yang berlaku, tujuan yang direncanakan,
dan memperhatikan prinsp efisiensi dalam pencapaian tujuan. Hasi pemeriksaan yang
berisi penyimpangan ditindak lanjuti berupa tindakan administrative kepegawaian berupa
pengenaan hukuman disiplin, tuntutan perdata, pengaduan tindak pidana serta
penyempurnaan dalam pelaksanaan waskat yang terdiri atas persiapan pelaksanaan waskat
meliputi pemahaman tentang waskat itu sendiri dan menciptakan sarana waskat (Struktur
organisasi, kebijakan pelaksanaan, rencana kerja, prosedur kerja, pencatatan dan pelaporan
serta pembinaan personel). Tahap berikutnya adalah pelaksanaan waskat yang terdiri dari
pemantauan yaitu tindakan ntuk mengikuti pelaksanaan kegiatan, pemeriksaan yaitu
mengumpulkan dan mencari fakta yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi
kelancaran pelaksanaan kegiatan berupa perbandinggan antara hasil kegiatan dan standar
rencana norma serta menemukan faktor penyimpangan dari rencana. Tahap terakhir tindak
lanjut addalah untuk menyelesaikan masalah yang telah diidentifikasi dalam pelaksanaan
waskat.
Sumber :
Ramadhan, R. N. (t.thn.). AUDIT SEKTOR PUBLIK SUATU PENGANTAR BAGI
PEMBANGUNAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH. jakarta : Lembaga
Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi PPemerintah (LPKPAP), Badan Pendidikan
dan Pelatihan Keuangan.

https://www.academia.edu/19513649/Presentasi_Auditing_Sektor_Publik

Anda mungkin juga menyukai