Anda di halaman 1dari 33

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Akhir-akhir ini tuntutan masyarakat dan perhatian publik terhadap kinerja pemerintah

dalam bidang-bidang yang menyentuh kebutuhan masyarakat umum seperti pelayanan publik

semakin besar. Sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi,

nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan "birokrat tidak mampu

berbisnis" ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja perusahaan-perusahaan sektor publik.

Keinginan dan tuntutan masyarakat tersebut belum sepenuhnya dapat dipenuhi apabila

hanya mengandalkan hasil audit laporan keuangan yang memuat opini tentang neraca,

perbandingan anggaran dan realisasi, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Masyarakat

ingin mengetahui apakah penyelenggaraan kegiatan oleh pemerintah dengan menggunakan

dana publik dapat memberikan nilai lebih bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh

sebab itu, seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik

mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for money

dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban

publik oleh organisasi sektor publik, maka diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik

tersebut.

Audit yang dilakukan pada sektor publik pemerintah berbeda dengan yang dilakukan

pada sektor swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang

institusional dan hukum, dimana audit sektor publik pemerintah mempunyai prosedur dan

tanggung jawab yang berbeda serta peran yang lebih luas dibanding audit sektor swasta

(Wilopo, 2001).
Audit kinerja pada sektor publik dapat membantu masyarakat mengetahui kinerja yang

lebih lengkap dari organisasi masyarakat. Audit kinerja bertujuan mengevaluasi kinerja dan

mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan rekomendasi guna perbaikan lebih lanjut.

Selama ini, hasil dari audit kinerja cenderung diasumsikan sebagai informasi kepada pihak

internal perusahaan, karena menelaah secara sistematik kegiatan organisasi dalam

hubungannya dengan tujuan tertentu.

Audit kinerja muncul karena adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap audit

keuangan, yang hanya menilai kewajaran laporan keuangan. Masyarakat ingin mengetahui

apakah uang negara yang berasal dari pajak yang mereka bayarkan dikelola dengan baik.

Masyarakat ingin mendapatkan kepastian apakah uang negara digunakan untuk memperoleh

sumber daya dengan efektif, digunakan secara efisien, serta dapat memberikan hasil optimal

yang membawa manfaat bagi mereka. Audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit

ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Audit ekonomi dan efisiensi disebut management audit atau

operational audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit. Istilah lain untuk

performance audit adalah Value for Money Audit atau disingkat 3E’s audit (economy,

efficiency and effectiveness audit).

1.2 TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui definisi & jenis-jenis audit kinerja

2. Mengetahui maksud, tujuan & pentingnya audit kinerja

3. Menganalisis audit kinerja untuk akuntabilitas publik

4. Mengidentifikasi perbedaan audit kinerja sektor swasta dan sektor publik

5. Menganalisis keterkaitan audit kinerja dan manajemen kinerja

6. Mengidentifikasi perbedaan audit kinerja dan audit keuangan

7. Mengetahui manfaat audit kinerja

8. Mengetahui struktur audit kinerja


9. Mengidentifikasi proses dan tahapan audit kinerja

10. Mengetahui peran audit kinerja

2.1 PENGERTIAN, MAKSUD DAN TUJUAN AUDIT KINERJA

2.1.1 Jenis-Jenis Audit & Pengertiannya Dalam Audit Sektor Publik

Secara umum, ada tiga jenis audit dalam audit sektor publik, yaitu audit keuangan

(financial audit), audit kepatuhan (compliance audit) dan audit kinerja (performance audit).

Audit keuangan adalah audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan pengendalian

keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan diotorisasi serta dicatat

secara benar. Audit kepatuhan adalah audit yang memverifikasi/memeriksa bahwa

pengeluaran-pengeluaran untuk pelayanan masyarakat telah disetujui dan telah sesuai dengan

undang-undang peraturan. Dalam audit kepatuhan terdapat asas kepatutan selain kepatuhan

(Suharto, 2002). Dalam kepatuhan yang dinilai adalah ketaatan semua aktivitas sesuai dengan

kebijakan, aturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku. Sedangkan kepatutan lebih

pada keluhuran budi pimpinan dalam mengambil keputusan. Jika melanggar kepatutan belum

tentu melanggar kepatuhan.

Audit yang ketiga adalah audit kinerja yang merupakan perluasan dari audit keuangan

dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-

tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi

yang diaudit. Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas

ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan

kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian

antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta

mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.


Menurut Ulum (2009:55) menjelaskan definisi Audit Kinerja di sektor pemerintahan

adalah “Pengujian sistematis, Teorganisasi, dan objektif atas suatu entitas untuk menilai

pemanfaatan sumber daya dalam memberikan pelayanan publik secara efisien dan efektif

dalam memenuhi harapan stakeholder dan memberikan rekomendasi guna peningkatan

kinerja”

Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa audit

kinerja mencakup tujuan yang luas dan bervariasi, termasuk tujuan yang berkaitan dengan

penilaian hasil dan efektivitas program, ekonomi dan efisiensi, pengendalian internal, ketaatan

terhadap peraturan perundang-undangan berlaku, serta bagaimana cara untuk meningkatkan

efektivitas.

Audit Kinerja adalah suatu audit yang obyektif dan sistematis terhadap bukti – untuk

dapat melaksanakan penilaian secara independen atas kinerja suatu organisasi/ perusahaan.

Audit kinerja menitikberatkan pada proses penilaian atas keberhasilan kinerja suatu auditan

secara ekonomis, efisien, dan efektif (Deputi Bidang Akuntan Negara, 2001 : 2).

Selanjutnya, Pasal 4 ayat (3) UU No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, mendefinisikan audit kinerja sebagai audit atas

pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta

pemeriksaan aspek efektivitas.

Kemudian, bedasarkan PP No. 60 Tahun 2008 tentang SPIP mendefinisikan audit

kinerja sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi

instansi pemerintah yang terdiri atas aspek kehematan, efisiensi, dan efektivitas.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa audit kinerja adalah audit yang

dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai bukti untuk menilai kinerja entitas

yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.


2.1.2 MAKSUD DAN TUJUAN AUDIT KINERJA

Tujuan Audit Kinerja untuk membantu manajemen auditan dalam mendorong

pencapaian tujuan secara efektif, efisien, dan ekonomis; memperbaiki dan meningkatkan

kinerja; serta memberikan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan oleh pihak yang

bertanggung jawab. Audit Kinerja mencakup penilaian atas penerapan prinsip- prinsip Good

Cooporate Governance (GCG) oleh manajemen dan penetapan Key Performance Indicator

(KPI) (Deputi Bidang Akuntan Negara, 2001:3).

Auditor Internal seringkali melakukan audit operasional untuk kepentingan organisasinya

(Guy, et.al, 2003).

a. Tujuan Audit Kinerja atau Audit Operasional

 Menilai Kinerja; Setiap audit kinerja meliputi penilaian kinerja organisasi yang ditelaah.

Penilaian kinerja dilakukan dengan membandingkan kegiatan organisasi dengan (1)

Tujuan, seperti kebijakan standar dan sasaran organisasi yang ditetapkan manajemen

atau pihak yang menugaskan, serta dengan (2) criteria penilaian lain yag sesuai.

 Mengidentifikasi peluang perbaikan; Auditor dapat mengidentifikasi peluang perbaikan

tertentu dengan mewawancarai individu, mengobservasi operasi, menelaah laporan masa

lalu atau masa berjalan, mempelajari transaksi, membandingkan dengan standar industri,

menggunakan pertimbangan professional berdasarkan pengalaman, atau menggunakan

sarana dan cara lain yang sesuai.

 Mengembangkan Rekomendasi untuk Perbaikan atau Tindakan Lebih Lanjut; Sifat dan

luas rekomendasi akan berkembang secara beragam selama pelaksanaan audit

operasional. Dalam banyak hal, auditor dapat membuat rekomendasi tertentu. Dalam

kasus lainnya, mungkin diperlukan studi lebih lanjut di luar ruang lingkup penugasan,

dimana auditor dapat menyebutkan alasan mengapa studi lebih lanjut pada bidang

tertentu dianggap tepat.


2.1.3 PENTINGNYA AUDIT KINERJA

a. Pemerintah

Bagi pemerintah, audit kinerja dapat menjadi ukuran penilaian dan perbaikan atas 3E
(ekonomi, efektivitas, dan efisiensi) dari program kegiatan pemerintah dan pelayanan publik.

b. Legislatif & Masyarakat

Memberikan informasi independen apakah uang negara digunakan secara 3E serta


mendukung pengawasan dan pengambilan keputusan oleh legislatif.

c. BPK

Melakukan peningkatkan kematangan organisasi dan nilai BPK di masyarakat,


meningkatkan motivasi pemeriksa, dan mendorong kreativitas dan pembelajaran.

Lebih lanjut, audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran laporan

keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan terhadap undang-

undang dan peraturan yang berlaku. Disamping itu, audit sektor publik juga memeriksa dan

menilai sifat-sifat hemat (ekonomis), efisien serta keefektifan dari semua pekerjaan, pelayanan

atau program yang dilakukan pemerintah. Dengan demikian, bila kualitas audit kinerja sektor

publik rendah, akan mengakibatkan risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat

pemerintah dan akan muncul kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai ketidakberesan.

Sehubungan dengan itulah, audit kinerja memegang peran yang sangat esensial dalam suatu

organisasi atau lembaga yang berkaitan dengan dana masyarakat.

2.1.4 AUDIT KINERJA PADA AKUNTABILITAS PUBLIK

Akuntabilitas publik meliputi :

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity and

legality)

2. Akuntabilitas proses (process accountability)


3. Akuntabilitas program (program accountability)

4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

Akuntabilitas Publik tidak bisa dipisahkan dari prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik (Good Governance). Salah satu tata kelola yang baik ialah dengan

adanya kinerja yang baik. Kinerja inilah dapat diidentifikasi dan dievaluasi melalui audit

kinerja. Oleh sebab itu, audit kinerja sangat diperlukan dalam akuntabilitas publik, terutama

dalam hal menilai tingkat keberhasilan kinerja suatu kementerian atau lembaga pemerintah

dan memastikan sesuai atau tidaknya sasaran kegiatan yang menggunakan anggaran dan

transparansi dalam pelaksanaannya.

Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas berupa

peningkatan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan, pengembangan

bentuk-bentuk laporan akuntabilitas, perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan

kinerja antara organisasi sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang lebih jelas dan

normatif.

Audit kinerja terkait erat dengan konsep akuntabilitas yang dikenal dengan istilah

akuntabilitas kinerja. Dalam rangka menjamin akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, telah

dikembangkan sistem pertanggungjawaban yang jelas, tepat, teratur, dan efektif yang dikenal

dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). SAKIP tersebut kemudian

diterapkan melalui pembuatan target kinerja disertai dengan indikator kinerja yang

menggambarkan keberhasilan instansi pemerintah (Wakhyudi, 2007).

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu tatanan, instrumen,

dan metode pertanggungjawaban yang intinya meliputi tahap-tahap sebagai berikut

(Wakhyudi, 2007):

1. Penetapan perencanaan stratejik, perencanaan kinerja, dan penetapan rencana kerja,

meliputi pembuatan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan program. Pada tahap
inilah, instansi pemerintah menghasilkan rencana kerja jangka menengah lima tahunan

(RPJM/RPJMD) yang kemudian diturunkan menjadi rencana kinerja tahunan

(RKP/RKPD), rencana anggrannya (RKA), Perjanjian Kinerja (PK), SOP, dan lain

sebagainya;

2. Pengukuran kinerja, meliputi pengukuran indikator kinerja, pengumpulan data kinerja,

membandingkan realisasi dengan recana kerja, kinerja tahun sebelumnya, atau

membandingkan dengan organisasi lain sejenis yang terbaik di bidangnya;

3. Pelaporan kinerja, berupa pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintahan (LAKIP) dengan format standar laporan yang telah ditetapkan (rinci

dengan berbagai indikator, bukti, dan capaiannya);

4. Pemanfaatan informasi kinerja untuk perbaikan kinerja berikutnya secara

berkesinambungan.

Beberapa istilah yang sering dikaitkan dalam konteks audit kinerja adalah

1. Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai pencapaian, prestasi atau unjuk

kerja dari instansi pemerintah

2. Indikator kinerja (performance indicator) adalah deskripsi kuantitatif atau kualitatif

terhadap tercapaiannya kinerja. Indikator kinerja dapat digunakan sebagai salah satu alat

untuk menilai dan melihat perkembangan yang dicapai selama jangka waktu terterntu.

3. Indikator kinerja kunci (key performance indicator) adalah indikator kinerja yang

memiliki fokus pada aspek kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi.

4. Efisiensi berkaitan dengan hubungan antara input yang digunakan untuk menghasilkan

output. Efisiensi lazimnya dinyatakan dalam bentuk indeks, rasio, unit, atau bentuk lainnya

(misalnya: dalam bentuk perbandingan). Secara umum efisiensi berkaitan dengan

produktivitas.

5. Efektivitas berkaitan dengan pencapaian hasil (outcome) yang ditetapkan telah dicapai
dengan output. Output sektor publik umumnya adalah jasa berupa layanan terhadap

masyarakat. Output dikatakan efektif jika memberi pengaruh sesuai yang diharapkan.

2.1.5 PERBEDAAN ANTARA PERUSAHAAN SWASTA DAN SEKTOR PUBLIK


DALAM HAL PENCATATAN PEMBUKUAN DAN PERTANGGUNGJAWABANNYA

a. Beberapa perbedaan mendasar tersebut berkaitan dengan aspek kepemilikan, mekanisme

pertanggungjawaban, standar akuntansi, pendekatan pencatatan, dan regulasi.

Perbedaan dalam hal Sektor Swasta Sektor Publik


1. Kepemilikan - Dalam bisnis, kepemilikan - Organisasi sektor public yang
perusahaan dapat diidentifikasi disebut pemerintah (daerah),
dengan jelas. Modal dinyatakan dimana pemiliknya adalah
dalam bentuk saham, sehingga masyarakat. Jadi, tidak dikenal
yang disebut pemilik adalah para istilah modal atau saham.
pemegang saham.
2.Mekanisme - Pertanggungjawaban dilaksanakan - Organisasi pemerintahan
pertanggungjawaban melalui mekanisme Rapat Umum mekanisme pertanggung
Pemegang Saham (RUPS) jawaban dilakukan melalui
lembaga perwakilan
(representatives) yang disebut
Dewan Perwakilan Rakyat /
Daerah (DPR/DPRD)

3. Standar akuntansi - Penyusun standar akuntansi untuk - Penyusun standar akuntansi


bisnis di Indonesia adalah Ikatan untuk bisnis di Indonesia
Akuntan Indonesia (IAI), yakni adalah Ikatan Akuntan
sebuah organisasi profesi yang Indonesia (IAI), yakni sebuah
dibentuk oleh para akuntan organisasi profesi yang
dibentuk oleh para akuntan
4.Pendekatan - Accrual Basis - pendekatan yang digunakan
pencatatan adalah akuntansi anggaran
(budgetary accounting).
5. Aspek regulasi - Tergantung kebutuhan pasar - Organisasi pemerintahan
sangat dipengaruhi oleh
berbagai kebijakan
pemerintahan, seperti
kebijakan ekonomi, politik,
dan moneter. Semakin
sentralistis pembuatan
kebijakan tersebut, maka
pengelolaan keuangan (dan
akuntansi) pemerintahan juga
akan semakin kaku pada
aturan.
Sumber : Martani (2012), Halim (2007), dan Bastian (2006)

b. Persamaan mekanisme pencatatan Akuntansi untuk sektor swasta dan sektor publik

Sektor publik dan swasta merupakan bagian integral dari sistem ekonomi suatu negara

dan menggunakan sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasai. Kedua sektor

menghadapi masalah yang sama yaitu kelangkaan sumber daya sehingga dituntut untuk

mengelolanya secara ekonomis, efisien dan efektif. Proses pengendalian manajemen termasuk

penyajian laporan keuangannya sama-sama membutuhkan informasi yang andal dan relevan

sehingga kedua sektor mempunyai persamaan dalam mekanisme pencatatan akuntansi

(Amilin, 2012).

2.1.6 Keterkaitan Audit Kinerja dengan Manajemen Kinerja

 Audit Kinerja digunakan untuk melihat relevansi dan reabilitas sistem manajemen

kinerja.

 Audit kinerja digunakan untuk mengevaluasi dan menetapkan kriteria kinerja yang

tepat.

 Audit kinerja digunakan untuk mengetahui hasil

 Audit kinerja digunakan untuk me-review keterkaitan antara perencanaan strategik

dengan uk uran- ukuran kinerja.

 Audit kinerja digunakan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya keteputusan

antara visi, misi, sasaran dan tujuan dengan sistem pengukuran kinerja.

 Audit kinerja membantu memperbaiki sistem pelaporan kinerja yaitu dengan

menetapkan standart pelaporan kinerja.

 Audit kinerja bermanfaat untuk memperbaiki kinerja di masa yang akan datang.
2.1.7 Perbedaan antara Audit Kinerja dan Audit Keuangan

No Perbedaan Audit Kinerja Audit Keuangan


Menilai apakah akun-
1. Tujuan Menilai apakah audit telah mencapai akun
tujuan atau harapan yang ditetapkan. benar dan Disajikan secara
wajar.
2. Dasar Ekonomi, ilmu politik, sosiologi, dan Akuntansi.
Akademik lain-lain.
3. Metode Bervariasi antara satu proyek dan Kurang Lebih telah
proyek lain . terstandardisasi.
4. Fokus Program dan kegiatan organisasi. Sistem akuntansi dan sistem
manajemen.
5. Kriteria  Lebih subjektif  Kurang subjektif
Penilaian  Terdapat kriteria yang unik untuk  Kriteria Untuk semua
masing-masing audit. kegiatan audit
6. Laporan  Struktur dan isi laporan bervariasi  Bentuk laporan kurang lebih
 Dipublikasikan secara tidak tetap Terstandardisai
(ad hoc basis )  Dipublikasikan secara
berkala

Sumber : The Swedish National Audit Office Handbook In Permormance Auditing :


Theory and Practice

1. Lingkup audit keuangan meliputi seluruh laporan keuangan, sedangkan audit


kinerja lebih spesifik dan fleksibel dalam pemilihan subjek, objek, dan
metodolgi audit.

2. Audit keuangan merupakan audit reguler sedangkan audit kinerja bukan


merupakan audit reguler karena tidak harus dilaksanakan setiap tahun atau
secara berkala.
3. Opini/Pendapat yang diberikan dalam audit keuangan bersifat baku yaitu unqualified,
qualified, adverse atau disdalmer, sedangkan audit kinerja bukan merupakan audit
dengan jenis opini yang sudah ditentukan (formalized opinion ).
4. Audit kinerja dilaksanakan dengan dasar pengetahuan yang bersifat multidisiplin dan
lebih banyak menekankan pada kemampuan analisis daripada sebatas pengetahuan
akuntansi.

5. Audit kinerja bukanlah bentuk audit berdasarkan checklist, kompleksitas, dan


keragaman. Pertanyaan dalam audit kinerja mengisyaratkan agar auditor dibekali
dengan kemampuan berkomunikasi yang baik.

2.1.8 Manfaat Audit Kinerja

A. Peningkatan Kinerja

1. Mengidentifikasi Masalah dan Alternatif Penyelesaiannya

Auditor sebagai pihak independen dapat memberi pandangan kepada manajemen untuk

melihat permasalahan secara lebih detail dari sisi operasional. Sehubungan dengan itu,

auditor dapat melakukan diskusi dengan orang-orang yang bergelut dalam operasional

dan menginformasikan hal tersebut kepada manajemen

2. Mengidentifikasi Sebab-sebab Aktual dari Suatu Masalah Yang Dapat Dihadapi oleh

Kebijaksanaan Manajemen atau Tindakan Lainnya.

Auditor harus dapat menetapkan masalah yang aktual dan solusi untuk mengatasinya.

Auditor sebaiknya tidak memberi rekomendasi atau usulan bila ia tidak dapat membantu

proses rekomendasi tersebut.

3. Mengidentifikasi Peluang dan Kemungkinan untuk Mengatasi Keborosan dan

Ketidakefisienan.

Pengurangan biaya merupakan hal yang penting dalam audit kinerja. Namun,

penghematan biaya dapat menjadi suatu hal yang besar dalam jangka waktu yang

panjang. Biaya harus berada pada tingkat yang tepat dan jika perlu melakukan

pemotongan. Keputusan mengurangi biaya haruslah mempertimbangankan dampaknya

bagi kegiatan operasional.

4. Mengidentifikasi Kriteria untuk Menilai Pencapaian Tujuan Organisasi


Pada situasi tertentu, kriteria tidak ada. Oleh sebab itu, auditor dapat membantu

manajemen dalam membangun kriteria itu.

5. Melakukan Evaluasi atas Sistem Pengendalian Internal

Auditor harus menentukan apakah mekanisme telah menyediakan informasi tentang

efektivan operasional, yaitu: (1). Apakah ada perbedaan tingkat kedalaman atau detail

laporan; (2). Apakah ada informasi yang belum disajikan dalam laporan; (3). Apakah

indikator kerja telah dipertimbangkan dalam penyusunan laporan.

6. Menyediakan Jalur Komunikasi antara Tataran Operasional dan Manajemen

Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan permasalahan yang tidak dapat

tersalurkan melalui struktur komunikasi yang telah disususun organisasi tersebut.

7. Melaporkan Ketidakberesan

Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kepada manajemen setiap

penyimpangan yang terjadi sehingga kerugian dan dampak yang lebih besar dapat diatasi.

B. Peningkatan Akuntabilitas Publik

Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas berupa

perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan, pengembangan

bentuk-bentuk laporan akuntabilitas; perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan

pekerja antara organisasi sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang jelas dan

informatif. Perubahan dan perbaikan dapat terjadi karena temuan atau rekomendasi audit.

Umumnya, rekomendasi dapat menjadi kunci atas perubahan dan perbaikan. Oleh sebab itu,

penyusunan rekomendasi yang baik perlu diperhatikan.

2.2 Proses dan Tahapan Audit Kinerja

2.2.1 STRUKTUR AUDIT KINERJA

Berdasarkan hasil analisis terhadap kelemahan dan kekuatan sistem pengendalian dan

pemahaman mengenai keluasan (scope), validitas dan reabilitas informasi kinerja yang
dihasilkan oleh entitas/organisasi, auditor kemudian menetapkan kriteria audit dan

mengembangkan ukuran-ukuran kinerja yang tepat. Berdasarkan rencana kerja yang telah

dibuat, auditor melakukan pengauditan, mengembangkan hasil-hasil temuan audit dan

membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya. Hasil temuan kemudian dilaporkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan yang

disertai dengan rekomendasi yang diusulkan oleh auditor. Pada akhirnya, rekomendasi-

rekomendasi yang diusulkan oleh auditor akan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang

berwenang.

Struktur audit kinerja terdiri atas tahap pengenalan dan perencanaan, tahap

pengauditan, tahap pelaporan dan tahap penindaklanjutan. Pada tahap pengenalan dilakukan

survei pendahuluan dan review sistem pengendalian manajemen. Pekerjaan yang dilakukan

pada survei pendahuluan dan review sistem pengendalian manajemen bertujuan untuk

menghasilkan rencana penelitian yang detail yang dapat membantu auditor dalam mengukur

kinerja dan mengembangkan temuan berdasarkan perbandingan antara kinerja dan kriteria

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tahap pengauditan dalam audit kinerja terdiri dari tiga elemen, yaitu telaah hasil-hasil

program, telaah ekonomi dan efisiensi dan telaah kepatuhan. Tahapan-tahapan dalam audit

kinerja disusun untuk membantu auditor dalam mencapai tujuan audit kinerja. Review hasil-

hasil program akan membantu auditor untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan

sesuatu yang benar. Review ekonomis dan efisiensi akan mengarahkan auditor untuk

mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar secara ekonomis dan efisien.

Review kepatuhan akan membantu auditor untuk menentukan apakah entitas telah melakukan

segala sesuatu dengan cara-cara yang benar, sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku.

Masing-masing elemen tersebut dapat dijalankan sendiri-sendiri atau secara bersama-sama,

tergantung pada sumber daya yang ada dan pertimbangan waktu.


Tahap pelaporan merupakan tahapan yang harus dilaksanakan karena adanya tuntutan

yang tinggi dari masyarakat atas pengelolaan sumber daya publik. Hal tersebut menjadi alasan

utama untuk melaporkan keseluruhan pekerjaan audit kepada pihak manajemen, lembaga

legislatif dan masyarakat luas. Penyampaian hasil-hasil pekerjaan audit dapat dilakukan secara

formal dalam bentuk laporan tertulis kepada lembaga legislatif maupun secara informal

melalui diskusi dengan pihak manajemen. Namun demikian, akan lebih baik bila laporan audit

disampaikan secara tertulis, karena pengorganisasian dan pelaporan temuan-temuan audit

secara tertulis akan membuat hasil pekerjaan yang telah dilakukan menjadi lebih permanen.

Selain itu, laporan tertulis juga sangat penting untuk akuntabilitas publik. Laporan tertulis

merupakan ukuran yang nyata atas nilai sebuah pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor.

Laporan yang disajikan oleh auditor merupakan kriteria yang penting bagi kesuksesan atau

kegagalan pekerjaannya.

Tahapan yang terakhir adalah tahap penindaklanjutan, dimana tahap ini didesain untuk

memastikan/memberikan pendapat apakah rekomendasi yang diusulkan oleh auditor sudah

diimplentasikan. Prosedur penindaklanjutan dimulai dengan tahap perencanaan melalui

pertemuan dengan pihak manajemen untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi

organisasi dalam mengimplementasikan rekomendasi auditor. Selanjutnya, auditor

mengumpulkan data-data yang ada dan melakukan analisis terhadap data-data tersebut untuk

kemudian disusun dalam sebuah laporan.

2.2.2 TAHAPAN AUDIT KINERJA

Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurya. Berdasarkan kerangka umum struktur audit di atas, dapat dikembangkan struktur
audit kinerja yang terdiri atas:

A. Tahap pengenalan dan perencanaan (familiarization and planning phase)

B. Tahap pengauditan (audit phase)

C. Tahap pelaporan (reporting phase)


D. Tahap penindaklanjutan (follow-up phase)

TAHAP ELEMEN
Tahap Pengenalan dan Perencanaan Survei pendahuluan
(farmiliarization and planing phase) Review SPM
Tahapan Audit Review hasil-hasil Program
Review Finansial
Review Kepatuhan

Tahap Pelaporan Persiapan Laporan


Review dan Revisi
Pengiriman dan Penyajian Laporan

Tahap Penindaklajutan Desain Follow Up


Investigasi
TAHAP
Pelaporan

PENGENALAN & PERENCANAAN


(Familiarization and Planning Phase)

Tahap pengenalan dan perencanaan terdiri dari dua elemen:

A. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey)

Survei pendahuluan, bertujuan untuk menghasilkan research plan yang detail yg

dapat membantu auditor dalam mengukur kinerja. Auditor akan berupaya untuk

memperoleh gambaran yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit, terutama

berkaitan dengan:

1. Struktur dan operasi organisasi

2. Lingkungan manajemen

3. Kebijakan, standar, dan prosedur kerja


Deskripsi yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit akan membantu auditor

untuk menentukan tujuan audit dan rencana audit secara detail, memanfaatkan sumber

daya yang ada untuk berbagai hal yang bersifat material, mendesain tugas secara efisien dan

menghindari kesalahan.

TAHAPAN AUDIT

Tahapan-tahapan dalam audit kinerja disusun untuk membantu auditor dalam mencapai tujuan

audit kinerja. Review hasil-hasil program akan membantu auditor untuk mengetahui apakah

entitas telah melakukan sesuatu yang benar. Review ekonomi dan efisiensi akan mengarahkan

auditor untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar tadi secara

ekonomis dan efisien. Review kepatuhan akan membantu auditor untuk menentukan apakah

entitas telah melakukan segala sesuatu dengan cara-cara yang benar, sesuai aturan dan hukum

yang berlaku.

TAHAP PELAPORAN

Tahap pelaporan merupakan tahapan yang harus dilaksanakan karena adanya tuntutan yang

tinggi dari masyarakat atas pengelolaan sumber daya publik. Hal tersebut menjadi alasan

utama untuk melaporkan keseluruhan pekerjaan audit kepada pihak manajemen, lembaga

legislatif dan masyarakat luas. Penyampaian hasil-hasil pekerjaan audit dapat dilakukan secara

formal dalam bentuk laporan tertulis kepada lembaga legislati maupun secara informal melalui

diskusi dengan pihak manajemen.

Ada tiga langkah utama yang sangat penting dalam mengembangkan laporan audit secara

tertulis, yaitu:

1. Persiapan.

Pada tahap persiapan, auditor mulai mengembangkan temuan-temuan audit, menggabubgkan

temuan-temuan tersebut menjadi sebuah laporan yang koheren dan logis, serta menyiapkan

bukti-bukti pendukung dan dokumentasi yang diperlukan.


2. Penelaahan.

Merupakan tahap analisis kritis terhadap laporan tertulis yang dilakukan oleh staf audit,

review, dan komentar atas laporan diberikan oleh pihak manajemen atau auditee.

3. Pengiriman.

Meliputi persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen agar dapat dikirim ke lembaga yang

memberi tugas untuk mengaudit dan kepada auditee.

TAHAP PENINDAKLANJUTAN (FOLLOW-UP)

tahap ini didesain untuk memastikan/memberikan pendapat apakah rekomendasi yang

diusulkan oleh auditor sudah diimplementasikan. Prosedur penindaklanjutan dimulai dengan

tahap perencanaan melalui pertemuan dengan pihak manajemen untuk mengetahui

permasalahan yang dihadapi organisasi dalam mengimplementasikan rekomendasi auditor.

Selanjutnya, auditor mengumpulkan data-data tersebut untuk kemudian disusun dalam sebuah

laporan.

Tindak lanjut didesain untuk memastikan/memberikan pendapat apakah rekomendasi auditor

sudah diimplementasikan. Dari sisi auditor, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap

penindaklanjutan, antara lain:

Dasar Pelaksanaan Follow-Up

Dasar untuk melakukan follow-up adalah perencanaan yang dilakukan oleh pihak manajemen.

Pelaksanaan Review Follow-Up

Perencanaan manajemen memberikan dasar untuk review follow-up.

Batasan Follow-Up
Pelaksanaan follow-up sebaiknya tidak terbatas pada penilaian pelaksanaan dan dampak

rekomendasi yang diusulkan oleh auditor, namun sebaliknya juga dihindari terjadinya follow-

up yang overload.

IMPLEMENTASI REKOMENDASI

Implementasi oleh Unit Kerja

Unit yang diaudit memiliki kesempatan pertama untuk mempelajari temuan dan rekomendasi

audit.

Implementasi oleh Eksekutif

Manajemen biasanya menerima hasil audit terlebih dahulu dibandingkan lembaga pengambil

kebijakan atau legislatif.

Peranan Auditor dalam Pengimplementasian Rekomendasi Audit

Dalam proses pengimplementasian rekomendasi, auditor hanya berperan sebagai pendukung.

Peranan Legislatif dalam Mengimplementasikan Rekomendasi Audit Lembaga legislatif

merupakan otoritas tingkat akhir yang dapat mengambil tindakan implementasi rekomendasi

secara formal dengan mengadopsi peraturan, mosi, dan sebagainya.

Pemeriksaan Kembali Secara Periodik

Laporan hasil pemeriksaan sebelumnya dapat dijadikan sebagai dasar untuk memulai

pekerjaan audit sehingga dapat menghemat waktu untuk perencanaan audit, dan isu-isu

spesifik dapat diidentifikasi lebih awal pada proses perencanaan.

2.2.4 Tahapan Audit Kinerja Pemerintahan

Menurut Rai (2010) berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun

2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah,

tahapan audit kinerja dapat dilihat pada gambar.


Pengaruh Audit Kinerja Pemerintahan Terhadap Akuntabilitas Instansi Pemerintah
Gambar 1. Tahapan audit kinerja pemerintahan

Sumber : Rai (2010)

1. Tahap Perencanaan atau Survey Pendahuluan

Tujuan utama survei pendahuluan adalah untuk memperoleh informasi yang bersifat

umum mengenai semua bidang dan aspek dari entitas yang diaudit serta kegiatan dan

kebijakan entitas, dalam waktu yang relatif singkat. Hasil survei pendahuluan berguna

untuk memberikan pertimbangan mengenai perlu atau tidaknya audit dilanjutkan ke tahap

pengujian terinci. Kegiatan survey pendahuluan meliputi:

a. Memahami entitas yang diaudit

Pemahaman yang objektif dan komprehensif atas entitas yang akan diaudit sangat penting

untuk mempertajam tujuan audit serta mengidentifikasikan isu-isu kritis dan penting,

yang dilakukan auditor pada tahap ini adalah :

Menghimpun data dan informasi yang berkaitan dengan objek yang diperiksa, antara lain,

Peraturan perundang-undangan, Data umum objek yang diperiksa, Laporan pelaksanaan

program atau kegiatan dari objek yang akan diperiksa, Laporan Hasil Pemeriksaan Aparat
Pengawasan sebelumnya, Sumber informasi lain yang dapat memberi kejelasan menganai

pelaksanaan program atau kegiatan objek yang akan diperiksa.

b. Mengidentifikasi area kunci

Area kunci (key area) adalah area, bidang, atau kegiatan yang merupakan fokus audit

dalam entitas. Pemilihan area kunci harus dilakukan mengingat luasnya bidang, program,

dan kegiatan pada entitas yang diaudit sehingga tidak mungkin melakukan audit di

seluruh area entitas.

c. Menentukan tujuan dan lingkup audit

Tujuan audit (audit objective) berkaitan dengan alasan dilaksanakannya suatu audit

sedangkan lingkup audit (audit scope) merupakan batasan dari suatu audit.

d. Menetapkan kriteria audit

Kriteria audit adalah standar, ukuran, harapan, dan praktek terbaik yang seharusnya

dilakukan atau dihasilkan oleh entitas yang diaudit. Auditor dapat menggunakan dua

pendekatan untuk menetapkan kriteria, yaitu kriteria proses dan kriteria hasil.

e. Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti audit

Pada tahap survey pendahuluan, bukti yang diutamakan adalah bukti yang relevan.

Pada tahap ini, syarat kecukupan dan kompetensi bukti tidak terlalu dipentingkan.

Jenis bukti audit dapat berupa bukti fisik, bukti dokumenter, bukti kesaksian, dan

bukti analitis. Sumber bukti audit dapat berasal dari internal entitas, eksternal,

maupun sumber-sumber lain.

f. Menyusun laporan survey pendahuluan

Laporan survey pendahuluan adalah laporan yang diterbitkan mendahului atau

sebelum laporan audit akhir diterbitkan. Laporan ini memuat identifikasi kelemahan-
kelemahan organisasi, kebijakan, perencanaan, prosedur, pencatatan, pelaporan, dan

pengawasan internal yang terjadi pada satuan-satuan organisasi yang diaudit.

g. Menyusun program pengujian terinci

Program pengujian terinci adalah pedoman dalam tahap pelaksanaan audit. Sebagai

langkah akhir dalam perencanaan, pembuatan program pengujian terinci merupakan

penghubung antara tahap perencanaan dan pelaksanaan audit kinerja.

2. Tahap Pelaksanaan

Tujuan utama pelaksanaan adalah untuk menilai apakah kinerja entitas yang

diaudit sesuai dengan kriteria, menyimpulkan apakah tujuan-tujuan audit tercapai,

dan mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki kinerja

entitas yang diaudit, yang akan dituangkan dalam rekomendasi kepada auditee.

Kegiatan pengujian terinci meliputi:

a. Mengumpulkan dan menguji bukti audit yang kompeten dan relevan

Langkah pengumpulan dan pengujian bukti audit merupakan kelanjutan dari

identifikasi bukti audit pada survei pendahuluan. Pengujian bukti-bukti audit

dimaksudkan untuk menentukan atau memilih bukti-bukti audit yang penting dan

perlu (dari bukti-bukti audit yang ada) sebagai bahan penyusunan suatu temuan

dan simpulan audit.

b. Menyusun kertas kerja pemeriksaan

Untuk mengetahui kegiatan yang dilaksanakan auditor selama melaksanakan

audit, suatu catatan tentang pekerjaan auditor harus diselenggarakan dan

didokumentasikan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan (KKP). KKP

merupakan penghubung antara pelaksanaan dan pelaporan audit, dimana KKP

memuat bukti-bukti dan analisis bukti untuk mendukung temuan, simpulan, serta

rekomendasi audit.
c. Menyusun dan mengkomunikasikan temuan audit

Temuan audit adalah masalah-masalah penting (material) yang ditemukan selama

audit berlangsung dan masalah tersebut pantas untuk dikemukakan dan

dikomunikasikan dengan entitas yang diaudit karena mempunyai dampak terhadap

perbaikan dan peningkatan kinerja (ekonomi, efisiensi, dan efektivitas) entitas yang

diaudit.

d. Menyusun dan mendistribusikan laporan hasil pemeriksaan

Tujuan pelaporan hasil pemeriksaan adalah menyediakan informasi, rekomendasi, dan

penilaian yang independen bagi para pengguna laporan mengenai pelaksanaan

kegiatan entitas yang diaudit, apakah telah diselenggarakan secara ekonomis, efisien,

dan efektif. Karakteristik laporan audit kinerja yang baik menurut SPKN adalah tepat

waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, jelas, dan ringkas.

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) disusun selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari

setelah selesai melakukan pemeriksaan reguler, Tim Pemeriksa wajib menyelesaikan

laporan hasil pemeriksaan yang telah diperbaiki sesuai hasil ekspose beserta Nota

Dinas Inspektur Wilayah kepada Inspektur Jenderal, Konsep Nota Dinas Inspektur

Jenderal kepada Menteri dan Petunjuk Menteri kepada Kepala Daerah atau Pimpinan

Komponen.

3. Tahap Tindak Lanjut

Hasil pemeriksaan auditor kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah sesuai

dengan rekomendasi, Wakil gubernur dan wakil bupati atau wakil walikota

bertanggung jawab mengoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan,

Entitas audit yang tidak menindaklanjuti rekomendasi Pejabat Pengawas Pemerintah

dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.3 PERAN AUDIT KINERJA


Audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran laporan keuangan

sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan terhadap undang-undang dan

peraturan yang berlaku. Disamping itu, auditor sektor publik juga memeriksa dan menilai

sifat-sifat hemat (ekonomis), efisien serta keefektifan dari semua pekerjaan, pelayanan atau

program yang dilakukan pemerintah. Dengan demikian, bila kualitas audit sektor publik

rendah, akan mengakibatkan risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat pemerintah

dan akan muncul kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai ketidakberesan.

A. KAPABILITAS TEKNIKAL AUDITOR

Kualitas audit sektor publik pemerintah ditentukan oleh kapabilitas teknikal auditor dan

independensi auditor (Wilopo, 2001). Kapabilitas teknikal auditor telah diatur dalam standar

umum pertama, yaitu bahwa staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara

kolektif memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan, serta

pada standar umum yang ketiga, yaitu bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan

laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan

seksama.

B. INDEPENDENSI AUDITOR

Independensi auditor diperlukan karena auditor memegang peran utama dalam

pelaksanaan audit kinerja, karena auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi

manajemen dari organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan profesional dan bersifat

independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip independen ini sulit untuk benar-benar

dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan auditee harus berusaha untuk menjaga

independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai. Independensi auditor merupakan

salah satu dasar dalam konsep teori auditing. Dalam hal ini ada dua aspek independensi, yaitu
independensi yang sesungguhnya (real independence) dari para auditor secara individual

dalam menyelesaikan pekerjaannya, yang biasa disebut dengan "practitioner independence".

Aspek independensi yang kedua adalah independensi yang muncul/tampak (independence in

appearance) dari para auditor sebagai kelompok profesi yang biasa disebut "profession

independence".

Disamping dua aspek di atas, independensi memiliki tiga dimensi, yaitu independensi

dalam membuat program, independensi dalam melakukan pemeriksaan dan independensi

dalam membuat laporan. Independensi dalam membuat program meliputi bebas dari campur

tangan dan perselisihan dengan auditee yang dimaksudkan untuk membatasi, menetapkan dan

mengurangi berbagai bagian audit; bebas dari campur tangan dengan atau suatu sikap yang

tidak kooperatif yang berkaitan dengan prosedur yang dipilih dan bebas dari berbagai usaha

yang dikaitkan dengan pekerjaan audit untuk mereview selain dari yang diberikan dalam

proses audit.

Independensi dalam melakukan pemeriksaan meliputi akses langsung dan bebas

terhadap semua buku, catatan, pejabat dan karyawan serta sumber-sumber yang berkaitan

dengan kegiatan, kewajiban dan sumber daya yang diperiksa; kerja sama yang aktif dari

pimpinan yang diperiksa selama pelaksanaan pemeriksaan; bebas dari berbagai usaha pihak

diperiksa untuk menentukan kegiatan pemeriksaan atau untuk menentukan dapat diterimanya

suatu bukti dan bebas dari kepentingan dan hubungan pribadi yang mengakibatkan

pembatasan pengujian atas berbagai kegiatan dan catatan

Independensi dalam membuat laporan meliputi bebas dari berbagai perasaan loyal atau

kewajiban untuk mengurangi dampak dari fakta-fakta yang dilaporkan; pengabaian

penggunaan yang sengaja atau tidak sengaja dari bahasa yang mendua dalam pernyataan

fakta, pendapat dan rekomendasi serta dalam penafsirannya dan bebas dari berbagai usaha
untuk menolak pertimbangan auditor sebagai kandungan yang tepat dari laporan audit, baik

dalam hal yang faktual maupun opininya

Jadi, untuk meningkatkan sikap independensi auditor sektor publik, maka kedudukan

auditor sektor publik baik secara pribadi maupun kelembagaan, harus terbebas dari pengaruh

dan campur tangan serta terpisah dari pemerintah. Auditor yang independen dapat

menyampaikan laporannya kepada semua pihak secara netral.

IV. PENUTUPAN

4.1 Simpulan
Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik

mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for money

dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik tersebut.

Akan tetapi, audit yang dilakukan tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan

saja, namun perlu diperluas dengan melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor publik

tersebut.

Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-

kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja

merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara

obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi

operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan,

peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai

dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada

pihak-pihak pengguna laporan tersebut.

Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik pemerintah

sangat tergantung pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas audit yang baik, maka akan

timbul permasalahan, seperti munculnya kecurangan, korupsi, kolusi dan berbagai

ketidakberesan di pemerintahan. Kualitas audit sektor publik dipengaruhi oleh kapabilitas

teknikal auditor serta independensi auditor baik secara pribadi maupun kelembagaan. Untuk

meningkatkan sikap independensi auditor sektor publik, maka kedudukan auditor sektor

publik harus terbebas dari pengaruh dan campur tangan serta terpisah dari pemerintah, baik

secara pribadi maupun kelembagaan.

Audit kinerja mengalami perkembangan dan perubahan dari periode ke periode sesuai

dengan perkembangan zaman. Beberapa tahun belakangan ini, audit kinerja memiliki peran
yang sangat esensial khususnya dalam melakukan audit pada sektor publik. Ini disebabkan

terus meningkatnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik mempertahankan

kualitasnya. Dengan adanya audit kinerja, masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih

lengkap dari organisasi pemerintahan yang mengelola dana mereka serta dapat membantu

pemimpin organisasi tersebut dalam pelaksanakan tugas dan tanggung jawab, dan

memberikan informasi yang bermutu, tepat waktu untuk pengambilan keputusan, dalam

rangka pencapaian tujuan yaitu efesiensi dan efektif operasi.

Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-

kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja

merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara

obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi

operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan,

peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai

dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada

pihak-pihak pengguna laporan tersebut.

Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik pemerintah

sangat tergantung pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas audit yang baik, maka akan

timbul permasalahan, seperti munculnya kecurangan, korupsi, kolusi dan berbagai

ketidakberesan di pemerintahan.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas-, maka penulis
mengajukan beberapa saran untuk bahan pertimbangan yang mudah-mudahan dapat
memberikan manfaat, adapun saran dari penulis sebagai berikut:

1. Bagi Instansi Pemerintah

a. Sebaiknya Instansi Pemerintah menambah Sumber Daya Manusia (auditor) yang kompeten

agar pelaksanaan audit bisa lebih efektif dan berjalan lebih baik dari sebelumnya.

b. Sebaiknya Instansi Pemerintah memberikan pelatihan kepada auditor yang sudah ada
agar lebih memahami peraturan perundang-undangan yang di gunakan pada saat
pelaksanaan audit dan agar lebih mudah mengkomunikasikan temuan kepada Kepala
Dinas.

c. Pada saat tahap tindak lanjut audit sebaiknya Instansi Pemerintah lebih mengamati
pelaksanaan rekomendasi yang dilakukan Dinas, agar hasil audit kinerja lebih
optimal.

d. Sebaiknya Instansi Pemerintah lebih intensif dalam membina Kepala Dinas di


masing-masing Dinas, karena apabila pemimpin tegas dalam memimpin dinas, maka
kinerja dan akuntabilitas dari pegawai pun lebih baik.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Apabila ada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengambil penelitian yang serupa,
diharapkan dapat memperluas cakupan bahasan dan perlu juga dilakukan penelitian lebih
lanjut terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi akuntabilitas publik, diantaranya
adalah audit laporan keuangan, kinerja keuangan, dan pengelolaan keuangan.
REFERENSI :

Wilopo. 2001. “Faktor- faktor yang Menentukan Kualitas Audit Pada Sektor Publik/

Pemerintah”. Ventura. STIE Perbanas. Vol. 4 No. 1. Juni. Pp. 27 – 32.

Harry Suharto. 2002. “ Compliance Audit Pemerintah Daerah”. Media Akuntansi. Edisi 26.

Mei – Juni. Pp. 14 -15

Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat


Ulum M.D, Ihyaul.2009. Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Bumi Aksara:Jakarta
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Rai, I Gusti Agung.2010. Audit Kinerja Pada Sektor Publik. Salemba Empat : Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan
UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
UU No. 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah.
Jurnal Dan Skripsi
Mulyandini, Vita Citra. 2016. “ Pengaruh Audit Kinerja Pemerintahan
terhadap Akuntabilitas Dinas Pemerintahan Kota Cimahi”. Portofolio Volume 13
No. 1. Universitas Padjajaran Bandung.
Badjuri Achmad; Trihapsari Elisa. 2008. “Audit Kinerja Pada Organisasi Sektor Publik”.
STIE Stikubank Semarang, STIE Semarang.
Arifah Amalia Dista. 2012. PENERAPAN AUDIT KINERJA (AUDIT OPERASIONAL)
PADA SEKTOR SWASTA DAN PEMERINTAH. Jurnal Keuangan dan Bisnis Volume 4/No.3/
November 2012. Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Anda mungkin juga menyukai