Anda di halaman 1dari 10

AUDIT KEUANGAN NEGARA

STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA (SPKN)

Disusun Oleh:
KELOMPOK 14
CLAUDIA APRILLA. P / 1402113378
SINTIA MARAMIS / 1402118262

KELAS D GANJIL 2017/2018


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA (SPKN)

A. Pengantar Pemeriksaan Keuangan Negara

Standar pemeriksaan keuangan negara disebut sebagai standar pemeriksaan, memuat


persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan
pemeriksaan yang profesional. Pemeriksaan profesional yang berdasarkan pada standar
pemeriksaan akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari
entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara obyektif. Apabila
pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan
Standar Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung peningkatan mutu
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta pengambilan keputusan Penyelenggara
Negara. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara juga merupakan salah
satu unsur penting dalam rangka terciptanya akuntabilitas publik.

Dalam pelaksananaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara


diperlukan suatu standar. Standar pemeriksaan keuangan negara adalah amanat dari UU Nomor
15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Standar Pemeriksaan diperlukan
untuk menjaga kredibilitas serta profesionalitas dalam pelaksanaan maupun pelaporan
pemeriksaan baik pemeriksaan keuangan, kinerja, serta pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Tujuan Standar Pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan
organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.

1. Dasar Hukum

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ditetapkan dengan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun
2007 yang berlaku sejak 7 Maret 2007 sebagai amanat undang undang yang ada. Adapun yang
terdapat didalam peraturan badan pemeriksaan keuangan negara terdapat 7 (tujuh) standar
pemeriksaan:
Standar umum
Standar pelaksanaan pemeriksaan keuangan
Standar pelaporan pemeriksaan keuangan
Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja
Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program,
kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab
Keuangan Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. SPKN berlaku bagi BPK atau
akuntan publik serta pihak lain yang diberi amanat untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK. SPKN juga dapat menjadi
acuan bagi aparat pengawasan internal pemerintah maupun pihak lain dalam penyusunan standar
pengawasan sesuai kedudukan, tugas, dan fungsinya.
2. Kerangka Institusional

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu


pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional. Pelaksanaan
pemeriksaan yang didasarkan pada Standar Pemeriksaan akan meningkatkan kredibilitas
informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan
pengujian bukti secara obyektif. Apabila pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini
dan melaporkan hasilnya sesuai dengan Standar Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan tersebut
akan dapat mendukung peningkatan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
serta pengambilan keputusan Penyelenggara Negara.

Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara juga merupakan salah satu
unsur penting dalam rangka terciptanya akuntabilitas publik. Tujuan SPKN adalah untuk menjadi
ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Pemeriksaan Pengeloaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dalam rangka


mewujudkan akuntabilitas publik adalah bagian dari reformasi bidang keuangan negara yang
dimulai sejak tahun 2003. Pengertian pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara
mencakup akuntabilitas yang harus diterapkan semua entitas oleh pihak yang melakukan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Akuntabilitas diperlukan untuk dapat
mengetahui pelaksanaan program yang dibiayai dengan keuangan negara, tingkat kepatuhannya
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta untuk mengetahui tingkat
kehematan, efisiensi, dan efektivitas dari program tersebut.

Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis pemeriksaan
yang akan dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh pemeriksa. Jenis pemeriksaan yang
diuraikan dalam SPKN meliputi: pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu.

Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan, yaitu laporan keuangan
pemerintah pusat, kementerian Negara/lembaga, dan pemerintah daerah serta laporan keuangan
BUMN/BUMD. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan
pernyataan pendapat (opini) tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan pemerintah. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan
efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan
manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah.

Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi
perhatian lembaga perwakilan dan untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar
kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan
efisien, serta memenuhi sasarannya secara efektif.Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas
hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.
a) Posisi, Tugas dan Fungsi BPK berdasarkan UUD 1945

BPK adalah sebuah badan independen yang dibentuk oleh pemerintah sebagai lembaga
pemeriksa keuangan negara dan mengaudit keuangan pejabat, baik di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah. Lembaga kontrol ini bila berjalan sesuai dengan fungsinya yang akan
memberikan efek yang yang sangat positif baik di tingkat masyarakat intern atau masyarakat
ekstern yang pada akhirnya akan menciptakan kesejahteraan rakyat. Kontrol yang baik dan
kontinue akan dapat meminimalisir penyalahgunaan keuangan dan mencegah gejala korupsi di
semua level sehingga dana yang diproyeksikan untuk kesejahteraan rakyat dapat tersalurkan
sesuai jalurnya. Sementara di sisi lain, efektitifitas kinerja lembaga ini akan menarik minat
investor untuk melakukan investasi di Indonesia. Ketika investasi masuk, geliat ekonomi
bangkit, full employment terwujud, PDB meningkat, dan kesejahteraan rakyat akan tercipta.

Mengingat kedudukan BPK yang sangat signifikan dalam tata kelola keuangan negara
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka sesuai dengan isi Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK
memiliki peran dan fungsi penting, yaitu untuk melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan
dan kinerja pemerintah (Pasal 4). BPK juga dapat melakukan pemeriksaan secara bebas dan
mandiri, meliputi penentuan obyek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan,
penentuan waktu dan metode pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan
(pasal 6). Kendati dalam penentuan standar pemeriksaan BPK melakukan konsultasi dengan
pemerintah, tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan, BPK lebih independen dan relatif jauh dari
konflik kepentingan.

Sementara Pasal 23 E ayat (1) hasil amandemen UUD 1945 memberi peran strategis
kepada BPK, yaitu memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara melalui suatu
badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri. Sebagai institusi resmi pemeriksa eksternal
independen, keberadaan BPK diakui secara konstitusional dan perannya direvitalisasi menjadi
lembaga negara yang sejajar dengan MPR, DPR, DPD, Presiden dan MA.

Banyak faktor pendukung penguatan peran BPK di masa yang akan datang. UU Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara merupakan landasan-landasan yuridis produk terbaru era reformasi yang
semakin memperluas dan memperkuat kewenangan dan fungsi BPK. Kalau sebelumnya objek
pemeriksaan oleh BPK lebih ditekankan pada pemeriksaan kewajaran laporan keuangan oleh
Pemerintah Daerah, maka ke depan menyangkut seluruh obyek pemeriksaan dari pusat sampai
ke daerah yaitu Pemerintah Daerah dan BUMD. Tidak saja sisi pengelolaan keuangannya, tetapi
juga kinerja dan audit investigasi dalam rangka lebih mengakomodasi laporan-laporan
masyarakat.

Secara umum BPK bertugas untuk memeriksa seluruh unsur keuangan negara, baik pusat
maupun daerah, yang mencakup: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), Bank Indonesia (BI), Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan
Layanan Umum (BLU), dan badan lain yang ada kepentingan keuangan negara di dalamnya.
b) Struktur Organisasi BPK

Struktur Organisasi BPK diatur berdasarkan Keputusan Ketua BPK Nomor 34/K/I-
VIII.3/6/2007 tanggal 15 Juni 2007, sebagaimana pada uraian berikut:
BPK terdiri dari 1 orang ketua merangkap anggota, 1 orang wakil ketua merangkap anggota, dan
7 orang anggota BPK. Dalam organisasi BPK, 7 orang anggota ini dibagi untuk melakukan
pembinaan atas suatu lingkup pemeriksaan. BPK dibantu oleh satu sekretariat Jenderal, satu
Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, dan pendidikan dan latihan
pemeriksaan keuangan negara, serta satu Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara, dan 7 Auditorat Utama Keuangan Negara.

c. Visi, Misi, dan Tujuan Strategis BPK

Visi BPK RI adalah: Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas, mandiri,
dan profesional serta berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang
akuntabel dan transparan.

Misi BPK RI adalah: Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam
rangka mendorong terwujudnya akuntabillitas dan transparansi keuangan negara, serta berperan
aktif dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan transparan.

Tujuan strategis BPK adalah:


Mewujudkan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa keuangan Negara yang independen dan
professional
Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan
Mewujudkan BPK RI sebagai pusat regulator di bidang pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara
Mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara.

d. Tugas BPK
Tugas BPK yang pokok yaitu :
1. Melakukan Pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan ini mencakup keuangan
pada :
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Lembaga Negara lainnya
Bank Indonesia
Badan Usaha Milik Negara
Badan Layanan Umum
Badan Usaha Milik Daerah
Lembaga atau badan lain yang melakukan pengolahan keuangan negara
seperti Mahkamah Agung
Setiap lembaga yang tercantum berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Memberikan hasil pada DPR
2. Badan Pemeriksa Keuangan memeriksa semua pelaksanaan APBN yaitu :
Memeriksa tanggung jawab pada pemerintah yang mengenai keuangan Negara
Melakukan pemeriksaan terhadap semua pelaksanaan APBN
Pelaksanaan pemerintah yang dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan UU
Hasil pemeriksaan BPK diberitahuan kepada DPR, DPD, dan DPRD

3. Melaporkan unsur pidana yang ditemukan

BPK bertugas untuk melakukan pelaporan kepada instansi yang berwenang, yang
disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan paling lama 1 (satu) bulan
sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut. Hal tersebut dimaksudkan untuk dijadikan
dasar penyidikan oleh pejabat penyidik yang berwenang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

e. Fungsi BPK dan Wewenanganya

Dari tugas BPK yang disebutkan di atas, terdapat fungsi BPK sebagai lembaga tinggi
negara yaitu :
Melakukan pengkajian, pada penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan
keuangan dan pembangunan
Perumusan dan pelaksanaan dalam kebijakan terhadap pengawasan keuangan dan
pembangunan
Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas
Melakukan pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan
pengawasan keuangan yang berjalan pada pemerintahan Indonesia.

Badan Pemeriksa Keuangan Indonesia memiliki wewenang BPK yang berlaku, sebagian
besarnya adalah sebagai berikut :
Melakukan penetapan terhadap objek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan
pemeriksaan, baik dalam menentukan waktu dan metode pemeriksaan yang digunakan serta
menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan
Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi tenang pengelolaan keuangan dan juga
tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK
Melakukan pemeriksaan terhadap tempat penyimpanan uang dan barang milik negara.
Pemeriksaan di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara,
serta pemeriksaan terhadap perhitungan yang dilakukan, surat-surat, bukti-bukti, rekening
koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan negara.

B. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

Didalam peraturan badan pemeriksaan keuangan negara terdapat 7 (tujuh) standar pemeriksaan:

1. Standar Umum
Standar umum memberikan kerangka dasar untuk dapat menerapkan standar pelaksanaan
dan standar pelaporan secara efektif yang dijelaskan pada pernyataan standar berikutnya. Dengan
demikian, standar umum ini harus diikuti oleh semua pemeriksa dan organisasi pemeriksa yang
melakukan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

Beberapa standar umum yang termuat dalam PSP Nomor 01 sebagai berikut:
Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk
melaksanakan tugas pemeriksaan,
Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan
pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern,
dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya,
Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksawajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama,
Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan SPKN harus
memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut
harus direviu oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstern).

2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan

Untuk pemeriksaan keuangan, SPKN memberlakukan tiga pernyataan standar pekerjaan


lapangan SPAP yang ditetapkan IAI, berikut ini:
Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten harus
disupervisi dengan semestinya,
Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan,
Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.

3. Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan

Untuk pemeriksaan keuangan, SPKN memberlakukan empat standar pelaporan SPAP yang
ditetapkan IAI berikut ini:
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prinsip akuntansi yang lain yang berlaku
secara komprehensif (PSAP),
Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya,
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan audit,
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus Standar Pelaporan
Pemeriksaan Keuangan dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit
yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor. SPKN juga
memberikan 6 (enam) standar pelaporan tambahan.

4. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja

Untuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja, SPKN memberikan beberapa standar sebagai


berikut:
Pekerjaan harus direncanakan secara memadai,
Staf harus disupervisi dengan baik,
Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang
memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa,
Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas
kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan
pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan
tersebut dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang
mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi pemeriksa.

5. Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja

Untuk pelaporan pemeriksaan kinerja, SPKN memberikan beberapa standar sebagai


berikut:
Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk mengkomunikasikan setiap hasil
pemeriksaan,
Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup:
1) pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan SPKN,
2) tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan,
3) hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan, dan rekomendasi,
4) tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan,
5) pelaporan informasi rahasia apabila ada,
6) Pernyataan bahwa Pemeriksaan Dilakukan Sesuai dengan SPKN.
Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta
jelas, dan seringkas mungkin,
Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa,
pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang
bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain
yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, SPKN memberlakukan dua pernyataan standar
pekerjaan lapangan perikatan/penugasan atestasi SPAP yang ditetapkan IAI berikut ini:
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya,
Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi simpulan yang
dinyatakan dalam laporan.
SPKN juga memberi 5 (lima) standar pelaksanaan tambahan.

7. Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, SPKN memberlakukan empat pernyataan


standar pelaporan perikatan/penugasan atestasi dalam SPAP yang ditetapkan IAI sebagai berikut:
Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan atestasi
yang bersangkutan,
Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur,
Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang perikatan dan
penyajian asersi,
Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun berdasarkan kriteria
yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur yang
disepakati harus berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh
pihak-pihak yang menyepakati kriteria atau prosedur tersebut.
SUMBER:

http://akuntanmaniak.blogspot.com/2010/11/standar-pemeriksaan-keuangan-negara.html?m=1
http://wine-homework.blogspot.com/2011/10/standar-pemeriksaan-keuangan-
negara.html?m=1
http://wiraswadesi.wordpress.com/2011/10/25/standar-pemeriksaan-keuangan-negara/
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara
www.bpk.go.id
www.google.com

Anda mungkin juga menyukai