Disusun sebagai tugas ujian Matrikulasi Mata Kuliah Auditing Program Pascasarjana (S2) Magister Akuntansi Beasiswa STAR BPKP BATCH II
Disusun oleh : KARTIKA NIM.12030113420195 SATKER : BALAI VETERINER SUBANG KEMENTERIAN PERTANIAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014 I. Profil Piutang Bukan Pajak Berdasarkan Laporan Keuangan Balai Veteriner Periode Tahun 2013, nilai Piutang Bukan Pajak sebesar Rp 82.486.000,- dengan nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih sebesar Rp 412.430,-. Piutang Bukan Pajak timbul karena adanya Jasa Layanan Diagnosa Penyakit Hewan dimana pembebanan tarif layanan tersebut mengacu pada PP No.48 Tahun 2012 yang mengatur tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Pertanian. Pengakuan piutang bukan pajak mengacu pada dokumen sumber berupa Surat Penagihan Piutang Bukan Pajak Pengujian Penyakit Hewan yang diotorisasi Bendahara Penerimaan dan Kuasa Pengguna Anggaran. Berdasarkan akumulasi nominal yang tercantum dalam Surat Penagihan tersebut, nilai bruto tersebut merupakan besarnya piutang yang tersaji pada Neraca per 31 Desember 2013 sebelum dikurangi dengan Penyisihan Piutang Tak Tertagih. Dalam praktiknya, pengakuan piutang di Kementerian/Lembaga menggunakan cash to accrual basis dimana piutang bukan pajak dari pendapatan jasa diagnosa penyakit hewan diakui dan dicatat pada saat batas akhir tanggal pembayaran sesuai dengan keputusan Satuan Kerja dan tidak dibarengi dengan pembayaran oleh pelanggan. Besarnya nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih berdasarkan pada kualitas piutang. Kualitas piutang dapat dikategorikan dalam empat kelompok: a. Piutang Lancar yaitu jika belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh tempo yang ditetapkan dengan nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih sebesar 5 per mil dari nilai piutang lancar. b. Piutang Kurang Lancar yaitu jika dalam jangka waktu satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan dengan nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih sebesar 10 persen dari nilai piutang kurang lancar. c. Piutang Diragukan yaitu jika dalam jangka waktu satu bulan terhitung sejak Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan dengan nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih sebesar 50 persen dari nilai piutang diragukan. d. Piutang Macet yaitu jika dalam jangka waktu satu bulan terhitung sejak Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan dengan nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih sebesar 100 persen dari nilai piutang macet.
II. Pengujian Substantif Audit Piutang Bukan Pajak Tujuan pengujian substantive pada piutang bukan pajak adalah: a. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang terkait dengan piutang bukan pajak Dalam memperoleh keyakinan atas keandalan catatan akuntansi, auditor dapat melakukan rekonsiliasi antara saldo piutang bukan pajak yang tersaji pada neraca dengan catatan pada Buku Kas Umum Bendahara Penerimaan, Buku Pembantu Piutang, Daftar Rekapitulasi Utang dan Formulir Jurnal Asset yang mencatat jurnal terkait piutang bukan pajak. b. Membuktikan keberadaan piutang bukan pajak dan keterjadian transaksi yang terkait dengan piutang bukan pajak yang tercantum pada neraca Dalam membuktikan keberadaan piutang bukan pajak dan keterjadian transaksi yang terkait atas akun tersebut, auditor dapat melakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Melakukan pengujian analitik (lihat Tabel 2.1.) 2. Memeriksa bukti pendukung yang berkaitan dengan piutang bukan pajak yang dapat berupa: a. Surat Penagihan Piutang Bukan Pajak Pengujian Penyakit Hewan yang diotorisasi Bendahara Penerimaan dan Kuasa Pengguna Anggaran. b. Surat Setoran Bukan Pajak yang telah memiliki Nomor Tanda Penerimaan Negara yang berasal dari Bank Persepsi sebagai bukti pembayaran piutang bukan pajak dengan cara pembayaran tunai. c. Rekening Koran Bendahara Penerimaan sebagai bukti pembayaran piutang bukan pajak dengan cara pembayaran transfer. d. Formulir Penerimaan & Pengujian Sampel Hewan yang prenumbered dan telah diotorisasi Bagian Laboratorium Epidemiologi sebagai bukti debitur telah diberikan layanan jasa diagnosa penyakit hewan. 3. Memeriksa cutoff transaksi yang terkait dengan piutang bukan pajak. 4. Melakukan inspeksi, konfirmasi, wawancara, vouching piutang bukan pajak kepada para debitur. c. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo piutang bukan pajak yang tercantum pada neraca Dalam membuktikan kelengkapan transaksi pada catatan akuntansi dan kelengkapan saldo piutang bukan pajak yang ada pada neraca, auditor dapat melakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Melakukan pengujian analitik (lihat Tabel 2.1.) 2. Memeriksa bukti pendukung yang berkaitan dengan piutang bukan pajak yang dapat berupa: a. Surat Penagihan Piutang Bukan Pajak Pengujian Penyakit Hewan yang diotorisasi Bendahara Penerimaan dan Kuasa Pengguna Anggaran. b. Surat Setoran Bukan Pajak yang telah memiliki Nomor Tanda Penerimaan Negara yang berasal dari Bank Persepsi sebagai bukti pembayaran piutang bukan pajak dengan cara pembayaran tunai. c. Rekening Koran Bendahara Penerimaan sebagai bukti pembayaran piutang bukan pajak dengan cara pembayaran transfer. d. Formulir Penerimaan & Pengujian Sampel Hewan yang prenumbered dan telah diotorisasi Bagian Laboratorium Epidemiologi sebagai bukti debitur telah diberikan layanan jasa diagnosa penyakit hewan. 3. Memeriksa cutoff transaksi yang terkait dengan piutang bukan pajak. 4. Melakukan inspeksi, konfirmasi, wawancara, vouching piutang bukan pajak kepada para debitur. d. Membuktikan hak satuan kerja atas piutang bukan pajak yang tercantum pada neraca Dalam membuktikan hak satuan kerja atas piutang bukan pajak yang tercantum pada neraca, auditor dapat melakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Memeriksa bukti pendukung yang berkaitan dengan piutang bukan pajak yang dapat berupa: a. Surat Penagihan Piutang Bukan Pajak Pengujian Penyakit Hewan yang diotorisasi Bendahara Penerimaan dan Kuasa Pengguna Anggaran. b. Surat Setoran Bukan Pajak yang telah memiliki Nomor Tanda Penerimaan Negara yang berasal dari Bank Persepsi sebagai bukti pembayaran piutang bukan pajak dengan cara pembayaran tunai. c. Rekening Koran Bendahara Penerimaan sebagai bukti pembayaran piutang bukan pajak dengan cara pembayaran transfer. d. Formulir Penerimaan & Pengujian Sampel Hewan yang prenumbered dan telah diotorisasi Bagian Laboratorium Epidemiologi sebagai bukti debitur telah diberikan layanan jasa diagnosa penyakit hewan. 2. Melakukan inspeksi, konfirmasi, wawancara, vouching piutang bukan pajak kepada para debitur. e. Membuktikan kewajaran penilaian piutang bukan pajak yang tercantum pada neraca Dalam penyajian di neraca, pada sisi Asset nilai Piutang Bukan Pajak disajikan dalam nilai bruto dikurangi dengan nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih. Auditor dalam menilai kewajaran kedua akun tersebut, dapat melakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Melakukan prosedur audit awal (lihat Tabel 2.1.) 2. Melakukan pengujian analitik (lihat Tabel 2.1.) 3. Memeriksa bukti pendukung yang berkaitan dengan piutang bukan pajak yang dapat berupa: a. Surat Penagihan Piutang Bukan Pajak Pengujian Penyakit Hewan yang diotorisasi Bendahara Penerimaan dan Kuasa Pengguna Anggaran. b. Surat Setoran Bukan Pajak yang telah memiliki Nomor Tanda Penerimaan Negara yang berasal dari Bank Persepsi sebagai bukti pembayaran piutang bukan pajak dengan cara pembayaran tunai. c. Rekening Koran Bendahara Penerimaan sebagai bukti pembayaran piutang bukan pajak dengan cara pembayaran transfer. d. Formulir Penerimaan & Pengujian Sampel Hewan yang prenumbered dan telah diotorisasi Bagian Laboratorium Epidemiologi sebagai bukti debitur telah diberikan layanan jasa diagnosa penyakit hewan. 3. Melakukan inspeksi, konfirmasi, wawancara, vouching piutang bukan pajak kepada para debitur. 4. Menilai akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih berdasarkan Kualitas Piutang. 5. Membandingkan penyajian piutang bukan pajak di neraca dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Buletin Teknis KSAP N.6 tentang Penatausahaan Piutang, dan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan No.PER 85/PB/2010 tentang Penatausahaan Penerimaan Piutang Bukan Pajak pada Satuan Kerja Kementerian/Lembaga. f. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang bukan pajak pada neraca Dalam penyajian dan pengungkapan akun piutang bukan pajak dan penyisihan piutang bukan pajak harus mengacu pada Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan No.233/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi & Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan No.PER 57/PB/2013 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.
Tabel 2.1. Program Pengujian Substantif Piutang Bukan Pajak Prosedur Audit Pelaksanaan Ya Tidak Prosedur Audit Awal Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun piutang bukan pajak meliputi :
a. Usut saldo piutang bukan pajak yang tercantum dalam neraca ke catatan Buku Kas Umum Bendahara Penerimaan, Buku Pembantu Piutang Bukan Pajak, Daftar Rekapitulasi Piutang, dan Formulir Jurnal Aset. b. Usut saldo penyisihan piutang tak tertagih yang tercantum dalam neraca ke Kartu Penyisihan Piutang Tak Tertagih dan Formulir Jurnal Aset. c. Bandingkan saldo akun piutang bukan pajak dan akun penyisihan piutang tak tertagih yang ada pada aplikasi SAKPA dengan hasil rekonsiliasi internal Bendahara Penerimaan dan rekonsiliasi eksternal Kantor Pelayanan Perbendaharaan. d. Hitung kembali saldo akun piutang bukan V
V
V
pajak dalam Buku Kas Umum Bendahara Penerimaan, Buku Pembantu Piutang Bukan Pajak, Daftar Rekapitulasi Piutang, dan Formulir Jurnal Aset. e. Hitung kembali saldo akun penyisihan piutang tak tertagih yang tercantum pada Kartu Penyisihan Piutang Tak Tertagih dan Formulir Jurnal Aset. f. Lakukan review pada jumlah dan dokumen sumber posting dalam akun piutang bukan pajak dan penyisihan piutang tak tertagih bukan pajak. g. Telusuri saldo awal akun piutang bukan pajak dan penyisihan piutang tak tertagih bukan pajak pada neraca tahun lalu dan Laporan Hasil Pemeriksaan Auditor tahun lalu. h. Telusuri posting pendebitan akun piutang bukan pajak pada jurnal yang bersangkutan yang didasarkan pada dokumen Surat Setoran Bukan Pajak yang telah memiliki Nomor Tanda Penerimaan Negara jika pembayaran piutang dengan cara pembayaran tunai atau Rekening Koran Bendahara Penerimaan jika pembayaran piutang dengan cara transfer. i. Lakukan rekonsiliasi akun piutang bukan pajak dalam Buku Kas Umum Bendahara Penerimaan dengan Buku Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Kas Bank, dan Buku Pembantu Piutang Bukan Pajak. Prosedur Analitik Lakukan prosedur analitik sebagai berikut: a. Bandingkan saldo akhir piutang bukan pajak pada periode tahun lalu dengan saldo awal piutang bukan pajak tahun yang diaudit. b. Bandingkan penyisihan piutang tak tertagih tahun lalu dengan penyisihan piutang tak tertagih tahun yang diaudit berdasarkan kualitas piutang bukan pajak.
Pengujian terhadap Transaksi Rinci Periksa transaksi piutang bukan pajak yang tercatat ke dokumen yang mendukung timbulnya piutang
a. Periksa pendebitan akun piutang bukan pajak ke dokumen pendukung berupa Surat Penagihan Piutang Bukan Pajak yang telah diotorisasi Bendahara Penerimaan dan Kuasa Pengguna Anggaran serta Formulir Penerimaan dan Pengujian Sampel Hewan yang prenumbered dan telah diotorisasi Bagian Lab Epidemiologi. b. Periksa pengkreditan akun piutang bukan pajak ke dokumen pendukung berupa Kuitansi Pembayaran dan Surat Setoran Bukan Pajak yang telah memiliki NTPN jika pembayaran piutang dengan tunai, atau rekening koran bendahara penerimaan jika pembayaran piutang dengan transfer. Lakukan verifikasi cutoff transaksi pemberian jasa layanan diagnosa penyakit hewan:
a. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang bukan pajak berupa Surat Penagihan Piutang Bukan Pajak yang telah diotorisasi Bendahara Penerimaan dan Kuasa Pengguna Anggaran serta Formulir Penerimaan dan Pengujian Sampel Hewan yang prenumbered dan telah diotorisasi Bagian Lab Epidemiologi dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca. b. Periksa dokuemen yang mendukung berkurangnya piutang bukan pajak berupa Kuitansi Pembayaran dan Surat Setoran Bukan Pajak yang telah memiliki NTPN jika pembayaran piutang dengan tunai, atau rekening koran bendahara penerimaan jika pembayaran piutang dengan transfer.
Lakukan verifikasi cutoff transaksi penerimaan kas
a. Lakukan observasi apakah kas di Bendahara Penerimaan yang diterima baik Kas Tunai maupun Kas Bank pada hari terakhir tahun yang diaudit telah disetorkan ke Kas Negara atau dicatat sebagai piutang bukan pajak. b. Lakukan review terhadap dokumen Buku Kas Umum Bendahara Penerimaan, Buku
Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Kas Bank, Surat Setoran Bukan Pajak yang telah berNTPN, dan Rekening Koran Bendahara Penerimaan beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca. Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci Lakukan inspeksi, konfirmasi, wawancara, vouching pada para debitur dan dokumen pendukung tentang kebenaran nilai piutang bukan pajak dan penyisihan piutang tak tertagih bukan pajak
Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan Bandingkan penyajian akun piutang bukan pajak dan penyisihan piutang tak tertagih bukan pajak dengan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Menteri Keuangan No.233/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi & Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan No.PER 57/PB/2013 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
a. Periksa klasifikasi piutang bukan pajak ke dalam golongan asset lancar dan asset tetap. b. Periksa jawaban konfirmasi debitur dan bank persepsi. c. Periksa klasifikasi kualitas piutang bukan pajak ke dalam golongan piutang lancar, piutang kurang lancar, piutang diragukan dan piutang macet. d. Periksa kecukupan pengungkapan akuntansi piutang bukan pajak dan penyisihan piutang tak tertagih bukan pajak dalam Catatan atas Laporan Keuangan seperti yang disyaratkan pada SAP.
III. Kesimpulan Berdasarkan prosedur audit piutang bukan pajak tahun 2013 pada Balai Veteriner Subang, pencatatan dan penatausahaan piutang telah berjalan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Hal tersebut karena telah didukung dengan penggunaan Aplikasi SAKPA yang mengharuskan adanya rekonsiliasi internal pada satker dan rekonsiliasi eksternal antara satker dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Potensi fraud dalam pencatatan dan penatausahaan piutang bukan pajak terletak pada belum adanya Unit Penatausahaan Piutang yang terbagi dalam Unit Operasional, Unit Administrasi dan Unit Pembukuan. Dalam Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan PER 02/PB/2007 mensyaratkan adanya Unit Penatausahaan Piutang yang sebenarnya dapat dilakukan oleh Bendahara Penerimaan. Namun untuk meminimalisasi fraud, sebaiknya terdapat pemisahan fungsi antara ketiga unit tersebut dan terdapat aplikasi recording database terkait piutang bukan pajak dan penyisihan piutang bukan pajak.