Kelompok 6:
a) Karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan entitas yang diperiksa.
b) Area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan oleh pengguna laporan keuangan
c) Kestabilan atau keandalan nilai yang akan dijadikan dasar.
Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan:
a) Total penerimaan atau total belanja, untuk entitas nirlaba
b) Laba sebelum pajak atau pendapatan, untuk entitas yang bertujuan mencari laba, dan
c) Nilai aset bersih atau ekuitas, untuk entitas yang berbasis aset.
Mengenai angka yang harus diambil, apakah angka tahun lalu, tahun berjalan, atau angka
ekspektasi, tergantung pertimbangan reliabilitas atau keakuratan data. Praktik yang umum dengan
mengambil angka tahun lalu, kemudian disesuaikan dengan inflasi atau perkiraan anggaran. Cara
lain adalah dengan mengambil data actual pada saat perencanaan, kemudian diekstrapolasi ke
dalam sejumlah periode.
Misalnya : Dep Kesehatan mengemban tugas untuk meningkatkan kesehatan di seluruh
Indonesia sering melakukan proyek penelitian dan pengembangan mengenai masalah-masalah
kesehatan dan mendirikan fasilitas-fasilitas layanan kesehatan, seperti rumah sakit,pukesmas, dan
sebagainya yang dibiayai oleh pemerintah. Nilai total belanja pada Laporan Realiasi
Anggaran(LRA) departemen tersebut cukup tinggi, dan pengguna laporan keuangan diperkirakan
akan tertarik untuk mengetahui penggunaan dana dari pemerintah tersebut. Oleh karena itu, dasar
penetapan materialitas yang paling sesuaiuntuk pemeriksaan laporan keuangan departemen ini
adalah total belanja.
Sebagai contoh perhitungan, auditor memutuskan kombinasi salah saji berjumlah 8 % dari
laba bersih sebelum pajak dipandang material untuk laporan laba-rugi, dengan memperhatikan
faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Oleh karena itu, jika kombinasi salah saji kurang dari 3
%, auditor akan memandang sebagai salah saji yang tidak material, dengan memperhatikan faktor
kualitatif dalam salah saji tersebut. Salah saji berada diantara 3 % dan 8 % memerlukan
pertimbangan auditor untuk memutuskan materialitasnya. Jika misalnya, laba bersih sebelum
pajak yang dipakai sebagai jumlah kunci berjumlah Rp 100 juta, maka batas materialitas
(materiality border) untuk laporan laba-rugi berada dalam kisaran :
Rp 3.000.000 sampai Rp 8.000.000
Batas bawah dihitung 3% x Rp100.000.000 dan batas dihitung 8% x Rp 100.000.000.
Contoh berikut ini menunjukan batas materialitas yang ditentukan oleh auditor :
1. Untuk total aktiva dalam neraca Rp 41 juta s.d Rp 100 juta
2. Untuk aktiva lancar Rp 25 juta s.d Rp 60 juta
3. Untuk total ekuitas pemegang saham dalam neraca Rp 15 juta s.d Rp 45 juta
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
laporan keuangan, karena pendapat auditor atas lapoaran sebagai keseluruhan dan tingkat saldo
akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan menyeluruh atas
kewajaran laporan keuangan.
Kesalahan gabungan (E+) dalam laporan keuangan yang diperiksa, harus dipertimbang -kan
sebagai berikut:
E+ > 10% ; dinilai “MATERIAL”
E+ < 5% ; dinilai “TIDAK MATERIAL” bila tidak ada faktor kualitatif
5% < E+ < 10% ; memerlukan tindak lanjut berdasarkan kebijakan profesional auditor
bersangkutan untuk menentukan materialitasnya
Pedoman umum penerapan tingkat materialitas :
0.5% dari belanja/ pendapatan digunakan pada entitas nirlaba pada saat pemeriksaan yang baru
pertama kali dilakukan atau pada kondisi SPI entitas belum memadai. Pemeriksa dapat berangsur-
angsur meningkatkan tingkat materialitas yang akan digunakannya pada pemeriksaan-
pemeriksaan selanjutnya samapi dengan tingkat materialitas 5 % dari total belanja / pendapatan
5 % - 10% dari laba sebelum pajak. Tingkat materialitas 10% digunakan pada perusahaan
nonpublic dan anak perusahaannya dan 5 % digunakan pada perusahaan publik.
0.5% - 1% dari penjualan, apabila sebuah perusahaan telah beroperasi pada atau mendekati titik
impas dan keuntungan / kerugian bersih berfluktuasi dari tahun ke tahun.
1% dari ekuitas pada saat hasil dari operasi sangat rendah yang menyebabkan likuiditas sebagai
perhatian utama/ pada saat pengguna laporan keuangan lebih memfokuskan perhatian pada ekuita
dari pada hasil dari operasi.
0.5% - 1% dari total aktiva pada saat ekuitas mengalami penurunan pada titik paling rendah.
Dianjurkan : kepada pemeriksa menggunakan tingkat materialitas yang paling rendah
(paling konservatif) pada pemeriksaan atas laporan keuangan entitas yang baru kali pertama
diperiksa. Selain itu, tingkat materialitas yang konservatif juga harus digunakan pada pemeriksaan
atas laporan keuangan entitas-entitas yang mempunyai risiko pemeriksaan tinggi atau belum
mempunyai system pengendalian intern yang memadai.
Penetapan Nilai Materialitas Awal
Nilai Materialitas Awal (PM) merupakan nilai materialita awal untuk tingkat laporan
keuangan secara keseluruhan. Nilai materialitas awal yang diperoleh merupakan bearnya
kesalahan yang mempengaruhi pertimbangan pengguna Laporan Keuangan.
http://tensilatif31.blogspot.com/2012/07/resiko-audit.html
http://yuvinella.wordpress.com/2012/10/21/materialitas-risiko-dan-strategi-audit-awal/
Halim, Abdul. 2008. Auditing 1 (Dasar-dasar audit laporan keuangan). Yogyakarta : Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Jusup, Al. Haryono (2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN