Anda di halaman 1dari 41

TUGAS KELOMPOK (KELAS D JAM 15.

45)

MAKALAH AUDIT SEKTOR PUBLIK

AUDIT SALDO KAS

OLEH :

KELOMPOK 8

1 RAHMI FONESMA SARI 1102112803


2 SEPRINI 1202135321
3 NURRAHMA DEWI 1202135566
4 AHMAD HAFIDZ AL-UMAM 1202135187

DOSEN PEMBIMBING : MASNIAR ELISABETH, SE, M.Si.,


Ak.,CA

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas didalam mata kuliah

Audit Sektor Publik. Yang mana materi didalam makalah ini digunakan sebagai

acuan presentasi yang dilakukan pada hari yang bersangkutan.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah syarat yang diajukan

untuk mengikuti Ujian Semester Ganjil.

Dalam penyusunan makalah ini, kami merasa masih ada beberapa

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu bagi dosen

pembimbing kami minta kritik dan saran agar untuk berikutnya kami dapat

memperbaiki pembuatan makalah ini di masa yang akan datang.

Besar harapan kami,makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca ,

khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi.

Pekanbaru, November 2014

Salam

Penulis

DAFTAR ISI

2
Kata Pengantar.................................................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................................

Bab I Pendahuluan....................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah


..........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah


..........................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan


..........................................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan


..........................................................................................................

Bab II Pembahasan.....................................................................................................

2.1 Tujuan Audit Saldo Kas


..........................................................................................................

6
2.2 Proses Audit Kas
..........................................................................................................

7
2.3 Pengujian Substantif Kas
..........................................................................................................

9
2.4 Pengujian Untuk Mendeteksi Lapping

3
..........................................................................................................

19
2.5 Prosedur Akuntansi dan Penerimaan Pengeluaran Kas
..........................................................................................................

20
2.6 Membuat Program Pemeriksaan Kas
..........................................................................................................

32
Bab III Penutup................................................................................................................

34
3.1 Kesimpulan
..........................................................................................................

34
Daftar Pustaka. ................................................................................................................

37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saldo kas dihasilkan oleh pengaruh kumulatif dari siklus belanja,

investasi, dan jasa perssonalia. Entitas harus mengeluarkan kasnya untuk

4
memperoleh berbagai sumber daya yang diperlukan oleh entitas tersebut (siklus

belanja). Pengeluaran kas tersebut meliputi pula pengeluaran untuk memperoleh

sumber daya manusia (siklus jasa personalia). Siklus investasi juga berkaitan erat

dengan siklus kas. Entitas yang melakukan investigasi harus mengeluarkan

sejumlah uangnya untuk membeli saham atau surat berharga lainnya. Investasi

tersebut akan menghasilkan pendapatan yang pada akhirnya akan menambah

saldo kas. Saldo kas meliputi kas ditangan atau yang disimpan entitas, kas dibank,

dan dana tertentu yang disisihkan (seperti dana kecil).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa tujuan audit saldo kas
2. Bagaimana proses audit kas ?
3. Bagaimana pengujian substantive kas?
4. Bagaimana pengujian untuk mendeteksi lapping?
5. Bagaimana prosedur akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas?
6. Bagaimana membuat program pemeriksaan kas?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tujuan audit saldo kas
2. Untuk mengetahui bagaimana proses audit kas
3. Untuk mengetahui bagaimana pengujian substantive kas
4. Untuk mengetahui agaimana pengujian untuk mendeteksi lapping
5. Untuk mengetahui bagaimana prosedur akuntansi penerimaan dan

pengeluaran kas
6. Untuk mengetahui bagaimana membuat program pemeriksaan kas

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Audit Sektor Publik oleh dosen

pembimbing.
2. Untuk menambah pengetahuan penulis maupun pembaca makalah

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Tujuan Audit Saldo Kas

Tujuan audit saldo kas adalah memperoleh bukti tentang masing-masing

pernyataan signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo kas. Tujuan audit

ditentukan berdasarkan kelima kategori pernyataan laporan keuangan berikut:

1. Pernyataan keberadaan dan keterjadian


Saldo kas yang tercatat benar-benar ada pada tanggal neraca
2. Pernyataan Kelengkapan
Saldo kas yang tercatat meliputi pengaruh semua transaksi kas yang

telah terjadi
Transfer kas antarbank pada akhir tahun telah dicatat pada periode

yang tepat
3. Pernyataan hak dan kewajiban
Pemda mempunyai hak legal atas seluruh saldo kas yang disajikan

pada tanggal necara


4. Pernyataan penilaian dan pengalokasian
Saldo kas yang tercatat dapat direalisasi sesuai dengan jumlah yang

dinyatakan dalam neraca dan dengan skedul pendukungnya.


5. Pernyataan pelaporan dan pengungkapan
Saldo kas telah diidentifikasi dan dikelompokkan secara tepat dalam

neraca.
Identifikasi dan pengungkapan yang tepat serta memadai telah

dilakukan sehubungan dengan adanya pembatasan terhadap

penggunaan kas tertentu.

6
2.2Proses Audit Kas
1. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penyimpanan kas dengan

fungsi pencatatan kas. Akuntan melakukan pengamatan terhadap

pemisahan fungsi penyimpanan kas dengan fungsi pencatatan kas untuk

memperoleh keyakinan yang memadai bahwa catatan akuntansi

diselenggarakan oleh fungsi yang tidak merangkap fungsi penyimpanan

kas.
2. Lakukan pengamatan terhadap fasilitas pengamanan yang melindungi

pemegang kas dari kemungkinan pencurian dan permapokan terhadap kas

yang disimpannya. Untuk menjaga keamanan kas yang ada ditangan

entitas (dana yang belum disetor ke bank), pemegang kas harus dilengkapi

dengan fasilitas pengamanan yang dapat melindungi kas tersebut dari

kemungkinan pencurian dan perampokan. Ruang khusus untuk pemegang

kas seperti: lemari besi, register kas, dan system peringatan merupakan

contoh dari beberapa fasilitas yang dicari oleh auditor dalam

melaksanakan pengamatan ini.


3. Mintalah kopi notulen rapat pimpinan mengenai pembukaan dan

penutupan rekening bank. Untuk memperoleh keyakinan bahwa semua

pembukuan dan penutupan rekening giro di bank diotorisasi oleh

pimpinan, akuntan meminta kliennya untuk menyediakan notulen rapat

pimpinan tersebut, akuntan akan memperoleh informasi mengenai

berbagai latar belakang yang mendasari pembukaan dan penutupan

rekening giro disuatu bank beserta pembentukan dana kas kecil.


4. Ambil sampel bukti kas masuk. Untuk memperoleh keyakinan mengenai

adanya unsur pengengdalian internal dalam penerimaa kas, akuntan

7
mengambil sampel bukti kas masuk yang disimpandi sub bagian

keuangan. Bukti kas masuk diperiksa untuk melihat:

a. Otorisasi yang tercantum didalamnya

b. Surat pemberitahuan dari pihak luar yang melampirinya

c. Jumlah kas yang diterima menurut bukti kas masuk dibandingkan

jumlah yang tertera di daftar

d. Surat pemberitahuan dan bukti setor ke bank yangbersangkutan.

e. Pencatatannya ke dalam jurnal penerimaan kas

5. Ambil sampel bukti kas keluar yang telah dibayar. Prosedur pemeriksaan

ini telah dilaksanakan oleh akuntan terhadap pengujian kepatuhan atas

siklus pembelian. Bukti kas keluar diperiksa untuk melihat :

a. Otorisasi yang tercantum didalamnya

b. Nomor urut yang tercetak dan pertanggungjawaban atas pemakaian

nomor urut tersebut

c. Kelengkapan dokumen pendukungnya

d. Otorisasi yang tercantum di dalam dokumen pendukungnya

e. Cap lunas yang dibubuhkan pada dokmen pendukungnya

f. Pencatatannya ke dalam register SPM

g. Pencatatannya ke dalam buku pembantu yang bersangkutan

h. Kesesuaian dengan jumlah cek yang tercantum dalam rekening koran

6. Ambil berita acara penghitungan kas. Praktik yang sehat mengharuskan

dilakukannya perhitungan secara periodic atas kas yang ada ditangan dan

pencocokan jumlah kas hasil perhitungan tersebut dengan catatan

8
akuntansi untuk kas. Perhitungan kas tersebut dilakukan oleh Bagian

Pengawasan Internal dan dicantumkan dalam berita acara perhitungan kas.

2.3Pengujian Substantif Kas

Dalam rangka merancang pengujian substantive, auditor pertama kali

harus menentukan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk masing-masing

pernyataan signifikan yang terkait. Tinggi rendahnya risiko deteksi tergantung

pada besarnya risiko audit yang ditetapkan, risiko bawaan, dan risiko

pengendalian.

Karena karakteristik kas yang spesifik, terdapat banyak prosedur

pengujian substanti yang dapat diterapkan untuk memperoleh bukti mengenai

beberapa pernyataan. Pada kebanyakan audit, auditor terutama menekankan pada

pernyataan keberadaan dan keterjadian menginngat besarnya kemungkinan kas

disajikan dalam jumlah yang lebih besar dari semestinya (overstatement).

Tingginya risiko bahwa kas disajikan lebih besar dari semestinya terutama

disebaban oleh tingginya peluang pencurian. Oleh karena itu, auditor perlu

mengadakan perhitungan atas jumlah kas ditangan dan memperoleh konfirmasi

atas jumlah kas di bank.

Dari berbagai prosedur pengujian substantive yang mungkin, auditor dapat

merancang program audit untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat

diterima. Bila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah untuk suatu

pernyataan, maka ada lebih banyak prosedur pengujian substantive yang perlu

dilakukan. Selain itu, auditor perlu mengintensifkan efektivitas dari prosedur

9
pengujiaanya, misalnya dengan melakukan pengujian pada tanggal neraca atau

pada periode yang mendekati tanggal neraca. Pengujia tersebut antara lain :

1. Perhitungan jumlah kas ditangan


2. Tanggal pisah batas penerimaan kas
3. Tanggal pisah batas pengeluaran kas

2.3.1 Verifikasi atas Ketepatan Saldo Kas dan Skedul Kas

Prosedur pengujian ini merupakan titik awal dari pengujian substantive

terhadap siklus kas. Auditor harus menguji ketepatan perhitungan matematis dari

saldo-saldo kas dalam buku besar dan skedul kas pendukungyang dibuat oleh

klien. Skedul tersebut meliputi ringkasan dari seluruh saldo kas di bank dan saldo

kas yang disimpan di berbagai tempat. Saldo kas dalam skedul tersebut harus

sesuai dengan saldo kas yang tercantum dalam buku besar. Pengujian ini berkaitan

dengan pernyataan penilaian atau pengalokasian.

2.3.2 Penerapan Prosedur Analitis

Saldo kas dipengaruhi secara signifikan oleh manajemen melalui strategi

dan keputusan pembiayaan entitas. Dengan demikian, saldo kas mungkin saja

tidak menunjukkan hubungan yang dapat diprediksi dengan dara keuangan atau

data operasional lainnya. Meskipun demikian, prosedur analitis dalam hal ini juga

berguna. Misalnya, saldokas dibandingkan dengan sasaran atau harapan yang

ingin dicapai dalam anggaran.

Apabila perbandingan tersebut menunjukkan adanya hasil atau hubungan

yang masuk akal, maka hal tersebut merupakan bukti bahwa saldo kas benar-

benar ada, telah lengkap pencatatannya, dan dinilai secara tepat. Oleh karena itu,

10
pengujian ini berkaitan erat dengan pernyataan keberadaan atau keterjadian,

pernyataan kelengkapan, dan pernyataan penilaian atau pengalokasian.

2.3.3 Perhitungan Kas yang Disimpan dalam Entitas

Perhitungan ini memungkinkan auditor untuk mengetahui keberadaan

darikas tersebut. Dalam melaksanakan prosedur ini, auditor harus :

1. Mengendalikan seluruh kas yang dimiliki atau disimpan pemda sampai

seluruh perhitungan selesai dilaksanakan.


2. Auditor harus memastikan bahwa fungsi penjagaan kas tidak turut campur

dalam perhitungan kas. Meskipun demikian, fungsi penjagaan kas tetap perlu

melihat dan mengawasi perhitungan kas yang dilakukan oleh auditor. Hal ini

bertujuan menghindari klaim dari entitas tentang adanya kas yang hilang

sebagai akibat dari pelaksanaan perhitungan kas.


3. Audior harus meminta tanda tangan dari fungsi penjagaan kas sebagai bukti

bahwa seluruh kas telah dikembalikan pada organisasi


4. Auditor harus memastikan bahwa seluruh cek yang belum dicairkan oleh

organisasi benar-benar dapat dicairkan oleh organisasi.


5. Apabila organisasi memiliki beberapa tempat penyimpanan uang atau kas

dalam organisasi tersebut, beberapa auditor sebaiknya diterjunkan untuk

melaksanakan perhitungan pada waktu yang bersamaan di semua tempat

tersebut.

Pengendalian yang disebutkan terakhir diatas sebenarnya juga

dimaksudkan mencegah pemindahan kas oleh pegawai dari kelompok kas yang

telah dihitung ke kelompok kas yang belum dihitung. Hal ini dapat mencegah

usaha penyembunyian tindakan pencurian kas dan mencegah duplikasi pencatatan

kas. Pengujian ini berkaitan erat dengan pernyataan keberadaan atau keterjadian,

11
pernyataan kelengkapan, pernyataan hak dan kewajiban, serta pernyataan

penilaian atau pengalokasian.

2.3.4 Melaksanakan Pengujian Pisah Batas Kas

Pengujian pisah batas kas meliputi pisah batas untuk penerimaan kas dan

pisah batas untuk pengeluaran kas. Pengujian pisah batas yang tepat di akhir tahun

adalah sangat penting bagi penyajian kas yang tepat pada tanggal neraca.

Pengujian ini berkaitan erat dengan pernyataan keberadaan atau keterjadian dan

pernyataan kelengkapan.

Pengujian ini dirancangoleh auditor untuk memastikan bahwa pengeluaran

kas dicatat pada periode dikeluarkannya kas tersebut. Bukti tersebut dapat

dihimpun melalui observasi dan penelaahan atas dokumentasi internal. Pengujian

ini sangat penting dalam menentukanb beberapa saldo kas yang semestinya

tercantum dalam neraca akhir tahun. Oleh karena itu,pengujian ini semestinya

dilakukan pada tanggal neracaa.

Selain itu, auditor dapat memeriksa cek yang dikeluarkan pada akhir tahun

dan mengusutnya ke pencatatan akuntansinya. Hal ini memungkinkan auditor

menilai ketetapan pisah batas dari pengeluaran kas. Pengujian ini menghasilkan

bukti yang berkaitan dengan pernyataan kelengkapan dan pernyataan keberadaan

atau keterjadian.

2.3.5 Konfirmasi Saldo Simpanan dan Pinjaman di Bank

Prosedur konfirmasi merupakan suatu hal yang sangat umum bagi auditor.

Auditor menghimpun konfirmasi bank atas saldo kas yang disimpan dan saldo

12
pinjaman yang masih terutang pada tanggal neraca. Konfirmasi tersebut harus

dikirim ke semua bank, meskipun saldo simpanan pemda di bank tersebut adalah

nol. Bila auditor tidak melakukan konfirmasi, maka audior harus mencantumkan

alasan dalam kertas kerjanya mengapa konfirmasi tersebut tidak dilakukan dan

tindakan alternative yang akan dilakukan.

Bila terdapat pembatasan penuh dalam pelaksanaan konfirmasi oleh

pemda, maka hal tersebut mengakibatkan auditor mengeluarkan penolakan untuk

memberikan pendapat. Sementara itu, pengaruh pembatasan sebagian oleh pemda

harus dinilai berdasarkan alasan manajemen dan apakah bukti dapat diperoleh dari

prosedur audit lainnya.

Permintaan konfirmasi harus dibuat dengan tembusan. Tembusan tersebut

digunkan oleh bank sebagai bukti bahwa bank tidak melanggar asas kerahasiaan

karena memberikan informasi sesuai permintaan klien. Oleh karena itu,

konfirmasi harus ditandatangai oleh staf pemerintah derah yang biasanya

berwenang untuk menandatangi SPM. Meskipun demikian, format, pengiriman,

serta penerimaan hasil konfirmasi harus ditandatangani oleh auditor secara

langsung.

Konfirmasi harus dikirim ke seluruh bank dimana pemerintah daerah

mempunyai nomor rekening. Hal ini dilakukan meskipun rekening di bank

bersaldo nol menurut catatan pemerintah daerah. Prosedur pengujian ini berkaitan

erat dengan pernyataan keberadaan atau keterjadiaan, kelengkapan, hak dan

kewajiban, serta penilaian atau pengalokasian.

2.3.6 Konfirmasi Perjanjian atau Kontrak Lain dengan Bank

13
Surat konfirmasi harus dikirimkan ke personel bank yang menangani

hubungan keuangan antar bank dengan pemerintah daerah. Pelaksanaan

konfirmasi ini pada umumnya dilakukan seiring pelaksanaan konfirmasi kas di

bank. Pengujian ini terutama menghasilkan bukti yang memadai atas pernyataan

penyajian dan pengungkapan. Disamping itu, pengujian ini juga berkaitan dengan

pernyataan keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, serta

penilaian atau pengalokasian.

2.3.7 Melakukan Pemindaian (Scanning), Penelaahan, atau Pembuatan

Rekonsiliasi Bank

Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterimana adalah tinggi, maka

auditor cukup melakukan pemindaian (scanning) atas rekonsiliasi bank yang

disiapkan atau dibuat oleh klien, kemudian melakukan verifikasi atas ketepatan

perhitungan matematis dari rekonsiliasi bank tersebut.

Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor adalah

moderat, maka auditor tidak cukup hanya melakukan pemindaian (sanning).

Auditor perlu melakukan penelaahan dengan lebih mendalam atas rekonsiliasi

bank yang disiapkan atau dibuat oleh pemerintah daerah.

Apabila tingkat risiko deteksi dapat diterima adalah rendah, maka auditor

perlu menyiapkan sendiri atay membuat rekonsiliasi bank dengan menggunakan

data yang berasal dari laporan bank (bank statement) yang disampaikan oleh bank

ke klien dan kemudian oleh klien diteruskan kepada auditor.

Apabila tingkat risiko yang dapat diterima adalah sangat rendah, maka

auditor harus memperoleh laporan bank (bank statement) secara langasung dari

14
bank. Auditor kemudian melakukan rekonsiliasi dengan menggunakan data dari

laporan bank tersebut.

Prosedur ini sebenarnya kurang memadai untuk melakukan verifikasi

terhadap saldo kas di bank. Alasannya adalah karena adanya ketidakpastian dalam

pos-pos rekonsiliasi bank, yaitu setoran dalam perjalanan dan cek yang masih

beredar. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan prosedur pengujian substantive

berupa penghimpunan dan penggunaan laporan pisah batas bank.

2.3.8 Menghimpun Dan Menggunakan Laporan Pisah Batas Bank

Pengujian ini dirancang oleh auditor untuk memperoleh keyakinan yang

memadai bahwa penerimaan maupun pengeluaran kas telah dicatat dalam periode

yang tepat. Laporan pisah batas merupakan laporan bank yang diberikan setelah

tanggal neraca. Tanggal laporan pisah batas bank harus ditentukan sedemikian

rupa sehingga auditor dapat memastikan bahwa cek yang beredar pada akhir tahun

telah dicairkan ke bank.

Laporan pisah batas bank tersebut sebaiknya dikirim langsung oleh bank

kepada auditor. Oleh karena itu, auditor perlu meminta pemerintah daerah

membuat surat permintaan kepada bank untuk melakukan hal tersebut. Laporan

tersebut biasanya dilampiri dengan cek yang dibatalkan, duplikat slip setoran, dan

dokumen lain yang dapat menjelaskan transaksidan saldo yang dinyatakan dalam

laporan pisah batas bank.

Pengujian ini berkaitan erat denganpernyataan keberadaan atau

keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, serta penilaian atau pengalokasian.

15
2.3.9 Melakukan Pengujian Pisah Batas Penerimaan Kas

Pengujian ini dirancang untuk memastikan bahwa penerimaan kas dicatat

dalam periode diterimanya kas tersebut. Pengujian ini dilakukan pada tanggal

neraca dan menghasilkan bukti yang berhubungan dengan pernyataan

kelengkapan serta keberadaan dan keterjadian. Bukti-bukti yang dibutuhkan dapat

diperoleh melalui observasi dan penelaahan dokumen (misalnya, menentukan

kesesuaian total slip setoran dengan ikhtisar kas harian).

Auditor mungkin dapat menemukan beberapa penyimpangan setelah

melakukan prosedur ini. Misalnya, cek yang tidak tercantum dalam daftar cek

yang masih beredar pada akhir tahun ternyata dicairkan di bank. Hal ini

mengindikasikan adanya ketidakberesan.

Di samping itu, auditor dapat menemukan adanya cek yang tercantum

dalam daftar cek yang masih beredar pada akhir tahun dan yang jumlah

keseluruhannya sangat material namunn ternyata tidak dicarikan dibank, maka

dalam hal ini, auditor tidak perlu mempertimbangkan kemungkinan adanya

window dressing.

Pengujian ini berkaitan dengan pernyataan keberadaan atau keterjadian,

kelengkapan, hak dan kewajiban, serta penilaian atau pengalokasian.

2.3.10 Mengusut (Tracing) Transfer Bank

Kebanyakan pemerintah daerah mempunyai beberapa rekening di

beberapa bank. Hal ini membuka kesempatan terjadiny apa yang disebut dengan

kitting. Ilustrasi berikut dapa menjelaskan mengenai kitting.

16
Pemda X mempunyai rekenign di Bank A dan di bank B. kitting terjadi

apabila Pemda X mengambil kas sebesar Rp 1.000.000 dalam bentuk cek dari

rekekningnya di Bank A,kemudian menyetorkan seluruh jumlah tersebut ke Bank

B. Dengan demikian, rekening kas di bank akan disajikan lebih besar (overstated)

dari Rp 1.000.000. hal ini disebabkan karena BankA belum mencatat penerbitan

cek oleh oleh Pemda X, sememntara Bank B sudah mencacat penerimaanssetoran

dari pemda X.

Pemerintah daerah melakukan kitting karena dua alternative alasan

berikut:

1. Pegawai yangbertugas mengelola cek melakukan pencurian uang atau korupsi

dan melakukan kitting untuk menyembunyikan perbuatannya


2. Pimipinan ingin agar akun kas dalam neraca disajikan lebih tinggi dari

semestinya sehingga posisi keuangan organisasi kelihatan baik. Kitting sangat

mungkin terjadi apabila terdapat kelemahan dalam pengendalian internal

berupa tidak adanya pemisahan tugas antara pegawai yang berwenang

mengeluarkan cek dengan pegawai yang bertugas mencatat pengeluaran cek

tersebut. Di samping itu, kitting dapat dilakukan oleh dua orang yang

meskipun mempunyai tanggung jawab terpisah atas pengeluaran cek dan

pencatatan pengeluaran cek, tetapi melakukan kolusi.

Untuk mengidentifikasi adanya kitting, auditor dapat melakukan atau

menyiapkan skedul transfer bank. Pengujian ini berkaitan erat dengan pernyataan

keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, serta penilaian atau

pengalokasian.

2.3.11 Menyiapkan Pembuktian Kas (Proof Of Cash)

17
Pembuktian kas (proof of cash) mempunyai sedikit perbedaan dengan

rekonsiliasi bank. Pembuktian kas merupakan rekonsiliasi yang simultan atas

berbagai transaksi dan saldo bank dengan data akuntansi yang terkait untuk suatu

periode, misalnya satu bulan. Prosedur ini cukup dilaksanakan apabila

tingkatrisiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah.

Prosedur pengujian pembuktian kas ini berkaitan erat dengan pernyataan

keberdaan atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, serta penilaian atau

pengalokasian.

2.3.12 Membandingkan Penyajian Laporan Keuangan Dengan Prinsip

Akuntansi Yang Berlaku Umum.

Prosedur ini dilakukan untuk membuktikan bahwa kas di bank telah

diidentifikasidan dikelompokkan secara tepat dalam neraca sebagai aktiva lancer.

Pengujian ini berkaitan dengan pernyataan pelaporan dan pengungkapan.

Auditor dapat menentukan ketepatan penyajian melalui :

1. Penelaahan atas draf laporan keuangan klien


2. Bukti yang dihimpun dari pengujian substantive sebelumnya
3. Penelaahan atas notulen rapat pertemuan pimpinan
4. Pernyataan yang diajukan pada pimpinan untuk membuktikan adanya

pembatasan penggunaan dana kas.

Proses pengujian ini berkaitan dengan pernyataan penyajian dan

pengungkapan.

2.4Pengujian Untuk Mendeteksi Lapping

18
Lapping merupakan suatu ketidakberesan yang mengakibatkan

ketidaktepatan dalam jumlah penerimaan kas. Lapping dapat mencakup

manipulasi yang sifatnya temporer atau sementara maupun yang sifatnya

permanen. Lapping sebenarnya merupakan pencatatan penerimaan kas yang tidak

lengkap dan fiktif secara sengaja. Hal ini dimaksudkan untuk menutupi

penggunaan kas entitas untuk kepentingan pribadi.

Sebenarnya, risiki terjadinya Lapping dapat dikrangi dengan cara

menerapkan pemisahan tugas yang memadai antara penerima atau pemegang kas

dengan pencatat penerimaaan kas. Kondisi yang menimbulkan terjadinya Lapping

misalnya orang yang menangani penerimaan kas juga menyimpan kas.

Pengujian untuk mendeteksi Lapping hanya perlu dilakukan apabila risiko

pengendalian transaksi penerimaan kas adalah tinggi. Prosedur yang dapat

dilakukan untuk mendeteksi Lapping antara lain:

1. Melakukan perhitungan kas secara mendadak


2. Membandingkan rincian penjurnalan penerimaan kas dengan rincian setoran

harian ke bank

Perhitungan kas secara mendadak sebaiknya dilaksanakan pada tanggal

interim. Apabila pelaku manipulasi mengetahui pelaksanaan perhitungan

mendadak perhitungan tersebut, maka ia dapat menutupi perbuatannya dengan

cara meminjamkan uang pribadinya ke rekening entitas. Pelaku Lapping juga

akan sempat memutakhirkan catatan kas apabila ia tahu bahwa rekonsiliasi akan

digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya Lapping.

2.5Prosedur Akuntansi Penerimaan Dan Pengeluaran Kas


2.5.1 Pengertian Kas

19
Kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat

diterima untuk pelunasan utang dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank

dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat-

tempat lainnya yang dapat diambil sewaktuwaktu Pengertian lain dari segi

akuntansi, yang dimaksud dengan kas adalah sesuatu (baik yang berbentuk uang

atau bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat

pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.

Berdasarkan pengertian kas tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kas

merupakan sesuatu yang dapat diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada

nilai nominalnya.

2.5.2 Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

Sistem Akuntansi Penerimaan Kas adalah suatu catatan yang dibuat untuk

melaksanakan kegiatan penerimaan uang dari penjualan tunai atau dari piutang

yang siap dan bebas digunakan untuk kegiatan umum perusahaan. Sistem

Akuntansi Penerimaan Kas adalah proses aliran kas yang terjadi di perusahaan

adalah terus menerus sepanjang hidup perusahaan yang bersangkutan masih

beroperasi. Aliran kas terdiri dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem

akuntansi penerimaan kas adalah suatu kesatuan untuk mengumpulkan, mencatat

20
transaksi yang dapat membantu pimpinan untuk menangani penerimaan

perusahaan.

Beberapa bentuk pembayaran dari langganan di dunia usaha yang dikenal

antara lain :

a. Uang tunai.

b. Cek.

c. Giro bilyet.

d. Transfer lewat bank.

e. Wesel bank.

Cara penerimaan uang dari langganan dapat dilakukan melalui cara :

1. Langganan membayar sendiri atau oleh petugasnya.

2. Harus ditagih oleh kreditur.

3. Kompensasi utang piutang.

Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama yaitu

penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang.

a. Sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai. Sistem penerimaan kas

dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga prosedur Yaitu :

21
1. Penerimaan kas dari over-the-counter sale.

2. Prosedur peneriman kas dari cash-on delivery sale (COD sales).

3. Prosedur penerimaan dari credit card sale.

Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan

tunai yaitu:

1. Fungsi penjualan.

2. Fungsi kas.

3. Fungsi Gudang.

4. Fungsi Pengiriman.

5. Fungsi Akuntansi.

Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan kas

yaitu:

1. Faktur penjualan tunai.

2. Pita register kas

3. Credit card sales slip

22
4. Bill of lading.

5. Faktur penjualan COD.

6. Bukti setor bank.

7. Rekspitulasi harga pokok penjualan.

Catatan Akuntansi Yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan kas

yaitu :

1. Jurnal penjualan.

2. Jurnal penerimaan kas.

3. Jurnal umum.

4. Kartu persediaan.

5. Kartu gudang.

b. Sistem Penerimaan Kas dari Piutang. Penerimaan kas dari piutang dapat

dilakukan melalui :

1. Melalui Penagih Perusahaan

2. Melalui Pos.

23
3. Melalui Lock-Box-Collection Plan.

Dalam penelitian yang akan dibahas dalam tugas akhir ini yang akan

penulis bahas adalah hanya penerimaan kas yang berasal dari piutang.

Menurut sistem pengendalian intern yang baik, semua penerimaan kas dari

debitur harus dalam bentuk cek atas nama atau giro bilyet.

1. Penerimaan kas dari piutang melalui penagih perusahaan dilaksanakan

dengan prosedur berikut ini :

a. Bagian piutang memberikan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih

kepada penagih.

b. Bagian penagihan mengirimkan penagih yang merupakan karyawan

perusahaan untuk melakukan penagihan ke debitur.

c. Bagian penagihan menerima cek atas nama dan surat pemberitahuan

dari debitur.

d. Bagian penagihan menyerahkan cek ke bagian kasa.

e. Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian

piutang untutk kepentingan posting ke dalam kartu piutang.

f. Bagian kasa mengirim kwitansi sebagai tanda penerimaan kas

kepada debitur.

g. Bagian kasa menyetorkan cek ke bank, setelah cek tersebut

dilakukan endorsment oleh pejabat yang berwenang.

24
h. Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank

debitur.

2. Penerimaan Kas dari Piutang Melalui Pos dilaksanakan dengan

prosedur sebagai berikut :

a. Bagian pengiriman mengirim faktur penjualan kredit kepada debitur

pada saat transaksi penjualan kredit terjadi.

b. Debitur mengirim cek atas nama yang dilampiri surat

pemberitahuan melalui pos.

c. Bagian sekretariat menerima cek atas nama dan surat pemberitahuan

dari debitur.

d. Bagian sekretariat menyerahkan cek kepada bagian kasa.

e. Bagian sekretariat menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian

piutang untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang.

f. Bagian kasa mengirim kuitansi kepada debitur sebagai tanda terima

pembayaran dari debitur.

g. Bagian kasa menyetorkan cek ke bank, setelah cek atas nama

tersebut dilakukan endorsemen oleh pejabat yang berwenang.

h. Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank

debitur.

25
3. Penerimaan Kas Melalui Lock-Box-Collection Plan dilaksanakan

dengan prosedur sebagai berikut :

a. Bagian penagihan mengirim faktur penjualan kredit kepada debitur

pada saat transaksi terjadi.

b. Debitur melakukan pembayaran utangnya pada saat faktur jatuh

tempo dengan mengirimkan cek dan surat pemberitahuan ke PO

BOX di kota terdekat.

c. Bank membuka PO BOX dan mengumpulkan cek dan surat

pemberitahuan yang diterima oleh perusahaan.

d. Bank membuat daftar surat pemberitahuan. Dokumen ini dilampiri

dengan surat pemberitahuan dikirimkan oleh bank ke bagian

sekretariat.

e. Bank mengurus check clearing.

f. Bagian sekretariat menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian

piutang untuk mengkredit rekening pembantu piutang debitur yang

bersangkutan.

g. Bagian sekretariat menyerahkan daftar surat pemberitahuan ke

bagian kasa.

h. Bagian kasa menyerahkan daftar surat pemberitahuan ke bagian

jurnal untuk mencatat di dalam jurnal penerimaan kas.Prosedur

penerimaan uang melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan agar

26
transaksi penerimaan uang tidak terpusat pada satu bagian saja. Hal ini

perlu agar pengendalian intern dapat dilaksanakan dengan baik.Fungsi

atau unit kerja yang tekait dalam penerimaan kas dari piutang antara

lain :

1. Fungsi Sekretariat.

Bertanggung jawab menerima cek dan surat pemberitahuan dari

debitur.

Fungsi ini juga bertugas membuat daftar surat pemberitahuan atas

dasar

surat pemberitahuan yang diterima bersama cek dari para debitur.

2. Fungsi Penagihan.

Bertanggung jawab melakukan penagihan langsung kepada debitur

melalui penagih perusahaan, berdasarkan daftar piutang yang

dibuat

oleh fungsi akuntansi.

3. Fungsi Kas.

Bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi sekretariat atau

dari fungsi penagihan.

4. Fungsi Akuntansi.

Bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas.

27
5. Fungsi Pemeriksa Intern.

Bertanggung jawab atas perhitungan uang kas yang ada di tangan

fungsi

kas secara periodik.

Pendapat lain mengenai fungsi dalam penerimaan kas adalah

Fungsi yang terkait dalam penerimaan kas dari piutang yaitu :

1. Fungsi Bagian Piutang

Fungsi ini bertugas membuat catatan piutang, menyiapkan dan

mengirimkan surat pernyataan piutang, dan membuat daftar

analisa

umur piutang setiap periode.

2. Bagian Surat Masuk.

Bagian surat masuk bertugas menerima surat yang diterima

perusahaan.

Surat-surat yang berisi pelunasan piutang harus dipisahkan dari

suratsurat lainnya. Setiap hari bagian surat masuk membuat

daftar penerimaan uang harian, mengumpulkan cek dan

remittance advice. Setelah daftar penerimaan uang harian

selesai dikerjakan oleh bagian surat masuk maka daftar tesebut

didistribusikan sebagai berikut : Satu lembar dengan cek

28
diserahkan pada kasir, satu lembar bersama

dengan remittance advice diserahkan ke bagian akuntansi.

3. Fungsi Kasir.

Fungsi kasir bertugas menerima uang yang berasal dari bagian

surat masuk, pembayaran langsung atau dari penjualan oleh

salesman. Setiap hari membuat bukti setor ke bank dan

menyetorkan semua uang yang diterimanya. Menyetorkan

bukti setor bank ke bagian akuntansi.

4. Fungsi akuntansi

Menerima bukti setor dari bagian kasa. Berdaskan dua teori

tersebut dapat dilihat bahwa teori dari Mulyadi lebih lengkap.

Dokumen yang Digunakan dalan Sistem Penerimaan Kas :

1. Surat Pemberitahuan.

Dokumen ini dibuat oleh debitur untuk memberitahu

maksud pembayaran yang dilakukan. Biasanya berupa

tembusan bukti kas keluar yang dibuat oleh debitur. Oleh

perusahaan dokumen ini dijadikan dokumen sumber dalam

pencatatan berkurangnya piutang.

2. Daftar Surat Pemberitahuan.

29
Merupakan rekapitulasi penerimaan kas yang dibuat fungsi

secretariat atau fugsi penagihan.

3. Bukti Setor Bank.

Dokumen ini dibuat fungsi kas sebagai bukti penyetoran ke

bank. Dokumen ini dibuat rangkap 3.

4. Kuitansi.

Merupakan bukti penerimaan kas yang dibuat oleh

perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan

pambayaran utang mereka.

30
Diagram Alir Penerimaan Kas

31
2.5.3 Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas adalah suatu catatan yang dibuat untuk

melaksanakan kegiatan pengeluaran baik dengan cek maupun dengan uang tunai

yang digunakan untuk kegiatan umum perusahaan. Menurut Depdiknas Sistem

Akuntansi Pengeluaran Kas adalah suatu proses, cara, perbuatan mengeluarkan

alat pertukaran yang diterima untuk pelunasan utang dan dapat diterima sebagai

32
suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam

bank atau tempat-tempat lainnya yang dapat diambil sewaktu-waktu.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan

Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk

melaksanakan pengeluaran kas baik dengan cek maupun uang tunai untuk

kegiatan perusahaan. Sistem Akuntansi pokok yang digunakan untuk

melaksanakan pengeluaran kas yaitu sistem akuntansi pengeluaran kas dengan

cek dan sistem akuntansi pengeluaran kas dengan melalui dana kas kecil.

1. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas dengan Cek

Fungsi Yang Terkait dalam sistem akuntansi pengeluaran kas yaitu :

a. Fungsi Hutang.

Fungsi ini menerima dokumen-dokumen dari bagian lain yang nantinya

akan digunakan sebagai dokumen pendukung bukti pengeluaran uang dan

menyiapkan bukti pengeluaran uang.

b. Fungsi Kasir.

Fungsi ini menerima bukti pengeluaran uang dari bagian utang,

menuliskan besarnya uang yang harus dikeluarkan dalam cek dan

memintakan tandatangannya kepada pejabat yang berwenang, serta

memberikan cek kepada pihak yang namanya tercantum dalam cek.

c. Fungsi Akuntansi.

33
Bagian akuntansi yang terkait dalam pengeluaran uang ini adalah bagian

kartu persediaan dan kartu biaya serta bagian buku jurnal, buku besar dan

pelaporan. Tugasnya yaitu menerima dari bagian utang lembar pertama

bukti pengeluaran kas beserta bukti-bukti pendukung. Selain itu

menyimpan bukti-bukti pengeluaran uang beserta bukti-bukti pendukung

ke dalam suatu file yang disebut dengan file bukti pengeluaran uang yang

telah dibayar. Dalam menyimpan bukti-bukti pengeluaran uang ini,

sebelumnya diurutkan menurut urutan nomor urut bukti pengeluaran

uang.

d. Bagian Pengawasan Intern.

Bagian ini bertugas memverifikasi pengeluaran-pengeluaran uang ini,

termasuk mengecek penanggungjawab dari pejabat-pejabat yang

berwenang atas dan selama proses pengeluaran uang tersebut.

Dokumen yang digunakan dalam sistem pengeluaran kas:

a. Dokumen pelengkap pengadaan dan penerimaan barang/jasa.

Dokumen ini merupakan dokumen yang digunakan untuk mendukung

permintaan pengeluaran kas.

b. Cek

34
Dari sudut sistem informasi akuntansi cek merupakan dokumen yang

digunakan untuk memerintahkan melakukan pembayaran sejumlah uang

kepada orang atau organisasi yang namanya tercantum dalam cek.

c. Voucher

Dokumen ini sebagai permintaan dari yang memerlukan pengeluaran

kepada fungsi akuntansi untuk membuat kas keluar.

Catatan Akuntansi Yang digunakan dalam Sistem akuntansi pengeluaran

kas:

a. Jurnal Pengeluaran Kas.

Digunakan untuk mencatat pengeluaran kas.

b. Register Cek.

Register cek digunakan untuk mencatat cek-cek perusahaan yang

dikeluarkan untuk pembayaran kreditur atau pihak lain.

Catatan akuntansi yang digunakan dalam pengeluaran kas yaitu :

a. Buku pembantu utang

b. Buku jurnal pembelian

35
c. Buku jurnal pengeluaran uang

d. Remittance advice

2.6Membuat Program Pemeriksaan Kas


1. Lakukan perhitungan ulang atas penjumlahan secara vertical terhadap

seluruh ayat pendapatan dan pasal belanja pada masing-masing pos

pendapatan dan pos belanja rutin serta masing-masing sektor, sub sektor

atau program, dan proyek atau pasal pada belanja pembangunan, baik yang

berkaitan dengan anggaran maupun realisasi. Nilai dari jumlah ayat pada

pos pendapatan dan nilai dari jumlah pasal pada pos belanja rutin

seharusnya sama dengan nilai pos yang bersangkutan. Nilai dari jumlah

proyek atau pasal seharusnya sama dengan nilai dari jumlah program yang

bersangkutan. Nilai dari jumlah saldo kas seharusnya sama dengan nilai

dari jumlah bagian anggaran bersangkutan, baik nilai dari bagian anggaran

pendapatan maupun bagian anggaran belanja rutin. Demikian juga, nilai

dari jumlah program pada belanja pembangungan seharusnya sama dengan

nilai dari jumlah subsektor.


2. Lakukan perhitungan ulang atas perbedaan atau selisih anatara anggaran

dan realisasi baik untuk masing-masing bagian anggaran,pos, maupun ayat

dan pasal.

36
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

1. Saldo kas dihasilkan oleh pengaruh kumulatif dari siklus belanja, investasi,

dan jasa personalia. Tujuan audit saldo kas adalah memperoleh bukti tentang

masing-masing pernyataan signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan

37
saldo kas. Tujuan audit ditentukan berdasarkan kelima kategori pernyataan

laporan keuangan berikut: pernyataan keberadaan dan keterjadian, pernyataan

kelengkapan, pernyataan hak dan kewajiban, pernyataan penilaian dan

pengalokasian, pernyataan pelaporan dan pengungkapan.

2. Adapun proses audit yang harus dilakukan dalam siklus saldo kas : lakukan

pengamatan terhadap pemisahan fungsi penyimpanan kas dengan fungsi

pencatatan kas, lakukan pengamatan terhadap fasilitas pengamanan yang

melindungi pemegang kas dari kemungkinan pencurian dan permapokan

terhadap kas yang disimpannya, mintalah kopi notulen rapat pimpinan

mengenai pembukaan dan penutupan rekening bank, ambil sampel bukti kas

masuk, ambil sampel bukti kas keluar yang telah dibayar, dan ambil berita

acara penghitungan kas.

3. Prosedur pengujian substantif meliputi: verifikasi atas ketepatan saldo kas dan

skedul kas, penerapan prosedur analitis, perhitungan kas yang disimpan dalam

entitas, melaksanakan pengujian pisah batas kas, konfirmasi saldo simpanan

dan pinjaman di bank, konfirmasi Perjanjian atau Kontrak Lain dengan Bank,

melakukan pemindaian (scanning) penelaahan, atau pembuatan rekonsiliasi

bank, menghimpun dan menggunakan Laporan Pisah Batas Bank, melakukan

pengujian pisah batas Penerimaan kas, mengusut transfer bank, menyiapkan

pembuktian kas, dan membandingkan penyajian laporan keuangan dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum.

4. Lapping merupakan suatu ketidakberesan yang mengakibatkan ketidaktepatan

dalam jumlah penerimaan kas. Prosedur yang dapat dilakukan untuk

mendeteksi lapping antara lain: melakukan perhitungan kas secara mendadak,

38
dan membandingkan rincian penjurnalan penerimaan kas dengan rincian

setoran harian ke bank.

5. Pemeriksaan atas penjumlahan dan pengurangan saldo kas : lakukan

perhitungan ulang atas penjumlahan secara vertical terhadap seluruh ayat

pendapatan dan pasal belanja pada masing-masing Pos Pendapatan dan Pos

Belanja Rutin serta masing-masing Sektor, Subsektor/Program, dan

Proyek/Pasal pada Belanja Pembangunan, baik yang berkaitan dengan

anggaran maupun realisasi, dan lakukan penghitungan ulang atas perbedaan

atau selisih antara anggaran dan realisasi.

6. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

a. Prosedur penerimaan kas dilakukan melalui dua cara yaitu melalui

penagihan perusahaan dan melalui transfer bank. Penerimaan kas

disamping berupa cek dan giro, juga berupa uang tunai.

b. Bagian-bagian yang terkait dalam sistem penerimaan kas yaitu : bagian

perbendaharaan, bagian penagihan, bagian kasir, sub bagian umum/tata

usaha, dan bagian akuntansi.

c. Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan kas yaitu :

kwitansi, surat perintah tagih, bukti penerimaan kas/bank, rekening koran,

bukti transfer bank, dan surat pemberitahuan dari bank.

d. Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan kas

yaitu : jurnal penerimaan kas, buku kas kasir, buku harian, buku besar, dan

kartu piutang .

39
7. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

a. Prosedur pengeluaran kas dilakukan dengan menggunakan cek, giro, dan

uang tunai.

b. Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi pengeluaran yaitu bagian

akuntansi, bagian kasir, dan bagian pengawas intern yaitu kepala

bagian keuangan dan kepala cabang.

c. Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran kas

yaitu : bukti pengeluaran kas/bank, cek, giro, dan bukti transfer bank.

d. Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran kas

yaitu : jurnal pengeluaran kas, register cek dan buku kas kasir.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra (2007). Audit Sektor Publik Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat

40
(on-line),

https://www.scribd.com/doc/47714802/BAGAN-ALUR-PROSEDUR-

PEMERIKSAAN-SIKLUS-SALDO-KAS , diakses pada 18 November 2014

pukul 5:33 WIB

(on-line),

https://www.scribd.com/doc/94317555/Audit-Saldo-Kas, diakses pada 18

November 2014 pukul 5:34 WIB

(on-line),

http://bintimuchsini.blogspot.com/2009/05/prosedur-pemeriksaan-siklus-

saldo-kas.html , diakses pada 18 November 2014 pukul 5:56 WIB

(on-line),

http://hidahiday.blogspot.com/2010/11/prosedur-pemeriksaan-

siklus-saldo-kas.html , diakses pada 18 November 2014 pukul 6:26 WIB

41

Anda mungkin juga menyukai