Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit Organisasi Syariah
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 2
AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
TAHUN 2020
A. Produk Giro Wadiah Dan Mudharabah
1. Objek Material Pengawasan Produk Penghimpunan Dana
Objek material pengawasan syariah pada dasarnya adalah produk-
produk yang dikembangkan dan dijalankan oleh bank syariah. Produk
bank syariah dapat diklasifikasi menjadi produk pengumpulan dana,
produk penyaluran dana, produk penyaluran dana dan jasa keuangan.
Masing-masing produk dijalankan sesuai dengan prinsip syariah yang
melandasinya.
Penghimpunan dana merupakan suatu upaya untuk menyediakan
pembiayaan yang seimbang dan sehat di PBR Syariah. Oleh sebab itu
perlu adanya kebijakan standar operasional penghimpunan dana yang
mengacu pada undang-undang perbankan, peraturan Bank Indonesia,
fatwa Dewan Syariah Nasional serta tidak bertentangan dengan
Syariah Islam.
Setiap penerimaan dana pihak ke tiga merupakan amanah yang
harus dijaga keamanan dan kemaslahatannya bagi pemilik dana bank.
Oleh karena itu setiap proses perhimpunan dan penerimaan dana harus
dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan Bank Indonesia, fatwa
DSN maupun Peraturan Intern Bank yang didasarkan pada asas
penerimaan dana sebagai berikut:
7. Pengawasan Syariah
1) Diperjanjikan diawal
1. Tabungan Wadiah
2. Tabungan Mudharabah
Dalam kegiatan pengumpulan dana melalui produk tabungan yang
menggunakan akad mudharabah harus mengikuti fatwa DSN-MUI
tentang mudharabah. Akad mudharabah adalah akad yang digunakan
dalam perjanjian antara pihak pemilik dana (shahibul maal) dan
pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu,
dengan pembagian keuntungan kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya. Dana yang disetor sebagai modal
tabungan mudharabah harus dinyatakan jumlahnya dalam bentuk
tunai dan bukan merupakan off setting dari piutang nasabah. Bagi
hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode
yaitu bagi laba atau bagi pendapatan. Pemberian bagi hasil untuk
nasabah didasarkan pada saldo rata-rata dalam satu bulan laporan.
Biaya operasional tabungan yang menjadi beban bank sebagai
pengelola dana (mudharib) adalah biaya yang timbul berkaitan
dengan operasi pengelolahan dana kecuali biaya administrasi.
3. Ketentuan Pengawasan Syariah
Tujuan pengawasan syariah atas tabungan baik wadiah maupun
mudharabah- adalah untuk mendpatkan keyakinan yang memadai
bahwa:
a. Kegiatan produk tabungan telah dilakukan sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah.
b. Dalam pemberian bonus tidak boleh: pertama, diperjanjikan
dimuka. Kedua, berdasarkan pendapatan bank yang belum
diterima tetapi harus berdasarkan pendapatan rill yang diterima
bank.
c. Dalam pemberian bagi hasil tdak boleh: pertama, berdasarkan
pendapatan bank yang belum diterima tetapi harus berdasarkan
pendapatan rill yang diterima bank. Kedua, merubah nisbah
sebelum berakhirnya akad.
d. Biaya pengelolaan tabungan mudharabah menjadi beban bank
dan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya, dan
tidak ada pembebanan biaya-biaya lain tanpa persetujuan
nasabah pemilik dana.
e. Semua kegiatan terkait pengelolaan tabungan wadiah dan
mudharabah harus mengikuti ketentuan fatwa DSN-MUI tentang
tabungan dan PBI tentang akad penghimpunan dana penyaluran
dana bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah yang berlaku.
9. Pengujian Substantif Materi Syariah
Pengujian substantif atas transaksi pembukaan tabungan wadiah
dan tabungan mudharabah yang harus dilakukan oleh DPS antara lain
sebagai berikut:
a. Meneliti apakah pemberian informasi secara lengkap
b. Oleh bank kepada nasabah, baik secara tertulis maupun lisan
tentang persyaratan wadiah dan atau mudharabah telah dilakukan
c. Meneliti apakah pengisian formulir aplikasi penitipan telah
dilakukan secara lengkap sebagai salah satu persyaratan ijab qabul
d. Meneliti apakah setoran tabungan wadiah dan atau mudharabah
telah menyebutkan jumlah nominal dan mata uang yang disetor
secara jelas
e. Meneliti apakah setoran akad tabungan wadiah dan atau
mudharabah telah sesuai dengan fatwa DSN-MUI yang berlaku
tentang tabungan
f. Meneliti apakah pemberian bonus wadiah tidak mengarah kepada
kebiasaan sehingga dapat dijadikan perhitungan yang seolah-olah
diperjanjikan
g. Meneliti apakah dalam penawaran produk tabungan, bank tidak
menjanjikan pemberian yang ditetapkan dimuka dalam bentuk
presentase imbalan
C. Produk Deposito Mudharabah
1. Pengertian
Akad mudharabah harus mengikuti fatwa DSN-MUI tentang
mudharabah. Akad mudharabah merupakan akad yang digunakan
dalam perjanjian antara pihak penanam dana dan pengelola dana untuk
melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan
antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya.
Mudharabah muthlaqah merupakan akad mudharabah dimana
shahibul maal memberikan kebebasan pada mudharib dalam
pengelolaan investasinya. Dalam transaksi deposito mudharabah ini
nasabah bertindak sebagai pemilik dana dan bank bertindak sebagai
pengelola dana. Ketentuan Pengawasan Syariah.
Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
dan mengembagkannya, termasuk di dalamnya melakukan akad
mudharabah dengan pihak lain.
Dana yang disetor sebagai modal melalui deposito mudharabah
harus dinyatakan jumlahnya dalam bentuk tuunai dan bukan
merupakan offseting dari piutang nasabah. Keuntungan dituangkan
dalam nisbah dan dalam akad pembukaan rekening. Bagi hasil dapat
dilakukan dengan bagi laba atau bagi pendapatan. Bagi laba dihitung
dan ttal pendapatan setelah dikurangi seluruh biaya operasional.
Metode bagi pendapatan dihitung dari total pendapatan mudharabah
yang diterima oleh bank.
Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Biaya
operasional deposito yang menjadi beban bank sebagai mudharib
adalah biaya yang muncul berhubungan dengan operasi pengelolaan
dana kecuali biaya administrasi (biaya materai). Bank tidak
diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan nasabah.
2. Ketentuan Pengawasan Syariah
Tujuan pengawasan adalah untuk mendapatkan keyakinan yang
memadai bahwa:
a. Kegiatan produk deposito telah dilakukan sesuai dengan prinsip
syariah.
b. Dalam pembagian bagi hasil tidak boleh berdasarkan pendapatan
bank yang belum diterima namun harus berdasarkn riil dan
merubah nisbah sebeklum berakhirnya akad.
c. Biaya perolehan deposito mudharabah menjadi beban bank dan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya, dan tidak
ada pembebanan biaya lain tanpa persetujuan nasabah pemilik
dana.
d. Semua kegiatan yang terkait dengan pengelolaan deposito
mudharabah harus mengikuti fawa DSN-MUI tentang deposito
dan ketentuan Bank Indonesia lain yang berlaku.
3. Pengujian Substanif Materi Syariah
a. Meneliti apakah pemberian informasi secara lengkap oleh bank
kepada nasabah, baik secara tertulis maupun lisan
tentangpersyaratan mudharabah telah dilakukan.
b. Meneliti apakah pengisian formulir aplikasi deposito sudah
dilakukan dengan lengkap sebagai salah satu persyaratan ijab
qabul.
c. Meneliti apakah akad deposito rnudharabah telah sesuai
denganfatwa DSN-MUI yang berlaku tentang deposito dan
ketentuanBank Indonesia.
d. Meneliti apakah setoran deposito mudharabah telahmenyebutkan
jumlah nominal dan mata uang yang disetorsecara jelas. Meneliti
apakah dalam penawaran produk deposito, bank tidak menjanjikan
pemberian yang ditetapkan dimuka dalambentukprosentase
imbalan.
DAFTAR PUSTAKA