Anda di halaman 1dari 14

SUMMARY OF LECTURER

“Objek Material Pengawasan Produk Penghimpunan Dana”

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit Organisasi Syariah

Dosen Pengampu:

Fahri Ali Ahzar, M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Sela Mahribi Nurhidayah (175221021)


2. Dyah Meiwati (175221041)
3. Nandita Setyo Putri (175221095)

AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
TAHUN 2020
A. Produk Giro Wadiah Dan Mudharabah
1. Objek Material Pengawasan Produk Penghimpunan Dana
Objek material pengawasan syariah pada dasarnya adalah produk-
produk yang dikembangkan dan dijalankan oleh bank syariah. Produk
bank syariah dapat diklasifikasi menjadi produk pengumpulan dana,
produk penyaluran dana, produk penyaluran dana dan jasa keuangan.
Masing-masing produk dijalankan sesuai dengan prinsip syariah yang
melandasinya.
Penghimpunan dana merupakan suatu upaya untuk menyediakan
pembiayaan yang seimbang dan sehat di PBR Syariah. Oleh sebab itu
perlu adanya kebijakan standar operasional penghimpunan dana yang
mengacu pada undang-undang perbankan, peraturan Bank Indonesia,
fatwa Dewan Syariah Nasional serta tidak bertentangan dengan
Syariah Islam.
Setiap penerimaan dana pihak ke tiga merupakan amanah yang
harus dijaga keamanan dan kemaslahatannya bagi pemilik dana bank.
Oleh karena itu setiap proses perhimpunan dan penerimaan dana harus
dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan Bank Indonesia, fatwa
DSN maupun Peraturan Intern Bank yang didasarkan pada asas
penerimaan dana sebagai berikut:

2. Kebijakan Pokok Penghimpunan Dana

Bank Syariah sebagai lembaga intermeditasi dalam mengelola dana


masyarakat harus memiliki suatu komitmen dan integritas, oleh sebab
itu proses penghimpunan dana harus mempertimbangkan asas
penghimpunan dana yang sehat.

a. Prosedur penghimpunan data yang sehat

Setiap pejabat bank yang berhibungan dengan penghimpunan dana


harus menempuh prosedur penerimaan dana yang sehat dan benar
serta prosedur persetujuan, dokumentasi dan administrasi serta
pengawasan penghimpunan dana. Prosedur penerimaan dana yang
sehat adalah;

1) Setiap calon nasabah harus melaui suatu proses penilaian


yang dilakukan secara objektif.

2) Penghimpunan dana yang diterima dari nasabah berdasarkan


hasil dari penilaian objektif, diyakini oleh pejabat bank
bahwa nasabah tersebut mendapatkan dana dari sumber yang
halal dan dapat dipertanggungjawabkan di hadapan hukum
positif.

b. Penghimpunan dana dalam perhatian khusus adalah penghimpunan


dana yang dikategorikan sebagai transaksi keuangan yang
mempunyai resiko tinggi atau mencurigakan.

c. Pengkinian data yang dilakukan dengan cara penyeleksian kembali


data nasabah upaya untuk melengkapi atau memperbaharui data
para nasabah penghimpunan dana yang telah masuk dengan
formulir terkini.

d. Penyelesaian pengaduan, adalah proses dan penyelesaian


pengaduan permasalahaan penghimpunan dana harus didasarkan
kepada program tindak lanjut yang telah dibuat dan disetujui pada
tingkat Direksi dan laporan pada Bank Indonesia.

3. Penghimpunan Dana Yang Dihindari

Dalam penerimaan dana, bank mempunyai beberapa batasan dan


larangan yang harus ditetapkan secara khusus melalui surat keputusan
direksi. Ketentuan tersebut harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh
seluruh pejabat dan staf di jajaran bagian penghimpunan dana. Setiap
pelanggaran dapat dikenakan sanksi terhadap ketentuan yang berlaku.
Penghimpunan dana yang dihindari meliputi penghimpunan dana tidak
sesuai syariah islam dan kebijakan pemerintah, antara lain berupa hasil
korupsi, hasil perjudian dan money laundry. Hal ini sebagai bagian dari
penerapan prinsip mengenal nasabah.

4. Jenis Penghimpunan Dana Berdasarkan Tujuan

a. Keamanan, dengan menggunakan akad titipan (Wadi’ah).

b. Investasi, dengan menggunakan akad bagi hasil (Mudharabah


Muqayyadah dan Mudharabah Mutlaqah).

c. Sosial, dalam bentuk peneriamaan zakat, infaq, shadaqah, wakaf,


dan hibah.

Salah satu fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat


antara lain melalui produk bank berupa giro. Perjanjian untuk produk
giro dapat menggunakan akad wadiah atau akad mudharabah.

5. Produk Giro Wadiah

Giro wadiah adalah titipan dana berdasarkan prinsip wadiah pada


Bank Syariah yang penarikannya dapat dilakukan ssetiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan lainnya.
Penarikan giro wadiah bisa dilakukan kecuali pada giro wadiah yang
diblokir, giro wadiah yang diblokir dalam pencatatannya dibuat dalam
satu akun giro wadiah. Giro wadiah yang diblokir atau yang
penarikannya dibatasi harus diawasi secara lebih intensif agar tidak
terjadi penyalahgunakan sebagai bentuk pelanggaran akad dan
penyimpangan syariah.

Dalam kegiatan menghimpun dana produk giro wadi”ah harus


mengikuti fatwa DSN-MUI tentang wadia’ah. Akad wadi’ah adalah
akad penitipan dana dengan ketentuaan penitip dana mengijinkan
kepada Bank untuk memanfaatkan dana yang dititipkan tersebut dan
Bank wajib mengembalikan apabila penitip mengambil sewaktu-waktu
dana tersebut. Dalam transaksi giro wadiah nasabah bertindak sebagai
penitip (mudi’) dan Bank sebagai penerima dana (muda’). Bank
berkewajiban menjaga dana titipan dan bertanggungjawab atas
pengembaliannya sewaktu-waktu bila diambil oleh nasabah pemilik
dana. Keuntungan atas pengelolahan dana  titipan tersebut menjadi
milik Bank, karena hakekat wadiah tersebut adalah qardh. Pada
prinsipnya tidak ada bonus yang diberikan oleh Bank kepada pemilik
dana wadi’ah. Bank memberikan bonus sukarela kepada pemilik dana
wadi’ah diperbolehkan dengan syarat tidak diperjanjikan diawal.

6. Produk Giro Mudharabah

Produk giro mudharabah adalah bentuk pengumpulan dana dengan


cara akad mudharabah. Akad mudharabah adalah akad yang digunakan
dalam perjanjian antara pihak penanam modal dan pengelola dana
untuk melakukan kegiatan usaha tertentu dengan pembagian
keuntungan antara  kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya. Sedangkan mudharabah muthlaqah adalah
akad mudharabah dimana nasabah (shahibul maal) memberikan kepada
Bank (mudharib) dengan pengelolaan investasinya.

Dalam kapasitannya sebagai mudharib, bank dapat melakukan


berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya melakukan akd
mudharabah dengan pihak lain. Dana yang disetor sebagai giro
mudharabah harus dinyatakan jumlahnya dalam bentuk tunai dan
bukan offsetting dari piutang nasabah, dan nasabah wajib memelihara
saldo giro minimum yang ditetapkan oleh bank dan tidak dapat ditarik
oleh nasabah kecuali dalam rangka penutupan rekening.

Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan


dibuat dalam akad pembukaan rekening. Bagi hasil mudharabah dapat
dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu bagi laba (profit
sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing). Metode bagi laba
dihitung dari total pendapatan setelah dikurangi seluruh biaya
operasional sedangkan metode bagi pendapatan dihitung dari total
pendapatan mudharabah yang diterima oleh bank. Pemberian bagi hasil
untuk nasabah didasarkan pada saldo terendah dalam satu bulan
laporan.

Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional giro dengan


menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Biaya
operasional giro yang menjadi beban bank adalah biaya-biaya yang
timbul berkaitan dengan operasi pengelolaan dana kecuali biaya
administrasi. Biaya administarasi anatar lain meliputi;Biaya
penggantian kartu ATM; Biaya penggantian buku; Biaya
cetaklaporran; Biaya cetak rekening; Biaya cek/BG; Biaya penarikan
melalui ATM bersama atau ATM lainya,dan; Biaya materai. Dalam
produk giro mudharabah ini bank dilarang mengurai nisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan dari nasabah.

7. Pengawasan Syariah

Tujuan pengawasan syariah atas giro baik wadi’ah maupun


mudharabah adalah untuk mendapatkan keyakinan yang memadai
bahwa:

a. Kegiatan produk giro telah dilakukan sesuai dengan prinsip-


prinsip syariah

b. Dalam pemberian bonus tidak boleh:

1) Diperjanjikan diawal

2) Berdasarkan pendapatan bank yang belum diterima (accrual)


tetapi harus berdasarkan pendapatan riil yang diterima bank
(cash basis).
c. Dalam pemberian bagi hasil tidak boleh:

1) Berdasarkan pendapatan bank yang belum diterima (accrual)


tetapi harus berdasarkan pendapatan riil yang diterima bank
(cash basis).

2) Merubah misbah, sebelum berakhirnya akad.

d. Biaya pengelolaan giro mudharabah menjadi beban bank dan


menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya, dan tidak
ada pembebanan biaya-biaya lain tanpa persetujuan nasabah
pemilik dana.

e. Semua kegiatan yang terkait dengan pengelolaan giro wadiah dan


mudharabah harus mengikuti ketentuan fatwa DSN-MUI tentang
giro dan PBI tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana
bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah yang berlaku.

8. Pengujian Substantif Materi Syariah

Pengujian substansif atas transaksi pembukaan giro wadiah dan


giro mudharabah yang harus dilakukan oleh DPS antara lain:

a. Meneliti pemberian informasi secara lengkap oleh bank kepada


nasabah baik secara tertulis maupun lisan tentang persyaratan
wadiah atau mudharabah telah dilakukan.

b. Meneliti pengisisn formulir aplikasi penitipan telah dilakukan


secara lengkap sebagai salah satu persyaratan ijab qabul.

c. Meneliti setoran giro wadiah atau mudharabah telah menyebutkan


jumlah nominal dan mata uang yang disetor secara jelas.
d. Meneliti pemberian bonus wadiah tidak mengarah kepada
kebiasaan sehingga dapat dijadikan perhitungan yang seolah-olah
diperjanjiakan.

e. Meneliti dalam penawaran produk giro, bank tidak menjanjikan


pemberian yang ditettapkan diawal dalam bentuk prosentase
imbalan.

f. Meneliti akad giro wadiah atau mudharabah telah sesuai dengan


fatwa DSN-MUI yang berlaku tentang giro.

B. Produk Tabungan Wadiah Dan Mudharabah

1. Tabungan Wadiah

Dalam kegiatan pengumpulan dana melalui produk tabngan yang


menggunakan akad wadiah harus mengikuti fatwa DSN-MUI tentang
adiah. Akad wadiah adalah akad penitipan dana dengan ketentuan
penitip dana mengizinkan kepada bank untuk memanfaatkan dana yang
dititipkan tersebut dan bank wajib mengembalikan apabila penitip
mengambil sewaktu-waktu. Dalam transaksi wadiah ini nasabah
bertindak sebagai penitip dana (mudi’) dan bank bertindak sebagai
penerima dana (muda’). Keuntungan atas pengelolahan dana titipan
tersebut menjadi milik bank, karena hakekatnya wadiah tersebut
adalah qardh, pada prinsipnya tidak ada bonus yang diberikan oleh
bank kepada pemilik dana wadiah. Tabungan wadiah adalah titipan
dana berdasarkan prinsip wadiah pada bank syariah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan kartu ATM dan
sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah
bukuan lainnya. Penarikan tidak berlaku bagi tabungan wadiah yang
diblokir, tabungan yang di blokir pencatatannya disajikan dalam satu
akun dengan tabungan wadiah. Tabungan wadiah yang diblokir atau
yang penarikannya dibatasi harus diawasi secara lebih intensif agar
tidak terjadi penyalahgunaan sebagai bentuk pelanggaran akad dan
penyimpangan syariah.

2. Tabungan Mudharabah
Dalam kegiatan pengumpulan dana melalui produk tabungan yang
menggunakan akad mudharabah harus mengikuti fatwa DSN-MUI
tentang mudharabah. Akad mudharabah adalah akad yang digunakan
dalam perjanjian antara pihak pemilik dana (shahibul maal) dan
pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu,
dengan pembagian keuntungan kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya. Dana yang disetor sebagai modal
tabungan mudharabah harus dinyatakan jumlahnya dalam bentuk
tunai dan bukan merupakan off setting dari piutang nasabah. Bagi
hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode
yaitu bagi laba atau bagi pendapatan. Pemberian bagi hasil untuk
nasabah didasarkan pada saldo rata-rata dalam satu bulan laporan.
Biaya operasional tabungan yang menjadi beban bank sebagai
pengelola dana (mudharib) adalah biaya yang timbul berkaitan
dengan operasi pengelolahan dana kecuali biaya administrasi.
3. Ketentuan Pengawasan Syariah
Tujuan pengawasan syariah atas tabungan baik wadiah maupun
mudharabah- adalah untuk mendpatkan keyakinan yang memadai
bahwa:
a. Kegiatan produk tabungan telah dilakukan sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah.
b. Dalam pemberian bonus tidak boleh: pertama, diperjanjikan
dimuka. Kedua, berdasarkan pendapatan bank yang belum
diterima tetapi harus berdasarkan pendapatan rill yang diterima
bank.
c. Dalam pemberian bagi hasil tdak boleh: pertama, berdasarkan
pendapatan bank yang belum diterima tetapi harus berdasarkan
pendapatan rill yang diterima bank. Kedua, merubah nisbah
sebelum berakhirnya akad.
d. Biaya pengelolaan tabungan mudharabah menjadi beban bank
dan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya, dan
tidak ada pembebanan biaya-biaya lain tanpa persetujuan
nasabah pemilik dana.
e. Semua kegiatan terkait pengelolaan tabungan wadiah dan
mudharabah harus mengikuti ketentuan fatwa DSN-MUI tentang
tabungan dan PBI tentang akad penghimpunan dana penyaluran
dana bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah yang berlaku.
9. Pengujian Substantif Materi Syariah
Pengujian substantif atas transaksi pembukaan tabungan wadiah
dan tabungan mudharabah yang harus dilakukan oleh DPS antara lain
sebagai berikut:
a. Meneliti apakah pemberian informasi secara lengkap
b. Oleh bank kepada nasabah, baik secara tertulis maupun lisan
tentang persyaratan wadiah dan atau mudharabah telah dilakukan
c. Meneliti apakah pengisian formulir aplikasi penitipan telah
dilakukan secara lengkap sebagai salah satu persyaratan ijab qabul
d. Meneliti apakah setoran tabungan wadiah dan atau mudharabah
telah menyebutkan jumlah nominal dan mata uang yang disetor
secara jelas
e. Meneliti apakah setoran akad tabungan wadiah dan atau
mudharabah telah sesuai dengan fatwa DSN-MUI yang berlaku
tentang tabungan
f. Meneliti apakah pemberian bonus wadiah tidak mengarah kepada
kebiasaan sehingga dapat dijadikan perhitungan yang seolah-olah
diperjanjikan
g. Meneliti apakah dalam penawaran produk tabungan, bank tidak
menjanjikan pemberian yang ditetapkan dimuka dalam bentuk
presentase imbalan
C. Produk Deposito Mudharabah
1. Pengertian
Akad mudharabah harus mengikuti fatwa DSN-MUI tentang
mudharabah. Akad mudharabah merupakan akad yang digunakan
dalam perjanjian antara pihak penanam dana dan pengelola dana untuk
melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan
antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya.
Mudharabah muthlaqah merupakan akad mudharabah dimana
shahibul maal memberikan kebebasan pada mudharib dalam
pengelolaan investasinya. Dalam transaksi deposito mudharabah ini
nasabah bertindak sebagai pemilik dana dan bank bertindak sebagai
pengelola dana. Ketentuan Pengawasan Syariah.
Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
dan mengembagkannya, termasuk di dalamnya melakukan akad
mudharabah dengan pihak lain.
Dana yang disetor sebagai modal melalui deposito mudharabah
harus dinyatakan jumlahnya dalam bentuk tuunai dan bukan
merupakan offseting dari piutang nasabah. Keuntungan dituangkan
dalam nisbah dan dalam akad pembukaan rekening. Bagi hasil dapat
dilakukan dengan bagi laba atau bagi pendapatan. Bagi laba dihitung
dan ttal pendapatan setelah dikurangi seluruh biaya operasional.
Metode bagi pendapatan dihitung dari total pendapatan mudharabah
yang diterima oleh bank.
Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Biaya
operasional deposito yang menjadi beban bank sebagai mudharib
adalah biaya yang muncul berhubungan dengan operasi pengelolaan
dana kecuali biaya administrasi (biaya materai). Bank tidak
diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan nasabah.
2. Ketentuan Pengawasan Syariah
Tujuan pengawasan adalah untuk mendapatkan keyakinan yang
memadai bahwa:
a. Kegiatan produk deposito telah dilakukan sesuai dengan prinsip
syariah.
b. Dalam pembagian bagi hasil tidak boleh berdasarkan pendapatan
bank yang belum diterima namun harus berdasarkn riil dan
merubah nisbah sebeklum berakhirnya akad.
c. Biaya perolehan deposito mudharabah menjadi beban bank dan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya, dan tidak
ada pembebanan biaya lain tanpa persetujuan nasabah pemilik
dana.
d. Semua kegiatan yang terkait dengan pengelolaan deposito
mudharabah harus mengikuti fawa DSN-MUI tentang deposito
dan ketentuan Bank Indonesia lain yang berlaku.
3. Pengujian Substanif Materi Syariah
a. Meneliti apakah pemberian informasi secara lengkap oleh bank
kepada nasabah, baik secara tertulis maupun lisan
tentangpersyaratan mudharabah telah dilakukan.
b. Meneliti apakah pengisian formulir aplikasi deposito sudah
dilakukan dengan lengkap sebagai salah satu persyaratan ijab
qabul.
c. Meneliti apakah akad deposito rnudharabah telah sesuai
denganfatwa DSN-MUI yang berlaku tentang deposito dan
ketentuanBank Indonesia.
d. Meneliti apakah setoran deposito mudharabah telahmenyebutkan
jumlah nominal dan mata uang yang disetorsecara jelas. Meneliti
apakah dalam penawaran produk deposito, bank tidak menjanjikan
pemberian yang ditetapkan dimuka dalambentukprosentase
imbalan.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad. 2018. Audit dan Pengawasan Syariah Pada Bank Syariah.


Yogyakarta: UIIPress.

Anda mungkin juga menyukai