Anda di halaman 1dari 6

Objek Material Pengawasan Produk Penghimpunan Dana

Objek material pengawasan syariah pada dasarnya adalah produk-produk


yang dikembangkan dan dijalankan oleh bank syariah. Produk bank syariah dapat
diklasifikasi menjadi produk pengumpulan dana, produk penyaluran dana, produk
penyaluran dana dan jasa keuangan. Masing-masing produk dijalankan sesuai
dengan prinsip syariah yang melandasinya.
Penghimpunan dana merupakan suatu upaya untuk menyediakan pembiayaan
yang seimbang dan sehat di PBR Syariah. Oleh sebab itu perlu adanya kebijakan
standar operasional penghimpunan dana yang mengacu pada undang-undang
perbankan, peraturan Bank Indonesia, fatwa Dewan Syariah Nasional serta tidak
bertentangan dengan Syariah Islam.
Setiap penerimaan dana pihak ke tiga merupakan amanah yang harus dijaga
keamanan dan kemaslahatannya bagi pemilik dana bank. Oleh karena itu setiap
proses perhimpunan dan penerimaan dana harus dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan Bank Indonesia, fatwa DSN maupun Peraturan Intern Bank yang
didasarkan pada asas penerimaan dana sebagai berikut:
Kebijakan pokok penghimpunan dana
Bank Syariah sebagai lembaga intermeditasi dalam mengelola dana
masyarakat harus memiliki suatu komitmen dan integritas, oleh sebab itu proses
penghimpunan dana harus mempertimbangkan asas penghimpunan dana yang
sehat.
a. Prosedur penghimpunan data yang sehat
Setiap pejabat bank yang berhibungan dengan penghimpunan dana harus
menempuh prosedur penerimaan dana yang sehat dan benar serta prosedur
persetujuan, dokumentasi dan administrasi serta pengawasan penghimpunan
dana. Prosedur penerimaan dana yang sehat adalah;
1) Setiap calon nasabah harus melaui suatu proses penilaian yang dilakukan
secara objektif.
2) Penghimpunan dana yang diterima dari nasabah berdasarkan hasil dari
penilaian objektif, diyakini oleh pejabat bank bahwa nasabah tersebut
mendapatkan dana dari sumber yang halal dan dapat
dipertanggungjawabkan di hadapan hukum positif.
b. Penghimpunan dana dalam perhatian khusus adalah penghimpunan dana
yang dikategorikan sebagai transaksi keuangan yang mempunyai resiko
tinggi atau mencurigakan.
c. Pengkinian data yang dilakukan dengan cara penyeleksian kembali data
nasabah upaya untuk melengkapi atau memperbaharui data para nasabah
penghimpunan dana yang telah masuk dengan formulir terkini.
d. Penyelesaian pengaduan, adalah proses dan penyelesaian pengaduan
permasalahaan penghimpunan dana harus didasarkan kepada program tindak
lanjut yang telah dibuat dan disetujui pada tingkat Direksi dan laporan pada
Bank Indonesia.
Penghimpunan dana yang dihindari
Dalam penerimaan dana, bank mempunyai beberapa batasan dan larangan
yang harus ditetapkan secara khusus melalui surat keputusan direksi. Ketentuan
tersebut harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh pejabat dan staf di jajaran
bagian penghimpunan dana. Setiap pelanggaran dapat dikenakan sanksi terhadap
ketentuan yang berlaku. Penghimpunan dana yang dihindari meliputi
penghimpunan dana tidak sesuai syariah islam dan kebijakan pemerintah, antara
lain berupa hasil korupsi, hasil perjudian dan money laundry. Hal ini sebagai
bagian dari penerapan prinsip mengenal nasabah.
Jenis penghimpunan dana berdasarkan tujuan
a. Keamanan, dengan menggunakan akad titipan (Wadi’ah).
b. Investasi, dengan menggunakan akad bagi hasil (Mudharabah Muqayyadah
dan Mudharabah Mutlaqah).
c. Sosial, dalam bentuk peneriamaan zakat, infaq, shadaqah, wakaf, dan hibah.
Salah satu fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat antara lain
melalui produk bank berupa giro. Perjanjian untuk produk giro dapat
menggunakan akad wadiah atau akad mudharabah.

A. PRODUK GIRO WADIAH


Giro wadiah adalah titipan dana berdasarkan prinsip wadiah pada Bank
Syariah yang penarikannya dapat dilakukan ssetiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan
cara pemindah bukuan lainnya. Penarikan giro wadiah bisa dilakukan kecuali
pada giro wadiah yang diblokir, giro wadiah yang diblokir dalam pencatatannya
dibuat dalam satu akun giro wadiah. Giro wadiah yang diblokir atau yang
penarikannya dibatasi harus diawasi secara lebih intensif agar tidak terjadi
penyalahgunakan sebagai bentuk pelanggaran akad dan penyimpangan syariah.
Dalam kegiatan menghimpun dana produk giro wadi”ah harus mengikuti
fatwa DSN-MUI tentang wadia’ah. Akad wadi’ah adalah akad penitipan dana
dengan ketentuaan penitip dana mengijinkan kepada Bank untuk memanfaatkan
dana yang dititipkan tersebut dan Bank wajib mengembalikan apabila penitip
mengambil sewaktu-waktu dana tersebut.
Dalam transaksi giro wadiah nasabah bertindak sebagai penitip (mudi’) dan
Bank sebagai penerima dana (muda’). Bank berkewajiban menjaga dana titipan
dan bertanggungjawab atas pengembaliannya sewaktu-waktu bila diambil oleh
nasabah pemilik dana.
Keuntungan atas pengelolahan dana  titipan tersebut menjadi milik Bank,
karena hakekat wadiah tersebut adalah qardh. Pada prinsipnya tidak ada bonus
yang diberikan oleh Bank kepada pemilik dana wadi’ah. Bank memberikan bonus
sukarela kepada pemilik dana wadi’ah diperbolehkan dengan syarat tidak
diperjanjikan diawal.
 
B. PRODUK GIRO MUDHARABAH
Produk giro mudharabah adalah bentuk pengumpulan dana dengan cara akad
mudharabah. Akad mudharabah adalah akad yang digunakan dalam perjanjian
antara pihak penanam modal dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha
tertentu dengan pembagian keuntungan antara  kedua belah pihak berdasarkan
nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Sedangkan mudharabah muthlaqah
adalah akad mudharabah dimana nasabah (shahibul maal) memberikan kepada
Bank (mudharib) dengan pengelolaan investasinya.
Dalam kapasitannya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya melakukan akd mudharabah dengan
pihak lain. Dana yang disetor sebagai giro mudharabah harus dinyatakan
jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan offsetting dari piutang nasabah, dan
nasabah wajib memelihara saldo giro minimum yang ditetapkan oleh bank dan
tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka penutupan rekening.
Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dibuat
dalam akad pembukaan rekening. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan
menggunakan dua metode yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan
(revenue sharing). Metode bagi laba dihitung dari total pendapatan setelah
dikurangi seluruh biaya operasional sedangkan metode bagi pendapatan dihitung
dari total pendapatan mudharabah yang diterima oleh bank. Pemberian bagi hasil
untuk nasabah didasarkan pada saldo terendah dalam satu bulan laporan.
Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional giro dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Biaya operasional giro
yang menjadi beban bank adalah biaya-biaya yang timbul berkaitan dengan
operasi pengelolaan dana kecuali biaya administrasi. Biaya administarasi anatar
lain meliputi; Biaya penggantian kartu ATM; Biaya penggantian buku; Biaya
cetak laporran; Biaya cetak rekening; Biaya cek/BG; Biaya penarikan melalui
ATM bersama atau ATM lainya, dan; Biaya materai. Dalam produk giro
mudharabah ini bank dilarang mengurai nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan dari nasabah.

Pengawasan Syariah
Tujuan pengawasan syariah atas giro baik wadi’ah maupun mudharabah
adalah untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa:
a. Kegiatan produk giro telah dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
b. Dalam pemberian bonus tidak boleh:
a) Diperjanjikan diawal
b) Berdasarkan pendapatan bank yang belum diterima (accrual) tetapi harus
berdasarkan pendapatan riil yang diterima bank (cash basis).
c. Dalam pemberian bagi hasil tidak boleh:
a) Berdasarkan pendapatan bank yang belum diterima (accrual) tetapi harus
berdasarkan pendapatan riil yang diterima bank (cash basis).
b) Merubah misbah, sebelum berakhirnya akad.
d. Biaya pengelolaan giro mudharabah menjadi beban bank dan menggunakan
nisbah keuntungan yang menjadi haknya, dan tidak ada pembebanan biaya-
biaya lain tanpa persetujuan nasabah pemilik dana.
e. Semua kegiatan yang terkait dengan pengelolaan giro wadiah dan
mudharabah harus mengikuti ketentuan fatwa DSN-MUI tentang giro dan
PBI tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang berlaku.
 
Pengujian Substantif Materi Syariah
Pengujian substansif atas transaksi pembukaan giro wadiah dan giro
mudharabah yang harus dilakukan oleh DPS antara lain:
a. Meneliti pemberian informasi secara lengkap oleh bank kepada nasabah baik
secara tertulis maupun lisan tentang persyaratan wadiah atau mudharabah
telah dilakukan.
b. Meneliti pengisisn formulir aplikasi penitipan telah dilakukan secara lengkap
sebagai salah satu persyaratan ijab qabul.
c. Meneliti setoran giro wadiah atau mudharabah telah menyebutkan jumlah
nominal dan mata uang yang disetor secara jelas.
d. Meneliti pemberian bonus wadiah tidak mengarah kepada kebiasaan
sehingga dapat dijadikan perhitungan yang seolah-olah diperjanjiakan.
e. Meneliti dalam penawaran produk giro, bank tidak menjanjikan pemberian
yang ditettapkan diawal dalam bentuk prosentase imbalan.
f. Meneliti akad giro wadiah atau mudharabah telah sesuai dengan fatwa DSN-
MUI yang berlaku tentang giro.
Muhamad. 2019. Audit & Pengawasan Syariah Pada Bank Syariah.
Yogyakarta: UII Press Yoyakarta

Anda mungkin juga menyukai