Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Segala puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT


yang telah memberikan nikmat dan inayah-Nya sehingga makalah Asumsi
Rasionalitas dalam Ekonomi Islam ini dapat diselesaikan. Tujuan dari penulisan
makalah ini tidak lain untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Ibadah dengan
dosen pembimbing Bapak Muhammad Hakim Azizi

Berbagai kekurangan mungkin akan ditemukan dalam makalah ini. Oleh


karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, agar makalah ini
dapat lebih sempurna. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Sukoharjo, 08 Oktober 2018

Hormat Kami,

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….... i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii

PEMBAHASAN ………...………………...…………………………………….. 1

A. Konsep Zakat ….…………………………………………………….……. 1


1. Pengertian Zakat ….………………………………………………….. 1
2. Hukum Zakat ….……………………………………………………... 2
3. Tujuan Zakat ….………………………………………………….…... 2
4. Prinsip Zakat ….……………………………………………....……... 3
B. Sejarah dan Perkembangan Zakat …………....……………………….….. 4
1. Zakat Pra Rasulullah ….……………………………………………... 4
2. Masa Rasulullah SAW ….………………………………………….... 6
3. Masa Khulafaur Rasyidin ….……………………………………….... 9
4. Pasca Khulafaur Rasyidin ….………………………………………. 11
5. Zakat di Indonesia ….………………………………………………. 13
C. Pembagian Zakat ….………………………………….…………………. 15
1. Zakat Jiwa atau Zakat Fitrah ….……………………………………. 15
2. Zakat Harta atau Zakat Mal ….………………………………..……. 18
D. Perhitungan Zakat ……………………………………………………….. 19
E. Hikmah Mengeluarkan Zakat ………………………………………….... 26
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 27

2
PEMBAHASAN

A. Konsep Zakat
1. Pengertian Zakat
Di dalam al Qur’an kata zakat diulang sebanyak 82 kali, ini
menunjukkan betapa pentingnya zakat guna menyusun kehidupan yang
humanis dan harmonis. Beberapa diantaranya :
{٤٣} َّ‫صلَّنة نوأنعقيِعموُا‬
‫اَّلراَّكعععيِنن نمنع نواَّررنكععوُاَّ اَّلرزنكاَنة نوآَتعوُاَّ اَّل ر‬
Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku'.” (QS. Al Baqarah ayat 43)
‫مر ع‬
{٥٥}َ‫ضييِا‬ ‫نر‬ ‫صنلَّعة نواَّلرزنكاَعة نونكاَنن ععرنند نربعه‬
‫نونكاَنن ينأرعمعر أنرهلنهع عباَل ر‬
Artinya : “Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan
menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.”
(QS. Maryam ayat 55). (Al Qur’an dan terjemahan)
Zakat berasal dari kata “zaka” artinya tumbuh dengan subur, dan di
dalam al Qur’an zaka adalah suci dari dosa. Jika pengertian itu
dihubungkan dengan harta maka harta yang dizakati akan tumbuh
berkembang dan bertambah karena suci dan berkah. Jadi, zakat adalah
bagian harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim yang memenuhi
syarat kepada orang-orang tertentu dengan syarat tertentu pula. Syarat-
syarat tertentu itu adalah nisab, haul, dan kadar-nya. Menurut hadits, dari
Ibnu Abbas, Nabi Muhammad menegaskan bahwa zakat adalah arta yang
diambil dari orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak
menerimanya, antara lain fakir dan miskin.

2. Hukum Zakat
Zakat merupakan unsur pokok bagi tegaknya syariat islam dan
termasuk salah satu rukun Islam. Seorang muslim ang memiliki harta

3
dengan jumlah tertentu (nisab) sesuai dengan ketentuan dan waktu tertentu
(haul) yaitu satu tahun, wajib mengeluarkan zakatnya. Sehingga hukum
mengelurkan zakat adalah fadhu ‘ain (wajib bagi orang yang mampu atau
memenui syarat). (Pendidikan Islam. 2014. http://www.masuk-
islam.com/pembahasan-zakat-lengkap-pengertian-zakat-macam-macam-zakat-
dll.html, 03 Oktober 2018)

3. Tujuan Zakat
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. At Taubah ayat 103 :
‫ع‬ ‫ع‬
‫ك نسنكنن‬
‫صنلَّتن ن‬ ‫صندقنةة تعطنبهعرعهرم نوتعتنزبكيِعهرم بعنهاَ نو ن‬
‫صبل نعلنريِعهرم إعرن ن‬ ‫عخرذ مرن أنرمنوُاَّلعهرم ن‬

{١٠٣}‫م‬ ‫ع‬ ‫لنعهرم نواَّللرهع نسعميِنع‬


‫نعليِ ن‬
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, guna membersihkan
dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui.” (Al Qur’an dan terjemahan)
Jadi tujuan Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk
membayar zakat adalah agar harta yang dimilikinya menjadi bersih dan
suci. Apabila harta tersebut tidak dibayarkan zakatnya, maka harta itu akan
kotor dan haram karena tercampur hak orang lain yang dititipkan kepada
orang yang berhak mengeluarkan zakat. Serta, untuk penanggulangan
kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayungan
zakat, infaq dan shadaqah. (Idris, Muhammad. 2014.
https://www.slideshare.net/idrisrahmatan/makalah-konsep-zakat-dan-
macamnya, 03 Oktober 2018)

4. Prinsip Zakat
a. Prinsip Keimanan
Zakat sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT yang brfungsi
mendekatkan diri kepada-Nya. Orang yang membayar zakat yakin
bahwa pembayaran tersebut merupakan salah satu menifestasi

4
keyakinan agamanya, sehingga jika belum membayar maka belum
sempurna ibadahnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam
Q.S At Taubah ayat 18 & 71 :
‫ساَعجند اَّللرعه نمرن آَنمنن عباَللرعه نواَّرليِنتروُعم اَّرلعخعر نوأننقاَنم اَّل ر‬
َ‫صنلَّنة نوآَنتى‬ ‫ع‬
‫إنرنماَ ينترععمعر نم ن‬
{١٨}‫ن‬ ‫ع‬
‫اَّلرعمرهتندي ن‬ ‫سلىَ عأوللنعئك أنرن ينعكوُنعوُاَّ عمنن‬ ‫اَّلرزنكاَنة نولنرم ينرخ ن ع ر‬
‫ش إرل اَّللهن ۖفنتنع ن‬
Artinya : “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta
tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”

‫ض ۚيأرمرونن عباَلرمعرو ع‬ ‫ع‬ ‫نواَّلرعمرؤعمعنوُنن نواَّلرعمرؤعمنناَ ع‬


‫ف نوينت رنتنهروُنن نععن‬ ‫ن رع‬ ‫ضعهرم أنرولنيِاَءع بنترع ض ن ع ع‬
‫ت بنترع ع‬

‫صنلَّة نويعترؤعتوُنن اَّلرزنكاَنة نويععطيِععوُنن اَّللرهن نونرعسوُلنهع ۚعأوللنئع ن‬


‫ك‬ ‫اَّلرعمرننكعر نويععقيِعموُنن اَّل ر‬

{٧١} ‫نسيِنتررنحعمعهعم اَّللرهع ۗإعرن اَّللرهن نععزينز نحعكيِنم‬


Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari
yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat
pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al Qur’an
dan terjemahan)
b. Prinsip Keadilan
Tujuan zakat yaitu membagi lebih adil kekayaan yang telah
diberikan Allah SWT kepada umat manusia.
c. Prinsip Produktivitas
Zakat harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan
produk tertentu dan hasil produksi tersebut hanya dapat dipungut

5
setelah jangka waktu satu tahun yang merupakan ukuran normal
memperoleh hasil tertentu.
d. Prinsip Nalar (reason) dan Kebebasan (freedom)
Zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas dan sehat jasmani
serta rohaninya, yang merasa mempunyai tanggung jawab untuk
membayar zakat untuk kepentingan bersama. Zakat tidak dipungut
dari orang yang sedang dihukum atau orang yang menderita sakit
jiwa.
e. Prinsip Etik dan Kewajaran
Zakat tidak akan diminta secara semena-mena dan tidak dipungut.

B. Sejarah dan Perkembangan Zakat


1. Zakat Pra-Rasulullah
Zakat merupakan kewajiban setiap umat. Zakat bukan hanya dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW. Jauh sebelum Rasulullah diperintahkan untuk
berzakat, nabi-nabi sebelum rasulullah sudah diberikan perintah untuk
berzakat. Zakat yang diperintahkan Allah kepada Nabi-nabi dan rasulullah
tersebut disampaikan dengan jalan wasiat. Sebelum Nabi Muhammad
SAW yang diberikan perintah untuk berzakat, nabi-nabi terdahulu yang
diperintahkan berzakat diantaranya:

a. Nabi Isa Al Masih. Perintah zakat pada masa Nabi Isa dijelaskan
dalam QS. Maryam: 30-31
َ‫نونجنعلنعنيِ عمنباَنرةكاَ أنيرنن نما‬ {٣٠}َ‫نبعييِا‬ ِ‫ب نونجنعلنعني‬ ‫ع ع ع‬
‫نقاَنل إعبنيِ نعربعد اَّللره آَنتاَننيِ اَّلركنتاَ ن‬

{٣١}َ‫حييِا‬
‫ن‬ ‫صنلَّعة نواَّلرزنكاَعة نماَ عدرم ع‬
‫ت‬ ‫صاَعنيِ عباَل ر‬
‫ت نوأنرو ن‬
‫عكرن ع‬
Artinya: “Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia
memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi (30)
dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku
berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup (31).” (Al Qur’an dan
terjemahan)

6
b. Nabi Ibrahim AS dan anak cucunya. Penjelasan mengenai zakat
tersebut terdapat pada QS. Al Anbiya’: 72-73.
‫{نونجنعرلنناَعهرم‬٧٢}‫صاَلععحيِنن‬ ‫ووهبتنناَ لنهع إعسحاَنق ويتععقوُ ع‬
‫ب نناَفلنةة نوعكيلَّ نجنعرلنناَ ن‬
‫ر ن نن ر ن‬ ‫نن نر‬
‫ت وإعنقاَم اَّل ر ع‬
‫حيِتنناَ إعلنريِعهم فعرعل اَّلر ن ر ع‬
‫صنلَّة نوعإينتاَءن‬ ‫خيِتنراَّ ن ن‬ ‫ر ن‬ ‫أنئعرمةة ينترهعدونن بعأنرمعرنناَ نوأنرو ن ر‬

{٧٣}‫ن‬ ‫عع‬
‫نعاَبدي ن‬ َ‫اَّلرزنكاَةع نونكاَنعوُاَّ لنننا‬
Artinya: “Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq
dan Ya`qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-
masing Kami jadikan orang-orang yang saleh (72). Kami telah
menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada
mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan
zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, (73)”
(Al Qur’an dan terjemahan)

c. Nabi Ismail AS. Penjelasan mengenai zakat yang diturunkan kepada


Nabi Ismail terdapat pada QS. Maryam: 54-55.
}َ‫نبعييِا‬ ‫صاَعدنق اَّلرنوُرععد نونكاَنن نرعسوُةل‬ ‫ع‬ ‫نواَّرذعكرر عفيِ اَّلرعكنتاَ ع‬
‫ب إعرسنماَعيِنل إعنرهع نكاَنن ن‬
‫مر ع‬
{٥٥}َ‫ضييِا‬ ‫نر‬ ‫صنلَّعة نواَّلرزنكاَعة نونكاَنن ععرنند نربعه‬
‫{نونكاَنن ينأرعمعر أنرهلنهع عباَل ر‬٥٤
Artinya: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah
Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah
seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.
Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan
zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.” (Al
Qur’an dan terjemahan)

2. Masa Rasulullah SAW


Perintah unuk membayar zakat pada masa Rasulullah berawal
sejak Nabi berada di Makkah bersamaan dengan perintah menjalankan

7
sholat. Ayat- ayat yang diturunkan pada periode Mekkah, tidak secara
tegas menyatakan kewajiban zakat, namun pada saat itu kewajiban zakat
disampaikan secara informative. Zakat pada waktu itu juga hanya bersifat
anjuran shodaqoh, bukan zakat. Zakat periode Mekkah juga bersifat
umum, maksudnya belum ada ketentuan mengenai hukum, jenis zakat
yang wajib dizakati, batasan nishab, dan kadar zakat yang harus
dikeluarkan.
Pada periode Mekkah, ayat yang turun di Mekkah hanya
dijelaskan bahwa zakat itu hanya diserahkan dengan rasa iman,kemurahan
hati, dan perasaan tanggung jawab sebagai orang iman. Pada periode
Mekkah, zakat juga bersifat syari’at karena secara sosiologis, umat Islam
masih menjadi kelompok minoritas. Kebanyakan mereka ditindas dan
memilih meninggalkan harta bendanya daripada harus meninggalkan iman
Islam mereka.
Sementara itu, pada periode Madinah, ketentuan dan wajib zakat
sudah mulai dijalankan.Ayat yang turun di Madinah lebih menjelaskan
tentang ketentuan nisab dan besarnya zakat yang harus dibayar, pihak-
pihak yang mengumpulkan dan yang membagikan zakat, dan negara yang
mengelola zakat tersebut. Secara politis, kaum muslimin di Madinah
telah menjadi sebuah kekuatan masyarakat yang mandiri. Oleh karena itu,
para kaum muslimin melakukan beberapa penerapan yang salah satunya
penerapan pada zakat. Ayat mengenai zakat yang turun di Madinah
digunakan sebagai bagian untuk merekatkan kesatuan politik. Selain itu
zakat juga merupakan asset pendapatan negara untuk kelangsungan
pemerintahan.
Pada tahun kedua Hijriyah turun ayat mengenai zakat yang lebih
khusus lagi, yaitupenerapan kelompok siapa saja yang berhak menerima
zakat. Pada saat itu penerima zakat hanya dari kalangan fakir dan miskin
saja. Ketentuan itu terjadi hingga tahun kesembilan Hijriyah. Di tahun itu
Allah menurunkan QS. At Taubah: 60 yang berisi mengenai ketentuan
baru kelompok- kelompok yang menerima zakat. Penerima zakat saat itu
menjadi delapan kelompok.Dalam praktik pembagian zakat, pada zaman

8
Nabi ia membagikan rata hasil zakat yang terkumpul kepada delapan
kelompok tersebut. Pertimbangan yang dilakukan Nabi dalam pembagian
zakat berdasarkan asas manfaat dan prioritas.
Dalam pemungutan dan penyaluran zakat, Nabi mengangkat
petugas khusus yang disebut “amil”. Amil sendiri terbagi menjadi dua,
yaitu amil yang berdomisili di dalam kota Madinah. Statusnya bersifat
free- lance, maksutnya tidak memperoleh gaji tetap namun terkadang
memperoleh honor sebagai balas jasanya. Sahabat Nabi yang pernah
menjadi amil ini adalah Umar Bin Khattab. Yang kedua adalah amil yang
berdomisili di luar kota Madinah. Status mereka sebagai wali pemerinah
pusat dan menjadi amil. Sahabat yang pernah menduduki jabatan ini
adalah Muadz bin Jabal. Sebagai seorang amil, mereka diperbolehkan
untuk mengambil bagian dari zakat dan mendistribusikannya.
Konsep pendistribusian pada masa Nabi Muhammad SAW dengan
cara langsung menghabiskan seluruh dana zakat yang sudah diterima dan
sudah mengenal konsep desentralisasi distribusi zakat. Setelah mengetahui
mengenai wajibnya zakat dan kedudukan zakat, terdapat catatan penting
mengenai zakat yang diantaranya:
a. Zakat adalah salah satu fundamen (rukun) Islam yang utama. Zakat
adalah kebaikan yang dipandang dari segi moral agama sangat mutlak
dilaksanakan.
b. Zakat menurut pandangan Islam adalah hak fakir miskin dalam
kekayaan orang kaya.
c. Zakat merupakan kewajiban yang sudah ditentukan.
d. Zakat adalah pajak yang harus dipungut, tidak diserahkan sesuai
kemauan baik seorang saja.
e. Negara wajib memberi sanksi kepada siapa saja yang tidak bersedia
membayar zakat. Sanksi tersebut saat ini baru bisa dijalankan pada
Negara Islam. Sanksi tersebut berupa penyitaan separuh harta
kekayaan.
f. Golongan bersenjata yang membangkan membayar zakat seyogyanya
harus dibunuh dan dinyatakan perang.
g. Kekayaan zakat harus dikeluarkan sesuai dengan sasaran pengeluaran
dan orang-orang yang berhak dalam al Quran.

9
h. Zakat bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan, menginginkan agar
orang-orag miskin mampu menjadi orang-orang yang mandiri dan
tidak bergantung kepada orang lain.
i. Zakat dikeluarkan untuk orang-orang muallaf,budak, orang yang
berutang, dan untuk orang yang berjuang di jalam agama Allah. (Al
Arif, 2010: 178-188)

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa zakat dalam


Islam merupakan sistem baru tersendiri yang tidak sama dengan anjuran
dalam agama lain supaya manusia suka berkorban.tidak kikir, dan
menumbuhkan sifat empati kepada sesama.Ayat-ayat mengenai zakat yang
turun di Mekkah memang lebih banyak dibandingkan dengan ayat- ayat
zakat yang diturunkan di Madinah. Hal ini disebabkan karena ayat- ayat
zakat yang turun di Mekkah tidak sama dengan ayat-ayat zakat yang turun
di Madinah.

3. Masa Khulafaur Rasyidin


Zakat pada masa Abu Bakar tidak mengalami perubahan mendasar,
hanya saja pada masa Abu Bakar terdapat peristiwa penting yang
terjadi,yaitu menjamurnya para pembangkang zakat di berbagai daerah.
Berawal dari QS. At Taubah ayat 103 yang menjelaskan mengenai
pemungutan zakat hanya Rasulullah saja yang boleh memungut, setelah
Rasulullah wafat mereka beranggapan bahwa zakat sudah dibebaskan.
Kelompok pembangkang zakat diantaranya dipimpin oleh Musailamah Al
Kazab dari Yamamah dan Sajah Tulaihah.
Ketika itu, Abu Bakar menyatakan perang kepada mereka karena
mereka dinilai murtad. Pada awalnya pernyataan Abu Bakar ini ditentang
oleh Umar Bin Khatab. Menurut Umar dalam hadits Nabi menjelaskan
jika seseorang yang sudah mengucapkan dua kalimat syahadad sudah
menjamin darah dan kekayaan seseseorang berhak dilindungi. Namun Abu
Bakar mengeluarkan argumennya dengan didasarkan hadits Nabi juga.
Menurut Abu Bakar syarat perlindungan yang diberikan jika
terdapat kewajiban dalam darah dan kekayaan itu. Setelah Umar

10
mendengarkan argumen itu, ia setuju dengan tindakan yang diputuskan
oleh Abu Bakar. Abu Bakar juga berargumen pada al Quran dimana suatu
negara diberikan kekuasaan untuk memungut secara paksa zakat dari
masyarakat yang akan dipergunakan kembali sebagai dana pembangunan
negara. Sikap Abu Bakar ini benar- benar merupakan sikap yang membuat
sejarah tidak ada tandingannya.
Negara Islam pertama kali pada periode Abu Bakar yang
melancarkan perang untuk membela hak- hak orang miskin dan golongan
orang- orang yang berekonomi lemah. Setelah dilakukannya pembersihan
terhadap semua pembangkamg zakat, Abu Bakar memulai tugasnya
dengan mendistribusikan dan mendayagunakan zakat bagi orang- orang
yang berhak menerimanya. Untuk masalah pemberian, Abu Bakar tidak
membedakan antara orang Islam lama dan muallaf. Abu Bakar juga
mendirikan Baitul Mal di Sana’ah yang merupakan salah satu tempat di
dataran tinggi Madinah. Ketika Abu Bakar meninggal, dan setelah
dikebumikan, Umar memanggil sahabat kepercayaannya diantaranya,
Abdurrahman bin Auf dan Usman bin Affan untuk masuk ke Baitul Mal.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, keadaan di Jazirah
Arab relative stabil. Umar melantik amil- amil untuk mengumpulkan zakat
dari orang- orang kemudian membagikannya kepada golongan yang
berhak menerima. Sisa zakat tersebut kemudian diberikan kepada
Khalifah. Baitul Mal yang dibentuk oleh Umar merupakan lembaga yang
berfungsi untuk mengatur keuangan dan zakat. Terdapat perkembangan
menarik yang terjadi mengenai zakat pada periode Umar bin Khatab, yaitu
Umar berijtihad untuk membatalkan pemberian zakat kepada muallaf dan
juga Umar memperkenalkan system cadangan devisa. System cadangan
devisa tersebut meruakan system dimana dana zakat semuanya tidak
langsung didistribusikan sampai habis, namun ada pos cadangan devisa
yang dialokasikan apabila terjadi pada keadaan darurat.
Pada periode Usman bin Affan, ia pada dasarnya melanjutkan
pemerintahan dari Umar. Pada periode ini Usman melantik Zaid bin Tsabit
untuk mengelola dana zakat. Pada masa ini dana zakat mencapai rekor

11
tertinggi daripada masa sebelumnya hingga Usman memerintahkan Zaid
untuk membelanjakan sisa dana tersebut untuk memakmurkan masjid
Nabawi. Terdapat sumber pendapatan lain selain zakat yang memadai,
yaitu kharaj dan jizyah.
Pada periode Ali, kebijakan mengenai zakat masih sama dengan
kebijakan zakat yang sebelumnya. namun pada masa tersebut Ali kembali
menggunakan kebijakan seperti pada zaman Rasulullah dan Abu Bakar,
yaitu dengan mendistribusikan zakat sampai habis kepada yang berhak
menerima dan meninggalkan system cadangan devisa. Ali tidak pernah
mengabaikan tugas nya termasuk dalam pengelolaan zakat, karena baginya
zakat merupakan instrument penting yang bertujuan untuk mengatasi
ketimpangan distribusi pendapatan yang terjadi di masyarakat.

4. Pasca Khulafaur Rasyidin


Pada masa pasca Khulafaurrasyidin tanggung jawab pengelolaan
zakat sedikit telepas dari otoritas pemerintah. Pada masa ini pemerintahan
dibangun atas dasar kekuatan dan pertahanan dengan system pewarisan
yang dikembangkan. Pemerintahan model pertama, walaupun sederhana
namun pemerintahan berorientasi pada kepentingan umat. Pemerintahan
model kedua betapapun caggihnya, namun pemerintahan berorientasi pda
kepentingan penguasa/ kelompok
Pada pemerintahan Bani Umayyah merupakan periode
perkembangan feodalisme-nepotisme. Pola ini terjadi pada masa Usman
bin Affan. Pola ini diikuti oleh khalifah- khalifah berikutnya kkecuali
Umar bin Abdul Aziz. Pada masa tersebut terjadi pemusatan kekayaan
kepada sekelompok golongan yang dekat dengan pusat kekuasaan pada
masa itu. Masyarakat di Mekah, Madinah, dan Irak merasa telah
mengalami ketidakadilan dengan munculnya pemusatan kekayaan yang
diberikan oleh kelompok tertentu di Syiriah.
Pergeseran substansial system pemerintahan tersebut telah
mengundang reaksi rakyat yang tak kalah mendasarnya. Rakyat yang
semula bersikap partisipasi dan mendukung pemerintah berubah menjadi
sebagian bersikap apatis dan pesimis terhadap pemerintahan yang ada.

12
Pada masa ini muncullah kelompok kecil yang ingin memusuhi
pemerintah.Mayoritas umat yang bersifat apatis inilah yang dikenal
dengan faksi sunni. Sedangkan kelompok yang bersifat konfrontatif
dikenal sebagai faksi khawarij. Selebihnya adalah kelompok oportunis,
yaitu kelompok yang dapat menerima model pemerintahan dan biasanya
terdiri dari orang- oran Persia.
Implikasi pengembangan politik diatas adalah bahwa kepercayaan rakyat
terhadap pengelolaan zakat oleh pemerintah semakin lama semakin
memudar. Gaya kepemimpinan yang otoriter dan gaya hidup penguasa
yang serba mewah yang menjadi alasan utama rakyat meragukan
pengelolaan zakat.
Pada masa Al Makmur, salah satu khalifah terkemuka Bani
Abbasiyah. ia banyak mengeluarkan peraturan pajak, diantaranya sedekah
(termasuk zakat), jizyah. kharaj, pajak awak kapal dan ikan, pajak
tambang galian, dsb. Pendapata terbesar dari pajak ini adalah kharaj.
Kharaj merupakan pajak atas tanah yang diterapkan di wilayah yang
menjadi taklukkan perang. Karena kharaj dan jizyah menjadi prioritas
utama pendapatan negara, maka zakat pada masa itu dikurangi menjadi
prioritas utama pendanaan negara.
Terlepasnya otoritas pengelolaan zakat dari tangan
pemerintahbenar- benar tuntas pada abad ke 17 ketika umat islam di
berbagai penjuru jatuh ke tangan penjajahan barat yang kafir. Dalam
keadaan demikian , kekuasaan de facto yang mengendalikan kehidupan
umat adalah “imamat swata” yang berpusat pada tokoh- tokoh agama
terutama guru sufi selaku pemandu kehidupan rakyat. Dimata rakyat,
ulama tersebut dapat dipercaya dan dapat dijadikan panutan, dan mereka
yakin bahwa zakat yang mereka bayarkan akan sampai kepada yang
membutuhkan dan tidak akan disalah gunakan.

13
5. Zakat di Indonesia
Zakat merupakan salah satu sumber dana untuk pengembangan ajaran
Islam dan pendanaan dalam perjuangan bangsa melawan penjajah
Belanda. Di Sumatra misalnya, Belanda terlibat dalam perang besar
berkepanjangan dengan orang Aceh. Sumber dana orang Aceh tersebut
berasal dari hasil zakat yang disimpan di masjid, surau atau langgar.
Sebelum penjajah datang ke Indonesia terdapat beberapa kesultanan yang
mencapai kejayaan berkat dukungan dana intern dari umat Islam sendiri.
Saat itu ulama kenamaan yang bernama Muhammad Arsyad- al Banjari
berpendapat jika zakat tidak hanya bersifat konsumtif, namun juga
produktif. Akibatnya pengelolaan zakat yang tadinya bertujuan untuk
membantu menuntaskan kemiskinan menjadi menyuburkan kemiskinan.
Menurutnya, pola alokasi zakat harus dibagi dalam tiga kategori. Pertama,
bag fakir miskin yang tidak memiliki keterampilan namun memberikan
barang atau keterampilan yang dimanaatkan dalam jangka waktu lama dan
membuat mereka mandiri. Kedua, fakir miskin yang punya keterampilan
diberikan alat-alat untuk mewujudkan keahlian yang dimiliki. Krtiga, fakir
miskin yang punya pekerjaan namun belum memenuhi kebutuhan
hidupnya maka diberi modal usaha agar bisa berdagang.
Pada masa penjajahan, awalnya pemerintah Hindia-Belanda belum
mencampuri urusan sumber keuangan Islam. Namun setelah mereka
melihat potensi besar sumber keuangan Islam yang umumnya dikelola di
masjid dalam mendukung perjuangan anticolonial, pemerintah mulai ikut
campur dalam masalah sumber dana umat Islam. Pda tanggal 4 Agustus
1893, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Bijblad nomor 1892 yang
berisi kebijakan pemerintah untuk mengawasi pelaksanaan zakat yang
dilakukan oleh penghulu. Pemerintah melarang pegawai dan priyai
pribumi untuk membantu pelaksanaan zakat.
Jika pada masa sebelumnya kas masjid bersumber dari zakat yang
dikelola melalui lembaga yang dibentuk umat Islam, maka setelah
pemerintah ikut andil, dana tersebut dimanfaatkan untuk memberikan

14
sumbangan kepada rumah sait Zending . kas masjid di Kediri juga
dimanfaatkan untuk membiayai sebuah asrama pelacur dan membantu
aktuvitas Kristen. Selain itu, kas tidak bebas digunakan untuk keperluan
umat Islam. Pada masa Hidia Belanda, efisiensi dan efektfitas sumber
keuangan Islam tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pemberian zakat
tidak lagimemakai jasa amil, namun yang bersngkutan langsung
menyerahkan zakat kepada pengelola keagamaan.Namun atas
pertimbangan Snouck Hurgronje sebagai penasehat senior Hindia Belanda.
Kebijakan tersebut mengalami perubahan, yang semula kas untuk
kepentingan missionaris Kristen dan pelacur, sekarang digunakan untuk
sarana kepentingan umum.
Saat penjajahan Jepang datang, awalnya tidak memperhatikan
sumber keuangan Islam, namun beberapa waktu kemudian Jepang
menyadari potensi besar dari sumber keuangan Islam. Opsir Kaigum
selaku pimpinan angkatan laut Jepang mulai mendekati Islam dengan cara
merangkul para ulama dan menjanjikan tiga program dalam bidang social
keagamaan yang salah satunya membangun dan mendirikan kantor
perbendaharaan Islam sebagai lembaga yang mengumpulkan sumber
keuangan Islam. Namun seiring berjalannya waktu, niat buruk Jepang
terkuak sehingga hal ini menimbulkan resistensi kembali di kalangan di
kalangan umat.
Setelah Indonesia merdeka, keuangan Islam dikuasai kembali oleh
umat Islam. Ketika Wibisono menjadi menteri keuangan RI, ia tertarik
untuk memasukkan sumber keuangan Islam sebagai salah satu komponen
dalam system perekonomian Indonesia. Dasawarsa- dasawarsa awal
setelah kemerdekaan , pengelolaan zakat masih terorganisir secara rapi.
Namun pengembangan zakat di beberapa kelompok masyarakat secara
terbatas dan tidak teratur karena pada waktu itu para ulama membagikan
zakat denga cara yang masih tradisional yaitu memberikan bantuan secara
konsumtif sehingga tidak bisa menjadikan unmat menjadi mandiri dan
tujuan zakat sulit terwujud.

15
Namun, hal itu tidak berarti bahwa zakat pada masa itu tidak
memiliki makna sama sekali. Banyak kemajuan yang telah dicapai dengan
dana zakat tersebut seperti membangun masjid, mushalla, pesantren,
gedung universitas dan rumah sakit. Pada tahun 1967 pemerintah
menyiapkan RUU zakat untuk diajukan ke DPRGR, namun Menteri
Keuangan berpendapat bahwa peraturan zakat tidak perlu, mengingat pada
kondisi soaial politik yang belum mendukung pada masa tersebut.
Perhatian pemerintah pada pengelolaan zakat baru menguat pada
masa Orde Baru. Pada tanggal 15 Juli 1968 pemerintah melalui kantor
Menteri Agama mengeluarkan Peraturan nomor 4 dan 5 tentang
pembentukan Badan Amil Zakat dan tentang pembentukan Baitul Mal di
tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten. Pada era reformasi tahun 1999
keluarlah UU no 38 tahun 1999 tenang pengelolaan zakat yang dilengkapi
dengan Kep. Menteri Agama RI no 581 tahhun 1999 tentang pelaksanaan
pengelolaan zakat. Dengan keluarnya UU ini telah menjadi suatu gebrakan
dan trobosan yang cukup baik bagi pengembangan pengelolaan zakat di
Indonesia walaupun kekurangan pada UU tersebut yaitu tidak ada sangsi
bagi warga negara yang tidak membayar zakat dan masih sensitifnnya bagi
negara yang membayar zakat.

C. Pembagian Zakat
1. Zakat Jiwa atau Zakat Fitrah
a. Pengertian
Zakat jiwa adalah zakat yang dikeluarkan menjelang Hari Raya
Idul Fitri. Biasa dikenal dengan zakat Fitrah. Menurut bahasa, fitrah
yaitu ciptaan atau asal kejadian.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ar Rum ayat 30

‫س نعلنريِتنهاَ نل تنتربعدينل لعنخرلعق‬ ‫ك عللبديعن حعنيِةفاَ فعطرر ن ع رع‬


‫فنأنقعرم نورجنه ن‬
‫ت اَّل اَّلتيِ فنطننر اَّلرناَ ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬

{٣٠} ‫ك اَّلبديعناَ لرنقيِبعم نوللنعكرن أنركثْنتنراَّلرناَ ع‬


‫س نل ينترعلنعموُنن‬ ‫اَّ ع‬
‫ل لنذلع ن‬
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Islam); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

16
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,”

b. Hukum Mengeluarkan Zakat Fitrah


Zakat fitrah wajib dikeluarkan oleh umat Islam, untuk dirinya
sendiri dan orang yang wajib dinafkahinya seperti isteri, anak yang
ditanggungnya, dan orang yang wajib diberi nafkah olehnya. Berfungsi
menyucikan diri manusia dari kotoran-kotoran yang disebabkan oleh
lingkungan atau pergaulan. Maka dari itu, zakat fitrah berguna untuk
mengembalikan manusia kepada fitrahnya.
Rasulullah bersabda : Rasulullah saw telah mewajibkan zakat
fitrah yang fungsinya untuk menyucikan orang yang berpuasa dari
perkataan atau perbuatan yang keji dan kotor dan untuk menjadi
makanan bagi orang-orang miskin. Barang siapa yang menunaikan
zakat fitrah itu sebelum shalat Idul Fitri, maka ia diterima sebagai
zakat, dan barang siapa menunaikannya sesudah shalat Idul Fitri,
maka ia hanya diterima sebagai shodaqoh biasa. (HR. Abu Dawud
dan Ibnu Majah)
c. Orang yang Mengeluarkan dan Menerima Zakat
1) Syarat orang yang mengeluarkan zakat fitrah (muzaki)
a) Islam
b) Orang itu hidup sewaktu hari terakhir bulan ramadhan atau
terbenamnya matahari. Orang tidak wajib mengeluarkan zakat
fitrah untuk isteri yang baru dikawininya sesudah terbenamnya
matahari di akhir bulan ramadhan.
c) Memiliki kelebihan harta

2) Yang berhak menerima zakat fitrah (mustahik)


Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. At Taubah ayat 60
‫ساَعكيِعن نواَّلرنعاَعمعليِنن نع نرليِتنهاَ نواَّلرعمنؤلرنفعة قعتعلوُبعتعهرم‬ ‫صندنقاَ ع ع ع‬ ‫إعنرنماَ اَّل ر‬
‫ت لرلعفنقنرآَء نواَّلرنم ن‬
‫ضةة عمنن‬ ‫ب نواَّلرنغاَعرعميِنن نوعفيِ نسعبيِعل اَّللرعه نواَّبرعن اَّل ر‬
‫سعبيِعل فنعري ن‬ ‫نوعفيِ اَّلبرنقاَ ع‬

17
{٦٠} ‫اَّللرعه نواَّللرهع نعلعيِنم نحعكيِنم‬
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang
yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang
diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”

a) Fakir, orang yang tidak memiliki harta dan usaha. Atau orang
yang memiliki harta dan usaha, tetapi kurang dari setengah
kebutuhan pokoknya dan tidak ada orang memberinya nafkah.
b) Miskin, orang yang memiliki harta dan usaha, namun hasilnya
tidak dapat mencukupi kebutuhan pokoknya.
c) Amil, orang yang mengambil, mengumpulkan, dan
menyalurkan zakat.
d) Muallaf, orang yang baru saja masuk Islam.
e) Hamba sahaya, hamba yang dijanjikan oleh tuannya bahwa
mereka akan dibebaskan jika membayar dengan sejumlah harta.
f) Ghorim, orang yang berhutang tetapi hartanya tidak mencukupi
untuk melunasi hutangnya. Dan uang hutangnya tidak
digunakan dalam hal kejahatan.
g) Sabilillah, orang yang berjuang di jalan Allah.
h) Ibnu sabil, orang yang melakukan perjalanan jauh dan dia
kehabisan bekalnya.
d. Hikmah Zakat Fitrah
1) Menyempurnakan amalan di bulan ramadhan.
2) Rasa syukur kepada Allah.
3) Membersihkan jiwa seseorang.
4) Meringankan beban fakir miskin dan orang-orang lain yang
membutuhkan.
5) Mendidik untuk menjadi jiwa pemurah, pengasih, dan penyayang.

2. Zakat Harta atau Zakat Mal


a. Pengertian

18
Secara bahasa berarti mensucikan, bertambah, tumbuh dan
berkembang serta mendapat berkah. Menurut istilah, zakat harta yaitu
kadar harta yang diberikan oleh orang yang mengeluarkan zakat
kepada orang yang berhak menerima zakat. Hukumnya wajib ain yaitu
wajib dikeluarkan bagi orang muslim. Zakat harta misalnya: emas,
perak, binatang ternak, hasil tumbuh-tumbuhan, dan harta perniagaan.
b. Syarat
1) Islam
2) Merdeka
3) Harta milik pribadi
4) Telah mencapai satu nishab
5) Telah mencapai haul atau satu tahun.
c. Manfaat
1) Membersihkan diri
2) Mensucikan harta yang dimiliki
3) Meringankan kaum du’afa
4) Menambah keberkahan
5) Menciptakan hubungan yang harmonis antara orang kaya dan
orang miskin. (Nursyamsudin. 2009. Fiqih)
D. Perhitungan Zakat
1. Zakat Harta Perniagaan
Syarat dalam mengeluarkan zakat perniagaan:
a. Zakat yang dikeluarkan adalah 2,5% dari asset dan atau laba berjalan
dalam bentuk tunai baik langsung pada mustahik atau amil zakat.
b. Harta harus mencapai nisab. Sama dengan nisab emas dan perak.
c. Telah capai satu tahun dalam mengelola (haul). Perhitungan dimulai
saat usaha dijalankan.
d. Berniat menjadikan barang diperniagakan dari awal. Zakat
diperuntukkan untuk barang yang tumbuh dan berkembang.
e. Tidak ada penurunan jumlah sampai melewati batas minimal (nishab)
dalam satu tahun.

2. Zakat Emas, Perak, dan Uang Simpanan


Nishab emas 20 dinar setara kurang lebih 92 gram emas. Nishab
prak 200 dirham setara kurang lebih 642 gram perak. Bila hendak
dirupiahkan maka dihitung berdasarkan harga pasar. Zakat perhiasan
diwajibkan satu kali apabila perhiasan telah dikeluarkan zakatnya, maka ia

19
tidak terkena zakat ditahun berikutnya. Kecuali ada tambahan perhiasan,
maka wajib terkena pajak jika telah mencapai nishab.
Dalam bentuk uang tunai maka nishab setara nilai konversi mata
uang menggunakan emas atau perak. Untuk emas, perak, dan uang
simpanan sebesar 2,5% jumlah keseluruhan dan dibayar dalam bentuk
uang tunai pada merekan yang berhak dalam menerimanya. Jika emas
adalah barang perhiasan, maka tidak wajib dizakati walaupun jumlahnya
mencapai nishab karena bukan simpanan kekayaan, namun tetap wajib
dikeluarkan zakat saat dimiliki. Jika perhiasan emas atau perak disimpan
sebagai kekayaan maka wajib hukumnya untuk dikeluarkan zakatnya.
Inilah yang mendasari munculnya kewajiban zakat atas tabungan dan
deposito seseorang.

3. Zakat Hasil Pertanian


Syarat wajib bagi hasil pertanian, menurut Wahbah Al-Zuhaili:
a. Lahan pertanian termasuk lahan yang tidak dikenai kewajiban pajak
b. Hasil pertanin tumbuh di lahan produktif, sehingga tanaman dapat
tumbuh dan berkembang.
c. Ditanam untuk kebutuhan hidup manusia dn menungkatkan
produktifitas lahan potensialnya. Bukan untuk mudharatan seperti
ganja untuk narkoba.
d. Besar zakat tergantung pada jenis pengairan. Jika menggunakan
pengairan alamiah besar zakat 1/10 dari produknya. Jika
menggunakan irigasi maka 1/20 dari produknya. Diperhitungkan
berdasarkan usaha yang dikeluarkan untuk mengelola tanah pertanian.
e. Zakat dikeluarkan ketika panen. Apabila dalam setahun terjadi dua
kali panen, maka zakat wajib dikeluaran dua kali jika telah memenuhi
nishab. Atau jika tanaman baru panen setelah lima tahun maka zakat
dikeluarkan setelah lima panen.
f. Nishab produk pertanian lima wasaq atau 653kg sesudah menjadi
beras atau 860kg gabah kering.

20
4. Zakat Binatang Ternak
Syarat-syarat wajib zakat untuk kedua jenis binatang ternak adalah:
a. Binatang jenis ternak yakni binatang yang dikembang biakkan melalui
proses peternakan atau sengaja untuk diternakkan apabila keseharian
hewan tersebut dikelola untuk fungsi mengolah tanah pertanian seperti
untuk membajak sawah,maka hewan tersebut tidak untuk dikenakan
zakat.
b. Milik sempurna yakni binatang ternak tersebut merupakan milik
semourna dari peternak dan bukan milik orang lain atau kepemilikan
bersama.
c. Telah berusia setahun kepemilikan (haul) dalam ukuran nishab.
d. Jumlah binatang yang diternaknya itu mencapai nishab yakni jumlah
binatang yang wajib di zakat. Nishab binatang yang dizakati berbeda-
beda sebagai berikut:
Nishab Zakatnya
1 ekor kambing betina umur 2 tahun/lebih
40 – 120 ekor
1 ekor domba betina umur 1 tahun/lebih
2 ekor kambing betina umur 2 tahun/lebih
121 – 200 ekor
2 ekor domba betina umur 1 tahun/lebih
3 ekor kambing betina umur 2 tahun/lebih
201 – 399 ekor
3 ekor domba betina umur 1 tahun/lebih
400 – ..... 4 ekor kambing betina umur 2 tahun/lebih
4 ekor domba betina umur 1 tahun/lebih
(Kelipatannya)

Sementara untuk unta karena merupakan hewan padang pasir dan


tidak terdapat di indonesia maka tidak akan di bahas dalam buku ini,
namun kita cukup mengetahui kewajiban atasnya,dikarenakan kewajiban
berzakat hewan ternak disesuaikan dengan situasi dan kondisi setiap
daerah,sebab apabila terdapat disuatu daerah yang diternakan adalah kuda,
maka kudapun wajib di kenakan zakat, begitu pula dengan peternakan
yang lain seperti kerbau, ayam, ataupun burung. semua nishab diatas
adalah berdasarkan hadits nabi Muhammad SAW.
“Dari Muadz Bin Jabal RA, dia berkata, bahwa nabi SAW
mengutusnya ke Yaman dan memerintahkannya untuk menarik zakat dari

21
setiap 30 ekor sapi,1 ekor sapi jantan atau betina yang berumur 1 masuk
2 tahun. dan dari setiap 40 ekor sapi, satu ekor sapi yang telah berumur
dua tahun” (HR Al-Khamsah)
Berdasarkan hadits di atas apabila hewan diternakkan kurang dari
lima ekor maka tidak mempunyai kewajiban mengeluarkan zakat,
menandakan tiap perintah syariat memikirkan kemashlahatan dan
menghhindari kemudharatan. Jika berternak diperjualbelikan namun tidak
banyak maka tidak terkena wajib zakat namun ia tetap terkena wajib jual-
beli hewan ternak yang dilakukan.

5. Zakat Hasil Tambang


Pembayaran zakat hasil tambang dilakukan langsung saat
memperolehnya dan tidak menunggu setahun kepemilikan. Nishabnya
20% atau 1/5 dari hasil penambangan, setelah memperhitungkan biaya
operasional untuk mengeksplorasinya. Hasil tambang yang lunak seperti
bensin atau solar apabila diperjualbelikan, maka dikenakan perniagaan.
Karena mengingat bermunculannya SPBU menjadi ladang bisnis
menguntungkan. Sehingga akan tidak adil, apabila pengusaha tidak wajib
berzakat, mengingat kelipatan keuntungan yang mereka dapatkan.

6. Zakat Barang Temuan (Rikaz)


“Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, bahwa Rasululllah Saw dalam
salah satu haditsnya yang cukup panjang, pernah bersabda dan dalam
rikaz (barang temuan) ada kewajiban pembayaran zakat sebesar 1/5 dari
hasil barang temuan tersebut.” (HR Al-Jama’ah)
Dalam rikaz tidak ada persyaratan nishab dan tidak ada persyaratan
haul, sebab barang temuan bukan sesuatu yang dapat berkembang. Zakat
dikeluarkan saat ditemukn dan tidak menunggu satu tahun, ukuran sama
dengan zakat. Sisa harta setelah zakat merupakan hak penemunya, kecuali
ditemukan di dalam tanah milik seseorang, maka sisanya menjadi milik
pemilik lokas penemuan harta.
Timbul pertanyaan mengapa barang tidak berkembang wajib
dizakati? dikarenakan barang temuan bukan sepenuhnya milik kita,

22
melainkan milik orang lain yang tidak diketahui pemiliknya atau tidak ada
yang mengakui setelah diumumkan., sehingga harta tersebut harus
dibersihkan. Dengan zakat sebesar 1/5 dari nilai barang yang ditemukan.
Diharapkan setelah dizakati, hak orang lain telah dikeluarkan dan harta
menjadi milik kita secara sempurna.

7. Zakat Profesi
Nishab dan besaran zakat diqiyaskan pada zakat yaang dikenakan
pada perhiasan emas dan perak, nishabnya 92 gram emas dengan harga
emas disesuaikan dengan harga pasar. cara mengkonversi nishab sebesar
92 gram emas berdasarkan harga paasar. Besaran zakat gaji profesional
2,5% dari penghasilan neto setelah dikurangi dengan kebutuhan pokok
selama ssatu tahun tersebut.

8. Zakat Aset
Jika barang kekayaan digunakan untuk kepentingan yang
memberikan hasil keuntungan bagi pemiliknya, seperti, gedung, sepeda
motor ataupun mobil yang disewakan, dan kapal menjadi angkutan umum.
Maka hasil keuntungan pelayanan jasa sebesar 2,5% dari penghasilaan
setelah genap setahun dan memenuhi nishab. Di Jeddah, Arab Saudi 1965,
sejauh untuk kepentingan sendiri dan disewakan, serta tidak memberikan
penghasilan atau keuntungan, atau badan hukum lain, maka gedung tidak
wajib dizakati. Demikian pula, dengan kapal, kendaraaan yang dapat
digunkan sendiri, dan tidak disewakan.

9. Zakat Saham dan Obligasi


Yusuf Qardhawi mengklasifikasikan dua kategori, yaitu saham
untuk alat produksi dan saham untuk jual beli. Ditanamkan pada alat
produksi, umpama gedung perkantoran, pabrik, dan lainnya. Maka jumlah
nilai saham bukan wajib dizakati. kKarena tidak termasuk barang
berkembang, bahkan cenderung menyusut. Akan tetapi hasil usahanya
merupakan penghasilan yang wajib dihitung untuk dikenakan wajib zakat.
Yusuf Qardhawi dan Syauqi Isma’il cenderung menetapkan pajib zakat

23
10% dari hasil bersih saha, sebagaimana diqiyaskan dengan zakat hasil
pertanian. Wahbah Al-Zuhaiili setahun, diqiyaskan dengan harga emas dan
perak 2,5 dari keuntungan bersih.
Sementara kalau sahan ditanamkan pada sektor perdagangan maka
semua nilai ditnamkan dalam sektor usahaharus dihitung bersama
keuntungan bersih yang diperoleh dari penanaman saham. Pembayaran
zakat 2,5% daro total andil yang ditanamkan berikut keuntungan bersih.
Sedangkanobligasi masih diperdebatkan haram halalnya, katrena
kemungkinan riba. Bagi mereka yang melihat kentungan dalam pinjaman
uang maka termasuk riba dan haram. Sementara zakat adalah ibadah.
mengutip pendapat Muhmud Syaltout, Isma’il Syahlatih
(Syahlattih:1987:189) berpendapat bahwa hasil usaha obligasii adalah
harta kekayaan yang harus tunduk pada ketentuan harta kekayaan, terlepas
harta haram atau halal. Oleh sebab itu, menurut mereka hasil usaha
obligasi wajib dizakati, dengan sistem perhitungan harta perdagangan,
yakni yang dihitung modal dan laba hasil usahanya. pembayaran zakat
2,5% total aset.

24
E. Hikmah Mengeluarkan Zakat
Zakat memiliki banyak keutamaan baik yang terkait hubungan
manusia dengan Tuhannya, maupun manusia dengan manusia. Hikmah
tersebut antara lain:
1. Mensucikan diri dari kotoran dosa, memurnikan jiwa (menumbuhkan
akhlaq mulia menjadi murah hati, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi
dan mengikis sifat bakhil (kikir) dan serakah sehingga dapat merasakan
ketenangan batin karena terbebas dari tuntutan Allah dan tuntutan
kejiwaan kemasyarakatan.
2. Sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan.
3. Menolong, membina dan membangun kaum yang lemah materi, untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga mereka dapat melaksanakan
kewajiban kepada Allah SWT.
4. Memberantas penyakit iri hati dan dengki yang biasanya muncul ketika
melihat orang-orang di sekitarnya berkehidupan cukup, apalagi mewah.
Sedang ia sendiri tak punya apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari
mereka (orang kaya) kepadanya.
5. Terwujudnya sistem masyarakat Islam yang berdiri di atas prinsip
Ummatan Wahidatan (umat yang satu), Musawah (persamaan derajat dan
kewajiban), Ukhuwah Islamiah (persadaraan Islam), dan Takaful Ijtimal
(tanggungjawab bersama).
6. Mewujudkan keseimbangan dalam distribusi dan kepemilikan harta, serta
keseimbangan tanggungjawab individu dalam masyarakat.
7. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan adanya
hubungan seseorang dengan yang lainnya rukun, damai, dan harmonis,
sehingga tercipta ketentraman dan kedamaian lahir dan batin. (Muttaqien,
Ma’ruf, 2006: 21-22)

25
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud. 1988. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf.

Jakarta: UI Press.
Al Arif, M. Nur Rianto. 2010. Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan

Analisis. Bandung: Penerbit Alfabeta.


Diana, Ilfi Nur. 2008. Hadis-Hadis Ekonomi. Yogyakarta: Sukses Offset.
Muttaqien , Ma’ruf. 2016. Zakat itu Indah. Jakarta: Penerbit Lazismu.
Nursyamsudin. 2009. Fiqih. Jakarta.
Rasjid, H. Sulaiman. 1954. Fiqh Islam. Jakarta: Penerbit Attahiriyah.
Idris, Muhammad. 2014. Konsep Zakat dan Macamnya. Diakses di

https://www.slideshare.net/idrisrahmatan/makalah-konsep-zakat-dan-

macamnya, 03 Oktober 2018.


Pendidikan Islam. 2014. Pembahasan Zakat Lengkap. Diakses di

http://www.masuk-islam.com/pembahasan-zakat-lengkap-pengertian-

zakat-macam-macam-zakat-dll.html, 03 Oktober 2018.


Tuasikal, M. Abdul. 2012. Panduan Zakat Emas dan Perak.
Diakses di https://rumaysho.com/1159-panduan-zakat-emas-

perak.html, 04 Oktober 2018.

26

Anda mungkin juga menyukai