Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AYAT DAN HADITS EKONOMI

AYAT DAN HADITS TENTANG ZAKAT, INFAQ, DAN SEDEKAH

DISUSUN OLEH

ENI MELANI

NUR BEITTY

SULASTRI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PONTIANAK

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat,
hidayah dan karunia-Nyalah sehingga pada kesempatan kali ini kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “ayat dan hadist tentang zakat, infaq, dan timbangan”. Tidak
lupa pula salam serta shalawat kami curahkan kepada junjungan nabi besar kita , Rasulullah
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang
benderang seperti saat sekarang ini.
    Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan.
Oleh karena itu, dengan penuh rendah hati kami sangat mengharapkan saran dan kritikan dari
para pembaca , agar kedepannya kami dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi .
    Akhir kata, kami ucapakan terima kasih atas kesediaan para pembaca untuk meluangkan
waktunya demi membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Aamiin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................................
2. Rumusan Masalah...........................................................................................
3. Tujuan Penulisan.............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Zakat...............................................................................................................

1. Pengertian zakat........................................................................................
2. Ayat dan hadis zakat................................................................................
3. Rukun dan syarat zakat.............................................................................

B. Infaq ................................................................................................................

1. Pengertian infaq........................................................................................
2. Ayat dan hadis infaq..................................................................................
3. Rukun dan syarat infaq..............................................................................
C. Sedekah..........................................................................................................
1. Pengertian sedekah...................................................................................
2. Ayat dan hadis sedekah............................................................................
3. Rukun dan syarat sedekah........................................................................
D. Perbedaan dan persamaan zakat, infaq, dan sedekah.....................................
E. Perbedaan Zakat, Infaq, dan Sedekah…............………..............................
F. Hikmah Zakat, infaq dan sedekah ................................................................
G. Tujuan zakat, infak, dan sedekah...................................................................

BAB III KESIMPULAN


1. Kesimpulan…………………………………………………...................
2. Penutup.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya, pengaturan urusan kehidupan dan hubungan sosial manusia tidak akan
benar, menurut timbangan keadilan Tuhan dan logika manusia, apabila tidak disertai
dengan akidah yang benar, etika yang kukuh dan prinsip-prinsip serta hukum-hukum
yang komprehensif yang dapat mengatur seseorang, baik dalam keadaan tersembunyi
maupun terang-terangan, keluarga dan masyarakat luas yang teratur dibawah kekuasaan
negara.
Dalam kita berhubungan sosial dengan manusia, ada salah satu ibadah yang memang
erat hubungannya dengan manusia sekaligus berhubungan dengan Tuhan. Ibadah
tersebut adalah zakat. Zakat merupakan salah satu rukun islam ke tiga yang diwajibkan
kepada setiap muslim. Zakat infaq dan shadaqah merupakan salah satu topic selalu
menarik untuk dikaji dan didiskusikan. Karena zakat, infaq, dan shadaqah dalam
peranannya memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengentasan kemiskinan.

B. RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian zakat, infaq, dan sedekah?
B. Apa saja Ayat dan hadis yang menjelaskan tentang zakat, infaq, dan sedekah?
C. Apa saja Perbedaan Zakat, Infaq, dan sedekah?
D. Hikmah apa saja yang dapat kita peroleh dari Zakat, infaq dan sedekah
E. Tujuan zakat, infaq, dan sedekah ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian Zakat, infaq, dan sedekah
2. Untuk mengetahui bagaimana ayat tentang Zakat, nfaq dan sedekah.
3. Untuk mengetahui bagaimana hadist yang menjelaskan tentang Zakat, nfaq dan
sedekah
4. Untuk mengetahui apa saja bahaya mengurangi Zakat, nfaq dan sedekah.
BAB l

PEMBAHASAN

A. Zakat
1. Pengertian zakat
Zakat merupakan saah satu rukun islam yang keberadaannya menjadi salah
satupenyangga bagi kesempurnaan islam. Zakat merupakan ibadah dan kewajiban
social bagi agniya’ (hartawan) serta kekayaannya yang memenuhi batas minimal
(nisbah ) dan rentang waktu satu tahun (haul). Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat
merupakan kata dasar dari zaka yang berarti suci, bersih, tumbuh, dan terpuji. Adapun
dari segi istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah di
serahkan kepada orang-orang yang berhak menerimannya dengan persyaratan
tertentu.
Menurut etimologi yang dimaksud dengan zakat adalah sejumlsh harta tertentu
yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah untuk dikeluarkan dan
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Selain itu menurut istilah
fiqih zakat adalah shodaqoh yang sifatnya wajib, berdasarkan ketentuan nishab dan
haul dan diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya, yakni 8 ashnaf.
Zakat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Zakat Fitrah dan Zakat Maal
(harta atau kekayaan);
1) Zakat Fitrah merupakan zakat jiwa (zakat al-nafs), yaitu kewajiban berzakat
bagi seriap individu baik untuk orang yang sudah dewasa maupun
belumdewasa, dan dibarengi dengan ibadah puasa ramadhan.
2) Zakat Maal, seperti diuraikan terdahulu bahwa zakat sepadan dengan kata
shodaqoh dan infaq, ketiga istilah tersebut merupakan kata yang
mengindikasikan adanya ibadah maliyah yaitu ibadah yang berkaitan dengan
harta.
2. Ayat dan hadis zakat
Zakat adalah suatu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT.Ini dapat
dilihat dari dalil-dalil, baik yang terdapat dalam Al-Qur'an maupun yang terdapat
dalam kitab-kitab hadist, antara lain sebagai berikut :
a. Ayat tentang zakat
1) Firman Allah SWT
Dalam QS. At Taubah : 103

‫ك َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬


َ َ‫ص ٰلوت‬
َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬

Artinya : "Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untukmereka"
2) Firman Allah SWT
Dalam QS.Al-Baqarah : 43
َ‫َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َوارْ َكعُوْ ا َم َع ال ٰ ّر ِك ِع ْين‬

Artinya : “Dirikanlah shalat, bayarlah zakat , dan rukuklah bersama orang


orang yang rukuk.”
3) Firman Allah SWT
Dalam QS. Al-Baqarah : 277

ٌ ْ‫ و‬x‫ت َواَقَا ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتَ ُوا ال َّز ٰكوةَ لَهُ ْم اَجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ۚ ْم َواَل َخ‬
‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل‬ ّ ٰ ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬
َ‫هُ ْم يَحْ زَ نُوْ ن‬

Artinya :“Sesunguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh,


mendirikan shalat, dan menunaiakan zakat, mereka mendapat pahal di sisi
tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka ada tidak (pula) mereka
bersedih hati.”
b. Hadist tentang zakat
hadits ditunjukkan mengenai wajibnya melalui haditsd dari Ibnu ‘Umar
radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
، ِّ‫ َو ْال َحج‬، ‫ا ِة‬x‫ا ِء ال َّز َك‬xَ‫ َوإِيت‬، ‫الَ ِة‬x‫الص‬ ِ َ‫ َوإِق‬، ِ ‫و ُل هَّللا‬x‫هَ إِالَّ هَّللا ُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َر ُس‬xَ‫س َشهَا َد ِة أَ ْن الَ إِل‬
َّ ‫ام‬x ٍ ‫بُنِ َى ا ِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬
َ‫ضان‬ َ ‫صوْ ِم َر َم‬ َ ‫َو‬
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan)
yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya;
menegakkan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji; dan berpuasa di bulan
Ramadhan.”
begitu juga dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
memerintahkan pada Mu’adz yang ingin berdakwah ke Yaman,

َ xَ‫ َر ُّد َعلَى فُق‬xُ‫ائِ ِه ْم َوت‬xxَ‫ ُذ ِم ْن أَ ْغنِي‬x‫ تُ ْؤ َخ‬، ‫ َوالِ ِه ْم‬x‫ َدقَةً فِى أَ ْم‬x‫ص‬
‫رائِ ِه ْم‬x َ ‫ َر‬xَ‫أ َ ْعلِ ْمهُ ْم أَ َّن هَّللا َ ا ْفت‬xxَ‫ك ف‬
َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ِ‫فَإ ِ ْن هُ ْم أَطَاعُوا لِ َذل‬
“… Jika mereka telah mentaati engkau (untuk mentauhidkan Allah dan menunaikan
shalat ), maka ajarilah mereka sedekah (zakat) yang diwajibkan atas mereka di mana
zakat tersebut diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan kemudian
disebar kembali oleh orang miskin di antara mereka.”

Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata, “Zakat adalah suatu kepastian dalam
syari’at Islam, sehingga tidak perlu lagi kita bersusah payah mendatangkan dalil-dalil
untuk membuktikannya. Para ulama hanya berselisih pendapat dalam hal
perinciannya. Adapun hukum asalnya telah disepakati bahwa zakat itu wajib,
sehingga barang siapa yang mengingkarinya, ia menjadi kafir.”

3. Rukun dan syarat Zakat


a. Rukun zakar
Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta), dengan
melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang fakir, dan
menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya, yakni
imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.
b. Syarat zakat
Berikut syarat-syarat seseorang yang wajib hukumnya membayar zakat:
1) Islam.
Islam menjadi syarat kewajiban mengeluarkan zakat dengan dalil
hadits Ibnu Abbas di atas. Hadits ini mengemukakan kewajiban zakat, setelah
mereka menerima dua kalimat syahadat dan kewajiban shalat. Hal ini
tentunya menunjukkan, bahwa orang yang belum menerima Islam tidak
berkewajiban mengeluarkan zakat.
2) Merdeka.
Tidak diwajibkan zakat pada budak sahaya (orang yang tidak merdeka)
atas harta yang dimilikinya, karena kepemilikannya tidak sempurna.
Demikian juga budak yang sedang dalam perjanjian pembebasan (al
mukatib), tidak diwajibkan menunaikan zakat dari hartanya, karena
berhubungan dengan kebutuhan membebaskan dirinya dari perbudakan.
Kebutuhannya ini lebih mendesak dari orang merdeka yang bangkrut
(gharim), sehingga sangat pantas sekali tidak diwajibkan.
3) Berakal Dan Baligh.
Dalam hal ini masih diperselisihkan, yaitu berkaitan dengan permasalahan
zakat harta anak kecil dan orang gila. Yang rajih (kuat), anak kecil dan orang
gila tidak diwajibkan mengeluarkan zakat. Akan tetapi kepada wali yang
mengelola hartanya, diwajibkan untuk mengeluarkan zakatnya, karena
kewajiban zakat berhubungan dengan hartanya.
4) Memiliki Nishab.
Makna nishab disini, ialah ukuran atau batas terendah yang telah
ditetapkan oleh syar’i (agama) untuk menjadi pedoman menentukan batas
kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang memilikinya, jika telah sampai
pada ukuran tersebut.
Orang yang memiliki harta dan telah mencapai nishab atau lebih,
diwajibkan mengeluarkan zakat dengan dasar firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala :
ِ ‫ك يُبَيِّنُ هللاُ لَ ُك ُم ْاألَيَا‬
َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُون‬ َ ِ‫ك َما َذا يُنفِقُونَ قُ ِل ْال َع ْف َو َك َذل‬
َ َ‫َويَ ْسئَلُون‬
“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah:
“Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya
kepadamu supaya kamu berfikir“. [Al Baqarah/2:219].
Makna al afwu adalah harta yang telah melebihi kebutuhan. Oleh
karena itu, Islam menetapkan nishab sebagai ukuran kekayaan seseorang.

B. Infaq
1. Pengertian nfak
Infaq secara bahasa berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan
sesuatu untuk kepentingan sesuatu.Sementara menurut istilah syari'at, infaq berarti
mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan atau penghasilan untuk
suatukepentingan yang diperintahkan agama Islam.Jika zakat ada nisabnya, maka
infaq dan shodaqoh terbebas dari nisab.Infaq bisa dilakukan oleh siapapun baik yang
berpenghasilan rendah maupun sempit.
Selain itu, kata infaq berarti mendermakan harta yang diberikan Allah SWT,
menafkahkan sesuatu pada orang lain semata-mata mengharap ridha Allah
SWT.Dengan demikian, infaq merupakan bentuk pentasharrufan harta sesuai dengan
tuntunan syariat.6Selain itu infaq juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang
dikeluarkan diluar sebagai tambahan dari zakat, yang sifatnya sukarela yang
diambilkan dari harta atau kekayaan seseorang untuk kemaslahatan umum atau
membantu yang lemah.
Infaq dapat diartika mendermakan atau memberikan rizki (karunia allah) atau
menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena allah
semata.atau dapat diartikan pengeluaran derma setiap kali seorang muslim menerima
rezki (karunia) dari Allah sejumlah yang dikehendaki dan direlakannya.
Adapun perbedaan infaq dengan zakat dapat dilihat dari waktu pengeluarannya,
dalam zakat ada nisabnya sedangkan infaq tidak ada, baik dia berpenghasilan tinggi
maupun rendah.Zakat diperuntukkan untuk delapan ashnaf, sedangkan infaq dapat
diberikan kepada siapapun juga, misalnya untuk keluarga, anak yatim, dan lain-
lain.Infaq tidak ditentukan jenisnya, jumlah dan kadarnya, serta waktu
penyerahannya.
2. Ayat dan hadis infaq
Firman Allah dalam Al-qur'an pada surah Al-Baqarah 262;

‫ َد َربِّ ِه ۚ ْم َواَل‬x‫ ُرهُ ْم ِع ْن‬xْ‫ا َّوٓاَل اَ ًذ ۙى لَّهُ ْم اَج‬xxًّ‫وْ ا َمن‬xxُ‫ٓا اَ ْنفَق‬xx‫وْ نَ َم‬xx‫اَلَّ ِذ ْينَ يُ ْنفِقُوْ نَ اَ ْم َوالَهُ ْم فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ ثُ َّم اَل يُ ْتبِ ُع‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزنُوْ ن‬ ٌ ْ‫خَ و‬

Artinya : "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka


tidak mengiringi apa yang diinfaqkan itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan
dengan tidak menyakiti(perasaan si penerima), maka memperoleh pahala disisi
Tuhan, mereka dan tidak (pula) mereka sedih hati"

Hadis tentang infaq

ُّ ‫ «اليَ ُد الع ُْليَا َخ ْي ٌر ِمنَ اليَ ِد‬:‫ عن النَّب ّي – صلى هللا عليه وسلم – قَا َل‬:‫عن أَبي هريرة – رضي هللا عنه‬
‫دَأ‬xْ‫ َواب‬،‫ ْفلَى‬x‫الس‬
‫ رواه البخاري‬.»ُ‫ َو َم ْن يَ ْستَ ْغ ِن يُ ْغنِ ِه هللا‬،ُ‫ف يُ ِعفَّهُ هللا‬ْ ِ‫ َو َم ْن يَ ْستَ ْعف‬،‫ص َدقَ ِة َما َكانَ ع َْن ظَه ِْر ِغن ًى‬
َّ ‫ َوخَ ْي ُر ال‬،ُ‫بِ َم ْن تَعُول‬.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam


bersabda : Tangan diatas itu lebih baik dari tangan dibawah. Dan mulailah dengan
orang yang menjadi keluargamu. Dan sebaik-baik sedekah ialah yang diberikan di
luar keperluan. Dan barangsiapa yang menahan diri (dari meminta-minta), maka Allah
akan mencukupkan kebutuhannya Dan barangsiapa yang merasa kaya (terhadap ada
yang ada), maka Allah akan membuatnya kaya.” (Riwayat Bukhari)
Pelajaran yang dapat diambil dari hadits di atas:
1. Anjuran untuk selalu menjadi pribadi yang terbaik, khususnya dalam hal memberi.
Karena orang yang memberi kedudukannya lebih mulia dibandingkan orang yang
meminta.
2. Infaq yang terbaik adalah infaq yang diberikan seseorang kepada orang yang
menjadi tanggungjawabnya yaitu keluarganya untuk kebutuhan sandang pangan
papan dan pendidikan mereka
3. Sebaik – baik sedekah adalah sedekah yang dikeluarkan seseorang setelah ia
mencukupkan untuk kebutuhan keluarganya
4. Orang yang bisa menahan diri dari meminta-minta maka Allah akan cukupkan
harta yang ia miliki untuk kebutuhannya
5. Orang yang merasa dirinya kaya (qona’ah) terhadap apa yang Allah berikan
kepadanya maka Allah akan cukupkan

3. Rukun dan Syarat Infaq


a. Rukun infaq ada empat, yaitu:
a.) Pemberi infaq (muwafiq)
b.) Penerima infaq (muwafiqLahu)
c.) Barang yang di infaqkan.
d.) Penyerahan (IjabQabul)
Infaq dapat di anggap syah apabila pemberian itu sudah mengalami proses
serah terima. Jika Infaq itu baru diucapkan dan belum terjadi serah terima maka
yang demikian itu belum termasuk Infaq. Jika barang yang dihibahkan itu telah
diterima maka yang menghibahkan tidak boleh meminta kembali kecuali orang
yang memberi itu orang tuanya sendiri (ayah/ibu) kepada anaknya.
b. Syarat-syarat barang yang di infaqkan adalah:
1) Barang yang di infaq itu jelas terliha twujudnya,
2) Barang yang di hibahkan adalah barang yang memiliki nilai atau harga.
3) Barang yang di hibahkan itu adalah betul-betul milik orang yang memberikan
hibah dan berpindah status pemiliknya dari tangan pemberi hibah ketangan
penerima hibah
C. Sedekah
1. Pengertian sedekah
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti ‘benar’. Menurut terminologi
syariat pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan
ketentuan-ketentuannya. Hanya saja jika infak berkaitan dengan materi, sedekah
memilki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat nonmateriil. Hadits riwayat
Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tidak mampu
bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil,
berhubungan suami istri, dan melakukan kegiatan amar ma’ruf nahi munkar adalah
sedekah.
Kata sedekah yang dalam bahasa arabnya adalah sodaqah yang terdiri dari
huruf sad, dal, qaf, memiliki rumpun yang sama dengan sidiq(salah satu sifat wajib
rasul) yang aritnya jujur, juga dengan kata sodiq (yang artinya teman) serta sidq (yang
artinya percaya). Oleh karena itu orang yang bersedekah adalah orang yang
membuktikan kepercayaannya secara jujur sebagai bentuk persahabatan (tanpa
pamrih) dalam bentuk pemberian harta. Oleh karena itu mahar yang diberikan kepada
perempuan adalah sodaq. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang
mau memberi, sebagai bentuk konkrit dari iman yang ada dalam hatinya. Dari sini,
lawan dari kata sidq adalah kidzb yang berarti bohong yang dimiliki orang munafiq.
Secara etimologi, al-jurjani mengatakan, “sedekah ialah sebuah pemberian
yang diberikan karena mengharap ridha dari Allah swt.”. menurut ar-raghib, “sedekah
ialah harta yang dikeluarkan seseorang dengan maksut ibadah, seperti zakat. Akan
tetapi, sedekah dasarnya disyariatkan untuk suatu hal yang disunnahkan, sedangkan
zakat untuk hal yang diwajibkan”.
Dari pengertian tersebut, shodaqah dapat juga dimaknai dengan satu tindakan
yang dilakukan karena membenarkan adanya pahala atau balasan dari Allah SWT.
Sehingga shodaqoh dapat kita maknai dengan segala bentuk atau macam kebaikan
yang dilakukanoleh seseorang karena membenarkan adanya pahala atau balasan dari
Allah SWT. Shodaqoh dapat berbentuk harta seperti zakat atau infaq, tetapi dapat pula
sesuatu hal yang tidak berbentuk harta. Misalnya seperti senyum, membantu kesulitan
orang lain, menyingkirkan rintangan di jalan, dan berbagai macam kebaikan lainnya.
Seperti halnya infaq, dalam shodaqoh tidak di tetapkan bentuknya, bisa berupa
barang, harta maupun satu sikap yang baik. Jika ia berupa harta atau barang, maka
shodaqoh tidak ditetapkan waktunya, dan jumlahnya.
Shodaqoh adalah jenis kebaikan yang sifatnya lebih luas dari zakat dan infaq,
maka seringkali kita menemukan kata shodaqoh ini di artikan dengan zakat atau
dengan infaq. Dan shodaqoh seringkali juga di gunakan untuk ungkapan kejujuran
seseorang pada agama atau keimanan seseorang. Ketika seseorang ber-shodaqoh
maka ia akan mendapatkan balasan dari apa yang ia lakukan, tetapi jika ia tidak
melakukan hal ini, maka ia tidak berdosa seperti ia tidak membayar zakat hanya saja
ia kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pahala..
2. Rukun dan Syarat sedekah
Rukun sedekah dan syaratnya masing-masing adalah sebagai berikut:
1) Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan berhak
untuk mentasharrufkan (memperedarkannya)
2) Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan demikian tidak syah
memberi kepada. Anak yang masih dalam kandungan ibunya atau memberi
kepada binatang, karena keduanya tidak berhak memiliki sesuatu.
3) Ijab dan qabul, ijab ialah pernyataan pemberian dari orang yang memberi
sedangkan qabul ialah pernyataan penerimaan dari orang yang menerima
pemberian.
4) Barang yang diberikan, syaratnya barang yang dapat dijual.
3. Ayat dan hadis tentang sedekah
1) Ayat Al-Qur'an tentang Keutamaan Sedekah
Sedekah bukan menjadikan seorang Muslim menjadi miskin tetapi malah
menjadikan kaya raya. Hal ini sesuai dengan ayat tentang sedekah dan infaq dalam
Quran surat Al Baqarah ayat 276 yang berbunyi.
‫هّٰللا‬ َّ ‫ق هّٰللا ُ الرِّ ٰبوا َويُرْ بِى ال‬
ٍ َّ‫ت ۗ َو ُ اَل ي ُِحبُّ ُك َّل َكف‬
‫ار اَثِي ٍْم‬ ِ ‫صد َٰق‬ ُ ‫َي ْم َح‬

yam-ḥaqullāhur-ribā wa yurbiṣ-ṣadaqāt, wallāhu lā yuḥibbu kulla kaffārin aṡīm


Artinya: Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.
2) Hadis tentang perintah sedekah
Sedekah menjadi salah satu sifat yang sangat disenangi oleh Allah SWT.
Bahkan, dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda mengenai
keutamaan sedekah bisa menjaga diri dari api neraka
ِّ ‫فَاتَّقُوا النَّا َر َولَوْ بِ ِش‬
‫ق تَ ْم َر ٍة فَ َم ْن لَ ْم يَ ِج ْد فَبِ َكلِ َم ٍة طَيِّبَ ٍة‬
"Jagalah diri kalian dari neraka meskipun hanya dengan sedekah setengah biji
kurma. Barangsiapa yang tak mendapatkannya, maka ucapkanlah perkataan yang
baik." (HR. Bukhari no. 1413, 3595 dan Muslim no. 1016)
Sebiji kurma yang dimaksud bisa dimaknai, amalan sedekah tidak melulu
dengan jumlah yang banyak dan mahal, tetapi bisa juga dengan hal-hal kecil
disertai dengan keikhlasan. Bila tidak memiliki harta untuk disedekahkan, maka
cukup dengan menjaga ucapan yang baik-baik atau dengan senyuman.
Dan "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

‫احبِهَا‬ِ x‫ص‬ َ ‫ ُل هللاُ إِالَّ الطَّي‬xَ‫ب َوالَ يَ ْقب‬


َ ِ‫ا ل‬xxَ‫ ِه ثُ َّم يُ َربِّ ْيه‬xِ‫ا بِيَ ِم ْين‬xxَ‫ِّب َوإِ َّن هللاَ يَتَقَبَّلُه‬ ٍ ِّ‫ب طَي‬
ٍ ‫ق بِ َع ْد ِل تَ ْم َر ٍة ِم ْن َك ْس‬ َ َ‫َم ْن ت‬
َ ‫ص َّد‬
‫َك َما يُ َرب ِّْي أَ َح ُد ُك ْم فُلُ َّوهُ َحتَّى تَ ُكوْ نَ ِم ْث َل ْال َجبَ ِل‬
"Barangsiapa yang bersedekah dengan sebutir kurma hasil dari usahanya sendiri
yang baik, sedangkan Allah tidak menerima kecuali yang baik saja, maka sungguh
Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya lalu mengembangkannya
untuk pemiliknya sebagaimana seseorang merawat anak kudanya hingga ia
menjadi seperti gunung yang besar." (HR. Bukhari no. 1410 dan Muslim no.
1014)

D. Persamaan dan Perbedaan antara Zakat, Infaq, dan Shadaqah


Zakat, Infaq dan Shadaaqah memiliki beberapa pesamaan dan juga perbedaan
antara ketiganya. Adapun persama dan perbedaanya adalah sebagaai berikut :
1. Persamaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah
1) Persamaan zakat, infaq, dan shadaqah adalah ketigannya merupakan sejumlah
harta yang khusus diberikan kepada kelompol-kelompok orang tertentu, dan
dibagikan dengan syarat-syarat tertentu pula.
2) Ketigannya merupakan pemberiaan seseorang yang membutuhkakan, dengan
tujuan untuk meringangkan beban kehidupan mereka.
2. Perbedaan Zakat, Infaq, dan Shodaqah
1) Harta yang dibayarkan untuk zakat memiliki syarat yang harus terpenuhi dengan
batasan tahun (haul) dan ukuran (nisbah), sedangkan harta yang digunakan
untuk infaq dan shadaqoh tidak.
2) Bagi zakat san infaq, harta yang dapat ditasaharrufkanadalah harta material,
sedangkan pada shadaqoh tidak hanya berwujud material, namun juga dapat
dalam bentuk non material.
3) Dalam zakat dan infaqterdapat ketentuan tentang kelompok yang berhak
menerima sedangkan dalam shadaqoh tidak ada ketentua mengenai pihak-pihak
ang berhak menerima.
4) Zakat hukumnya wajib, sedangkan infaq dan shodaqoh tidak wajib.
5) Zakat merupakan rukun islam yang ketiga, sedangkan infaq dan shadaqoh tidak
ada dalam rukun islamyang berhak menerima.
E. Tujuan zakat, infaq dan sedekah
Tujuan utama dari zakat, Infaq, dan sedekah menurut Islam adalah untuk
menjaga keharmonisan ekonomi dalam masyarakat. Infak dan sedekah sebagai salah
satu landasan ekonomi Islam, soko guru muamalat, serta tiang ekonomi ummat
mempunyai kedudukan yang istimewa di dalam Islam, karena bukan semata-mata
ibadah mahdhah melainkan sebagai ibadah yang berkaiatan erat dengan ekonomi,
keuangan, dan kemasyarakatan. Disamping itu menurut Mubiyarto, zakat, infaq, dan
shodaqoh mengandung hikmah yang bersifat rohaniah dan filosofis. Hikmah tersebut
digambarkan dalam berbagai ayat Al Qur’an serta hadits, diantaranya sebagai berikut:
1) Menumbuh suburkan harta dan pahala serta mampu membersihkan diri dari sifat-
sifat kikir dan loba.
2) Melindungi masyarakat dari kemiskinan dan kemelaratan sosial.
3) Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang diantara sesama manusia.
4) Merupakan manifestasi kegotongroyongan dan tolong menolong dalam kebaikan
dan taqwa.
5) Mengurangi kefakirmiskinan yang merupakan masalah sosial.
6) Membina dan mengembangkan stabilitas sosial.
7) Merupakan salah satu jalan dalam mewujudkan keadilan sosial.
Menurut Bunasor , fungsi zakat, infaq, dan shodaqoh dalam Islam ada tiga,
yaitu:
1. Spiritual; zakat, infaq, dan shodaqoh adalah kewajiban manusia sebagai
konsekuensi ikatannya dengan Allah.
2. Ekonomi; zakat, infaq, dan shodaqoh menghajatkan adanya distribusi
pendapatan.
3. Sosial; zakat, infaq, dan shodaqoh dimanfaatkan untuk menolong (solidaritas)
sesama ummat manusia.
Disinilah letak keunggulan sistem Islam, karena dalam Islam selain mendorong
ummatnya untuk mencari penghasilan setinggi-tingginya (pertumbuhan ekonomi),
Islam juga mendorong dan memberikan sistem distribusi kekayaan yang adil
sebagaimana infaq dan shodaqoh. Dalam hal ini Islam mengobati kemiskinan
langsung ke akar permasalahannya, yaitu mengobati keserakahan manusia. Islam
memandang bahwa sesungguhnya yang perlu dientaskan terlebih dahulu adalah
orang-orang kaya, sebab dengan infaq dan shodaqoh yang mereka salurkan, maka
mereka mengentaskan kemiskinan yang terdapat di dalam diri mereka sendiri, seperti
sifat tamak, serakah, dan kikir. Jadi Islam membersihkan mereka dari kemiskinan
yang sifatnya ruhiyah, setelah itu dampaknya dapat menyebar ke obyek infaq dan
shodaqoh.
Tingkat kesejahteraan perekonomian ummat Islam akan membaik berbanding
lurus dengan tingkat kesadaran ummat untuk menunaikan kewajibannya. Dalam
rangka mengentaskan kemiskinan dan mengangkat taraf hidup kaum dhuafa, maka
sistem pendistribusian infaq dan shodaqoh harus diubah, yaitu dengan cara
memberikan kail pada mereka, bukan ikan, dengan harapan bahwa melalui kail
tersebut mereka akan mampu mencari ikan sendiri. Yang dimaksudkan kail di sini
yaitu tidak mendistribusikan harta infaq dan sodaqoh secara langsung berupa uang
atau barang-barang konsumtif. Namun bentuk-bentuk kail ini bisa bermacam-macam,
sebagaimana yang telah dilakukan oleh LAGZIS (suatu lembaga yang menangani
dana zakat, infaq, dan shodaqoh)

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Zakat adalah pemberian suatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu,
menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak
menerimanya.
2. Infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan / penghasilan untuk
suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
3. Shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan,
ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan
Ada pun yang membedakan antara zakat, infaq dan shadaqah adalah bentuk, nishab,
waktu, serta hukumnya. Sedangkan hikmah-hikmah yang dapat diambil itu banyak sekali,
baik dari pihak pemberi maupun dari pihak penerima.

PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sajikan, penulis sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi
kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bisa menjadikan manfaat
bagi kita semua

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.walisongo.ac.id/7187/3/BAB%20II.pdf
https://andybudicahyono.blogspot.com/2018/06/makalah-infaq-dan-sodaqoh-dalam-al-
quran.html

Anda mungkin juga menyukai