Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KONSEP ZAKAT DALAM ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat Mata Kuliah


HUKUM dan PENGELOLAAN ZIS di INDONESIA

Dosen Pengampu: Atik Abidah, M.SI.


Disusun Oleh:
1. Arif Mukarrom (10218000)
2. Khoirul Hanafi (102180017)
Kelompok 1/SM. A
Semester Genap

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
Jl. Niken Ghandini, Jenangan, Ponorogo 63492
Telp. (0352) 481277
E-mail: syariah@iainponorogo.ac.id
Website: www.iainponorogo.ac.id
\
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang saya miliki sangat kurang dan terbatas.
Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini agar kedepannya dapat lebih baik.

Ponorogo, 25 Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang..........................................................................................................4
B. RumusanMasalah.....................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat dan Hukum Islam........................................................................5
B. Ketenentuan Muzakki..............................................................................................8
C. Kedudukan Zakat dalam Islam................................................................................10
D. Zakat dan Pajak dalam Islam...................................................................................12
E. Hikmah Zakat..........................................................................................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................17
B. Saran........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam sebagai sistem kehidupan mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT
(al-ibadat), dan hubungan manusia dengan makhluk (al-muamalah) dalam seluruh aspek
ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan negara.
Dalam makalah ini penulis membahas antara zakat yang diatur oleh Islam dan pajak
yang dilaksanakan sebagai hasil pemikiran dan sistem keuangan moderen, dan membahas
tentang persamaaan dan perbedaan antara zakat dan pajak.
Zakat dan pajak meskipun keduanya merupakan kewajiban dalam bidang harta,
namum keduanya merupakan falsafah yang khusus yang keduannya berbeda sifat dan
asasnya, berbeda sumbernya, sasaran,bagian serta kadarnya, disamping itu berbeda pula
prinsip, tujuan dan jaminan.
Maka dari itu kami membuat makalah ini sebagai bahan acuan kami untuk memberi
solusi kepada pemerintah maupun cendikiawan untuk terus mengidealkan pada
permasalahan pendistribusian kekayaan secara benar, dan pemberian kemungkinan
kepada setiap individu untuk memanfaatkan kekayaan dan meraih bagiannya dari
kekayaan itu serta menghalangi terkonsentrasinya kekayaan orang-orang tertentu saja.
Maka kelompok kami mefokuskan pembahasaan makalah berjudul “Konsep Zakat dalam
Islam”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Zakat dan Hukum Islam?
2. Bagaimana Ketenentuan Muzakki?
3. Bagaimana Kedudukan Zakat dalam Islam?
4. Bagaimana Zakat dan Pajak dalam Islam?
5. Apa Hikmah Zakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Zakat dan Hukum Islam.
2. Untuk mengetahui Ketenentuan Muzakki.
3. Untuk mengetahui Kedudukan Zakat dalam Islam.
4. Untuk mengetahui Zakat dan Pajak dalam Islam.
5. Untuk mengetahui Hikmah Zakat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat dan Hukum Islam


1. Pengertian Zakat
Menurut bahasa, zakat berasal dari kata “ zaka” yang artinya berkah, tumbuh,
bersih dan baik. Sedangkan menurut bahasa Arab, arti dasar dari kata zakat, ditinjau
dari segi bahasa adalah, suci, tumbuh, berkah dan terpuji. Semua arti dari zakat
tersebut telah disebutkan dalam Al-Quran dan Hadits. Zakat dalam istilah fiqih
berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT diserahkan kepada
orang-orang yang berhak.
Ditinjau dari segi Bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka
yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan
berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik. Tetapi yang terkuat,
menurut wahidi dan lain-lain, kata dasar zaka berarti bertambah dan tumbuh,
sehingga bisa dikatakan, tanaman itu zaka, artinya tumbuh, sedanagkan tiap sesuatu
yang bertambah disebut zaka artinya bertambah. Bila satu tanaman tumbuh tanpa
cacat, maka kata zaka disini berarti bersih. Dan bila seseorang diberi sifat zaka
dalam arti baik, maka berarti orang itu lebih banyak mempunyai sifat yang baik.
Seorang itu zaki, berarti seorang yang memiliki lebih banyak sifat-sifat orang baik,
dan kalimat “hakim-zaka-saksi” berarti hakim mengatakan jumlah saksi-saksi
diperbanyak.1
Zakat dari segi istilah fikih berati “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak” di samping berarti
“mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri”. Jumlah yang dikeluarkan itu disebut
zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih berarti, dan
melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.2
2. Macam-macam zakat
Berdasarkan firman Allah subhanahu wa taala dalam surat Al Quran surat al-
baqarah [2]: ayat 267

1
Dr. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Bogor: Lintera Antar Nusa, 2010) hal. 34
2
M. Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat Studi Komperatif mengenai Status dan Filsafat Zakat berdasarkan Qur’an
dan Hadits, (Jakarta: Lentera Antar Nusa, 2010) hal. 34

5
ِ ْ‫الَ ُك ْم ِمنَ ْاالر‬TTTَ‫ ْبتُ ْم َو ِم َّما اَ ْخ َرجْ ن‬TTT‫ا َك َس‬TTT‫ت َم‬
‫ض‬ ُّ َ‫يَاَيُّه‬
ِ َ‫وْ ا ِم ْن طَيِّب‬TTTُ‫وا اَ ْنفِق‬TTTُ‫ذ ْينَ اَ َمن‬TTT‫اال‬
ُ ‫ان تُ ْغ ِم‬
‫وْ ا اَ ْن هللا‬T‫ ِه َوا ْعلَ ُم‬T‫وْ ا فِ ْي‬T‫ض‬ َ ‫َواَل تَيَ َّم ُموْ ا ْالخَ بِي‬
ْ َ ‫ ِه اِاَّل‬Tْ‫تُ ْم بِا َ ِخ ِذي‬T‫ْث ِم ْنهُ تَ ْنفِقُوْ نَ َولَ ْس‬
‫َغنِ ُّي َح ِم ْي ٌد‬
“Saya orang yang beriman akan lah dia di jalan Allah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi
untuk kamu dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan
dari padanya padahal kamu sendiri tidak tidak mau mengambilnya melainkan
dengan izin kan mata terhadapnya dan ketahuilah bahwa Allah Subhanahu Wa
Ta'ala Maha terpuji”.3
Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu zakat jiwa (Nafsi) zakat
fitrah dan zakat harta atau zakat (mal);
a. Zakat Fitrah
Pengertian Fitrah ialah ciptaan , sifat asal, bakat, perasaan,
keagamaan, dan perangai fitrah adalah yang berfungsi mengembalikan
manusia muslim kepada fitrahnya, dengan mensucikan jiwa mereka dari
kotoran-kotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan
sebagainya sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya, yang
dijadikan zakat fitrah adalah bahan makanan pokok yang mengeluarkan
zakat fitrah atau makanan pokok di daerah tempat berzakat Fitrah seperti
beras jagung tepung sagu tepung gaplek dan sebagainya.
Zakat ini wajib digunakan sesuai bulan sesuai bulan Ramadan sebelum
salat Ied, sedangkan bagi yang mengeluarkan zakat fitrah setelah
dilaksanakan salat maka apa yang ia berikan bukanlah termasuk zakat fitrah
tetapi merupakan suatu tokoh atau sedekah hal ini sesuai dengan hadis Nabi
Rasulullah Saw. dari Ibnu Abbas ia berkata “Rasulullah mewajibkan zakat
fitrah itu sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-
sia dan perkataan yang kotor dan sebagai makanan bagi orang miskin
karena itu barangsiapa yang melakukannya sesudah salat maka ia ya itu
adalah salah satu shodaqoh biasa” (hadits Abu Daud dan Ibnu Majah).4
b. Zakat Maal

3
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hal 21
4
Ibid hal 21-22

6
Zakat harta mal adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang
dimiliki oleh suatu atau lembaga yang dengan syarat-syarat dan ketentuan
yang telah ditetapkan.
Maal(harta) merupakan menurut bahasa ialah segala sesuatu yang
diinginkan sekali oleh manusia yang menyimpang dan memberinya
sedangkan, Maal(harta) menurut hukum Islam adalah segala yang dapat
dipunyai atau (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut
kebiasaanya.
Sesuatu dapat disebut dengan zakat mal harta kekayaan apabila
memenuhi dua syarat adalah
1) Dapat dimiliki disimpan dihimpun dikuasai
2) Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan klip misalnya rumah mobil
ternak hasil ternak uang emas perak dan lain-lain sedangkan yang
tidak dapat dimiliki tetapi dapat diambil manfaatnya seperti udara
cahaya sinar matahari dan lain tidak termasuk kekayaan.
Jenis-jenis harta mal yang wajib di zakat pada umumnya dalam Fiqih
Islam ialah harta kekayaan yang wajib dizakati atau dikeluarkan zakat
digolongkan ke dalam kategori
a) Emas, perak dan uang disimpan,
b) Barang yang diperdagangkan Harta perniagaan,
c) Hasil pertanian,
d) Hasil peternakan,
e) Hasil tambang dan barang temuan,
f) Lain-lain zakat profesi saham rezeki tidak terduga undian kuis
berhadiah masing-masing kelompok berbeda nisab haul dan kadar
zakat. 5
2. Hukum Zakat Islam
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dan hukumnya fardlu ainbagi
yangtelah memenuhi berbagai syarat yang telah ditetapkan dalam Al-qur’an. Di
antara Firman Allah yang memerintahkan untuk berzakat yaitu; Surat Al-Baqarah
ayat 43;

5
Ibid hal 24-25

7
َ‫صلَوةَ َواَتُوْ ال َّز َكوةَ َوارْ َكعُوْ ا َم َع ال َّر ِك ِع ْين‬
َّ ‫َواَ ِق ْي ُموْ اال‬
Artinya; “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'”. (Qs. Al-Baqarah:43).6
Surat At-Taubah ayat 103,

َ َ‫لَوت‬T‫ص‬
‫ َك ٌن‬T‫ك َس‬ َ ‫لِّ َعلَ ْي ِه ْم اِ َّن‬T‫ص‬ َ ‫خَ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ا َو‬Tَ‫ص َدقَةً تُطَ ِه ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ِه ْم بِه‬
‫لَهُ ْم َوهللا َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS. At-taubah:103)7

Tujuan hukum Islam adalah kebahagian hidup manusia di dunia ini dan di
akhirat kelak, dengan jalan mengambil (segala) yang bermanfaat dan mencegah atau
menolak yang mudarat, salah satunya dengan melaksanakan zakat.8

B. Ketenentuan Muzakki
Muzakki adalah seseorang yang berkewajiban mengeluarkan zakat.9 Menurut
Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pasal 1, muzakki adalah
orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan
zakat.10 Zakat hanyalah diwajibkan atas orang yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Islam
Dalil yang mendasarinya adalah perkataan Abu Bakar r.a:

َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ًو َسلَّ َم َعلَى ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬


َ ِ ‫ضهَا َرسُوْ ُل هَّللا‬
َ ‫ص َدقَ ِة الَّتِ ْى فَ َّر‬
َّ ‫ضةُ ال‬
َ ‫هَ ِذ ِه فَ ِر ْي‬
“Inilah kewajiban zakat yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW atas kaum
muslimin.” (Riwayat al-Bukhari: 1386)

6
Al-Qur’an dan Terjemah,(Jakarta: Pustaka Al-fatih,2009) hal. 23
7
Ibid hal 209
8
H. Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm . 61
9
Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern: Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat (Malang: UIN-
Maliki Press, 2010), hal. 37
10
Kementerian Agama, “UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat”, http://kemenag.go.id, diakses pada
Sabtu, 25 Januari 2020, 23:50 WIB

8
Dengan adanya kata-kata “atas kaum muslimin”, berarti jelas bahwa selain
orang Islam tidak dituntut mengeluarkan zakat.11
Seorang Islam yang telah memenuhi syarat wajib zakat kemudian ia murtad
sebelum membayarkan zakatnya maka menurut fuqaha Syafi’iyah, wajib baginya
mengeluarkan zakat yang dimilikinya sebelum murtad. Sedangkan Abu Hanifah
berpendapat, murtadnya seseorang menggugurkan semua kewajibannya sebelum
murtad, sebab setelah murtad ia sudah menjadi kafir asli dalam pengertian semua
amal ibadahnya yang lalu tidak ada gunanya.12
2. Merdeka
Keharusan merdeka bagi wajib zakat menafikan kewajiban zakat terhadap
hamba sahaya. Hal ini sebagai konsekuensi dari ketiadaan hak milik yang
diberikan kepadanya. Hamba sahaya dan semua yang ada padanya menjadi milik
tuannya. Demikian halnya hamba sahaya yang telah diberikan kesempatan untuk
memerdekakan dirinya dengan tebusan, karena ini belum secara sempurna
memiliki apa yang ada padanya.
3. Baligh dan berakal sehat
Ahli fiqh mazhab Hanafi menetapkan baligh dan berakal sebagai syarat wajib
zakat. Menurut mereka, harta anak kecil dan orang gila tidak dikenakan wajib
zakat karena keduanya tidak dituntut membayarkan zakat hartanya seperti halnya
shalat dan puasa. Mayoritas ahli fiqh selain Hanafiyah tidak menetapkan baligh
dan berakal sebagai syarat wajib zakat. Oleh karena itu, menurut mereka harta
anak kecil dan orang gila wajib dikeluarkan zakatnya, dan yang mengeluarkannya
adalah walinya, berdasarkan hadits Nabi SAW berikut:

ُ‫ه‬Tَ‫ا ل‬TT‫م قَا َل َم ْن َولِ َي يَتِ ْي ًم‬.‫ب ع َْن َأب ْي ِه ع َْن َج ِّد ِه ع َْن َرسُو ُل هَّللا ِ ص‬ ٍ ‫ع َْن َع ْم ِرو ْب ِن ُش َع ْي‬
)‫ص َدقَةُ (رواه البيهقى‬ َّ ‫َما ٌل فَ ْليَتَّ ِجرْ لَهُ َواَل يَ ْت ُر ْكهُ َحتَّى تَْأ ُكلَهُ ال‬
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari neneknya, sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang menjadi wali anak yatim yang memiliki
harta hendaklah dia memperdagangkannya (mengembang-kannya) dan dia tidak
boleh meninggalkannya sampai harta itu termakan oleh zakat.” (HR. Baihaqi)
4. Memiliki harta atau kekayaan yang cukup nisab

11
Anshory Umar Sitanggal, Fiqh Syafi’i Sistimatis II (Semarang: CV. Asy Syifa’, 1987) hal. 13
12
Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hal.178

9
Orang tersebut memiliki sejumlah harta yang telah cukup jumlahnya untuk
dikeluarkan zakatnya.
5. Memiliki harta atau kekayaan yang sudah memenuhi haul
Harta atau kekayaan yang dimiliki telah cukup waktu untuk mengeluarkan
zakat yang biasanya kekayaan itu telah dimilikinya dalam waktu satu tahun.
6. Memiliki harta secara sempurna
Maksudnya adalah bahwa orang tersebut memiliki harta yang tidak ada di
dalamnya hak orang lain yang wajib dibayarkan. Atas dasar syarat ini, seseorang
yang memiliki harta yang cukup satu nisab, tetapi karena ia masih mempunyai
hutang pada orang lain yang jika dibayarkan sisa hartanya tidak lagi mencapai
satu nisab, maka dalam hal ini tidak wajib zakat padanya; karena hartanya
bukanlah miliknya secara sempurna. Orang tersebut tidak dapat disebut orang
kaya melainkan orang miskin.13
7. Muzakki adalah orang yang berkecukupan atau kaya
Zakat itu wajib atas si kaya yaitu orangyang mempunyai kelebihan dari
kebutuhan-kebutuhan yang vital bagi seseorang, seperti untuk makan, pakaian,
dan tempat tinggal. Zakat tersebut dibagikan kepada fakir miskin atau orang yang
berhak menerima zakat. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW.:

)‫ص َدقَةَ اٍاَّل ع َْن طَه ٍْر َغنِ ٍّي (رواه احمد والبخار‬
َ ‫اَل‬
“Tidak wajib zakat kecuali dari pihak si kaya.”14(HR. Ahmad dan Bukhari)

C. Kedudukan Zakat dalam Islam


Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Zakat diwajibkan atas setiap orang Islam
yang telah memenuhi syarat. Selain melaksanakan perintah Allâh Subhanahu wa Ta’ala,
tujuan pensyariatan zakat ialah untuk membantu umat Islam yang membutuhkan bantuan
dan pertolongan. Oleh karena itu, syariat Islam memberikan perhatian besar dan
memberikan kedudukan tinggi pada ibadah zakat ini. Kedudukan zakat dalam Islam
sudah banyak diketahui oleh kaum Muslimin secara garis besarnya, namun untuk
menegaskan pentingnya masalah zakat ini perlu dirinci kembali permasalahan ini dalam
bentuk yang lebih jelas dan gamblang.
Kedudukan dan arti penting zakat dapat dilihat dari beberapa hal berikut:

13
Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hal.179
14
Slamet Abidin dan Suyono, Fiqih Ibadah (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 196

10
1. Zakat adalah rukun Islam yang ketiga dan salah satu pilar bangunannya yang
agung.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu
anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ada Rabb
yang haq selain Allâh dan bahwa Muhammad adalah utusan Allâh,
menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan haji ke
Baitullah bagi siapa yang mampu” [Muttafaqun ‘alaihi]

2. Allâh Azza wa Jalla menyandingkan perintah menunaikan zakat dengan perintah


melaksanakan shalat di dua puluh delapan tempat dalam al-Qur`ân.

Ini menunjukkan betapa urgen dan tinggi kedudukannya dalam Islam.


Kemudian penyebutan kata shalat dalam banyak ayat di al-Qur`ân terkadang
disandingkan dengan iman dan terkadang dengan zakat. Terkadang ketiga-
tiganya disandingkan dengan amal shalih adalah urutan yang logis. Iman yang
merupakan perbuatan hati adalah dasar, sedangkan amal shalih yang merupakan
amal perbuatan anggota tubuh menjadi bukti kebenaran iman. Amal perbuatan
pertama yang dituntut dari seorang mukmin adalah shalat yang merupakan
ibadah badaniyah (ibadah dengan gerakan badan) kemudian zakat yang
merupakan ibadah harta. Oleh karena itu, setelah ajakan kepada iman
didahulukan ajakan shalat dan zakat sebelum rukun-rukun Islam lainnya. Ini
berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallamsaat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’âdz
Radhiyallahu anhu ke Yaman, beliau bersabda kepadanya:

“Sesungguhnya kamu akan datang kepada suatu kaum dari ahli kitab,
ajaklah mereka kepada syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq selain Allâh
dan bahwa aku adalah utusan Allâh, bila mereka mematuhi ajakanmu, maka
katakanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan atas mereka shalat lima
waktu dalam sehari semalam, bila mereka mematuhi ajakanmu maka katakan
kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan sedekah yang diambil dari orang-
orang kaya dari mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin dari
mereka”

11
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamhanya menyebutkan shalat dan zakat (dalam
hadits di atas) karena besarnya perhatian terhadap keduanya dan keduanya didahulukan
sbelumnya  selainnya dalam berdakwah kepada Islam. Juga dalam rangka mengikuti
prinsip at-tadarruj (bertahap fase demi fase) dalam menjelaskan kewajiban-kewajiban
Islam.15

D. Zakat dan Pajak dalam Islam


1. Pengertian Pajak
Secara bahasa pajak dalam bahasa arab disebut dengan Dharibah, yang berarti
mewajibkan, menetapkan, menentukan  Para ulama memakai ungkapan dharibah
untuk menyebut harta yang dipungut sebagai kewajiban.
Tiga ulama mendefinisikan pajak, yaitu Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Fiqh
az- Zakah, Gazi Inayah dalam kitabnya Al- Iqtishad az- Zakah wa az- Dharibah,
dan Abdul Qadim Zallum dalam kitabnya Al- Amwal Fi Daulah al- Khilafah, yang
secara ringkas dijelaskan sebagai berikut :
Yusuf Qardhawi berpendapat:
Pajak adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus
disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali
dari negara, dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum disatu
pihak dan untuk merealisasi sebagai tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuan –
tujuan lain yang ingin dicapai oleh negara.
Gaji Inayah berpendapat:
Pajak adalah kewajibab untuk membayar tunai yang ditentukan oleh pemerintah
atau pejabat berwenang yang bersifat mengikat tanpa adanya imbalan tertentu.
Ketentuan pemerintah ini sesuai dengan kemampuan sipemilik harta dan
dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan pangan secara umum dan untuk
memenuhi tuntutan politik keuangan bagi pemerintah.
Abdul Qadim Zallum berpendapat:

15
https://almanhaj.or.id/11748-zakat-dalam-islam-kedudukan-dan-tujuan-tujuan-syarinya-2.html#_ftn2
diakses pada 25 Januari 2020, 00.00 WIB

12
Pajak adalah harta yang diwajibkan Allah SWT, kepada kaum muslim untuk
membiayai berbagai kebutuhan dan pos – pos pengeluaran yang memang diwajibkan
atas mereka, pada kondisi baitul mal tidak ada uang atau harta.16
Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa pajak adalah : Iuran rakyat
kepada negara yang dapat dipaksakan yang dibayar oleh wajib pajak dan cara
pembayarannya menurut peraturan dengan tidak mendapat imbalan kembali yang
dapat ditunjuk secara langsung.

2. Pendapat Para Ulama tentang Zakat dan Pajak


Pendapat Syekh Ulaith
Syekh Ulaith dalam fatwanya dari mazhab Maliki menyebutkan bahwa
seseoarang yang memiliki ternak yang sudah mencapai nisabnya dan dipungut uang
setiap tahunya tetapi tidak atas nama zakat, maka ia tidak boleh berniat zakat dan
jika ia berniat zakat maka kewajibannya tidak menjadi gugur sebagaimana telah
diftwakan oleh Nasir al- Hatab.
Fatwa Sayid Rasyid Ridha
Seseorang yang mempunyai tanah dan telah dipungut uangnya separuh dan
seperempat oleh orang nasrani tidaklah termasuk kewajibab zakat, karena
sesungguhnya dari hasil bumi itu adalah dari harta zakat yang wajib dikeluarkan
pada delapan sasaran (delapan ashnaf) menurut nash, maka bebaslah pemilik tanah
dari kewajibanya. Harta yang dipungut orang nasrani tadi dianggap sebagai pajak
dan tidak menggugurkan wajib zakat, hal ini berarti bahwa pajak tidak dapat
dianggap sebagai zakat.
Fatwa Syakh Mahmud Syaltut
Dalam masalah yang dibicarakan, bahwa zakat bukanlan pajak. Pada prinsipnya
pendapat beliau sama dengan ulama – ulama yang mengatakan bahwa zakat dan
pajak berbeda asas dan sasaranya. Zakat kewajibab atas Allah sedangkan pajak
kewajiban kepada pemerintah (penguasa)17
3. Persamaan dan Perbedaan Antara Zakat dan Pajak
a. Persamaan Zakat dan Pajak

16
Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada 2007), hlm.27
17
Hasan, M Ali, zakat dan infak: salah satusolusi mengatasi masalah sosial di indonesia, (jakarta : kencana
2006), hal. 88-89

13
Sama – sama mempunyai unsur paksaan dan kewajiban yang merupakan
cara untuk menghasilkan pajak, juga terdapat dalam zakat.
Bila pajak harus disetorkan kepada lembaga masyarakat (negara) pusat
maupun daerah, maka zakat pun demikian, karena pada dasarnya zakat itu harus
diserahkan pada pemerintah sebagai badan yang disebut dalam Al-Qur’an : amil
zakat.
Dalam ketentuan pajak ialah tidak adanya imbalan tertentu, demikian
halnya dalam zakat. Seseoarang membayar zakat adalah selaku masyarakat
islam.
Pajak pada zaman modern mempunyai tujuan kemasyarakatan, ekonomi
dan politik disamping tujuan keuangan, maka zakat pun mempunyai tujuan yang
lebih jauh dan jangkauan yang lebih luas pada aspek –aspek yang disebutkan
tadi dan aspek –aspek lain, semua itu sangat besar pengaruhnya terhadap
kehidupan pribadi dan masyarakat.18
b. Perbedaan Zakat dan Pajak
1) Mengenai Hakikat dan Tujuannya
Zakat adalah ibadah yang diwajibkan kepada orang islam, sebagai
tanda syukur kepada Allah SWT dan mendekatkan diri kepadanya. Adapun
pajak adalah kewajiban dari negara semata –mata yang tidak ada
hubungannya dengan makna ibadat dan pendekatan diri.
2) Mengenai Batas Nisab dan Ketentuanya
Zakat adalah hak yang ditentukan oleh Allah, sebagai pembuat syariat.
Dialah yang menentukan batas nisab bagi setiap macam benda juga Allah
memberikan ketentuan atas kewajibab zakat itu seperlima, sepersepuluh,
separuh, sampai seperempat puluh. Berbeda dengan pajak yang tergantung
pada kebijaksanaan dan kekuatan penguasa baik mengenai objek,
presentase, harga dan ketentuannya, bahkan ditetapkan dan dihapuskan
pajak tergantung pada penguasa sesuai dengan kebutuhan.
3) Mengenai Kelestarian dan Kelangsungan
Zakat adalah kewajiban yang bersifat tetap dan terus – menerus,
adapun pajak tidak memiliki sifat yang tetap dan terus – menerus, baik
mengenai macam, presentase, dan kadarnya.
4) Mengenai Pengeluaranya
18
Qardawi, Yusuf, Hukum Zakat, (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1988), hlm.999-1000

14
Zakat mempunyai sasaran khusus yang ditetapkan oleh Allah SWT
dalam Qur’an dan dijelaskan oleh Rosulullah SAW dengan perkataan dan
perbuatantya, sasaran itu kemanusiaan dan keislaman, sedangkan pajak
dikeluarkan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum negara,
sebagai mana ditetapkan pengaturan oleh penguasa.
5) Hubungannya dengan Penguasa
Pajak selalu berhubungan antara wajib pajak dengan pemerintah yang
berkuasa. Karena pemerintah yang mengadakan, pemerintah yang
memungutnya dan juga membuat ketentuan wajib pajak, adapun zakat
adalah hubungan pezakat dengan Tuhannya, Allah lah yang memberinya
harta dan mewajibkan membayar zakat.
6) Maksud dan Tujuan
Zakat mempunyai tujuan spiritual dan moral yang lebih tinggi dari
pajak. Tujuanya cukup jelas dan tegas dalam firman Allah mengenai
keadaan pemilik harta yang berkewajiban mengeluarkan zakat, Firmannya
adalah : ’’ Ambillah sedekah dari sebagian harta mereka, dengan sedekah
itu kamu membersihkan dan mensucikan dan berdoalah buat mereka,
sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentuan jiwa bagi mereka.
Sedangkan pajak tidak mempunyai tujuan yang luhur, selain untuk
menghasilkan pembiayaan (uang) untuk mengisi kas negara (mazhab netro
pajak).19

E. Hikmah Zakat
1. Sebagai perwujudan keimanan kepasa Allah Swt, mensyukuri
nikmatnya,menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir, rakus dan matrealistis, menumbuhkan ketenangan hidup,
sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki.
2. Karena zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong,
membantu dan membina mereka terutama fakir miskin, ke arah kehidupan yang
lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah Swt , terhindar dari bahaya
kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin

19
Ibid, hal 1000-1005

15
timbul dari kalangan mereka, ketika mereka melihat orang kaya yang memilik harta
cukup banyak.
3. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya yang berkecukupan
hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di
jalan Allah, yang karena kesibukannya tersebut, ia tidak memiliki waktu dan
kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan
keluarga.
4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang
harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan,
sosialmaupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas sumber daya
manusia muslim.
5. Untuk memasyaratkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah
membersihkan harta yang kotor, tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari
harta yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah Swt.
6. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrumen
pemerataan pendapatan.20

20
Gustian Juanda, Pelapor Zakat pengurangan Pajak Pengahsilan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006,)
hlm.20

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-
orang yang berhak” di samping berarti “mengeluarkan jumlah tertentu. zakat
diwajibkan atas setiap orang Islam yang telah memenuhi syarat. Selain melaksanakan
perintah Allâh Subhanahu wa Ta’ala, tujuan pensyariatan zakat ialah untuk membantu
umat Islam yang membutuhkan bantuan dan pertolongan diri.
Pajak adalah kewajibab untuk membayar tunai yang ditentukan oleh pemerintah
atau pejabat berwenang yang bersifat mengikat tanpa adanya imbalan tertentu. Iuran
rakyat kepada negara yang dapat dipaksakan yang dibayar oleh wajib pajak dan cara
pembayarannya menurut peraturan dengan tidak mendapat imbalan kembali yang
dapat ditunjuk secara langsung.

B. Penutup
Demikian makalah yang kami buat semoga dapat menjadi bahan pembelajaran
serta acuan untuk makalah selanjutnya. Kami sepenuhnya menyadari kekurangan dari
makalah kami, dengan penuh kerendahan hati, kami meminta  saran dan kritik yang
bersifat membangun guna memperbaiki makalah kami selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Bogor: Lintera Antar Nusa, 2010)
M. Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat Studi Komperatif mengenai Status dan Filsafat Zakat
berdasarkan Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Lentera Antar Nusa, 2010)
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo, 2007)
Al-Qur’an dan Terjemah,(Jakarta: Pustaka Al-fatih,2009)
H. Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006)
Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern: Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat
(Malang: UIN-Maliki Press, 2010)
Kementerian Agama, “UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat”,
http://kemenag.go.id, diakses pada Sabtu, 25 Januari 2020, 23:50 WIB
Anshory Umar Sitanggal, Fiqh Syafi’i Sistimatis II (Semarang: CV. Asy Syifa’, 1987)
Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002)
https://almanhaj.or.id/11748-zakat-dalam-islam-kedudukan-dan-tujuan-tujuan-syarinya-
2.html#_ftn2
Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada 2007)
Hasan, M Ali, zakat dan infak: salah satusolusi mengatasi masalah sosial di indonesia,
(jakarta : kencana 2006)
Qardawi, Yusuf, Hukum Zakat, (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1988)
Gustian Juanda, Pelapor Zakat pengurangan Pajak Pengahsilan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006,)

18

Anda mungkin juga menyukai