Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Dasar-Dasar Zakat

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

Fiqh Zakat dan Wakaf

Dosen Pembimbing:

Irwin Setiawan

Disusun Oleh Kelompok 1:

Sri Indah Lestari Nim 3221014


Erna Gempita Nim 3221015
Irna wati Nim 3221021

JURUSAN EKONOMI ISLAM S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI BUKITTINGGI
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,atas rahmat dan hidayahnya
untuk mengizinkan dan memberi nikmat kemudahan kepada kami dalam menyusun dan
menulis makalah Fiqih Zakat dan Wakaf yang berjudul Dasar-Dasar Zakat. Hal yang paling
mendasar mendorong kami menyusun makalah ini adalah tugas dari mata kuliah Fiqh Zakat
dan Wakaf.Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin.

Aliran-aliran dalam islam di pandang perlu di pelajari karena ini berkaitan dengan masalah
tentang ajaran Fiqh yang salah satunya tentang Hukum .Karena aliran ini memiliki spektrum
yang sangat luas jangkauannya untuk di pelajari meliputi berbagai hal dengan pengetahuan.

Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidaklah sempurna,dan
masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik,saran dan pesan dari semua pembaca,terutama dosen Fiqh,Zakat dan wakaf.
Jika ada kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar besarnya.

Bukittinggi,12 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A.Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Pengertian Zakat ........................................................................................... 2
B. Dasar Hukum Zakat ..................................................................................... 4
C. Mengetahui perkembangan zakat pada masa Rasulullah dan sahabat
(khulafaurrasyidin) ............................................................................................ 5
BAB III ............................................................................................................... 10
A.Kesimpulan.................................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Islam adalah pandangan hidup yang seimbang dan terpadu didesain


untukmengantarkan kebahagiaan manusia melalui peningkatan kebutuhan
melaluikebutuhan-kebutuhan moral dan materil Manusia, dan akulturasi hubungan
sosioekonomi dan persaudaraan antar masyarakat.1 Hal ini dapat tercermin dalam
praktekberibadah misalnya dalam ibadah Zakat karena didalamnya mencakup dua
unsurtersebut yaitu sosial dan ekonomi masyarakat muslim pada umumnya.
Kewajiban zakat atas muslim adalah di antara kebaikan Islam yang menonjol dan
perhatianya terhadap urusan para pemeluknya, hal itu karena begitu banyak manfaat
zakat dan betapa besar kebutuhan orang-orang fakir kepada zakat. Kitab dan sunnah
serta ijma' telah menunjukan kewajibanya, barang siapa mengingkari kewajibanya
maka ia adalah kafir dan murtad dari Islam dan harus diminta agar bertaubat, jika tidak
bertaubat dibunuh, dan barang siapa kikir dengan enggan mengeluarkan zakat atau
mengurangi sesuatu darinya maka ia termasuk orang-orang dzolim yang berhak atas
sangsi dari Allah swt. Namun sayang, zakat yang seharusnya menjadi potensi ekonomi
umat yang sangat baik, pada umumnya belum digarap secara baik. Akibatnya
kemiskinan di kalangan umat Islam jumlahnya masih cukup banyak. Padahal kita pun
tahu bahwa kemiskinan dan kemelaratan merupakan bibit potensial untuk
kemurtadan dan kekufuran.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Zakat
2. Dasar Hukum Zakat
3. Perkembangan Zakat pada masa Rasulullah dan Sahabat (Khulafaurrasyidin)

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Zakat


2. Mengetahui Dasar Hukum Zakat
3. Mengetahui perkembangan zakat pada masa Rasulullah dan
sahabat/khulafaurrasyidin

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat

1. Zakat menurut bahasa artinya bersih, tambah dan terpuji1. Sedangkan menurut
istilah zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada para mustahiq
(yang berhak) menerimanya dengan beberapa syarat.
2. Kedua, zakat yaitu pemberian sebagian harta kepada fakir miskin dan orang-orang
yang berhak menerimanya dan hukumnya wajib2.
3. Zakat adalah satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban Islam, ia adalah salah satu
dari rukun-rukunya, dan termasuk rukun yang terpenting setelah syahadat dan
sholat.Dalam bahasa Arab, kata zakah secara harfiah berarti berkembang atau
tumbuh.Kadang diartikan bersih atau suci. Adapun dalam pembahasan fikih, istilah
zakat diartikan sebagai sejumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan dan
diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya3. Mengeluarkan zakat
adalah perintah (kewajiban). Penggunaan Fill „Amr dalam kata „Athu jelas
menunjukkan arti perintah seperti dalam ayat-ayat al-Qur‟an:
4. Surat Al ahzab ayat 33
ُ ٰ ‫اّلل َو َر ُس ْو َله ۗان َما ُير ْي ُد‬ َ ٰ
َ ٰ ‫وة َو َاط ْع َن‬ َ ْ ‫وة َو ٰات‬َ ٰ َ ٰ ُْ ْ َ َ َ ُ ْ ‫َو َق ْر َن‬
‫اّلل‬ ِ ‫ي الزك‬ ‫ف ُب ُي ْوتكن َول ت ََب ْج َن ت ََ ُّب َج ال َجاهلية اْل ْول َواق ْم َن الصل‬ِ
َ ُ ْ ْ َ ُ ْ ْ
‫س اه َل ال َب ْيت َو ُي َط ِّه َرك ْم ت ْطه ْ ًبا‬ ِّ ‫ب َعنك ُم‬
َ ‫الر ْج‬ َ ‫ل ُيذه‬

Artinya : Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
(bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah salat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.
5. Surat Al Hajj ayat 41
ُْ ُ ٰ ۗ َ ْ ْ َ ْ َ َ ٰ َٰ َ ٰ ََ َْ ْ ْ ُ ّٰ َّ ْ َ ْ َّ َ
‫ض اق ُاموا الصلوة َوات ُوا الزكوة َوا َم ُر ْوا بال َم ْع ُر ْوف َون َه ْوا َع ِن ال ُمنك ِر َوّلل َعاق َبة اْل ُم ْو ِر‬
ِ ‫الذين ان مكنهم ف اْلر‬

1 H. Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia,( Jakarta: Djambatan, 1992),h.1003


2 Hussein Bahreisj, 450 Masalah Agama Islam (Surabaya: Al Ikhlas, 1980), h. 226.
3 Indi Aunullah, Ensiklopedi Fikih untuk Remaja (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h.314

2
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka
melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
6. Surat Al-Baqarah ayat 43
ّٰ ‫وة َو ْار َك ُع ْوا َم َع‬
َ ٰ ُٰ َ ٰ َ
َ ْ ‫الركع‬
‫ي‬ ‫َواق ْي ُموا الصلوة َواتوا الزك‬
Artinya: Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang
rukuk.
a. Zakat menurut undang-undang
Pengertian zakat menurut Undang-Undang zakat RI No. 23 tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat bab I pasal 1 ayat 2, Zakat adalah harta
yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam4.
b. Zakat Menurut Ulama Mahdab
1. Maliki mendefinisikannya dengan “mengeluarkan bagian tertentu
dari harta tertentu yang telah mencapai satu nisab bagi orang yang
berhak menerimanya, dengan ketentuan harta itu milik sempurna,
telah haul, dan bukan merupakan barang tambang”. Definisi ini
hanya untuk zakat mal, tidak mencakup pengertian zakat fitrah5.
2. Hanafi mendefinisikannya dengan “pemilikan bagian tertentu dari
harta tertentu yang di miliki seseorang berdasarkan ketetapan
Allah”. Definisi ini hanya untuk zakat harta, karena pengertian harta
tertentu di maksudkan sebagai harta yang telah mencapai nisab.
3. Syafi‟i mendefinisikannya dengan “sesuatu yang dikeluarkan dari
harta atau jiwa dengan cara tertentu”. Dalam definisi ulama
madhab Syafi‟i bahwa zakat yang dimaksudkan adalah zakat harta
dan zakat fitrah.
4. Hanbali mendefinisikannya dengan “hak wajib pada harta tertentu
bagi kelompok orang tertentu pada waktu yang tertentu pula.”
Definisi ini hanya mencakup zakat harta saja, tidak termasuk zakat

4 Undang-Undang Zakat RI No23, 2011.


5 Wahbah al-Zuhayly, Al-Fiqh al-Islami wa adillatuhu, Juz II,( Beirut Dar al-Fikr,
t.th), 730

3
fitrah, karena ungkapan “harta tertentu” mengandung pengertian
bahwa harta itu telah mencapai satu nisab, sedangakan satu nisab
adalah salah satu syarat wajib zakat harta.

Jadi,Zakat menurut penulis adalah Pemberian Sebagian kekayaan yang di miliki oleh
seseorang yang wajib di keluarkan bagi setiap muslim yang mempunyai kelebihan harta dan
menzakatkannya kepada orang yang berhak menerimanya.

B. Dasar Hukum Zakat

Zakat juga menjadi salah satu diantara panji-panji Islam yang tidak boleh
diabaikan oleh siapa pun juga. Oleh karena itu, orang yang enggan membayar zakat
boleh diperangi dan orang yang menolak kewajiban zakat dianggap kafir. Karena
dalam penunaian zakat itu memiliki arti yang sangat penting. Adapun hukumnya zakat
adalah dalam arti kewajiban yang ditetapkan untuk diri pribadi dan tidak mungkin
dibebankan pada orang lain. Adapun dasar-dasar hukum zakat diantaranya adalah :

1. Al-Qur’an
Surat al-an’am ayat 141
َ َ َ َ ُّ َ َ ْ ُ ْ َ ُ ُ ُ ً َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ٰ َ ٰ ّٰ َ َ ْ َ َّ ُ
‫الرمان ُمتشاب ًها وغ ْ َب‬ ‫َوه َو الذ ْي انشا َجنت م ْع ُر ْوشت وغ ْ َب َم ْع ُر ْوشت والنخل والزرع مختلفا اكله والزيتون و‬
‫َ ُ ُّ ْ ُ ْ ْ َ ن‬
‫ي‬ ‫ْسف‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ب‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ا‬ۗ ‫ا‬‫و‬ْ ‫ُم َت َشاب ۗه ُك ُل ْوا م ْن َث َمره ا َذا َا ْث َم َر َو ٰا ُت ْوا َحقه َي ْو َم َح َصاده َو َل ُت ْْس ُف‬
ِ ِ ِ
Terjemahan
Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak
merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima
yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya
apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya,
tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebihan6.
2. Hadits
ُّ َ ْ ُّ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َ َ ُ َّ َ ُ َّ َ َ َ
}‫ َح ِّصنوا أ ْم َوالك ْم بالزكاة َود َاو ْوا َم ْرضاك ْم بالصدقة َوأعد ْوا لل َبَلء الد َع َاء‬: {‫للا َعل ْيه َو َسل َم‬ ‫ال َصّل‬‫وق‬.

6 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Sygma Publishing, 141

4
Nabi saw. bersabda, “Jagalah harta-harta kalian dengan zakat, obatilah orang-orang
sakit di antara kalian dengan shadaqah, dan bersiap-siaplah terhadap musibah dengan
doa.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ath-Thabarani, imam Abu Nuaim, dan imam
Al-Khathib dari sahabat Ibnu Mas’ud r.a.

Berdasarkan ayat-ayat dan hadis-hadis di atas, jelas bahwa mengeluarkan zakat itu hukumnya
wajib sebagai salah satu rukun Islam. Bahkan dalam sejarah Islam, sahabat Abu Bakar pernah
memerangi orang yang tidak menunaikan zakat. Beliau mengatakan dengan tegas bahwa
“demi Allah akan kuperangi orang-orang yang membedakan antara shalat dengan zakat7.

C. Mengetahui perkembangan zakat pada masa Rasulullah dan sahabat


(khulafaurrasyidin)

1. Pada Masa Rasulullah

Nabi Muhammad SAW diutus Allah ke dunia ini dengan tujuan antara lain
memperbaiki akhlaq manusia yang ketika itu sudah mencapai ambang batas
kerusakan yang sangat membahayakan bagi masyarakat. Kerusakan tersebut
terutama disebabkan oleh sikap prilaku golongan penguasa dan pemilik modal
yang umumnya bersikap zakim dan sewenang-wenang. Orang kaya
mengekploitasi golongan lemah dengan berbagai cara, seperti sistem riba,
berbagai bentuk penipuan, dan kejahatan ekonomi lainya.Pengsyari’atan zakat
tampak seiring dengan upaya pembinaan tatanan sosial yang baru dibangun oleh
nabi Muhammad SAW setelah beliau berada di Madinah. Sedangkan selama
berada di Mekkah bangunan keislaman hanya terfokus pada bidang aqidah,
qashas dan akhlaq.

Baru pada periode Madinah, Nabi melakukan pembangunan dalam segala


bidang, tidak saja bidang aqidah dan akhlaq, akan tetapi juga memperlihatkan
bangunan mua’amalat dengan konteksnya yang sangat luas dan menyeluruh.
Termasuk bangunan ekonomi sebagai salah satu tulang punggug bagi
pembangunan ummat Islam bahkan ummat manusia secara keseluruhan Nabi

7 Ibid, 328

5
Muhammad SAW tercatat membentuk baitul maal yang melakukan pengumpulan
dan pendistribusian zakat dengan amil sebagai pegawainya dengan lembaga ini,
pengumpulan zakat dilakukan secara wajib bagi orang yang sudah mencapai batas
minimal. Pengelolaan zakat di zaman Rasulullah SAW, banyak ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan bahwa allah SWT secara tegas memberi perintah kepada Nabi
Muhammad SAW untuk mengambil zakat. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa
zakat harus diambil oleh para petugas untuk melakukan hal tersebut. Ayat-ayat
yang turun di Madinah menegaskan zakat itu wajib dalam bentuk perintah yang
tegas dan instruksi pelaksanaan yang jelas. Juga terdapat berbagai bentuk
pertanyaan dan ungkapan yang menegaskan wajibnya zakat. Hal ini yang
diterapkan periode awal Islam, dimana pengumpulan dan pengelolaan zakat
dilakuakan secara terpusat dan ditangani sepenuhnya oleh Negara lewat baitul
maal. Pengumpulan langsung dipimpin oleh Muhammad.

ُ َّ ‫ُخ ْذ م ْن َأ ْم َ ٰو له ْم َص َد َقة ُت َط ِّه ُر ُه ْم َو ُت َز ِّكيهم ب َها َو َص ِّل َع َل ْيه ْم إن َص َل ٰو َت َك َس َكن َّل ُه ْم ۗ َوٱ‬
‫ّلل َسميع َعليم‬

Artinya : "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, guna


membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sungguh, doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (At Taubah:103 8).

Pada zaman Rasulullah masalah pengelolaan zakat walaupun dalam


bentuk yang sederhana namun pengelolaan zakat pada masa itu dinilai
berhasil. Karena amil pada waktu itu adalah orang-orang yang amanah, jujur,
transparan dan akuntabel.

Satu hal yang paling substansial dalam penyaluran zakat pada masa
Rasulullah adalah Rasul tidak pernah menunda penyaluran zakat. Bila zakat
diterima pagi hari maka sebelum siang hari Rasul sudah membagikannya.
Sementara itu, bila zakat diterima siang hari, maka sebelum malam hari zakat

8 Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid Abdullah ibn Majah Al-Quzwaini, Sunan Abi Majah,( Maktabah Al-Ma’arif
Linnatsir Wa At-Tauzi’ Lishohibiha Ibn Sa’id ‘Abdur Rahman Ar-Rasyid, t.t), Hal.316-317

6
tersebut telah disalurkan. Sehingga sifat penyaluran zakat pada masa
Rasulullah adalah segera dan tanpa sisa.9

2. Pengelolaan zakat di zaman khulafa al rasyidin


a. Masa Abu Bakar Ash-Shidiq
Setelah Rasullah SAW wafat, banyak kabilah-kabilah yang menolak
untuk membayar zakat dengan alasan merupakan perjanjian antara mereka
dan Nabi SAW, sehingga setelah beliau wafat maka kewajiban terebut
menjadi gugur. Pemahaman yang salah inihanya terbatas dikalangan suku-
10Suku-suku
suku Arab Baduwi. Arab Baduwi ini menganggap bahwa
pembayaran zakat sebagai hukuman atau beban yang merugikan.11 Abu
Bakar yang menjadi khalifah pertama penerus Nabi SAW memutuskan untuk
memerangi mereka yang menolak membayar zakat dan menganggap
mereka sebagai murtad. Perang ini tercatat sebagai perang pertama di dunia
yang dilakukan sebuah negara demi membela hak kaum miskin atas orang
kaya dan perang ini dinamakan Harbu Riddah.
b. Masa Umar ibn Khatab
Ia menetapakan suatu hukum berdasarkan realita sosial. Diantara
ketetapan Umar RA adalah mengahapus zakat bagi golongan mu’allaf ,
enggan memungut sebagian ‘usyr (zakat tanaman) karena merupakan
ibadah pasti, mewajibkan kharaj (sewa tanah), dan menentapkan zakat kuda
yang pada zaman Nabi tak pernah terjadi. Tindakan Umar RA menghapus
kewajiban kepada mu’allaf bukan berarti mengubah hukum agama dsn
mengenyampingkan ayat-ayat Al-Qur’an, Ia hanya mengubah fatwa sesuai
dengan perubahan zaman yang jelas berbeda dari zaman Rasulullah SAW.
Setelah wafatnya Abu Bakar dan dengan perluasan wilayah Negara
Islam yang mencakup dua kerajaan Romawi (Syria, Palestina, dan Mesir) dan
seluruh kerajaan Persia termasuk Irak, ditambah dengan melimpahnya
kekayaan Negara pada masa khilafah, telah memicu adanya perubahan

9 Ibid., Hal. 20
10 Ibid.,Hal.21
11 Faisal, Sejarah Pengelolaan Zakat Di Dunia Muslim dan Indonesia (Pendekatan Teori

Investigasi-Sejarah Charles Peirce dan Defisit Kebenaran Lieven Boeve), Lampung; IAIN Raden
Intan) , Hal.248

7
sistem pengelolaan zakat. Kedua faktor tersebut mengharuskan adanya
intitusionalisasi yang lebih tinggi dari pengelolaan zakat. Perubahan ini
tercermin secara jelas pada masa khalifah Umar bin Khattab, Umar
mencontoh sistem administrasi yang diterapakan di Persia, dimana sistem
administrasi pemerintahan dibagi menjadi delapan provinsi, yaitu Mekkah,
Madinah, Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Umar kemudian
mendirikan apa yang disebut Al-Dawawin yang sama fungsinya dengan
baitul maal pada zaman Nabi Muhammmad SAW dimana ia merupakan
sebuah badan audit Negara yang bertanggung jawab atas pembukuan
pemasukan dan pengeluaran Negara. Al-Dawawin juga diperkirakan
mencatat zakat yang didistribusikan kepada para mustahiq sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Pengembangan yang dilakukan Umar terhadap
baitul maal merupakan kontribusi Umar kepada dunia Islam.12 Pada masa
Umar pula sistem pemungutan zakat secara langsung oleh negara, yang
dimulai dengan pemerintahan Abdullah bin Mas’ud di Kuffah dimana porsi
zakat dipotong dari pembayaran Negara. Meskipun hal ini pernah
diterapkan Khalifah Abu Bakar, namun pada masa Umar proses
pengurangan tersebut menjadi lebih tersistematis.

c. Pada masa Utsman ibn Affan


Meskipun kekayaan Negara Islam mulai melimpah dan umlah zakat
juga lebih dari mencukupi kebutuhan para mustahiq, namun administrasi
zakat justru mengalami kemunduran. Hal ini justru dikarenakan kelimpahan
tersebut, dimana Utsman memberi kebebasan kepada ‘amil dan Individu
untuk mendistribusikan zakat kepada siapun yang mereka nilai layak
menerimanya. Zakat tersebut adalah yang tidak kentara seperti zakat
perdagangan, zakat emas, zakat perak, dan perhiasan lainya. Keputusan
Utsman ini juga dilatar belakangi oleh keinginan meminimalkan biaya
pengelolaan zakat dimana beliau menilai bahwa biaya yang dibutuhkan

12 Kementrian Agama Republik, Modul Penyuluhan Zakat., Hal. 21

8
untuk mengumpulkan dana zakat tersebut akan tinggi dikarenakan sifatnya
yang tidak mudah diketahui oleh aparat Negara.

d. Pada Masa Ali ibn Abi Thalib


Situasi politik pada masa kepimimpinan Khalifah Ali ibn Abi Thalib
berjalan tidak stabil, penuh peperangan dan pertumpahan darah 13. Akan
tetapi Ali ibn Abi Thalib tetap mencurahkan perhatianya yang sangat serius
dalam mengelola zakat. Ia melihat bahwa zakat adalah urat nadi kehidupan
bagi pemerintahan dan agama. Ketika Ali ibn Abi Thalib bertemu dengan
orang-orang fakir miskin dan para pengemis buta yang beragama non
muslim (Nasrani), ia menyatakan biaya hidup mereka harus ditanggung oleh
baitul maal khalifah Ali ibn Abi Thalib juga ikut terjun dalam
mendistribusikan zakat kepada para mustahiq (delapan golongan yang
berhak menerima zakat). Harta kekayaan yang wajib zakat pada waktu itu
berupa dirham, dinar, emas dan jenis kekayaan apapun tetap dikenai
kewajiban zakat14.

Oleh karena itu mekanisme yang diterapkan oleh khalifah Utsman ibn
Affan tadi ternyata memicu beberapa permasalahan mengenai transparansi
distribusi zakat, dimana para ‘amil justru membagikan zakat tersebut kepada
keluarga dan orang-orang terdekat mereka. Seiring dengan penurunan
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan berbagai konflik politik
lainya yang memecahkan kesatuan Negara Islam dengan wafatnya utsman dan
naiknya Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya, maka semakin marak pula
praktek pengelolaan zakat secara individual.

13 Faisal, Sejarah Pengelolaan...., Hal.248-249


14 Kementrian Agama Republik, Modul Penyuluhan Zakat.,Hal.22

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Zakat diartikan sebagai sejumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan dan
diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Mengeluarkan zakat
adalah perintah (kewajiban). zakat juga menjadi salah satu diantara panji-panji Islam
yang tidak boleh diabaikan oleh siapa pun juga. Oleh karena itu, orang yang enggan
membayar zakat boleh diperangi dan orang yang menolak kewajiban zakat dianggap
kafir. Nabi Muhammad SAW tercatat membentuk baitul maal yang melakukan
pengumpulan dan pendistribusian zakat dengan amil sebagai pegawainya dengan
lembaga ini, pengumpulan zakat dilakukan secara wajib bagi orang yang sudah
mencapai batas minimal. Manfaat zakat dalam kehiupan adalah menolong orang yang
lemah dan menderita(jika zakat fitrah, pada saat Idul Fitri), agar dia dapat menunaikan
kewajibannya terhadap Allah dan terhadap makhluk-Nya, membersihkan diri dari sifat
kikir dan akhlak yang tercela serta mendidik diri agar memiliki sifat mulia dan
pemurah, ungkapan rasa syukur kepada Allah atas rizki yang telah diberikan kepada
kita.

B. Saran
Dari makalah yang di buat ini,penulis sangat mengharapkan tanggapan,baik kritik
maupun saran dari pembaca agar penulis dapat membuat makalah lebih baik lagi
kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Abu Muhammad ibn Yazid Abdullah ibn Majah Al-Quzwaini, Sunan Abi Majah,( Maktabah
Al-Ma’arif Linnatsir Wa At-Tauzi’ Lishohibiha Ibn Sa’id ‘Abdur Rahman Ar-Rasyid, t.t)

Agama Di, Al-quran dan terjemahanya, sygma publishing

Al- Zuhayly Wahbah Al fiqh al-islami wa adillatuhu, juz II Beirut -dar al-fiqr

Aunullah indi (2008) Ensiklopedia fiqih untuk remaja yogyakarta: Pustaka insan madani

Bahreisy Hussein (1980) 450 Masalah Agama Islam Surabaya: Al Ikhlas

Faisal, Sejarah Pengelolaan Zakat Di Dunia Muslim dan Indonesia (Pendekatan Teori
Investigasi-Sejarah Charles Peirce dan Defisit Kebenaran Lieven Boeve), Lampung; IAIN
Raden Intan)
H. Harun Nasution (1992) Ensiklopedia Islam Indonesia Jakarta: Djambatan

Undang-undang Zakat (2003)

Ibid

Kementrian Agama Republik, Modul Penyuluhan Zakat

11

Anda mungkin juga menyukai