Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank Lembaga Keuangan Syariah
Kelas EI- 4A
Dosen Pengampu :
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan hidayah-Nya, makalah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah dengan judul
“Pengertian Lembaga Keuangan Syariah” kami selesaikan dengan tepat waktu.
Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Disamping itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang Bank dan Lembaga Keuangan Syariah bagi para
pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah Bank dan Lembaga Keuangan
Syariah.
Akhir kata, kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kami memohon saran dan kritikan yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah dan pembelajaran ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya aktivitas perekonomian
masyarakat, maka mereka membutuhkan suatu institusi yang bertugas
untuk mengelola uang yang mereka miliki. Hal inilah yang melahirkan
lembaga keuangan, pada awalnya lembaga keuangan modern yang muncul
adalah bank. Lembaga keuangan bank dibutuhkan sebagai suatu lembaga
intermediary (perantara) antara pihak yang surplus dana kepada pihak
yang defisit dana. Perkembangan selanjutnya lembaga keuangan bank
maupun non bank semakin berkembang pesat di seluruh dunia termasuk di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah?
2. Apa Kelembagaan Syariah?
3. Bagaimana Kegiatan Lembaga Keuangan Syariah?
4. Bagaimana Kebijakan Pembangunan Perbankan Syariah Di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Dan Memahami Bagaimana Perkembangan
Lembaga Keuangan Syariah.
2. Untuk Mengetahui Dan Memahami Apa Itu Kelembagaan Syariah.
3. Untuk Mengetahui Dan Memahami Bagaimana Kegiatan Lembaga
Keuangan Syariah.
4. Mengetahui Dan Memahami Bagaimana Kebijakan Pembangunan
Perbankan Syariah Di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Y Sri Susilo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Salemba Empat, 2000, h. 3
3. Untuk jangka 3.Terutama untuk
pendek, menengah dan jangka menengah
panjang. dan panjang
2
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan.....H.6
membeli modal di perusahaan yang menurut mereka
menguntungkan. Pasar modal dikenal dengan nama bursa efek.
b. Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing.
Pasar uang (money market) di indonesia masih rektif bunu
jika dibandingkan dengan nega-negara maju Namun dalam
perkembangan dunia sekarang ini maka pasar uang di indonesia
juga ikut berkembang walaupun tidak semarak perkembangan
pasar modal (capital market).Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa antara pasar uang dan pasar modal terdapat
perbedaan yang cukup jelas seperti dari jangka waktunya
intrumental yang diperjualbelikan tempat penjualannya serta tujuan
daripada para penjual dan pembeli dari kedua pasar tersbut.3
3. Pegadaian
Secara umum pengertian usaha berharga kepada pihak terten,
guna mempeh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan
ditebus kemba sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan
lembaga gadai.
4. Sewa Guna Usaha (Leasing)
Perusahaan sewa guna usaha di indonesia lebih dikenal dengan
nama laesing. Kegiatan utama perusahaan sewa guna adalah bergerak
di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang
diinginkan olch barang-barang modal pihak nasabah.
5. Koperasi
Koperasi menpalam satu kumpulan da ongoing yang mempunyai
tujuan kepentingan bersama Jadi koperasi merupakan bentukan dari
sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama Secara uman sumber
dana kooperasiaan adalah iuran wajib, iuran pokok, dan iuran sukarela.
Perusahaan.
6. Perusahaan Asuransi
Di indonesia pengertian Asuaransi menurut undang-undang
Nomor 1Tahun 1992 Tentang Usaha Asuransi adalah sebagaiberikut:
3
Muhammad Heykal, Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syari'ah,... H.37
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang ddiharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, au untuk memberikan su pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidup seseorang yang
dipertanggungkan.
Pada awalnya terjadi penurunan kondisi perekonomian di
Indonesia. Hal ini berdampak buruk bagi semua kalangan, seperti
meningkatnya angka kemiskinan dan juga banyaknya pengangguran
akibat banyak perusahaan yang tutup karena bangkrut. Banyak faktor
yang menyebabkan penurunan perekonomian, salah satunya adalah
krisis moneter yang terjadi pada 1997. Dengan terjadinya penurunan
perekonomian ini telah menyadarkan beberapa pihak seperti
pemerintah, Bank Indonesia, DPR dan usaha lainya untuk
menggunakan sistem syariah sebagai jalan atau solusi alternative.
Sebagai contohnya ialah pemerintah menerapkan sistem usaha dagang
untuk rakyat kecil, karena diharapkan dengan berwiraswasta akan
dapat membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.
Maka dalam hal ini, perlu adanya solusi alternative permodalan
untuk pelaku usaha mikro kecil, menengah atau tingkat atas dengan
jalan pengajuan permodalan kepada pihak perbankan atau Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) juga dapat dijadikan solusi dalam
hal permodalan warga negara.4Perkembangan perbankan syariah di
Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat
yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang selain
4
Oktafia, R. (2017). Percepatan Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
( UMKM ) Melalui Perkuatan Lembaga Keuangan Mikro Syariah ( LKMS ) di Jawa Timur, (110),
85–92.
menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat, juga memenuhi
prinsip-prinsip syariah.5
Pada mulanya sebuah Lembaga Keuangan Syariah saat ini sudah
tersebar diberbagai wilayah di Indonesia. Suatu Lembaga keuangan
syariah ini sangatlah berkomitmen pada ajaran agama islam. Dalam hal
ini, suatu Lembaga Keuangan yang berbasis Syariah lebih banyak
kemaslahanya daripada mudharatnya. Dengan didirikan suatu
Lembaga Keuangan Syariah ini bertujuan untuk meningkatkan suatu
kesadaran pada diri kita untuk menerapkan ajaran islam yang utuh
tanpa adanya suatu penyimpanagan apapun. Oleh karena itu, dari pihak
warga masyarakat lebih dituntut untuk memilih Lembaga Keuangan
Syariah daripada Lembaga Keuangan Konvensionalnya dalam proses
menabung uang. Dengan kehadiran Lembaga Keuangan Syariah di
Indonesia ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat.
Dalam sistem lembaga keuangan syariah ini terdapat pembiayaan
murabahah, simpanan amanah, tabungan atau deposito wadiah (titipan)
sertapembiayaan mudharabah dan musyarakah. Selain itu juga terdapat
asuransi syariahnya. Perkembangan Lembaga Keungan Syariah di
Indonesia sangatlah berkembang pesat seperti halnya yaitu suatu
Lembaga Perbankan Syariah di Indonesia.
Secara sistem sesungguhnya Lembaga Keuangan Syariah lebih
unggul daripada konvensional. Karena Lembaga Keuangan Syariah
dalam hal penyimpanan dana akan disimpan secara kolektif dan
dipergunakan untuk sektorsektor yang halal dan thayib serta sistem
pada suatu lembaga keuangan syariah itu biasanya menggunakan
sistem bagi hasil tanpa disertai adanya riba" (Hidayanto, 2003).
Sedangkan suatu Lembaga Keuangan Konvensional hingga sekarang
masih terdapat riba', dimana dalam ajaran agama islam sudah
dijelaskan bahwasanya riba' itu hukumnya haram apabila dilakukan
dan harus kita tinggalkan. Selain itu juga terdapat suatu Lembaga
Mikro Syariah. Dimana suatu Lembaga Keuangan Mikro Syariah ini
5
Bank Indonesia, Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia, 2007.
sangatlah membantu dalam menyelesaikan masalah-masalah
kehidupan warga (tingkat kemiskinan) melalui pemberdayaan
ekonomi. Dalam lembaga ini dikembangkan di wilayah Indonesia
untuk memperkuat perekonomian rakyat Indonesia melalui
pembiayaan mikro. Serta dapat membantu pemerintah dalam
mewujudkan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada dasarnya, entitas bank syariah di Indonesia sudah dimulai
sejak tahun 1983 dengan keluarnya Paket Desember 1983 (Pakdes 83)
yang berisi sejumlah regulasi di bidang perbankan, dimana salah
satunya ada peraturan yang memperbolehkan bank memberikan kredit
dengan bunga 0% (zero interest). Perkembagan dimaksud diikuti oleh
serangkaian kebijakan di bidang perbankan oleh Menteri Keuangan
Radius Prawiro yang tertuang dalam Paket Oktober 1988 (Pakto 88).
Pakto 88 intinya merupakan deregulasi perbankan yang memberikan
kemudahan bagi pendirian bank-bank baru, sehingga industri
perbankan pada waktu itu mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.
Baru pada tahun 1991 berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
sebagai bank umum satu-satunya yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip bagi hasil. Namun, eksistensi bank syariah di
Indonesia secara formal telah dimulai sejak tahun 1992 dengan
diberlakukannya UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Namun,
harus diakui bahwa UU tersebut belum memberikan landasan hukum
yang cukup kuat terhadap pengembangan bank syariah karena masih
belum secara tegas mencantumkan kata-kata "prinsip syariah" dalam
kegiatan usahanya hanya menggunakan istilah bank bagi hasil.6
Diamandemennya UU No. 7 tahun 1992 yang kemudian
melahirkan UU No. 10 tahun 1998 secara eksplisit menetapkan bahwa
bank dapat beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Era
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, kebijakan hukum perbankan
di Indonesia menganut sistem perbankan ganda (dual banking system).
Kebijakan ini intinya memberikan kesempatan bagi bank-bank umum
6
Bambang Waluyo, "Prinsip Ekonomi dalam Perbankan Syariah", Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Vol.6, No.2, Juli 2007.
konvensional untuk memberikan layanan syariah melalui mekanisme
islamic window dengan terlebih dahulu membentuk Unit Usaha
Syariah (UUS). 7Akibatnya pasca undang-undang ini memunculkan
banyak bank konvensional yang ikut andil dalam memberikan layanan
syariah kepada nasabahnya.
Kemudian, pada tahun 1999 disahkan UU No. 23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia. Dalam UU ini menetapkan bahwa Bank
Indonesia dapat melakukan pengendalian moneter berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.Upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia
tidak semata hanya merupakan konsekuensi dari UU No. 10/1998 dan
UU No. 23/1999 tetapi juga merupakan bagian dari upaya penyehatan
sistem perbankan yang bertujuan meningkatkan daya tahan
perekonomian nasional. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan
1997 membuktikan bahwa bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah dapat bertahan di tengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku
bunga yang tinggi. Kenyataan tersebut ditopang oleh karakteristik
operasi bank syariah yang melarang bunga (riba), transaksi yang
bersifat tidak transparan (gharar) dan spekulatif (maysir)
Dalam upaya pengembangan perbankan syariah tersebut, Bank
Indonesia sebagai otoritas perbankan nasional mulai bergerak maju
dengan memperkenalkan instrumen moneter syariah pertama yaitu
Sertifikat Wadiah BI (SWBI) di tahun 1999 dan Pasar Uang Antar-
bank berdasarkan prinsip Syariah (PUAS)pada tahun 2000. Di tahun
2002, BI memperbaiki aturan tentang unit usaha syariah melalui PBI
Nomor 4/1/PBI Tahun 2002 yang mengatur tentang:
a. Konversi bank konvensional menjadi bank syariah.
b. Konversi cabang konvensional menjadi cabang syariah.
c. Konversi kantor kas konvensional menjadi cabang syariah.
d. Pembukaan sub-cabang syariah di cabang konvensional.
e. Pembukaan unit syariah di cabang konvensional.
7
Bambang Waluyo. "Prinsip Ekonomi dalam Perbankan Syariah", Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Vol.6. No.2, Juli 2007.
Peran BI ini semakin diperkuat dalam UU Nomor 3 Tahun 2004
tentang perubahan UU Nomor 23 Tahun 1999.Selanjutnya, industri
perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang pesat semakin
memiliki landasan hukum yang memadai yakni dengan diterbitkannya
Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Dukungan regulasi ini tentunya akan mendorong pertumbuhan industri
perbankan syariah secara lebih cepat lagi dan diharapkan peran industri
perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan
semakin signifikan.
B. Kelembagaan Syariah
1. Bank Umum Syariah (BUS)
BUS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip islam yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. BUS merupakan badan usaha yang setara dengan
bank umum konvensional dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas,
Perusahaan Daerah, atau Koperasi. Seperti halnya bank umum
konvensional, BUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bak
nondevisa
2. Unit Usaha Syariah (UUS)
UUS adalah unit kerja di kantor pusat bank umum konvensional
yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang islam atau unit
islam. Dalam struktur organisasi, UUS berada satu tingkat di bawah
direksi bank umum konvensional yang bersangkutan. UUS dapat
berusaha sebagai bank devisa dan non devisa. Sebagai unit kerja
khusus, UUS mempunyai tugas:
a. Mengatur dan mengawasi selurus kegitan kantor cabang islam.
b. Melaksanakan fungsi treasury dalam rangka pengelolaan dan
penempatan dana.
c. Menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor
cabang islam.
d. Melakukan tugas penatausahaan laporan keuangan kantor cabang
islam.
3. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip islam yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. BPRS merupakan badan usaha yang setara
dengan bank perkreditan rakyat konveensional dengan bentuk hukum
Perseroan Tebatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi.
4. Dewan Islam Nasional (DSN)
Dewan Islam Nasional dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang bertugas dan memiliki kewenangan islam (bank, asuransi,
reksadana, modal, ventura, dan sebagainya) dengan prinsip islam. Ada
tiga hal yang melatar belakangi pembentukan DSN, yaitu:
a. Mewujudkan aspirasi umat islam mengenai masalah perekonomian
dan mendorong penerapan ajaran islam dalam bidang
perekonomian/keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan syariat
islam.
b. Efesiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu
yang berhubungan dengan masalah ekonomi/keuangan.
c. Mendorong penerapan ajaran islam dalam kehidupan ekonomi dan
keuangan.
Fungsi utama DSN adalah mengawasi, meneliti, dan
memberikan fatwa bagi produk-produk yang di kembangkan oleh
lembaga keuangan islam agar sesuai dengan prinsip-prinsip islam.
Untuk itu, DSN membuat guidelines produk islam yang diambil
dari sumber hukum islam. DSN mempunyai hak memberikan atau
mencabut rekomendasi para ulama yang sedang ditugaskan sebagai
Dewan Pengawas Syariah (DPS). Setelah DSN menerima laporan
dari DPS, dapat memberikan teguran kepada lembaga keuangan
islam yang produk, jasa, atau kegiatan usahanya menyimpang dari
guidelines yang telah ditetapkan, dan mengusulkan sanksi kepada
otoritas yang berwenang apabila teguran tidak diindahkan.
Saat ini DSN memiliki 52 anggota pengurus. Ketua dan
sekretaris DSN dijabat secara ex officio oleh Ketua Umum dan
Sekretaris Umum MUI. Sementara itu, BPH-DSN, yang berperan
sebagai pelaksana tugas dan fungsi DSN sehari-hari, memiliki 18
anggota yang terbagi kedalam tiga kelompok kerja (pokja), yaitu
pokja Perbankan dan Penggadaian, pokja Asuransi dan Lembaga
Bisnis Islam, dan pokja Program Kegiatan dan Pasar Modal.
5. Dewan Pengawas Syariah (DPS) Tugas utama DPS bank islam adalah
mengawasi kegiatan oprasional bank sehari-hari agar sesuai dengan
ketentuan-ketentuan islam, khususnya yang tertuang dalam guidelines
dan fatwa-fatwa DSN. Secara ringkas, fungsi DPS ada empat, yaitu:
a. Sebagai penasihat dan pemberi saran kepada direksi, UUS, dan
pimpinan kantor cabang islam mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan islam.
b. Sebagai pengawas aktif dan pasif dari pelaksanaan fatwa-fatwa
DSN serta memberi pengarahan/pengawasan atas produk/jasa dan
kegiatan usaha agar sesuai dengan prinsip islam.
c. Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengomunikasikan
usul dan saran pengembangan bank islam yang diawasinya kepada
DSN sekurangkurangnya setahun sekali.
d. Sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank, dan wajib
melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan bank islam yang
diawasinya ke DSN sekurang-kurangnya setahun sekali.
Dengan demikian, DSN adalah lembaga yang berwenang
untuk menetapkan dan mengeluarkan fatwa-fatwa hukum islam
tentang kegiatan ekonomi dan keuangan, sedangkan DPS adalah
lembaga yang bertugas mengawasi pelaksanaan fatwa DSN
tersebut di lapangan oleh lembaga ekonomi dan keuangan islam.
Jadi, tanggung jawab DPS secara organisasi DSN MUI pusat,
kredibilitasnya kepada masyarakat, dan secara moral kepada Allah
SWT.
6. Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas)
Basyarnas adalah lembaga yang menengahi perselisihan antara
bank nasabahnya sesuai dengan tatacara dan hukum islam. Lembaga
ini pertama kali didirikan bersama oleh Kejaksaan Agung Republik
Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia dengan nama Badan Arbitrase
Muamalah Indonesia, yang kemudian diubah menjadi Badan Arbitrase
Syariah Nasional. Apabila terjadi perselisihan antara bank dan
nasabahnya, mereka pertama kali biasanya memilih databf ke
Basyarnas sebelum ke pengadilan negeri karena cara ini lebih efisien
dalam hal biaya dan waktu.
7. Bank Indonesia
Sesuai dengan amanat Undang-Undang RI No. 23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, bahwa dakam rangka
pengendalian moneter dengan cara-cara yang termasuk, tetapi tidak
terbatas pada Operasi Pasar Terbuka (OPT), penetapan tingkat
diskonto, penetapan cadangan wajib minimum dan pengaturan kredit
atau pembiayaan berlaku juga berdasarkan prinsip islam.
Peran Bank Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
perbankan Islam nasional saat ini. Bank Indonesia telah melakukan
langkah langkah kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif, kompetitif, efisien, dan hati-hati bagi industri perbankan
syariah. Semua ini dilakukan untuk mendukung sektor riil melalui
pembiayaan bagi hasil yang selanjutnya akan memberikan dampak
kesejahteraan bagi negara. Dalam rangka memenuhi kondisi tersebut,
Bank Indonesia telah melakukan langkah langkah berikut.
Menciptakan lingkungan kondusif bagi perkembangan industri
perbankanislam yang sesuai dengan prinsip prinsip Islam dan
memberikan kontribusi besar kepada sektor rill melalui:
1. Melakukan penelitian mengenai kondisi, peluang, dan syarat-
syarat yang yang diperlukan di dalam perbankan Islam.
a. Mempersiapkan aturan dan mengembangkan infrastruktur
sehingga perbankan islam mampu beroperasi sesuai dengan
karakteristiknya.
b. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan kepada
operasional perbankan islam.
2. Mensosialisasikan konsep Bank Islam kepada masyarakat
dengan menyelenggara-kan training training bagi SDM dengan
standar profesionalisme yang tinggi, integritas, kehati hatian,
kerja sama, dan inovasi bagi industri perbankan Islam.
3. Berperan serta secara aktif dalam pembentukan komunitas
keuangan Islam internasional, lembaga maupun institusi serta
infrastruktur.
Di dalam kebijakan pengembangan perbankan islam, Bank
Indonesia mengadopsi paradigma, yaitu:
a. Dalam pengembangan produk dan jaringan digunakan
pendekatan market driven.
b. Perlakuan yang sama bagi bank konvensional dan bank Islam
(no infant industry argument).
c. Dalam pengembangan peraturan dan infrastruktur dilakukan
secara tahap demi tahap, gradual, dan berkesinambungan.
d. Dalam membuat kebijakan, Bank Indonesia sangat
memerhatikan prinsipprinsip taat kepada aturan Islam dan
mengaplikasikan nilai-nilai universal.
a. Pendirian bank Islam penuh (full Islamic bank) baik bagi pihak
domestik maupun asing, baik untuk pembukaan bank umum
maupun bank perkreditan rakyat.
b. Mengkonversi bank konvensional secara utuh menjadi bank
Islam.
c. Mendirikan Unit Usaha Islam di dalam bank konvensional
dengan beberapa alternatif bentuk, yaitu:
1. Membuka satu kantor cabang yang beroperasi secara Islam
(penuh),
2. Mengkonversi salah satu kantor cabang konvensional yang
beroperasi secara Islam.
3. Mengkonversi dan meng upgrade kantor cabang pembantu
konvensional menjadi kantor cabang Islam.
8
Rivai, Veithzal; Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep Dan Aplikasi ( Jakarta:
Bumi Askasara, 2010 )
Prinsip Syariah. atau Akad lain yang berdasarkan Akad
tidak bertentangan wadi’ah atau Akad
dengan prinsip lain yang tidak
syariah. bertentangan
dengan Prinsip
Syariah 2.Investasi
berupa Deposito
atau Tabungan atau
bentuk lainnya
yang ekuivalen
berdasarkan Akad
mudharabah atau
Akad lain yang
tidak bertentangan
dengan Prinsip
Syariah.
b Menghimpun dana dalam Menghimpun dana Menyalurkan dana
bentuk Investasi berupa dalam bentuk kepada masyarakat
Deposito, Tabungan, atau Investasi berupa dalam bentuk:
bentuk lainnya yang Deposito, Tabungan, 1. Pembiayaan bagi
dipersamakan dengan itu atau bentuk lainnya hasil berdasarkan
berdasarkan Akad yang dipersamakan Akad mudharabah
mudharabah atau Akad dengan itu atau musyarakah
lain yang tidak berdasarkan Akad 2Pembiayaan
bertentangan dengan mudharabah atau berdasarkan Akad
Prinsip Syariah. Akad lain yang tidak murabahah, salam,
bertentangan dengan atau istishna
Prinsip Syariah. 3.Pembiayaan
berdasarkan Akad
qardh.
4.Pembiayaan
penyewaan barang
bergerak atau tidak
bergerak kepada
Nasabah
berdasarkan Akad
ijarah atau sewa
beli dalam bentuk
ijarah muntahiya
bittamlik; dan
5.Pengambilalihan
hutang berdasarkan
Akad hawalah
c Menyalurkan Menyalurkan Menempatkan dana
Pembiayaan bagi hasil Pembiayaan bagi pada Bank Syariah
berdasarkan Akad hasil berdasarkan lain dalam bentuk
mudharabah, Akad Akad mudharabah, titipan berdasarkan
musyarakah, atau Akad Akad musyarakah, Akad wadi’ah atau
lain yang tidak atau Akad lain yang Investasi
bertentangan dengan tidak bertentangan berdasarkan Akad
Prinsip Syariah. dengan Prinsip mudharabah
Syariah. dan/atau Akad lain
yang tidak
bertentangan
dengan Prinsip
Syariah.
d Menyalurkan Menyalurkan Memindahkan
Pembiayaan berdasarkan Pembiayaan uang, baik untuk
Akad murabahah, Akad berdasarkan Akad kepentingan sendiri
salam, Akad istishna’, murabahah, Akad maupun untuk
atau Akad lain yang tidak salam, Akad kepentingan
bertentangan dengan istishna’, atau Akad Nasabah melalui
Prinsip Syariah. lain yang tidak rekening BPRS
bertentangan dengan yang ada di BUS,
Prinsip Syariah. BUK, dan UUS.
e Menyalurkan Menyalurkan Menyediakan
Pembiayaan berdasarkan Pembiayaan produk atau
Akad qardh atau Akad berdasarkan Akad melakukan
lain yang tidak qardh atau Akad lain kegiatan usaha
bertentangan dengan yang tidak Bank Syariah
Prinsip Syariah. bertentangan dengan lainnya yang sesuai
Prinsip Syariah. dengan Prinsip
Syariah
berdasarkan
persetujuan BI.
f Menyalurkan Menyalurkan
Pembiayaan penyewaan Pembiayaan
barang bergerak atau penyewaan barang
tidak bergerak kepada bergerak atau tidak
Nasabah berdasarkan bergerak kepada
Akad ijarah dan/atau Nasabah
sewa beli dalam bentuk berdasarkan Akad
ijarah muntahiya ijarah dan/atau sewa
bittamlik atau Akad lain beli dalam bentuk
yang tidak bertentangan ijarah muntahiya
dengan Prinsip Syariah. bittamlik atau Akad
lain yang tidak
bertentangan dengan
Prinsip Syariah.
g Melakukan Melakukan
pengambilalihan utang pengambilalihan
berdasarkan Akad utang berdasarkan
hawalah atau Akad lain Akad hawalah atau
yang tidak bertentangan Akad lain yang tidak
dengan Prinsip Syariah. bertentangan dengan
Prinsip Syariah.
h Melakukan usaha kartu Melakukan usaha
debit dan/atau kartu kartu debit dan/atau
pembiayaan berdasarkan kartu pembiayaan
Prinsip Syariah berdasarkan Prinsip
Syariah
i Membeli, menjual, atau Membeli, menjual,
menjamin atas risiko atau menjamin atas
sendiri surat berharga risiko sendiri surat
kepada pihak ketiga yang berharga kepada
diterbitak atas dasar pihak ketiga yang
transaksi nyata diterbitak atas dasar
berdasarkan Prinsip transaksi nyata
Syariah, antara lain berdasarkan Prinsip
seperti Akad Ijarah, Syariah, antara lain
musyarakah, seperti Akad Ijarah,
mudharabah, murabahah, musyarakah,
kafalah, atau hawalah. mudharabah,
murabahah, kafalah,
atau hawalah.
j Membeli surat berharga Membeli surat
berdasarkan Prinsip berharga
Syariah yang diterbitkan berdasarkan Prinsip
oleh Pemerintah Syariah yang
adan/atau BI. diterbitkan oleh
Pemerintah
adan/atau BI.
k Menerima pembayaran Menerima
dari tagihan atas surat pembayaran dari
berharga dan melakukan tagihan atas surat
perthitungan dengan berharga dan
pihak ketiga atau melakukan
antarpihak ketiga perthitungan dengan
berdasarkan Prinsip pihak ketiga atau
Syariah. antarpihak ketiga
berdasarkan Prinsip
Syariah.
l Menyediakan tempat Menyediakan tempat
untuk menyimpan barang untuk menyimpan
dan surat berharga barang dan surat
berdasarkan Prinsip berharga
Syariah. berdasarkan Prinsip
Syariah.
m Memindahkan uang, baik Memindahkan uang,
untuk kepentingan sendiri baik untuk
maupun untuk kepentingan sendiri
kepentingan Nasabah maupun untuk
berdasarkan Prinsip kepentingan
Syariah. Nasabah
berdasarkan Prinsip
Syariah.
n Memberikan fasilitas Memberikan fasilitas
letter of credit atau bank letter of credit atau
garansi berdasarkan bank garansi
Prinsip Syariah. berdasarkan Prinsip
Syariah, dan
o Melakukan fungsi Kegiatan lain yang
sebagai Wali Amanat lazim di lakukan di
berdasarkan Akad bidang perbankan
wakalah. dan sosial sepanjang
sesuai dengan
Prinsip Syariah dan
peraturan perundang
- undangan.
p Melakukan Penitipan
untuk kepentingan pihak
lain berdasarkan suatu
Akad yang berdasarkan
Prinsip Syariah.
q Kegiatan lain yang lazim
di lakukan di bidang
perbankan dan sosial
sepanjang sesuai dengan
Prinsip Syariah dan
peraturan perundang -
undangan.
Pada pasal 20 diuraikan, khusus untuk BUS dan UUS, selain dari
kegiatan-kegiatan yang telah diuraikan di atas, diperbolehkan juga untuk
melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Maka dari itu penulis
menyarankan kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran
demi perbaikan makalah yang penulis buat selanjutnya. Dan semoga
dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
menambah Ilmu pengetahuan yang lebih luas.
DAFRAR PUSTAKA
Soemitra andri. (2009). Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Cetakan Pertama.
Penerbit Prendamedia Group. Jakarta
Y Sri Susilo. (2000). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Salemba
Empat