Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ZAKAT TERNAK, PERTANIAN, EMAS/PERAK, PERDAGANGAN,


RIKAZ, DAN ZAKAT FITRAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Zakat dan Wakaf

Dosen Pengampu ; Irwin Setiawan, SH.I, MH

Disusun oleh kelompok 4 :

Alfi Kurnia 3221017

Della Tri Juwita Sari 3221035

Sinta Meinora 3221037

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SJECH M.DJAMIL DJAMBEK


BUKITTINGGI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayahnya untuk mengizinkan dan memberi nikmat kemudahan kepada penulis dalam
menyusun dan menulis makalah Fiqih Ibadah yang berjudul Zakat Ternak, Perternakan,
Emas/Perak, Perdagangan, Rikaz dan Zakat Fitrah. Hal yang paling mendasar mendorong
Penulis menyusun makalah ini adalah tugas dari mata kuliah Fiqih Zakat Dan Wakaf.
Makalah ini penulis susun dengan segala kemampuan dan semaksimal mungkin.

Namun penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidaklah


sempurna,dan masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu penulis sebagai
penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua pembaca, terutama dosen
Fiqih Zakat Dan Wakaf Bapak Irwin Setiawan S.H.I, M.H. Jika ada kekurangan dalam
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar besarnya.

Bukittinggi, 25 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1


A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................3


A. Zakat Binatang Ternak ......................................................................................3
B. Zakat Pertanian .................................................................................................7
C. Zakat Emas/Perak ............................................................................................. 8
D. Zakat Perdagangan ............................................................................................11
E. Zakat Rikaz .......................................................................................................13
F. Zakat Fitrah .......................................................................................................16

BAB III PENUTUP .....................................................................................................22


A. Kesimpulan .......................................................................................................22
B. Saran .................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu dari lima rukun islam. Kefardluannya berdasarkan
nash Al Qur‟an maupun Al Hadist. Pengingkaran terhadap syariah zakat merupakan dosa
besar, yang bahkan bisa mengarahkan pada tingkatan kufur. zakat disebut berulang kali
dalam Al Qur‟an, bahkan hampir setiap ayat al Qur‟an yang menyebutkan dirikanlah
sholat maka akan diikuti dan bayarlah zakat (aqimussholah wa aatuzzakah). Hal ini
menunjukan betapa sangat pentingnya syari‟ah zakat, sebagaimana pentingnya syari‟ah
sholat. Baik dilihat dari sisi kepatuhan seorang mahkluk pada kholiqnya, maupun jiwa
sosial sebagai sesama mahkluk.

Zakat disamping memebina hubungan denganAllah SWT, juga akan menjembatani


dan mendekatkan kasih sayang antara sesama manusia dan mewujudkan kata-kata bahwa
Islam itu bersaudara, saling membantu dan tolong menolong yang lemah dan yang kaya
membantu yang miskin.1

Zakat meupakan ibadah maliyah ijtima´iyah (ibadah yang berkaitan dengan


ekonomi keuangan dan kemsyarakatan). Dalam Al-Qur´an hanya disebutkan secara
eksplisit tujuh jenis harta benda yang wajib dizakati (nishab) dan jatuh tempo zakatnya,
yakni: emas, perak hasil tanaman dan buah-buahan barang dagangan, ternak hasil
tambang, dan barang temuan (rikaz), Tetapi ini tidak berarti,bahwa selain tujuh jenis harta
tersebut di atas tidak wajib dizakati. Misalnya mata uang, sertifikat, saham, obligasi, dan
surat-surat berharga lainnya.2

1
K.N.Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Surabaya : al-ikhlas,1995),11.
2
Masjfu Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (cet, 1: Jakarta: Haji Masagung,1988),106.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pejelasan tentang zakat ternak?
2. Bagaimana pejelasan tentang zakat pertanian ?
3. Bagaimana penjelasan tentang zakat emas/perak ?
4. Bagaimana pejelasan tentang zakat perdagangan?
5. Bagaomana penjelasan tentang zakat rikaz?
6. Bagaimana pejelasan tentang zakat zakat fitrah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang zakat ternak.
2. Untuk mengetahui tentang zakat pertanian.
3. Untuk mengetahui tentang zakat emas/perak.
4. Untuk mengetahui tentang zakat perdagangan.
5. Untuk mengetahui tentang zakat rikaz.
6. Untuk mnegetahui tentang zakat zakat fitrah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Zakat Ternak
a) Jenis binatang yang dizakati
Di antara harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah binatang ternak. Binatang
ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah unta, sapi, dan kambing. Binatang ternak
termasuk utama yang wajib dikeluarkan zakatnya. Kewajiban zakat hewan ternak
mempunyai dua syarat. Pertama: hewan ternak tersebut dipelihara untuk diambil susunya
dan untuk dikembangbiakkan, bukan digunakan untuk bekerja. Karena dengan diambil
susunya dan dikembangbiakkan, maka keuntungan dari hewan-hewan tersebut menjadi
banyak, karena jumlah dan pertumbuhannya yang baik. Sehingga, hal tersebut
menimbulkan keinginan orang-orang fakir untuk merasakannya. Kedua: binatang-binatang
tersebut makan dari padang rumput umum yang tidak membutuhkan biaya.

Selain tiga jenis binatang diatas, secara dzatiah tidak wajib dizakati. Seperti kuda,
ayam, ikan dan lain-lain. Kecuali jika binatang-binatang tersebut menjadi benda yang
diperdagangkan (komoditas perdagangan) maka wajib zakat atau tidaknya tergantung
syarat-syarat dan mekanismenya zakat perdagangan. Jika memenuhi syarat dan
mekanismenya tijaroh, maka wajib zakat dengan metode dan presentasenya tijaroh,
walaupun dalam pengelolaanya mengandung unsur peternakan.

Begitu juga tidak wajib dizakati adalah binatang peranakan dari binatang yang
dzatiahnya wajib dizakati dengan binatang yang dzatiahnya tidak wajib dizakati. Misalnya,
binatang peranakan dari kuda dengan sapi, peranakan sapi dengan himar dan lain lain.
Sedangkan binatang peranakan dari dua jenis binatang yang secara dzatiah wajib zakat,
tetap wajib dizakati dengan batasan nishob yang lebih ringan. Misalnya peranakan unta
(nishobnya 5 ekor) dan sapi (nishobya 30 ekor) itu nishobnya 30 ekor, sama dengan
nishobnya sapi. Peranakan sapi (nishobnya 30 ekor) dengan kambing (nishobnya 40 ekor)
itu nishobnya 40 ekor, sama dengan nishobnya kambing.

b) Syarat Binatang Ternak yang wajib zakat


Binatang unta, sapi, kerbau, kambing atau domba, wajib dikeluarkan zakatnya
apabila telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

3
1. Haul (genap satu tahun)
Binatang ternak wajib dizakati apabila sudah genap satu tahun dimiliki. Hikmah
syarat genap satu tahun adalah agar harta tersebut dapat berkembang terlebih dahulu.
Haul atau masa satu tahun itu terhitung sejak jumlah binatang mencapai nishobnya,
tidak dihitung dari saat pertama memiliki ternak (yang tidak mencapai nishob). Selain
itu, selama satu tahun jumlah ternak tidak pernah kurang dari nishob. Maka masa satu
tahun yang terhitung dari waktu sebelumnya menjadi batal (rusak), dan masa satu
tahun dihitung kembali sejak jumlah ternak mencapai nishob lagi.
2. Saum (digembalakan)
Artinya, dalam masa satu tahun binatang ternak diberi makan dengan cara
digembalakan dipadang rumput yang mubah. Baik digembala oleh pemiliknya sendiri,
atau oleh wakilnya. Dengan demikian binatang ternak yang tidak digembalakan alias
binatang yang merumput sendiri, atau semua sebagian makananya hasil dari
pembelian, tidak wajib mengeluarkan zakat ternak. Dan apabila makanan ternak
tersebut sebagian dari pembelian dan sebagian lagi dari pengembalaan dipadang
rumput yang mubah.
Menurut sebagian Ulama‟, binatang ternak yang sebagian kecil makanannya
berasal dari pembelian, tanpa adanya makanan hasil pembelian ternak masih bisa
hidup dan tidak menimbulkan bahaya, namun diserai niat tidak digembalakan lagi,
maka ternak juga tidak wajib dizakati.

Hal yang harus diperhatikan :


 sebagian Ulama berpendapat, binatang ternak yang sudah menetapi syarat haul dan
saum wajib dizakati apabila ternak tersebut tidak digunakan sebagai alat bekerja oleh
pemiliknya. Jika ternak digunakan sebagai sarana bekerja seperti digunakan sebagai
sarana angkutan atau untuk membajak sawah, maka binatang ternak tidak wajib
dizakati. Rasululloh bersabda :” Tiada (wajib) zakat pada sapi yang digunakan untuk
bekerja” ( HR. Abu Dawud dan Daruquthni )
 Peternakan hewan itu berbeda dengan perdagangan hewan ternak. Peternakan hewan
lebih mengacu pada sebuah system penggemukan dan zakatnya menggunakan
sandart (syarat, nishob dan kadar) zakatnya binatang ternak. Sedangkan perdagangan
hewan ternak lebih menitik beratkan pada unsur laba perdagangan, walaupun dalam

4
prakteknya terkandung unsur peternakan. Dan zakatnya menggunakan standart
(syarat, nishob, prosentase) zakatnya tijaroh (perdagangan).

c) Nishob dan kadar zakatnya binatang ternak


1. Binatang Unta
Batas nishob atau jumlah minimal unta yang wajib dizakati adalah 5
ekor. Dibawah 5 ekor, tidak wajib zakat. Sedangkan kadar zakat yang harus
dikeluarkan adalah sebagai tabel berikut ini :
Jumlah Ternak Jumlah Zakat KETERANGAN

5 s/d 9 1 ekor Domba betina genap umur 1


10 s/d 14 2 ekor tahun atau lebih. Atau
15 s/d 19 3 ekor kambingkacang betina genap
20 s/d 24 4 ekor umur 2tahun atau lebih
25 s/d 35 1 ekor Unta jenis bintu makhodl
36 s/d 45 1 ekor Unta jenis bintu labun
46 s/d 60 1 ekor Unta jenis hiqqoh
61 s/d 75 1 ekor Unta jenis jadza´ah
76 s/d 90 2 ekor Unta jenis bintu labun
91 s/d 120 2 ekor Unta jenis hiqqoh
121 3 ekor Unta jenis bintu labun

KETERANGAN :
Bintu ma’khdodl : Unta betina yang sudah genap umur 1 tahun, masuk umur 2
tahun.
Bintu labun : Unta betina yang sudah genap umur 2 tahun, masuk umur 3 tahun.
Hiqqoh : Unta betina yang sudah genap umur 3 tahun, masuk umur 4 tahun.
adza’ah : Unta betina yang sudah genap umur 4 tahun, masuk umur 5 tahun.

2. Binatang Sapi
Batas nishob atau jumlah minimal sapi yang wajib dizakati adalah 30
ekor. Dibawah 30 ekor, tidak wajib zakat. Sedangkan kadar zakat yang harus
dikeluarkan adalah sebagai tabel berikut ini :

5
JUMLAH JUMLAH TERNAK DAN KETERANGAN
TERNAK ZAKAT
30 s/d 39 1 ekor sapi jenis tabi´
40 s/d 59 1 ekor sapi jenis musinnah

60 s/d 69 2 ekor sapi jenis tabi´

70 s/d 79 2 ekor sapi (1 jenis tabi‟ & 1 jenis musinnah)

80 s/d 89 2 ekor sapi jenis musinnah

90 s/d 99 3 ekor sapi jenis tabi´

100 s/d 109 3 ekor sapi (2 jenis tabi‟ & 1 jenis musinnah)

KETERANGAN :
Tabi’ : sapi jantan yang sudah genap umur 1 tahun masuk 2 tahun.

Musinnah : sapi betina yang sudah genap umur 2 tahun masuk 3 tahun.

3. Binatang Kambing/Domba/Biri-Biri
Batas nishob atau jumlah minimal kambing yang wajib dizakati adalah 40
ekor. Dibawah 40 ekor tidak wajib zakat. Sedangkan kadar zakat yang harus
dikeluarkan adalah sebagaimana tabel dibawah:

JUMLAH TERNAK JUMLAH ZAKAT KETERANGAN

40 s/d 120 1 ekor Apabila menggunakan jenis


domba, maka harus yang genap
121 s/d 200 2 ekor
berumur 1 tahun, masuk 2
201 s/d 399 3 ekor
tahun. Apabila menggunakan
400 s/d 499 4 ekor jenis kacang, maka harus yang

500 5 ekor sudah genap berumur 2 tahun,


masuk 3 tahun.

6
Diatas 400 ekor, metode zakatnya adalah setiap 100 ekor kambing
zakatnya 1 ekor. Jadi untuk 600 ekor, zakatnya 6 ekor, 700 ekor zakatnya 7,
dan begitu seterusnya. Sedangkan sisa bilangan yang tidak habis dibagi 100
tidak mempengaruhi kadar zakat yang dikeluarkan alias tidak diperhitungkan.
Oleh sebab itu, sisa bilangan tidak wajib dizakati tersendiri.

B. Zakat Pertanian
Zakat tanaman hanya diberlakukan pada makanan pokok, baik dalam kondisi normal
maupun darurat yang dapat mengamcam keselamatan jiwa. Berbeda halnya dengan
makanan selingan seperti tin, safarjal, dan delima. Makanan pokok merupakan tanaman
terpenting yang membantu pertumbuhan tubuh. Makanan pokok yang wajib dizakati dari
jenis buah-buahan adalah kurma dan anggur, dari jenis biji-bijian adalah gandum, jelai,
beras, adas, sayur-sayuran, dan seluruh makanan poko yang dikonsumsi dalam kondisi
normal seperti kacang himmish, buncis, jagung, dan hurthuman (sejenis gandum). Biji
masy (sejenis kacang-kacangan) termasuk jenis gandum, jenis biji-bijian dan sayuran-
sayuran yang lain diqiyaskan dengan ini. Jadi, zakat tanaman hanya diwajibkan pada
bijibijian dan sayur-sayuran. Nabi Saw berpesan kepada Abu Musa al-Asy‟ari dan Mu‟ad
saat diutus ke Yaman, “Janganlah menarik zakat kecuali empat jenis tanaman yaitu,
gandum, jelai, kurma, dan anggur” (HR. al-Hakim, sanadnya shahih). Namun pembatasan
ini bersifat nisbi. Maksudnya, pernyataan Nabi tersebut dinisbahkan pada tanaman yang
ada di Yaman.

a) Nisab Makanan Pokok Yang Wajib Dizakati


Nisab tanaman adalah lima wasaq. Ukuran lima wasaq tersebut berupa takaran
kering atau anggur kering, bukan kurma basah atau anggur basah. Sedangkan pada
bijibijian, penghitungan tersebut setelah seluruh biji-bijian dibersihkan dari jerami.
Nisab satu jenis tanaman tidak boleh disempurnakan dengan jenis yang lain.
Penyempurnaan nisab bisa dilakukan dengan menggambungkan jenis tanaman yang
sama.

b) Besaran Zakat Tanaman


Zakat tanaman yang pengairannya tanpa biaya atau ternaga adalah sepuluh
persen. Sedangkan zakat tanaman yang pengairannya membutuhkan baiaya seperti di
timba atau dengan mesin adalah lima persen.

7
Zakat tanaman yang dialiri dengan dua cara sekaligus, timba dan air hujan
dengan kadar yang sama adalah 7,5 persen. Hitungan ini agar kita tetap melaksanakan
kewajiban zakat berdasarkan dua cara tersebut. Tanaman yang sering disiram air
hujan zakatnya sepuluh persen. Sebaliknya, jika ia sering dialiri dengan timba maka
zakatnya lima persen, untuk memprioritaskan yang lebih dominan. Hanya saja,
menurut pendapat yang azhar sebagaimana dikemukakan oleh anNawawi, harus ada
pembagian yang adi, mengingat besaran zakat mengacu pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.

Jadi, apabila 2/3 tanaman dialiri air hujan dan sisanya 1/3 dengan di timba
(atau mesin) total zakat yang wajib dikeluarkan adalah 8,3 persen, 6,6 persen dari 2/3
tanaman yang disiram air hujan dan 1,7 persen dari 1/3 tanaman yang disiram dengan
mesin. Sebaliknya, jika 1/3 tanaman dialiri dengan air hujan dan 2/3 tanaman disiram
dengan mesin maka zakatnya adalah 6,6 persen.

c) Waktu Kewajiban Zakat


Zakat hasil pertanian wajib dikeluarkan ketika buah-buahan sudah tampak
ramun dan biji-bijian telah mengeras, sebab pada saat itu tanaman sudah cukup
matang. Tanaman pertanian yang bijinya telah mengeras disebut tha’am (bahan
makanan), sebelumnya dinamakan baql (kacang-kacangan). Kewajiban disini bukan
berarti kita harus mengeluarkan zakat hasil panen seketika itu juga, melainkan hanya
indikator bahwa kita telah dikenai kewajiban zakat hasil pertanian. Karena itu, zakat
bijibijian hanya dikeluarkan setelah dibersikan, dan untuk buah-buahan dikeluarkan
setelah kering.

C. Zakat Emas/Perak
Zakat emas, perak, atau logam mulia adalah zakat yang dikenakan atas emas, perak
dan logam mulia lainnya yang telah mencapai nisab dan haul. Dalil mengenai kewajiban
zakat atas emas atau perak ini ada dalam Al-Quran Surat At-Taubah Ayat 34. “… Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih,”

Kewajiban zakat emas dan perak juga didasari dari beberapa hadits lainnya, salah
satunya adalah hadits riwayat Abu Dawud rahimahullah “Jika engkau memiliki perak 200
dirham dan telah mencapai haul (satu tahun), maka darinya wajib zakat 5 dirham. Dan

8
untuk emas, anda tidak wajib menzakatinya kecuali telah mencapai 20 dinar, maka
darinya wajib zakat setengah dinar, lalu dalam setiap kelebihannya wajib dizakati sesuai
prosentasenya.” (HR. Abu Dawud)

Zakat emas memiliki ketentuan tersendiri sebagaimana jenis zakat lainnya.


Ketentuan zakat perhiasan bisa dilihat di bawah ini:

 Nisab emas - 20 dinar emas (setara 85 gram)


 Nisab perak - 595 gram
 Haul 1 tahun (Perhiasan sudah melampaui masa kepemilikan selama satu
tahun)

a) Syarat Emas dan Perak yang Wajib Dizakati


Setelah mengetahui tentang kewajiban zakat emas dan perak, lalu selanjutnya kita
perlu mengetahui apa saja syarat emas dan perak yang wajib dizakati. Adapun
detailnya sebagai berikut :
1. Milik Sendiri, artinya kepemilikan atas emas dan perak tesrbut dimiliki secara
sempurna dan sah, bukan pinjaman atau milik orang lain.
2. Sampai Haulnya, artinya emas dan perak tersebut sudah tersimpan selama satu
tahun berjalan.
3. Sampai Nisabnya, artinya emas dan perak yang dimiliki sudah mencapai
batasnya untuk dikategorikan sebagai harta yang wajib dizakati. Untuk nisab
zakat emas sendiri sebesar 85 gram emas dan untuk perak sebesar 595 gram.

b) Nisab dan Cara Menghitung Zakat Emas dan Perak


Zakat emas wajib dikenakan zakat jika emas yang tersimpan telah mencapai atau
melebihi nisabnya yakni 85 gram (mengikuti harga Buy Back emas pada hari dimana
zakat akan ditunaikan), kadar zakat emas adalah 2,5%. Sementara itu, zakat perak
wajib ditunaikan jika perak yang dimiliki telah mencapai atau melebihi nisab sebesar
595 gram, kadar zakatnya ialah 2,5% dari perak yang dimiliki.

Berikut cara menghitung zakat emas/perak: 2,5% x Jumlah emas/perak yang


tersimpan selama 1 tahun

9
Contoh:
Bapak Fulan memiliki emas yang tersimpan sebanyak 100 gram (melebihi nisab),
emasnya sudah wajib untuk dizakatkan. Jika ingin menunaikan zakat emas dengan
uang, maka emas tersebut perlu di konversikan dulu nilainya dengan harga harga
emas saat hendak ingin menunaikan zakat, misalnya Rp.800.000,-/gram, maka 100
gram senilai Rp.80.000.000,-. Zakat emas yang perlu Bapak Fulan tunaikan adalah
2,5% x Rp.80.000.000,- = 2.000.000,-.

c) Zakat Emas
Emas yang dimiliki oleh seseorang yang tidak untuk dipakai dan telah mencapai
haul ( selama 1 Tahun ) dan nisabnya ( 85 gram ) maka wajib di keluarkan sebesar 2,5
%.

Perhitungan Zakat Emas : Seorang ibu memiliki emas sebanyak 200 gram. Maka
zakat yang harus dikeluarkannya adalah sebagai berikut 2,5% x 200 gram = 5 gram
Asumsi harga 1 gram emas = Rp. 80.000,- jadi zakatnya: 5 x Rp. 80.000,- = Rp.
400.000,-

d) Zakat Perak
Setiap muslim yang memiliki simpanan perak selama satu tahun dan mencapai
595 gram perak, maka wajib mengeluarkan zakat sebanyak 2,5 %

Perhitungan Zakat Perak : Ibu Aisyah memiliki perhiasan perak sebanyak 700
gram, yang biasa dipergunakan adalah sebanyak 40 gram.

Ketentuan zakatnya:
Jumlah perhiasan perak = 700 gram

Yang dipergunakan = 40 gram

Perak yang disimpan = 700 – 40 = 660 gram

Nisab zakat perak adalah = 595 gram

Cara menghitungnya adalah: 660 x 2,5% = 16,5 gram atau jika dinilai dengan
uang adalah sebagai berikut:

10
Jika harga 1 gram perak adalah Rp 100.000,- maka 660 gram perak = Rp
66.000.000,-, maka zakatnya adalah 66.000.000 x 2,5% = Rp1.650.000.- Jadi
zakatnya adalah 16,5 gram atau Rp1.650.000

D. Zakat Perdagangan
Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga, sedangkan harta
niaga adalah harta atau aset yang diperjualbelikan dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan. Dengan demikian maka dalam harta niaga harus ada 2 motivasi: Motivasi
untuk berbisnis (diperjualbelikan) dan motivasi mendapatkan keuntungan.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103).

Harta perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari asset lancar usaha dikurangi
hutang yang berjangka pendek (hutang yang jatuh tempo hanya satu tahun). Jika selisih
dari asset lancar dan hutang tersebut sudah mencapai nisab, maka wajib dibayarkan
zakatnya.

Nisab zakat perdagangan senilai 85 gram emas dengan tarif zakat sebesar 2,5%
dan sudah mencapai satu tahun (haul). Berikut cara menghitung zakat perdagangan: 2,5%
x (aset lancar – hutang jangka pendek)

Contoh:
Bapak A memiliki aset usaha senilai Rp200.000.000,- dengan hutang jangka
pendek senilai Rp50.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka
nishab zakat senilai Rp52.870.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib zakat atas
dagangnya. Zakat perdagangan yang perlu Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x
(Rp200.000.000,- - Rp50.000.000,-) = Rp3.750.000

a) Cara Menghitung Zakat Perdagangan


Menurut BAZNAS, zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta
niaga. Sedangkan harta niaga adalah harta atau aset yang diperjualbelikan dengan
maksud untuk mendapatkan keuntungan.

11
Harta perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari aset lancar usaha
dikurangi hutang yang berjangka pendek (hutang yang jatuh tempo hanya satu tahun).
Jika selisih dari aset lancar dan hutang tersebut sudah mencapai nisab, maka wajib
dibayarkan zakatnya.

Cara menghitung zakat perdagangan adalah 2,5% X (aset lancar - utang jangka
pendek). Misalnya, jika memiliki aset usaha Rp 200 juta dan utang jangka pendek Rp
50 juta, maka selisihnya sudah lebih dari nisab 85 gram emas yang setara uang Rp
52.870.000.

Oleh karena itu dihitunglah zakatnya menjadi 2,5% X (Rp 200 juta - Rp 50 juta) = Rp
3,75 juta.

b) Syarat Zakat Perdagangan


Setelah memahami nisab zakat perdagangan dan cara menghitungnya, perlu juga
dipahami syarat yang menetapkan suatu barang disebut sebagai barang perdagangan.
berikut syarat-syarat lengkapnya.

1. Barang dimiliki atas pilihan sendiri dengan cara yang mubah baik lewat jalan
cari untung (mu'awadhot) seperti jual beli dan sewa atau secara cuma-cuma
(tabaru'at) seperti hadiah dan wasiat.
2. Barang yang sejak awal dibeli diniatkan untuk diperdagangkan karena setiap
amalan tergantung niatnya. Dan tijaroh (perdagangan) termasuk amalan, maka
harus ada niat untuk didagangkan sebagaimana niatan dalam amalan lainnya
3. Barang bukan termasuk harta yang asalnya wajib dizakati seperti hewan
ternak, emas, dan perak. Sebab, tidak boleh ada dua wajib zakat dalam satu
harta berdasarkan kesepakatan para ulama
4. Nilai barang tersebut telah mencapai salah satu nisab zakat perdagangan yang
sama dengan 85 gram emas atau perak dan telah mencapai haul

Mengeluarkan zakat perdagangan saat telah mencapai nishab dan haul ini telah
dijelaskan dalam firman Allah SWT surat At Taubah ayat 103. Dalam surat tersebut
dijelaskan tujuan dari mengeluarkan zakat untuk membersihkan dan mensucikan harta
perniagaan yang dimiliki. Selain itu zakat perdagangan dikeluarkan demi menciptakan
kemaslahatan umum antara orang-orang fakir dan orang-orang yang mampu.

12
E. Rikaz
Zakat rikaz adalah emas dan perak ditanam atau ditemukan dari dalam perut bumi.
Apabila menemukan emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya 1/5 20%. Ada perbedaan
yang esensial antara hasil tambang dengan barang terpendam, dimana hasil tambang itu
merupakan bahan yang belum pernah diolah menjadi barang jadi. Sedangkan barang
terpendam, merupakan barang yang sudah perna diolah menjadi barang jadi, karena barang
terpendam itu merupakan barang yang sudah langsung dimanfaatkan setelah ditemukan,
maka hal ini sering disebut harta karun. Sedangkan yang termasuk barang tambang adalah
minyak tanah, gas, biji besi, biji nekel, biji emas perak dan sebagainya. Kesemuaanya ini
masih perlu diolah untuk diwujudkan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Sedangkan barang terpendam adalah barang yang sudah pernah digunakan oleh orang lain,
kalau disimpan dalam tanah atau jatuh didasar laut, jauh sebelum masah hidup orang-
orang menemukanya, misalnya perhiasan dari emas atau perak, mata uang dari emas atau
perak, piring dan guci yang terbuat dari bahan keramik dan sebagainya.3

a) Al-Luqatha Ash-Shaghirah (barang temuan yang kecil)


Mazhab Syafi’i berpendapat jika harta tersebut ditemukan, harta itu harus ditarif-
kan selama satu tahun. Setelah itu, boleh dimakan jika ian ingin memakanya, baik
orang kaya atau miskin, (dengan syarat) jika ia ingin memakanya. Jika pemilik harta
itu datang, maka bayarlah, dan jika ia meninggal dunia, maka hal itu menjadi utang
pada hartanya.

b) Luqathah Al-Kabirah (barang temuan yang besar)


Mazhab Syafi’i berpendapat jika seseorang menemukan barang temuan yang tidak
bernyawa, dapat di bawah dan dipindahkan, baik orang itu menemukan barang
tersebut sedikit atau banyak, maka ia harus diumumkan selama satu tahun di papan
pengumuman. Disebutkan kulitnya jika barang temuan tersebut binatang ternak, dan
jika perhiasan disebutkan jumlah dan beratnya, itu semua ditulis dan diinformasikan
kepada masyarakat. Jika pemiliknya datang maka harus dikembalikan dan jika tidak
datang, maka barang itu menjadi miliknya setelah lewat satu tahun dengan ketentuan
jika pemiliknya datang, maka harus diberikan kepadanya. Jika pemiliknya tidak
datang, maka harta itu menjadi miliknya, dan jika yang menemukan barang temuan
itu mengenal barang tersebut ia mengenali tutup kulitnya, tali pengikatnya, jumlah

3
Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), hlm. 274.

13
atau beratnya ia boleh menyerahkan kepada pemiliknya, dan jika orang yang
dikenalnya itu tidak bersaksi, maka hal itu batal. Barang temuan itu sedikit atau
banyak adalah sama, tidak boleh untuk dimakan kecuali setelah genap satu tahun. Jika
seseorang menjual barang temuan kepada orang lain sebelum genap satu tahun,
kemudian pemilik barang itu datang, maka hendaknya ia membatalkan penjualnya,
dan jika ia menjualnya setelah satu tahun, maka penjualannya itu sah.

Harta terpendam tidak terlepas dari lima keadaan yaitu :


1. Ditemukan di tanah tak bertuan seperti ini menjadi milik orang yang
menemukan, nantinya ia mengeluarkan zakat sebesar 20% dan sisanya 80
% Jadi miliknya.
2. Ditemukan di jalan atau negeri yang berpenduduk, diperintahkan untuk
mengumumkannya sebagaimana barang temuan (luqothah). Jika datang
pemiliknya, maka itu jadi miliknya, jika tidak, maka menjadi milik orang
yang menemukan.
3. Ditemukan di tanah milik orang lain. Ada tiga pendapat dalam masalah ini:
 Abu Hanifah dan Muhammad bin Al-Hasan berpendapat, tetap jadi
milik si pemilik tanah.
 Imam Ahmad dan Abu Yusuf berpendapat, menjadi milik orang
yang menemukan. Mereka berpendapat bahwa yang namanya harta
terpendam bukanlah jadi milik punya tanah, namun menjadi milik
siapa saja yang menemukan.
 Dibedakan, yaitu jika pemilik tanah mengenal harta tersebut, maka
itu jadi miliknya. Jika si pemilik tanah dia mengenalnya, harta
tersebut menjadi milik si pemilik tanah pertama kali, demikian
dalam madzhab Syafi’i.
4. Ditemukan di tanah yang telah berpindah kepemilikan dengan jalan jual
beli atau semacamnya. Ada dua pendapat dalam masalah ini:
 Harta seperti ini menjadi milik yang menemukan di tanah miliknya
saat ini. Demikian pendapat Malik, Abu Hanifah dan pendapat
yang masyhur dari Imam Ahmad selama pemilik pertama tanah
tersebut tidak mengklaimnya.
 Harta tersebut menjadi milik pemilik tanah sebelumnya jika ia
mengenal harta tersebut, jika tidak dikenal, maka menjadi pemilik

14
tanah sebelumnya lagi, dan begitu seterusnya. Jika tidak di antara
pemilik tanah sebelumnya yang mengenalnya, maka perlakuannya
seperti luqothah (barang temuan).
5. Jika ditemukan di negeri kafir harbi (orang kafir yang boleh diperangi)
 Harta tersebut menjadi milik orang yang menemukan. Demikian
pendapat dalam madzhab Ahmad, mereka qiyaskan dengan harta
yang ditemukan di tanah tak bertuan.
 Jika harta tersebut dikenal oleh orang yang memiliki tanah tersebut
yaitu orang kafir harbi dan ia ngotot mempertahankannya, maka
status harta tersebut adalah ghonimah. Jika tidak dikenal dan tidak
ngotot dipertahankan, maka statusnya seperti rikaz (harta karun).
Demikian pendapat Malik, Abu Hanifah dan Syafi’i, masing-
masing mereka memiliki rincian dalam masalah ini.4
c) Nisab dan Haul Zakat Rikaz
Untuk menentukan kadar zakat rikaz, maka perlu dikemukakan beberapa macam
pendapat fuqaha yang membedakan kedua macam benda tersebut, sehingga ketentuan
zakatnya dibedakan. Imam Abu Hanifah dan beberapa fuqaha yang lain menyatakan
bahwa harta yang dikeluarkan dari perut bumi, pada dasarnya menjadi dua macam
jenis, yaitu harta Karun (Al-Kanzu) dan barang tambang (Al-Madin). Kata al-Kanzu
dimaksudkan sebagian barang yang disimpan orang-orang dahulu di perut bumi,
sedangkan kata Al-Ma’din dimaksudkan sebagai barang tambang yang secara alamiah
suda ada sejak diciptakannya bumi ini. pendapat ini pula mengatakan bahwa kedua
jenis tersebut dinamakan ar-Rikaz.

Imam Syafi’i dan Imam Malik mengatakan barang tambang (Al-Madin) tidak
termasuk barang peninggalan orang-orang dulu, ar-Rikaz termasuk harta Karun (al-
kanzu), karena kedua golongan pendapat ini berbeda, maka berbeda pula pendapatnya
dalam menetapkan ketentuan zakat kedua macam benda tersebut. Tetapi ada juga
pendapat fuqaha yang membedakan ketentuan zakatnya berdasarkan perbedaan
kesulitan memperolehnya, misalnya mereka menetapkan barang yang terpendam
ditentukan kadarnya 20% (Al-Khumus), karena tidak terlalu banyak usaha
memperosesnya dibandingkan dengan barang tambang. Maka barang tambang yang

4
Muhammad Ali Daud dan Daud Habibah Lembaga-lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja
Grapindo Persada, 1995), hlm. 278.

15
begitu menyerap tenaga yang banyak dalam memperosesnya, sehingga ditetapkan
kadar zakatnya hanya 25% (Rubu’ul Usyri).

Mengenai ketentuan nisabnya, maka terjadi lagi perbedaan pendapat para


fuqaha, misalnya:

1. Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa barang tambang dan harta


terpendam (harta karun) tidak ditentukan nisabnya, sehingga sekalipun
jumlahnya sedikit, tetapi dikeluarkan zakatnya 20% dan perolehan. Hal ini
di kemukakan oleh Asy-Sya’raaniy dalam kitab Al-Miizaanul Kubraa Juz
II, hlm 9.
2. Imam Malik, Imam Syafi’i, Ahmad bin Hanbal dan Imam Ishaq
mengatakan bahwa nisab kedua macam benda itu diqiaskan kepada nisab
emas, yaitu 20 misqal emas murni

F. Zakat Fitrah
Dalam memberikan definisi mengenai zakat fitrah di sana terdapat dua kata yaitu,
zakat dan fitrah. Zakat secara bahasa ialah berkah, tumbuh berkembang, suci bersih, baik
dan terpuji. Sedangkan fitrah sendiri ialah kejadian asli, perangai dan membuka puasa.
Sedangkan secara etimologi terdapat banyak pendapat ulama di antaranya, Menurut Yusuf
Qardawi, zakat fitrah adalah zakat yang sebab diwajibkannya berbuka pada bulan
Ramadan.5

Sedangkan menurut Ahmad Shar Bashi, zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan
oleh orang Islam di akhir bulan Ramadan.6 Ibnu Qutaibah memberikan penjelasan juga
mengenai zakat fitrah ini yaitu, zakat jiwa yang diambil dari lafal fit}rah yang berarti asal
kejadian.7 Selanjutnya zakat fitrah juga dapat di sebut zakat puasa atau zakat yangsebab
diwajibkanya adalah futhur (berbuka puasa) pada bulan Ramadhan.Dan uga bisa di sebut
zakat badan karena berfungsi untuk mensucikan diri Zakat fitrah atau dikenal dengan
sebutan zakat badan, zakat ruus atau shodaqoh fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan
bagi setiap muslim yang mampu, sebab menemui sebagian bulan Ramadhan dan bulan
Sywwal.

5
Qardawi, Fiqih Zakat jilid 3 (Beirut: Dar al-Qalam , t.t.) , 917.
6
Ahmad Shar Bashi, Yas alunaka fi al-din wal Hayat , (Beirut: Dar al-Jil. 1980), 163.
7
Moh. Bin Abd al-Aziz bin Yusuf Al-Zarqani, Sharh Zarqani a’la Muwatta’ Imam Malik, (Qahirah:
dar al-Hadith, t.t), 19.

16
Zakat fitrah khusus disyari‟ahkan kepada umat Muhammad, dan mulai diwajibkan
pada dua hari menjelang hari idul fitri pada tahun kedua Hijriah. Mengeluarkan zakat
fitrah hukumnya wajib bagi setiap orang yang telah menetapi syarat wajibnya. Dalam
hadist riwayat Bukhori Muslim diriwayatkan : “Dari Ibnu Umar RA. ia berkata ,
Rosululloh SAW mewajibkan zakat fitrah satu sho‟ dari kurma atau satu sho‟dari
gandum, atas hamba dan orang merdeka, laki-laki dan perempuan, yang kecil dan yang
besar dari kaum muslimin. Dan Rosul memerintahkan supaya diberikan sebelum orang
oran keluar untuk sholat”

a) Syarat wajib zakat fitrah


Seseorang wajib mengeluarkan zakat fitrah, baik untuk dirinya sendiri ataupun
untuk orang orang yang ditanggung nafkahnya, dengan syarat sebagai berikut :
1. Islam
2. Merdeka (bukan budak/hamba sahaya)
3. mempunyai makanan, harta atau nilai uang “yang lebih” dari yang diperlukan
pada malam dan siangnya hari raya.

Lebih jauh, “devinisi lebih” dalam zakat fitrah diartikan menpunyai kelebihan
makan atau materi dari yang diperlukan pada malam dan siangnya hari Idul Fitri. Baik
untuk keperluan diri sendiri ataupun orang oaring yang wajib dinafkahi. Oleh sebab
itu, standar tidak lebih mencangkup harta yang menjadi kebutuhan pokok, seperti
tempat tinggal yang layak (tidak berlebihan), pakaian, alat rumah tangga dan lain-lain.
Artinya, apabila saat waktu wajib fitrah tidak mempunyai kelebihan makanan/materi,
maka tidak wajib menjual harta pokok guna untuk membayar zakat fitrah. Dalam
kitab As Syarqowi diterangkan, apabila pada hari raya idul fitri tidak mempunyai
kelebihan, maka tidak wajib zakat walaupun (yakin) keesokan harinya punya
kelebihan, namun sunnah untuk hutang guna untuk fitrah.

Bagi orang yang tidak menetapi persyaratan diatas, tidak diwajibkan


mengeluarkan zakat fitrah. Sedangkan syarat wajib bagi orang dizakati adalah :
1. Islam
2. Menemui waktu wajib mengeluarkan zakat fitrah, yaitu menemui sebagian
bulan Ramadhan dan bulan Syawal.

17
b) Mekanisme dan kadarnya zakat fitrah
Salah satu dari hikmah syari‟ah zakat fitrah adalah berbagai kebahagian
dengan orang-orang yang kurang mampu pada hari yang berbahagia (hari raya),
dengan memberikan barang yang diperlukan dalam hidup, yaitu hari raya Idul Fitri.
Oleh sebab itu, barang yang digunakan sebagai zakat fitrah distandartkan dengan
makanan yang dominan dalam masyarakat pada masa itu. Diantara syarat syarat
benda yang digunakan sebagai zakat fitrah adalah :

1. Berupa bahan makanan


Menurut madzab Syafi‟i, benda yang digunakan sebagai zakat fitrah harus
berupa makanan (bukan uang) yang pada waktu itu (tahun/hari raya) dijadikan
sebagai makanan pokok oleh mayoritas orang dalam daerah tersebut. Apabila
terdanpat beberapa makanan pokok yang terlaku, maka boleh menggunakan
salah satu dari jenis makana tersebut. Dan diperbolehkan menggunakan jenis
makanan yang paling banyak mengandung kadar kekuatan (paling
mengenyangkan). Seperti mengeluarkan zakat fitrah berupa gandum atau
jagung untuk daerah yang terbiasa mengkonsumsi beras /padi, tidak
sebaliknya. Sebab gandum atau jagung itu lebih mengenyangkan dari pada
beras/padi.

2. Sejenis (tidak campuran)


Bahan makanan yang digunakan zakat fitrah harus sejenis, tidak
campuran. Misalnya, jenis beras, jenis gandum, jenis jagung, dan lain lain.
Oleh sebab itu, tidak boleh menggunakan makanan pokok campuran, seperti
beras campur jagung, beras campur gandum dan lain lain.

3. Dikeluarkan ditempat orang yang dizakati


Apabila tempat dan standart makanan pokok dari orang yang dizakati dan
orag yang menzakati berbeda, maka jenis makanan pokok yang digunakan
zakat dan tempat memberikannya disesuaikan dengan daerahnya yang
dizakati.

Misalnya :Seorang ayah yang berada didaerah Kediri dengan makanan pokok
beras, menzakati anaknya yang berada di Madura dengan makanan pokok
jagung. Maka makanan pokok yang digunakan untuk zakat adalah jagung, dan
diberikan pada golongan penerima zakat didaerah Madura.

18
4. Satu sho‟ untuk setiap satu orang
Satu sho‟ menurut imam Nawawi adalah :

 Satu sho‟ gandum = 1.862,18 gr


 Satu sho‟ beras putih = 2.719,1933 gr
 Satu sho‟ gabah = 2.205,22 gr
 Satu sho‟ kacang hijau = 2.600,12 gr
 Satu sho‟ kacang tunggak = 2.522,3232 gr

Apabila makanan /harta “yang lebih” jumlahnya kurang dari satu sho‟, maka
wajib dikeluarkan sebagai zakat fitrah. Dan hukumnya tetap sah, walaupun kurang
dari satu sho‟. Sedangkan seseorang yang mempunyai kewajiban menzakat fitrahi
satu keluarga, namun makanan /harta yang lebih hanya beberapa sho‟ (tidak
mencukupi untuk semua keluarga), maka metode pentasarufannya adalah sesuai
urutan berikut ini :

 Atas nama dirinya sendiri / orang yang mengeluarkan zakat


 Atas nama anaknya yang masih kecil.
 Atas nama ayahnya
 Atas nama ibunya
 Atas nama anaknya yang sudah besar dan dalam kondisi tidak mampu.
 Atas nama budaknya.
c) Waktu mengeluarkan zakat fitrah
Orang yang menemui (masih hidup) disebagian bulan Romadhon dan bulan
Syawal wajib mengeluarkan zakat fitrah (untuk dirinya sendiri) atau dizakat fitrahi
oleh orang yang berkewajiban menanggung nafkahnya atau oleh orang lain dengan
seidzin orang yang dizakati.

Waktu mengeluarkan / memberikan zakat fitrah terbagi menjadi 5, yaitu :


1. Waktu jawaz
Yaitu, mulai awal bualan Romadhon sampai awal bulan Syawwal (waktu
wajib). Artinya, zakat fitrah boleh diberikan sejak memasuki bulan
Romadhon, bukan waktu sebelum Romadhan.

2. Waktu wajib

19
Yaitu, sejak akhir Romadhon (menemui sebagian bulan Romadhon)
sampai 1 syawal (menemui sebagian bulan Syawal). Oleh sebab itu, orang
yang meninggal setelah maghribnya 1 Syawal wajib dizakati, sedangkan bayi
yang lahir setelah maghribnya 1 Syawal tidak wajib dizakati.

3. Waktu sunnah
Yaitu, setelah fajar dan sebelum sholat hari raya idul fitri 1 Syawal.

4. Waktu makruh
Yaitu, setelah sholat hari raya idul fitri sampai tenggelamnya matahari
pada tanggal satu Syawal. Mengeluarkan zakat setelah sholat hari raya idul
fitri hukumnya makruh, apabila tidak ada „udzur. Oleh sebab itu, apabila
pengakhiran tersebut karena „udzur, seperti menanti kerabat atau orang yang
lebih membutuhkan, maka hukumya tidak makruh.

5. Waktu haram
Yaitu, setelah tenggelamnya matahari pada tanggal 1 Syawal.
Mengakhirkan zakat fitrah sehingga keluar dari 1 Syawal hukumnya haram
apabila tanpa „udzur. Jika pengahiran karena „udzur, seperti menunggu
hartanya yang tidak ada ditempat, atau menunggu orang yang berhak
menerima zakat, maka hukumnya tidak haram. Sedangkan status dari zakat
fitrah yang dikeluarkan setelah 1 Syawal adalah qodlo.

d) Zakat fitrah dengan uang


Menurut ulama Syafi´iyyah (begitu juga menurut Imam Maliki dan Imam
Hambali) zakat fitrah harus berupa bahan makanan yang layak dikonsumsi dan masih
baik. Tidak sah mengeluarkan zakat fitrah dengan uang senilai harga bahan makanan
yang digunakan untuk zakat fitrah, atau dengan makanan / bahan makanan yang tidak
layak, misalnya bahan makanan yang ada ulatnya atau basah sehingga tidak layak
untuk disimpan.

Imam An Nawawi menukil dalam Syarah Muslim bahwa seluruh Ulama‟ kecuali
Abu Hanifah sepakat tidak membolehkan zakat fitrah yang dibayarkan dengan uang,
dan pendapat inilah yang rajih (kuat) berdasarkan :

1. Hadits tentang zakat fitrah menunjukkan bahwa Rasulullah SAW


mensyariatkan zakat fitrah untuk ditunaikan dalam bentu bahan makanan.

20
2. Amalan Rasulullah SAW dan sahabatNya menunjukkan bahwa mereka selalu
menunaikan zakat fitrah berupa bahan makanan, padahal di masaNya pun
telah beredar uang dinar dan dirham. Namun Beliau dan para sahabatNya tetap
menunaikan zakat fitrah dengan bahan makanan, tidak dengan dinar atau
dirham.

Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah, zakat fitrah boleh dirupakan bahan
makanan atau uang, karena zakat fitrah merupakan haknya faqir miskin, jadi
dirupakan bahan makanan atau uang sama-sama dapat menutupi kebutuhan mereka.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat merupakan salah satu dari lima rukun islam. Kefardluannya berdasarkan
nash Al Qur‟an maupun Al Hadist. Pengingkaran terhadap syariah zakat merupakan dosa
besar, yang bahkan bisa mengarahkan pada tingkatan kufur. Kalimat zakat disebut
berulang kali dalam Al Quran, bahkan hampir setiap ayat al Quran yang menyebutkan
dirikanlah sholat maka akan diikuti dan bayarlah zakat (aqimussholah wa aatuzzakah). Hal
ini menunjukan betapa sangat pentingnya syari‟ah zakat, sebagaimana pentingnya
syari‟ah sholat. Baik dilihat dari sisi kepatuhan seorang mahkluk pada kholiqnya, maupun
jiwa sosial sebagai sesama mahkluk.

Dalam Al-Qur´an hanya disebutkan secara eksplisit tujuh jenis harta benda yang
wajib dizakati (nishab) dan jatuh tempo zakatnya, yakni: emas, perak hasil tanaman dan
buah-buahan barang dagangan, ternak hasil tambang, dan barang temuan (rikaz)

B. Saran
Sekian hasil dari makalah kami dalam mata kuliah Fikih Zakat dan Waqaf semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan Saya sebagai penulis sangat menerima
bentuk pemikiran dari teman-teman baik itu berbentuk kritik maupun saran yang pastinya
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah kami ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. S. (2017). Zakat Ketentuan dan pengelolaannya. Bogor: CV.Anugrahberkah


Sentosa.

Bagas, L. M. (1997). Fiqih Zakat. Sari Penting Fiqih Zakat Dr.Yusuf Al-Qaradhway, 11-12.

Indonesia, T. P. (2018). Fiqih Zakat Kontekstual. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional.

Sarwati, A. (2011). Seri Kehidupan 4 Zakat. Jakarta Selatan : DU PUBLISHING.

23

Anda mungkin juga menyukai