Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FIQIH ZISWAF

ZAKAT BINATANG TERNAK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Fiqih Ziswaf


Dosen pengampu: Usfiyatul Marfu’ah M.S.I

Disusun Oleh:
Septika Rahmawati (2201036087)
Hikmatiar Abdullah (2201036112)
Muhammad Syauqi Muhibbi (2201036118)

MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
202

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat merupakan Sebuah ajaran Islam yang menjadi kewajiban bagi


seseorang untuk menyalurkan sebagian harta atau pendapatannya berdasarkan
aturan dan perhitungan yang telah ditetapkan kepada beberapa golongan tertentu
sesuai dengan aturan Islam, zakat juga termasuk pilar ketiga setelah syahadat dan
sholat dari lima pilar Rukun Islam dan merupakan ibadah untuk meningkatkan
ketaatan kepada Allah SWT. Zakat juga merupakan salah satu upaya yang
dilakukan seorang Muslim untuk mencapai keadilan sosial, mengurangi
ketidakstaraan dan memastikan bahwa kebutuhan dasar orang-orang yang
kekurangan terpenuhi, zakat juga berperan penting Dalam mempererat Ukhuwah
Islamiyah. Zakat secara umum dibedakan menjadi dua jenis, zakat fitrah dan zakat
mal, zakat mal atau zakat harta terdapat beberapa jenis yang diantaranya adalah
zakat Binatang ternak karena zakat jenis ini menjadi perhatian khusus karena
menghubungkan antara kekayaan seseorang dengan kewajiban sosial.

Zakat Binatang ternak adalah salah satu jenis zakat yang berkaitan dengan
binatang ternak seperti sapi, kambing, dan unta. Kewajiban ini bukan hanya
memiliki akar ajaran Islam, melainkan menggambarkan nilai keadilan, ukhuwah,
dan kepedulian sosial dalam isla. Dengan makalah ini kami akan mengkaji
berbagai aspek zakat binatang ternak, mulai dari nishab, jenis hewan ternak yang
dikenai zakat, hingga besaran zakat yang harus dikeluarkan. Selain itu juga akan
kami kaji mengenaitujuan dan implikasi sosial dari pembayaran zakat binatang
ternak dalam masyarakat Muslim.

Dengan memahami prinsip-prinsip dasar zakat binatang ternak, diharapkan


makalah ini dapat memberikan wawasanyang lebih luas tentang praktik

2
keagamaan ini, dan menyadarkan betapa pentingnya berbagi dan peduli terhadap
sesama umat Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep zakat biatang ternak dalam islam, dan apa peran serta
pentingnya dalam praktik keagamaan Muslim?
2. Apa saja hewan ternak yang dikenai zakat, dan bagaimana aturan zakat
berbeda untuk masing-masing jenis hewan tersebut?
3. Bagaimana menghitung nishab (ambang batas) untuk zakat binatang ternak,
dan mengapa nishab tersebut penting dalam menentukan kewajiban zakat?
4. Apa besaran zakat yang harus dikeluarkan untuk hewan ternak, dan kriteria
yang digunakan dalam perhitungannya?
5. Bagaimana waktu pembayaran zakat binatang ternak dalam islam, dan
apakah ada perbedaan antara mazhab-mazhab dalam hal ini?
6. Apa tujuan zakat binatang ternak dalam islam, dan bagaimana dampak
sosialnya dalam masyarakat muslim?
7. Apa hukum dan sanksi yang berlaku jika seseorang tidak memenuhi
kewajiban zakat binatang ternak dalam islam?

3
PEMBAHASAN

1. Pengertian Zakat Binatang Ternak


Zakat adalah kewajiban seseorang untuk menyalurkn sebagian hartanya
apabila telah mencapai nisab yang telah ditentukan. Kewajiban ini tidak
bergantung pada kemampuan seseorang untuk menunaikan atau tidak, karena
kemampuan ini adalah syarat untuk membayar zakat. Binatang ternak yang
dimaksud antara lain sapi betina termasuk juga kerbau, dan kambing dengan
berbagai jenis.[1] para ulama sepakat dalam menetapkan wajib zakat terhadap
binatang-binatang tersebut. Namun terjadi perselisihan tentangbinatang yang
bagaimana yang dikenakan wajib zakat. Mereka semua menyepakati bahwa
unta, kerbau, kambing, dan biri-biri.[2] Dikenakan wajib zakat. Kemudian
kebanyakan ulama menetapkan, bahwa binatang-binatang tesebut dikenakan
wajib zakat jika binatang-binatang tersebut mencari makan sendiri dengan
pengembalaan. Namun jika diberi makan oleh pemiliknya atau pekerjanya
tidaak ada zakat terhadapnya. Menurut Imam Abu Hanifah, Imam As-Syafi’i,
dan Imam Ahmad.[3]
Hewan ternak akan wajib dikeluarkan zakat setelah memenuhi
persayratan tertentu, berikutlah syarat-syaratnya:[3]
a. Sampai nisab, yaitu mencapai kuantitas tertentu hukum syaria’. Nisab
untuk 5 ekor, kambing/domba 40 ekor, dan lain-lain.[4]
b. Telah dimiliki selama 1 tahun, syarat ini sesuai dengan yang berlaku pada
zaman Nabi Muhammad saw. dan masa khulafaur-rasyidin. Hal ini
merupakan ijma’. Menghitung masa satu tahun anak-anak berdasarkan
masa satu tahun induknya.
c. Digembalakan, maksudnya yaitu sengaja dirawat sepanjang tahun untuk
diambil susu, daging dan diambil hasil perkembangbiakannya. Ternak
gembalaan ialah ternak yang mendapat makan dari lapangan
pengembalaan, atau padang rumput liar.
d. Tidak digunakan untuk keperluan pribadi dan tidak dipekerjakan, seperti
untuk mengaliri tanaman, membajak, alat transportasi.
Kewajiban tersebut jatuh salah satunya bila jumlahnya telah mencapai
nishab atau batas minumum wajib zakat.
2. Nishab dan Jenis Binatang Ternak
Nishab (ambang batasan merupakan jumlah minimum hewan ternak yang
wajib dipunyai oleh seseorang Muslim saat sebelum zakat ternak jadi harus
Nishab ini berperan selaku indikator kalau owner hewan ternak tersebut
mempunyai kekayaan yang lumayan buat membayar zakat. Nishab ini bisa
bermacam-macam bergantung pada tipe hewan ternak yang dipunyai serta
ketentuan yang diiringi semacam mazhab ataupun pemikiran ulama yang
berbeda dalam Islam.
Sebagian poin berarti terpaut nishab dalam konteks zakat fauna ternak
merupakan selaku berikut:
1. Varian Nishab: Nishab buat zakat fauna ternak bisa berbeda-beda
bergantung pada tipe hewan serta mazhab Islam yang diiringi Misalnya,
nishab buat sapi dapat berbeda dengan nishab buat kambing ataupun unta.
Ini berarti kalau owner hewan ternak butuh mengenali nishab yang
berlaku cocok dengan tipe hewan yang mereka miliki.
2. Jumlah Minimum Hewan: Nishab pula dapat dinyatakan dalam jumlah
minimum hewan yang wajib dipunyai oleh seorang Misalnya, nishab buat
sapi dapat dinyatakan dalam wujud jumlah minimum sapi yang wajib
dipunyai saat sebelum zakat jadi wajib[5]
3. Perhitungan Nishab: Nishab tidak cuma berkaitan dengan jumlah hewan,
namun pula dapat berkaitan dengan nilai ekonomi. Ini berarti owner
hewan ternak butuh menghitung total nilai ekonomi dari hewan-hewan
mereka buat memastikan apakah nishab sudah tercapai.
4. Lama Kepemilikan: Nishab umumnya berhubungan dengan lamanya
kepemilikan hewan ternak. Selaku contoh, nishab buat zakat fauna ternak
sapi bisa jadi berbeda antara owner yang baru saja membeli sapi serta
owner yang telah mempunyai sapi sepanjang sebagian waktu.[6]
5. Penentuan Nishab: Penentuan nishab merupakan langkah dini dalam
memastikan apakah seorang wajib membayar zakat fauna ternak ataupun
tidak. Bila nishab sudah tercapai, hingga owner hewan ternak tersebut
berkewajiban buat membayar zakat cocok dengan ketentuan yang berlaku.

Dalam Islam, zakat ternak dikenai pada sebagian tipe hewan ternak utama,
semacam sapi, kambing, unta, serta domba. Peraturan zakat buat masing-
masing tipe hewan ternak bisa berbeda, tercantum nishab (ambang batasan
besaran zakat, serta ketentuan waktu pembayaran. Berikut merupakan
perbandingan peraturan zakat buat sebagian tipe hewan ternak yang universal

1. Zakat Sapi, kerbau dan kuda


- Nishab: Nishab zakat sapi merupakan 30 ekor. Maksudnya bila
seorang mempunyai 30 ekor sapi ataupun lebih, maka pemiliknya
wajib membayar zakat binatang ternak.
- Besaran Zakat:[7]
N Jumlah Ternak
O (ekor) Kadar Zakat
1 30-39 1 ekor sapi jantan/betina tabi’ (a)
2 40-59 1 ekor sapi betina musinnah (b)
3 60-69 2 ekor sapi tabi’
4 70-79 1 ekor sapi musinnah dan 1 ekor tabi’
5 80-89 2 ekor sapi musinnah
Keterangan:
(a) Sapi berumur 1 tahun, masuk tahun ke-2.
(b) Sapi berumur 2 tahun, masuk tahun ke-3.
Selanjutnya setiap jumlahnya bertambah 30 ekor, zakatnya
bertambah 1 ekor tabi’ dan setiap bertambah 40 ekor, zakatnya
bertambah 1 musinnah.
- Waktu Pembayaran: Zakat sapi umumnya dibayarkan tiap tahun.
2. Zakat Kambing ataupun Domba:
- Nishab: Nishab zakat kambing ataupun domba biasanya merupakan 40
ekor. Maksudnya bila seorang mempunyai 40 ekor kambing ataupun
domba ataupun lebih, hingga zakat kambing ataupun domba jadi
harus.
- Besaran Zakat: [8]
N Jumlah Ternak
O (ekor) Kadar Zakat
1 40-120 1 ekor kambing (2th) atau domba (1th)
2 121-200 2 ekor kambing / domba (2-3 th)
3 201-300 3 ekor kambing / domba

Selanjutnya,, setiap jumlahnya bertambah 100 ekor maka zakatnya


bertambah 1 ekor (domba / manbing betina).
- Waktu Pembayaran: Zakat kambing ataupun domba umumnya
dibayarkan tiap tahun.
3. Zakat Unta:
- Nishab: Nishab zakat unta berbeda-beda bersumber pada umur serta
tipe unta. Unta jantan serta betina mempunyai nishab yang berbeda.
Misalnya, nishab buat unta betina merupakan 5 ekor, sebaliknya
nishab buat unta jantan berusia 2 tahun ataupun lebih merupakan 5
ekor.
- Besaran Zakat:[9]
N Jumlah Ternak
O (ekor) Kadar Zakat
1 5-9 1 ekor kambing / domba (a)
2 10-14 2 ekor kambing / domba
3 15-19 3 ekor kambing / domba
4 20-24 4 ekor kambing / domba
5 25-35 1 ekor unta bintu makhad (b)
6 36-45 1 ekor unta labun (c)
7 46-60 1 ekor unta hiqah (d)
8 61-75 1 ekor unta jadz’ah (e)
9 76-90 2 ekor unta labun
10 91-120 2 ekor unta hiqah
Keterangan:
(a) Kambing betina umur 2 tahun atau lebih, atau domba berumur 1
tahun atau lebih
(b) Unta betina umur 1 tahun, masuk tahun ke-2
(c) Unta betina umur 2 tahun, masuk tahun ke-3
(d) Unta betina umur 3 tahun, masuk tahun ke-4
(e) Unta betina umur 4 tahun, masuk tahun ke-5
Selanjutnya, setiap jumlahnya bertambah 40 ekor maka zakatnya
bertambah 1 ekor bintu labun, dan setiap bertambah 50 ekor, zakatnya
bertambah 1 ekor hiqah.
- Waktu Pembayaran: Zakat unta dapat dibayarkan tiap tahun.

4. Zakat Unggas (Ayam, Bebek, Burung, dan Lain-Lain) dan Perikanan


- Nishab zakat pada peternakan unggas dan perikanan yang tidak
ditetapkan berdasarkan jumlah (ekor) seperti sapi, kambing, domba,
dan biri-biri, tetapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab zakat
ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 85 gram emas maka
berkewajiban mengeluarkan zakat sebesar 2,5 %. Artinya, jika
beternak unggas dan ikan, lalu setelah satu tahun hasilnya mencapai
angka yang setara dengan 85 gram emas murni (24 karat), maka wajib
dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5 %. Usaha tersebut juga dapat
digolongkan ke dalam zakat perniagaan.[10]
3. Tujuan dan Manfaat Zakat Ternak
Menurut pendapat dari Umar bin Khatab yang memahami benar tujuan
utama kewajiban zakat, yakni mencegah menumpuknya harta di bawah
kekuasaan sekelompok kecil. Oleh sebab itu, agar distribusi kekayaan di
kalangan umat dapat berjalan secara adil dan merata, zakat harus diambil dari
orang kaya untuk dibagikan kepada orang miskin. Untuk mencapai tujuan ini,
dia membuat berbagai kebijaksanaan dengan menambah jenis barang yang
wajib dizakati bila dirasa perlu dan menghilangkannya jika dianggap sudah
tidak relevan bagi struktur perpajakan pada waktu itu.[11]
Zakat hewan ternak merupakan salah satu bentuk zakat produktif yang
diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan umat serta membantu mereka
yang membutuhkan.[12]
Manfaat dan tujuan zakat bagi muzakki atau orang yang mengeluarkan
zakat adalah sebagai perwujudan keimanan kepada Allah Swt, mensyukuri
nikmat-Nya, menumbuhkan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan
sifat kikir, rakus dan matrealis. Sedangkan fungsi zakat bagi mustahiq atau
orang yang menerima zakat adalah menolong dan membantu kearah
kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera sehingga mampu meningkatkan
kualitas ibadah kepada Allah Swt, terhindar dari kekufuran dan
menghilangkan sifat iri dengki dan hasut.
Secara umum, baik muzakki maupun mustahiq nemiliki manfaat zakat
yang sangat mulia. Disatu sisi, adalah perwujudan sebagai makhluk sosial
yang saling kebergantungan satu sama lain.[13]
Keberkahan Zakat Hewan Ternak dalam Berbisnis Ternak Mengeluark
an zakat hewan ternak dalam berbisnis ternak dapat membawa berbagai keber
kahan dan manfaat. Pertama, zakat hewan ternak menjadi bentuk ibadah yang
menjadikan bisnis ternak sebagai aktivitas yang diberkahi dan mendapatkan p
ahala dari Allah SWT. Kedua, zakat hewan ternak membantu dalam menyucik
an harta yang digunakan dalam berbisnis, sehingga bisnis ternak menjadi berk
ah dan barokah. Ketiga, zakat hewan ternak memperkuat ikatan sosial dan soli
daritas sosial antara peternak dan masyarakat, karena zakat tersebut dikeluark
an untuk membantu mereka yang membutuhkan.[14]

Ternak dan usaha peternakan sebagai sumber zakat yang potensial di i


ndonesia. Daging, telur dan susu merupakan sumber protein hewani yang sang
at dibutuhkan manusia untuk kesehatan. Dalam hal ini zakat ternak dapat berk
ontribusi pada Pembangunan sosial khususnya pada bidang pemerintahan. Kar
ena Pemerintah meluncurkan Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah di sel
a-sela gelaran World Islamic Economic Forum (WIEF) Ke-12 yang dihelat di
Jakarta Convention Centre (JCC), 2 Agustus 2016. Masterplan Arsitektur Keu
angan Syariah Indonesia ini sudah dirancang dalam empat tahun terakhir oleh
Bappenas dengan berkoordinasi berbagai pihak dalam pengembangan masterp
lan yang komprehensif. Masterplan itu berisikan kebijakan dan rencana tindak,
mulai dari pembangunan infrastruktur untuk memberikan kemudahan akses d
an mobilitas sumber daya keuangan yang diperlukan, termasuk dukungan fisk
al dan moneter serta peningkatan kapasitas dalam penggunaan ilmu pengetahu
an dan teknologi yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas produk serta da
ya saing. Selain itu masterplane tersebut berisi rencana aksi yang mencakup p
erluasan instrumen investasi syariah, mekanisme penguatan modal untuk meni
ngkatkan daya ungkit industri keuangan syariah dan perbaikan sistem pendidi
kan ekonomi serta keuangan syariah. Perbaikan sistem pendidikan ini untuk m
encetak sumber daya manusia yang mampu bersaing di pasar internasional sec
ara terbuka dan kompetitif, serta mencakup adanya penyusunan peta jalan e-d
agang syariah. Oleh karena itu pengumpulan zakat harus lebih maksimal, sehi
ngga potensi zakat dapat mendukung percepatan dan pengembangan Masterpl
ane tersebut.[15]

Pentingnya Zakat Hewan Ternak dalam Berbisnis Ternak Zakat hewan


ternak menjadi kewajiban agama dalam berbisnis ternak, karena selain menjal
ankan ajaran agama, zakat hewan ternak juga memiliki peran penting dalam m
eningkatkan kesejahteraan umat dan mewujudkan keadilan sosial.

4. Hukum dan Penyelewangan Zakat Ternak


Dasar hukum wajib zakat bagi binatang ternak berdasarkan Hadis Nabi yang
diriwayatkan oleh HR. Bukhari. Yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah
ternak yang telah dipelihara setahun ditempat penggembalaan dan tidak
diperjakakan sebagai tenaga pengangkutan dan sebagainya.
Pada masa pemerintahan Umar, zakat merupakan sumber pendapatan utama
negara Islam. Zakat dijadikan ukuran fiskal utama dalam rangka memecahkan
masalah ekonomi secara umum. Hukuman berat akan diberlakukan bagi orang
yang tidak mau membayar zakat, sehingga orang yang tidak mau membayar
zakat dapat didenda sebesar 50% dari jumlah kekayaannya sebagaimana
dinyatakan oleh Rasulullah sendiri, “Orang yang tidak mau membayar zakat,
akan saya ambil zakatnya dan setengah dari seluruh kekayaannya.” Inilah
salah satu keputusan yang sungguh diakui sebagai kepentingan dan kebenaran
oleh Umar. Pengakuan ini dapat dilihat jelas dari pendapatnya tentang
tindakan Abu Bakar yang amat tegas terhadap suku-suku yang tidak mau
membayar zakat.

Abu Bakar mengatakan,


“Demi Allah, akan saya perangi mereka yang membedakan antara
kewajiban ibadah dan kewajiban membayar zakat, karena zakat
berurusan dengan harta benda. Ya Allah, jika mereka menghindari
kewajiban mereka membayar zakat kepada saya, walau hanya seekor
anak kambing, yang seharusnya itu telah mereka bayar kepada
Rasulullah, saya akan perangi mereka, saya akan perangi mereka
karena penolakannya itu.”[16]
Contoh studi kasus penggunaan zakat ternak selain sapi, kambing dan unta:
Zakat hewan ternak yang telah disebutkan dalam Nash Al-Qur’an
maupun hadis adalah sapi, kambing dan unta. Tetapi sekarang terdapat zakat
dari peternakan ayam broiler. Maka Jenis hewan selain yang telah ditentukan
dalam nash seperti kambing, sapi dan unta,nishab dan kadar zakatnya
disesuaikandengan sapi, kijang dengan kambing. Adapun pemeliharaan ternak
seperti ayam sembelihan, burung dara atau puyuh untukkonsumsi telurnya
atau dagingnya, yang waktu panennya hanya beberapa bulan saja,
maka diperhitungkan sama dengan harta perdagangan. Berapa modal awal
tahun dan berapa jumlah modal dan laba pada akhir tahun, dikeluarkan
zakatnya 2,5%. Dalilnya masuk pada pengertian umum, ayat 267 surat al-
Baqarah, min thayyibaati maa kasabtum, artinya dari semua usaha yang baik.
Kasab dapat meliputi perdagangan yang berupa jual beli barang dan tidak ada
kemiripan dengan hewan-hewan yang telah disebutkan dalam nash.
Keputusan Muktamar Tarjih ke-20 di Garut tahun 1976 tentang zakat
hewan ternak selain kambing, sapi atau kerbau dan unta adalah jenis hewan ya
ng lain nishab dan kadar zakatnya disesuaikan dengan jenis terdekat di antara
tiga macam hewan tersebut di atas, atau dengan nilai harga darijenis terdekat d
i antara tiga macam hewan tersebut. Ternak tersebut apabila dperdagangkan at
au dijadikan suatu perusahaan, maka nishab dan kadar zakatnya adalah sama d
engan harta dagangan.
PENUTUP

Zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-Barakah (keberkahan), al-Nama’


(pertumbuhan dan perkembangan), al-Thaharah (kesucian), al-Shalah (baik) .Dengan
lain ungkapan, asbabul wurud adalah faktor-faktor yang melatar belakangi
munculnya suatu hadits. Sebagai salah satu disiplin ilmu dalam studi hadits asbabul
wurud mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam rangka untuk memahami
maksud suatu hadits secara lebih baik. Pemahaman yang mengabaikan asbabul
wurud, cenderung dapat terjebak kepada artitekstual saja dan bahkan dapat
membawa pemahaman yang keliru.
DAFTAR PUSTAKA
[1] D. Ekawat, “PENGERTIAN DAN SYARAT ZAKAT HEWAN TERNAK
(ZAKAT PETERNAKAN),” rumah zakat, 2022.
https://www.rumahzakat.org/id/pengertian-dan-syarat-zakat-hewan-ternak-
zakat-peternakan
[2] B. BANYUASIN, “Zakat Peternakan,” BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
KABUPATEN BANYUASIN, 2017. https://baznas.banyuasinkab.go.id/zakat-
peternakan/
[3] Q. Barkah, P. C. Azwari, Saprida, and Z. F. Umari, FIKIH ZAKAT,
SEDEKAH, DAN WAKAF, 1st ed. Jakarta: KENCANA, 2020.
[4] S. Admin, “ZAKAT HEWAN TERNAK,” LAZISMU, 2021.
https://lazismu.org/view/zakat-hewan-ternak
[5] A. Nurfajrina, “Berapa Minimal Nisab Zakat untuk Kambing dalam Islam?,”
detikHikmah, 2022. https://www.detik.com/hikmah/ziswaf/d-6467911/berapa-
minimal-nisab-zakat-untuk-kambing-dalam-islam
[6] S. Azizah, “Nishab dan Zakat Hewan Ternak yang Wajib di Tunaikan,”
BSIMASLAHAT, 2023. https://www.bsimaslahat.org/blog/nishab-dan-zakat-
hewan-ternak-yang-wajib-di-tunaikan/
[7] A. N. R. Al Aziiz, Ibadah Zakat. klaten: PT Campaka Putih, 2019.
[8] R. Faizin, “MENGETAHUI ZAKAT HEWAN TERNAK,” BAZNAS KOTA
YOGYAKARTA, 2023. https://baznas.jogjakota.go.id/detail/index/26769
[9] M. Khoiron, “Nishab Zakat Binatang Ternak dan Jumlah yang Wajib
Dikeluarkan,” nuonline, 2018. https://islam.nu.or.id/zakat/nishab-zakat-
binatang-ternak-dan-jumlah-yang-wajib-dikeluarkan-e8y9T
[10] Elsi Kartika Sari, Sudarmanto, Sumaryo, & Arita. (2007). Pengantar hukum

zakat dan wakaf. Jakarta: Grasindo.


[11] Munif, A. (2012). Analisis Pendapat Khalifah Umar Bin Khattab tentang Penundaan
Penarikan Zakat Binatang Ternak Kambing yang Telah Mencapai Nisab. Muqtasid:
Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, 3(2), 205-230.
[12] Apriliani, I. N. (2023). Analisis Zakat Hewan Ternak Dan Zakat Hewan Ternak Yang
Diperdagangkan. Eco-Iqtishodi: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Keuangan Syariah, 5(1),
35-46.
[13] Anwar, A. Z. (2012). Zakat dan Kesejahteraan Guru Agama di Pondok Pesantren dan
Madrasah Diniyah. Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, 9(2).
[14] R. Faizin, "MERAIH BERKAH DALAM BERBISNIS TERNAK DENGAN ZAKAT:
PERSPEKTIF DAN PRAKTIK ZAKAT HEWAN TERNAK," BAZNAS KOTA
YOGYAKARTA, 2023. https://baznas.jogjakota.go.id/detail/index/26877.
[15] Dudi, D., & Rahmat, D. (2018). Ternak Dan Usaha Peternakan Sebagai Sumber
Zakat Yang Potensial Di Indonesia. Jurnal Masyarakat dan Filantropi Islam, 1(1), 31-
37.
[16] Ashraf, Muhammad. t.t. Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar ibn al-Khatab. Jakarta:
Pustaka Firdaus.
[17] Abdain, A. (2015). Pengelolaan Zakat Perspektif Hukum Islam Kontemporer. DIKTUM:
Jurnal Syariah Dan Hukum, 13(1), 68-74.
[18] Yasin, A. A. (2022). Sedekah Wajibah dalam Zakat Hewan Ternak: Sebuah Tinjauan
Hadits tentang Zakat. Mutawasith: Jurnal Hukum Islam, 5(1), 40-53.
[19] Qut}b, Muhammad Ali. t.t. Al-Khulafau al-Rasyidun. Beirut: Manahil al
Ghurfan.
[20] Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos.

Anda mungkin juga menyukai