Anda di halaman 1dari 23

Kelompok 3 :

Amalia Gita Andini (175221120)


Dyah Agustiningrum (1752211)
Anggita Nur Arifah (175221150)
Kristiyana Meilina (175221152)
Zakat Perniagaan

 Perniagaan menurut istilah fiqih adalah


mentasharufkan (mengolah) harta dengan cara tukar
menukar untuk memperoleh laba dan disertai dengan
niat berdagang
pengertian
 Kegiatan ini tanpa diselingi dengan kegiatan industri-
produksi atau eksploitasi
 Jika terdapat suatu barang dijadikan sebagai obyek
kegiatan perniagaan maka kategori zakatnya adalah
zakat barang dagangan atau zakat perniagaan

Makna dari harta perdangan yakni berasal dari kata bahasa arab “Urudh”
yang merupakan bentuk jamak dari kata ‘aradh ( huruf ra’-nya di fathahkan)
yang artinya, harta dunia yang tidak kekal. Selain itu kata ini juga bisa
dipandang sebagai bentuk jamak dari kata ‘ardh (huruf ra’-nya disukunkan)
artinya, barang selain emas dan perak, baik berupa benda, rumah tempat
tinggal, jenis-jenis binatang, tanaman, pakaian, maupun barang yang lainnya
yang disediakan untuk diperdagangkan. Termasuk kategori ini menurut mazhab
Maliki ialah perhiasan yang diperdagangkan.
Sumber Hukum: QS Al-Baqarah: 267
 Artinya: “wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi
untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal
kamu sendiri tidak mau menggambilnya melainkan dengan memicingkan mata
(enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Mahaterpuji” (QS.
Al-Baqarah: 267).
Allah memerintahkan orang-orang kaya diantara mereka memberi orang-orang
miskin sebagian dari hasil usaha mereka itu menurut cara yang dilakukan ole
Rasulullah SAW.
 Landasan yang berupa sunnah Rasulullah:
 artinya : “dari Sumarah bin Jundub berkata : setelah itu sesungguhnya Rasulullah
SAW menyuruh kami mengeluarkan zakat dari barang-barang yang kami sediakan
untuk perniagaan.” (HR. Abu Dawud dan Baihaqi)
Jumhur ulama Islam menyatakan wajibya zakat barang perniagaan, tetapi tidak
dijumpai keterangan tegas dari kitab suci maupun sunnah nabi. Akan tetapi
dalam masalah ini terdapat beberapa riwayat yang saling menguatkan dengan
pertimbangan yang bersandarkan kepada nash bahwa barang-barang perniagaan
yang diedarkan demi meraih keuntungan adalah sama dengan uang, emas, ddan
perak dimana kewajiban zakatnya berdasarkan harga atau nilainya
 Syarat zakat perniagaan:
Para fuqaha mengajukan beberapa syarat wajib untuk zakat barang dagangan. Syarat-
syarat tersebut berjumlah 4 menurut mahzab Hanafi, 5 menurut mahzab Maliki, 6
menurut maahzab Syafi’i, dan hanya 2 menurut mahzab Hambali. Dari beberapa
pendapat tersebut 3 diantaranya disepakati yakni:

1) Nishab
2) Haul
Syarat Zakat Perniagaan lainnya: 3) Niat

 Barang tersebut dimiliki atas pilihan sendiri dengan cara


yang mubah
 Barang tersebut bukan termasuk harta yang asalnya wajib
dizakati seperti hewan ternak, emas, dan perak.
 Barang tersebut sejak awal dibeli diniatkan untuk
diperdagangkan karena setiap amalan tergantung
niatnya. Dan tijaroh (perdagangan) termasuk amalan,
maka harus ada niat untuk didagangkan sebagaimana
niatan dalam amalan lainnya.
 Perhitungan Zakat Perniagaan
 menurut jumhur ulama cara perhitungan zakat yang dikeluarkan dari barang dagangan
adalah berdasarkan pada harganya bukan barang dagannya karena Nisab harta perdagangan
diukur melalui hartanya.
 Sehingga pedagang hendaknya menghitung harga barang dagangan pada setiap akhir tahun
dan disesuaikan dengan harga barang ketika zakat dikeluarkan, bukan dengan harga
pembelian ketika barang tersebut diperoleh

Zakat yang wajib dikeluarkan dari harta perdagangan ialah seperempat puluh
(1/40) harga barang dagangan, jumlah zakat yang wajib dikeluarkan darinya
sama dengan zakat naqdayn (emas dan perak) yakni 2,5% atau jika mencapai
nisab setiap 200 dirham dibayarkan zakatnya sebesar 2,5%.
Para ulama sepakat bahwa hewan ternak yang termasuk bagian dari sumber zakat dan
wajib dikeluarkan zakatnya ada tiga jenis, yaitu unta, sapi, dan domba.

Hal ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Dzar :
“ Tiada seorang laki-laki yang mempunyai unta, lembu, atau kambing yang tidak
diberikan zakatnya, melainkan datanglah binantang-binatang itu pada hari kiamat dalam
keadaan lebih gemuk dan lebih besar dari masa di dinia, lalu ia menginjak-injaknya
dengan telapak-telapknya. Setiap selesai binatang-binatang itu melakukan hal itu, ia
kembali lagi melakukannya dan demikian terus menerus hingga Allah selesai
menghukum para manusia” Fakhruddin, Fikh dan Manajemen Zakat di Indonesia,(
Yogyakarta: SUKSES Offest, 2008), hlm. 100.
Hewan tersebut dipelihara

Memenuhi ketentuan jumlah nishabnya

Memenuhi masa satu tahun (haul) dalam “tangan” pemiliknya

Hewan ternak (unta, sapi, dan domba) tersebut jinak, bukan liar
Adapun diluar ketiga jenis hewan ternak tersebut, seperti kuda dan sebagainya terjadi perbedaan
penadapat dikalangan para ulama.
Menurut Abu Hanifah bahwa kuda termasuk bagian hewan yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Sedangkan menurut Imam Syafi’i dan Maliki kuda tidak dizakati kecuali kalau telah merupakan
barang dagangan.
Pendapat seperti ini juga dilontarkan oleh Sayyid Sabiq. Menurutnya, hewan ternak yang wajib
dikeluarkan zakatnya ada tiga, yaitu unta, sapi, dan domba.
Beliau juga mengutip pendapat Abu Hanifah dan
Ahmad dalam memberikan syarat-syarat bagi hewan
yang dikenai zakat tersebut, yaitu :

Hendaklah ternak itu


merupakan hewan yang
digembalakan, artinya
Berlangsung sampai
Sampai satu nishab makan rumput yang
satu tahun
tidak terlarang dalam
sebagian besar masa
setahun itu
Ketentuan Pembagian Zakat Unta

Nishab Unta Banyaknya zakat Keterangan :


Bintu makhad = unta 1 tahun
5 - 9 ekor 1 ekor kambing Bintu kabun = unta 2 tahun
Hiqqah = unta 3 tahun
10 – 14 ekor 2 ekor kambing Jadza’ah = unta 4 tahun
15 – 19 ekor 3 ekor kambing
Untuk lebih dari 120 ekor, yang
20 – 24 ekor 4 ekor kambing kelebihannya 50 ekor unta,
zakatnya 1 anak unta betina (umur
25 – 35 ekor 1 ekor bintu makhad 3 tahun lebih)
36 – 45 ekor 1 ekor bintu labun Untuk lebih dari 20 ekor, yang
46 – 60 ekor 1 ekor hiqqah kelebihannya 40 ekor, zakatnya 1
anak unta betina (umur 2 tahun
61 – 75 ekor 1 ekor jadza’ah lebih).

76 – 90 ekor 2 ekor bintu labun

91 – 120 ekor 2 ekor hiqqah


Ketentuan Pembagian Zakat Sapi

Nishab Sapi Banyaknya zakat Keterangan :


Tab’i atau tabi’ah = sapi jantan dan betina 1
30 – 39 ekor 1 tab’i atau tabi’ah tahun
Musinnah = sapi betina 2 tahun
40 – 59 ekor 1 musinnah
Selanjutnya setiap bertambah 30 ekor, maka
60 ekor 2 tab’i atau tabi’ah zakatnya ditambah dengan satu ekor sapi
berumur 1 tahun dan setiap bertambah 40
70 ekor 1 tab’i dan 1 musinnah ekor, maka zakatnya ditambah dengan 1
ekor sapi berumur 2 tahun
80 ekor 2 musinnah

90 ekor 3 tab’i

100 ekor 2 tab’i dan 1 musinnah


Ketentuan Pembagian Zakat Kambing
Kambing menjadi wajib dikeluarkan zakatnya kalau telah mencapai nishab sebanyak 40
ekor
Nishab Banyaknya zakat
kambing/Domba
1 – 39 ekor 0 (tidak dikenakan
zakat)
40 – 120 ekor 1 ekor kambing

121 – 200 ekor 2 ekor kambing

201 – 300 ekor 3 ekor kambing


Dan seterunsya, dengan
pertimbangan setiap
100 ekor, zakatnya
ditambah 1 ekor
kambing.
1. Dalam zakat tidak boleh petugas mengambil hewan tua, cacat yang mengurangi nilainya
(seperti buta sebelah) dan sangat jelek. Juga tidak boleh mengambil binatang yang sedang
hamil dan binatang pilihan/ berharga seperti binatang pejantan dan kambing yang sedang
digemukkan untuk dimakan. Oleh karena itu yang dimabil adalah yang pertengahan.
2. Digabung binatang sejenis, seperti domba dengan kambing, unta arab dengan unta yang
bukht (unta negeri Khurosan, yakni yang memiliki dua punuk), sapi dengan kerbau dan
sebagainya, dan dihitung jumlahnya, bila sampai nishab maka dikeluarkan zakatnya.
3. Tidak diterima zakat kambing dengan mengeluarkan kambing yang masih sangat kecil,
juga tidak diterima sapi sangat kecil, dan unta yang masih sangat kecil pula.
4. Apabila seseorang telah memiliki senishab unta atau sapi atau kambing, lalu ditengah-
tengah menjalani haul ternyata binatang tersebut melahirkan maka dihitung semuanya,
bila telah setahun penuh bagi unta, sapi atau kambing yang dewasa maka dikeluarkan
zakatnya dari keseluruhan ( yang telah dijumlahkan antara binatang yang dewasa dan yang
masih kecil ).
5. Tidak ada zakat dalam waqs (yakni antara dua nishab misalnya orang yang
memilik 40 ekor kambing ia wajib mengeluarkan zakat satu kambing sampai
mencapai 120 ekor kambing. Bila lebih wajib mengeluarkan dua ekor
kambing, antara 40 sampai 120 ekor disebut waqs dan tidak ada zakatnya.
6. Apabila binatang ternak itu milik dua orang yang bersekutu, yang ternyata
bila digabung telah mencapai nishab (dan penggembala binatang milik kedua
orang yang bersekutu itu sama, tempat gembalanya sama, kampungnya sama,
maka diambil zakat dari kedunaya satu zakat.
7. Tidak boleh menggabungkan dua kumpulan kambing yang terpisah karena lari
dari zakat.
8. Tidak boleh memisahkan dua kumpulan kambing yang sebenarnya bersatu
agar tidak kena zakat
Keterangan Unta Sapi Kambing

JMl Binatang ternak 10 30 250

Dikurangi :
1. hewan yg dipekerjakan 2 10
2.hewan yg 50
diperdagangkan

Bejana zakat 8 20 200

Bejana zakat dibanding dengan nishab zakat (8 ekor unta, 30 ekor sapi,
40 ekor kambing).
Jika bejana zakat mencapai nishab makakadar zakat dihitung
berdasarkan daftar khusus sebagaimana yang terdaftar dalam kitab –
kitab fikh.
Zakat Pertanian

Zakat Pertanian dalam Bahasa Arab sering disebut


dengan istilah az-zurû‘ wa ats-tsan dan buah-buahan)
atau an-nâbit au al khârij min al-ardh (yang tumbuh dan
keluar dari bumi), yaitu zakat hasil bumi yang berupa
biji-bijian, sayur-sayuran dan buah-buahan sesuai
dengan yang ditetapkan dalam Alquran dan Sunah dan
Ijmak Ulama.
Menurut Para Ulama Tanaman-
tanaman Yang Wajib Dizakati (Al-
Maujûdât az-Zakawiyyah) Seluruh
Ulama sepakat bahwasanya Imam Yusuf Al-Qaradhâwi menyebutkan ada empat pendapat
terdapat kewajiban zakat dari tentang jenis-jenis hasil pertanian yang wajib dikeluarkan zakat
tumbuh tumbuhan dan biji-bijian.
Hanya saja mereka berbeda
Pendapat Ulama Jenis Jenis Tanaman Keterangan
pendapat dalam menggambarkan
jenis tumbuhan dan biji-bijian apa Mazhab Ibn Umar dan Hanya Diwajibkan Pada empat Dari jenis biji-bijian diwajibkan
saja yang diwajibkan untuk kebanyakan para Ulama Salaf jenis tanaman pada gandum, sya‘îr, dari buah-
ditunaikan zakat atasnya. buahan pada kurma kering dan
Perbedaan tersebut terjadi karena anggur kering.
perbedaan corak pemikiran mereka
dalam mengambil, menghukum dan Pendapat Ulama Malikiyah Pada tanaman yang bisa Seperti gandum, padi, jagung,
cara meng-istinbât hukum. dan Syafiiyah disimpan dan merupakan kurma dan apapun yang
makanan pokok menjadi makanan pokok
daerah setempat
Pendapat Ulama Hanabilah Pada tanaman yang kering, bisa Tidak diwajibkan pada
ditimbang dan ditakar juga sayursayuran dan buah-buahan
tahan lama yang cair
Pendapat Ulama Hanafiyah Semua jenis tanaman yang Semua jenis tanaman yang
diniatkan untuk diambil diniatkan untyuk diambil
hasilnya hasilnya.
Model Perhitungan Nishâb Zakat Pertanian

Nishâb adalah batas jumlah


minimal sebuah harta zakat Perbedaan Pendapat Dalam Konversi 5 Ausuq
sehingga jatuh kewajiban zakat Pendapat-pendapat Konversi Untuk Beras Konversi
atas harta tersebut. Sesuai untuk Padi
dengan Nash, Jumhur Fukaha
menetapkan nishâb zakat JUmhur Ulama 610 kg -
pertanian adalah 5 ausuq. Nishâb
Abu Hanifah 875 kg -
zakat dihitung dari hasil panen
yang sudah dikeringkan dan Imam Al-Qaradhawi 653 kg (lama) 647 kg (revisi) -
dibersihkan dari kulit-kulitnya
BAZNAS 653 kg -
atau senilai dengannya. Tanaman
seperti padi yang disimpan tanpa KHES 815 kg 1481kg

dipisahkan dari kulitnya boleh Kemenag RI 750 kg 1350 kg


ditunaikan zakat dengan padi dan
Qanun Aceh no. 10 tahun - 1200.
dihitung senilai nishâb beras atau
2007
dua kali lipat timbangan beras.
Di Indonesia, Kemenag RI mengeluarkan model
perhitungan zakat pertanian dengan mewajibkan zakat
pada semua jenis tanaman namun bukan keseluruhannya
Kadar zakat pertanian yang harus dimasukkan dalam kategori zakat pertanian
dikeluarkan telah dijelaskan
dalam Hadis Abdullah bin Umar
No Jenis Harta Nisab Kadar Zakat Keterangan
dari Nabi yang diriwayatkan oleh
Bukhari Ra.:
Artinya: “(Lahan pertanian) yang
1 Padi, jagung dan 1.350 kg gabah 5% Jika dianggap
diberi minum oleh langit (hujan)
sagu serta jenis atau 750 kg makanan pokok
dan mata air ataupun tanah yang
tanaman lain beras atau yang dan
subur, maka (zakatnya)
yang dianggap setara menggunakan
sepersepuluh. (Lahan pertanian)
makanan pokok pengairan yang
yang diberi minum oleh unta
membutuhkan
pengangkut air, maka (zakatnya)
tenaga dan biaya
seperdua puluh.
10% Jika dianggap makanan
pokok dan
menggunakan
pengairan yang tidak
membutuhkan tenaga
dan biaya

2,5% Jika dianggap barang


dagangan dan bukan
makanan pokok warga
setempat
2
Semua hasil bumi Setara 2,5% Dikategorikan dalam
seperti biji-bijian, 85 gram zakat perdagangan
rempah-rempah, umbi- emas karena sengaja
umbian, buah-buahan, diproduksi untuk
sayur-sayuran, tanaman diperdagangkan bukan
hias, rumput yang tujuan untuk dimakan
dibudidayakan dan sebagai makanan pokok
Al-Mathlûbât al-Hâllah (Beban, Biaya, Tanggungan, Tuntutan dan Kewajiban serta Tagihan
Tahun Berjalan)
Al-Hâjât al-Ashliyyah Dalam maqâshid asy-syarî‘ah, al-hâjât al-ashliyyah/dharûriyyah adalah sesuatu yang harus
dipenuhi untuk membangun kemaslahatan kehidupan dunia dan akhirat, apabila tidak dipenuhi akan menimbulkan
kerusakan dan kebinasaan di dunia dan akhirat.
Dalam hal ini, Ibnu Nujaim (w. 970 H) dari Hanafiyah berpendapat bahwa harta yang sudah dijatah atau akan
dipakai untuk keperluan primer dianggap seperti tidak ada. Jika seseorang mempunyai nishâb tetapi berniat
dipakai untuk memenuhi al-hâjât al-ashliyyah maka tidak diwajibkan zakat atasnya. Kelebihan harta dari al-hâjât
al-ashliyyah dan mencapai nishâb menunjukkan bahwa seseorang telah kaya (mampu) dan tana‘‘um (menikmati
dan mensyukuri nikmat).

Ayat Alquran yang menguatkann pendapat ini adalah sebagai berikut

Artinya: “… Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka infakkan. Katakanlah: kelebihan (dari apa yang
diperlukan). [Q.S. Al-Baqarah: 219]

Syeikh Sayyid Quthub memaknai lafal “‫ ”ﻮﻔﻌﻟا‬adalah kelebihan (al-fadhl wa ziyâdah), atau kelebihan dari
kebutuhan pribadi yang bersifat penting bukan kemewahan, itulah harta yang dianjurkan untuk disedekahkan.
Beliau juga menegaskan bahwa ayat ini juga berlaku untuk zakat dan tidak di-takhshîsh ataupun di-mansûkh
Kebanyakan Para Ulama setuju untuk mengurangi kebutuhan pokok atau tidak menghitungnya ke dalam aset yang
wajib dikeluarkan zakat, karena harta tersebut tidak termasuk dalam aset yang berkembang (namâ‘). Namun
Para Ulama cenderung tidak menyebutkan kriteria ini saat membicarakan zakat pertanian. Bahkan Imam Mâlik
dan Abû Hanîfah tetap memperhitungkan panen meskipun sudah dikonsumsi pemiliknya dalam nishâb.
Hutang Beberapa alasan Syeikh Yûsuf al-Qaradhâwi
Ha`nabilah mensyaratkan sebuah nishâb semua aset zakat
harus bebas dari hutang, begitu juga Hanafiyah namun mengambil pendapat ini sebagai berikut:
mengecualikan pada zakat pertanian dan perkebunan. 1.Kepemilikan harta dari hutang adalah
Sementara Malikiyah hanya memperlakukan syarat kepemilikan yang lemah karena masih dalam
tersebut pada zakat emas dan perak tanpa zakat kekuasaan pemiliknya.
pertanian dan perkebunan, hewan peliharaan dan zakat 2. Pemilik piutang mempunyai kewajiban zakat
tambang. Syafiiyah tidak menjadikan bebas hutang dari hutang tersebut, jika diwajibkan zakat bagi
sebagai syarat mengeluarkan zakat dalam qaul jadîd yang berhutang, maka akan terkena dua kali
namun sebaliknya dalam qaul qadîm. Kesimpulannya zakat pada harta yang sama.
hanya Mazhab Hanabilah saja yang menjadikan hutang 3. Pada saat seseorang mempunyai hutang yang
sebagai pengurang hitungan nishâb pada zakat pertanian bisa mengurangi bahkan menghabiskan jumlah
apalagi hutang untuk kebutuhan Huproduksi. Syeikh Yûsuf al- nishâb, maka orang itu sudah dianggap fakir
Qaradhâwi mengambil pendapat Hanabilah dan yang seharusnya menjadi penerima zakat
menguatkan bahwa hutang untuk kebutuhan sehari-hari (mustahiqq) bukan pemberi zakat.
juga hutang untuk keperluan produksi, dikurangi dari 4. Zakat disyariatkan ketika ada keluasan dan
harta sebelum dihitung nishâb, tanpa membedakan jenis kelebihan harta, namun orang orang yang
zakat. Sikap ini sangat sesuai dengan rûh syarî‘ah. berhutang bernasib sebaliknya.
Pendapat ini juga merupakan pendapat Ibn ‘Abbâs dan Ibn
‘Umar dengan syarat hutang tersebut benar-benar ada.
Beban Produksi (Cost Production)

Dalam zakat pertanian, apabila beban produksi untuk pengairan maka telah ada Nash yang jelas yang menurunkan
kadar pengeluaran dari 10% menjadi 5% apabila telah mencapai nishâb, namun beban produksi lain tidak ada Nash yang
membicarakan sehingga terjadi selisih pendapat diantara Ulama. Dari kesemua hal-hal yang berhubungan dengan al-
Mathlûbât al-Hâllah (hutang, kebutuhan pokok, biaya produksi) pada zakat pertanian, Al-Hai’ah asySyar‘iyyah al-
‘Âlamiyyah li az-Zakâh (Badan Syariah Internasional Untuk Zakat) membolehkan untuk mengurangi dengan syarat tidak
melebihi sepertiga dari hasil panen. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyimpangan dalam melakukan pengurangan.
Konferensi ke-13 Majelis Majma‘ al-Fiqh al-Islâmiy ad-Dauliy (International Islamic Fiqh Academy) yang diadakan di
Kuwait pada tanggal 22 27 Desember 2001 nomor 120 (2/13) menghasilkan keputusan bahwasanya al Mathlûbât al-Hâllah
pada zakat pertanian boleh dikurangi dari hasil panen selama tidak ada penghasilan lain yang menunjang pengeluaran
tersebut. segala beban baik untuk produksi, hutang, kebutuhan hidup yang pantas, boleh dikurangi sebelum menghitung
nishâb dengan syarat tidak melampaui sepertiga dari hasil panen. Namun jika semua beban tersebut diambil dari modal yang
ada atau ada penghasilan lain yang bisa menutupi beban tersebut, maka tidak dikurangi sebelum dihitung nishâb.

Anda mungkin juga menyukai