Anda di halaman 1dari 9

FIQIH IBADAH(ZAKAT PETERNAKAN)

DOSEN PEMBIMBING A.MUSTIKA ABIDIN S.Pd.I,M.Pd.I

Kelompok 10 :
1.Asrul syam.
2.Jasliana putri.

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum wr wb
Puji syukur diucapkan kehadirat ALLAH SWT.atas segala rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai.tidak lupa kami mengucapkan terimah kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materi.Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
membaca dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusun makalah ini karna keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami.untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN
Sampul……………………………………………………………………………….
Kata pengantar…………………………………………………………………….....
Daftar isi…………………………………………………………………………......
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………………………………
B. Rumusan masalah………………………………………………………………...
C. Tujuan pembahasan………………………………………………………………
BAB 11 PEMBAHASAN
A. Pengertian zakat prternakan……………………………………………………..
B. Syarat -syarat mengeluarkan zakat……………………………………………....
C.Syarat dan ketentuan zakat peternakan…………………………………………...
BAB 111 PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….….
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Zakat merupakan rukun Islam yang ke empat yang berfungsi sebagai ungkapan rasa
syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT akan harta yang kita miliki. Harta
dikelompokkan menjadi bermacam-macam jenis, salah satunya adalah binatang ternak. Zakat
binatang ternak dapat berupa zakat unta, zakat sapi, zakat kambing, dan zakat kuda. Pemberian
zakat dilakukan berdasakan ketentuan nisab, dimana jumlah binatang ternak yang wajib dizakati
harus sudah mencapai nisabnya.
Zakat, di samping membina hubungan dengan Allah, juga akan menjembatani dan mendekatkan
hubungan kasih sayang antara sesama manusia dan mewujudkan kata-kata bahwa Islam itu
bersaudara, saling membantu dan tolong menolong yang kuat menolong yang lemah dan yang
kaya membantu yang miskin.

B.Rumusan masalah
1.Apa pengertian zakat peternakan?
2.Apa syarat-syarat pengeluara zat?
3.Apa syarat dan ketentuan zakat peternakan?

C.Tujuan pembahasan
1.Dapat mengetahui pengertian zakat peternakan.
2.Mengetahui syarat-syarat pengeluaran zakat.
3.Mengetahui syarat dan ketentuan zakat peternakan.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian zakat peternakan.


Yaitu zakat yang harus dikeluarkan atas binatang ternak yang dimiliki. Para ulama’
sepakat dalam menentukan jenis dari binatang yang wajib dikeluarkan zakatnya, yaitu:unta,
kerbau, sapi, kambing, domba, ayam, burung, ikan.
dalil diwajibkannya zakat binatang ternak ada pada surat An-Nahl ayat 66, yang berbunyi:
ٍ ْ‫َوِإ َّن لَ ُك ْم فِي اَأل ْن َع ِام لَ ِع ْب َرةً نُّ ْسقِي ُكم ِّم َّما فِي بُطُونِ ِه ِمن بَ ْي ِن فَر‬
ِ ‫لَّبَنا ً خَالِصا ً َسآِئغا ً لِل َّش‬. ‫ث َود ٍَم‬
َ‫اربِين‬
Artinya:
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami
memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara
tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya”. (QS. An-Nahl: 66).
Semua binatang ternakan diciptakan Allah SWT untuk kepentingan manusia. Ia digunakan untuk
ditungganginya sebagai kendaraan, dimakan dagingnya, diminum susunya dan diambil bulu serta
kulitnya. Oleh kerana itu, Allah SWT meminta para pemilik binatang bersyukur atas nikmat
yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka. Realisasi dari syukur tersebut adalah dengan
tuntutan berzakat.
Khusus di dalam zakat binatang ternak dikenal istilah waqs, yaitu jumlah binatang yang berada
di antara nishab dengan nishab di atasnya, semisal 130 ekor kambing yang berada di antara 121
ekor dengan 201 ekor. Pertambahan waqs ini tidak merubah ukuran zakat yang wajib dibayarkan
kecuali telah mencapai nishab yang telah ditentukan.
Menurut mazhab Syafi’i, zakat binatang ternak tidak boleh dibayarkan dalam bentuk uang.
Namun menurut pendapat mazhab Hanafi, satu pendapat dalam mazhab Maliki dan satu riwayat
dalam mazhab Hanbali, zakat ternak boleh dibayarkan dalam bentuk nominal uang sesuai dengan
standar harga ukuran zakatnya.

B.Syarat-syarat mengeluarkan zakat


1).Sampai Nishab-nya(hitunganya)
Binatang ternak yang dikeluarkan zakatnya harus mencapai jumlah tertentu, yaitu sampai
nishabnya (batas minimal dikenakan zakat), tidak hanya asal sudah mempunyai beberapa
ekor, sudah dikenakan zakat.
2)Haul (telah dimiliki selama satu tahun)
Binatang ternak itu dikeluarkan zakatnya sesudah mencapai usia satu tahun. Ketentuan
ini berlaku berdasarkan praktik yang telah berlaku, yang pernah dilaksanakan oleh
rosulullah dan khulafaurrasyiddin.

3)Binatang Gembalaan
Binatang gembalaan tidak sepenuhnya makanannya dari sipemilik karena setiap hari
dilepas di lapangan dan tidak begitu memberatkan pemilik dalam pembiayaan. Dan
dalam masalah pembiayaan ini jelas Berbeda dengan hewan yang hidupnya di kandang.

4)Tidak Dipekerjakan
Binatang ternak yang dipergunakan pemiliknya untuk kepentingan pemiliknya, tidak
dikenakan zakatnya, seperti untuk menggarap tanah pertanian, untuk angkutan, dan untuk
mengambil air sebagai sarana irigasi. Pendapat diatas berbeda dengan pendapatnya imam
Malik yang mengatakan bahwa meskipun hewan ternak tersebut dalam kandang atau di
lepas masih dikenakan zakatnya.

C.Syarat dan ketentuan zakat peternakan


1. Sudah mencapai nishab. Pembagian-pembagian nishabnya adalah sebagai berikut:
a. Nishab Unta.
1) 5-9 ekor, zakatnya 1 ekor kambing
2) 10-14 ekor, zakatnya 2 ekor kambing, dan seterusnya, setiap
bertambah 5 ekor unta bertambah pula 1 ekor kambing yang harus
dikeluarkan.
3) 25-35 ekor, zakatnya 1 ekor unta bintu makhad, yaitu anak unta
betina umur 1-2 tahun.
4) 36-45 ekor, zakatnya 1 ekor unta bintu labun, yaitu anak unta betina
umur 2-3 tahun.
5) 46-60 ekor,zakatnya 1 ekor unta hiqqoh, yaitu anak unta betina umur
3-4 tahun
6) 61-75 ekor, zakatnya 1 ekor unta jadz’ah, yaitu anak unta betina
umur 4-5 tahun.

7) 76-90 ekor zakatnya 2 ekor unta bintu labun.


8) 91-120 ekor, zakatnya 2 ekor unta hiqqoh.
9) Selanjutnya Jika jumlahnya lebih, maka setiap 40 ekor, zakatnya 1
ekor unta bintu labun dan setiap 50 ekor, 1 ekor unta hiqqoh.
b. Nishab Sapi atau kerbau
1) 30-39 ekor, zakatnya 1 ekor sapi jantan atau betina umur 1-2 tahun.
Tidak ada tambahan lain hingga banyaknya mencapai 60 ekor.
2) 60-69 ekor, zakatnya 2 ekor sapi jantan umur 1-2 tahun.
3) 70-79 ekor, zakatnya 2 ekor sapi, 1 ekor betina berumur 2 tahun dan
satu ekor jantan berumur 1 tahun.
4) 80-89 ekor, zakatnya 2 ekor sapi betina umur 2-3 tahun
5) Selanjutnya setiap bertambah 30 ekor sapi, zakatnya 1 ekor sapi
jantan berumur 1 tahun lebih dan setiap bertambah 40 ekor maka zakatnya
bertambah 1 ekor sapi betina berumur 2 tahun lebih.
c. Nishab Kambing atau Domba
1) 40-120 ekor, zakatnya ialah 1 ekor kambing
2) 121-200 ekor, zakatnya ialah 2 ekor kambing
3) 200-300 ekor, zakatnya ialah 3 ekor kambing betina.
4) Selanjutnya jika lebih dari 300 ekor, maka setiap 100, dikeluarkan 1
ekor kambing betina.
2. Mencukupi haul ( 1 tahun kepemilikan secara sempurna).
3. Binatang ternak digembalakan. Ulama’ berbeda pendapat lamanya waktu
penggembalaan. Menurut Abu Hanifah dan Ahmad, binatang yang digembala dalam
sebagian tahun, terhadapnya wajib zakat. Sedangkan menurut Imam Syafi’i, binatang
yang wajib zakat adalah binatang yang dikembala sepanjang tahun.
4. Binatang ternak tidak dipakai untuk bekerja.
Kemudian binatang seperti ayam, bebek, ikan yang sifatnya dapat berkembang dan
diternakkan menjadi banyak. Mengenai hal ini agak berbeda yaitu nishab yang digunakan
bukan pada jumlahnya, namun dihitung berdasarkan skala usaha atau hasil yang
diperoleh, dan nishabnya disetarakan dengan nilai 85 gram emas.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Zakat peternakan yaitu zakat Hasil Ternak (salah satu jenis Zakat Maal) meliputi hasil
dari peternakan hewan baik besar (sapi,unta) sedang (kambing,domba) dan kecil (unggas, dll).
Perhitungan zakat untuk masing-masing tipe hewan ternak, baik nisab maupun kadarnya
berbeda-beda dan sifatnya bertingkat. Sedangkan haulnya yakni satu tahun untuk tiap hewan.
Syarat wajib zakat hewan ternak:
Ternak tersebut ingin diambil susu, ingin dikembangbiakkan dan diambil minyaknya.
Jadi, ternak tersebut tidak dipekerjakan untuk membajak sawah, mengairi sawah, memikul
barang atau pekerjaan semacamnya. Jika ternak diperlakukan untuk bekerja, maka tidak ada
zakat hewan ternak.
Ternak tersebut adalah sa-imah yaitu digembalakan di padang rumput yang mubah
selama setahun atau mayoritas bulan dalam setahun. Yang dimaksud padang rumput yang mubah
adalah padang rumput yang tumbuh dengan sendirinya atas kehendak Allah dan bukan dari hasil
usaha manusia.

B.Saran
Menyadari penulisan dalam makalah masih jauh dari kata sempurna,untuk ini kedepanya
penulisan akan lebih baik lagi dalam menyusun makalah di atas dan dapat lebih dipertanggung
jawabkan lagi dalam membuat referensi.
Maka dari itu,kami menerimah saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap penulisan
makalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Maghfiroh, Mamluatul. Zakat. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2007.


Ulfah, Isnatin. Fiqih Ibadah. Ponorogo: STAIN PoPRESS, 2009.
http://www.sinergifoundation.org/bayar/zakat-peternakan/13
Ketentuan Zakat Peternakan Niaga - NU Onlinehttps://islam.nu.or.id › zakat › ketentuan-zakat-
peternakan...
Sumber: https://islam.nu.or.id/zakat/ketentuan-zakat-peternakan-niaga-gbEMM
Sumber: https://islam.nu.or.id/zakat/nishab-zakat-binatang-ternak-dan-jumlah-yang-wajib-
dikeluarkan-e8y9T
(Lihat Wuzarrah al-Auqaf wa as-Syu’un al-Islamiyah bi al-Kuwait, al-Mausu’ah al-Fiqhiyah,
Kuwait, Wuzarrah al-Auqaf al-Kuwaitiyah, jilid: XXIII, halaman: 298-299).

Anda mungkin juga menyukai