Anda di halaman 1dari 17

Tugas Makalah Dosen Pengampu

Fiqh Zakat Prof. Dr. H. Akbarizan, MA, M.Pd

Zakat Binatang Ternak

Disusun Oleh :
KELOMPOK : VIII

ALDI (118205)
RIZKA LEONY MURTI (11820523657)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH B


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
PEKANBARU
2019

i
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan makalah tugas Fiqih Zakat Ternak, makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqih Zakat yang dibimbing oleh Bapak
Prof. Dr. H. Akbarizan, MA, M.Pd. .

Makalah disusun berdasarkan hasil observasi yang diharapkan berguna untuk


mengembangkan kreatif, daya pikir dan untuk menambah pengetahuan tentang Zakat
Ternak.

Segala petunjuk, arahan dan bantuan dari berbagai pihak yang penulis terima
dalam menyusun makalah ini sangatlah besar artinya. Untuk itu, dalam kesempatan ini
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang Masalah...........................................................1
1. 2   Rumusan Masalah....................................................................1
1.3    Tujuan Penulisan.....................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Zakat Ternak...........................................................2
2.2  Dasar Hukum Zakat Ternak....................................................4
2.3. Syarat Wajib Binatang Ternak yang dizakati ..........................5
2.4 Ruang lingkup Zakat Ternak.....................................................6
2.5 Nisab Zakat Ternak...................................................................7
2.6 Zakat produksi Susu dan daging...............................................8

BAB III : PENUTUP


3.1 .  Kesimpulan.......................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zakat binatang ternak adalah zakat yang harus dikeluarkan seseorang
atas binatang ternak yang dimiliki. Yang dimaksud binatang ternak yang
wajib dikeluarkan zakatnya adalah apa yang dalam bahasa arab al-an’am,
yakni binatang yang dipelihara untuk dikembangbiakan. Binatang-
binatang tersebut adalah unta, sapi/kerbau, dan kambing/biri-biri seperti
yang disebut dalam nash Hadits.

Sedangkan, selain hewan al-an’am tidak wajib dizakati, seperti kuda,


keledai, bighal, ayam, ikan kecuali jika untuk diperdagangkan sehingga
masuknya dalam zakat perdagangan (tijarah) atau menjadi sarana produksi
hewani termasuk zakat mustaghalat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Zakat binatang Ternak?
2. Apa dasar Hukum dari adanya zakat binatang Ternak?
3. Apa saja syarat wajib dari binatang Ternak yang dizakati?
4. Bagaimana Ruang lingkup Zakat Ternak
5. Berapakah Nisab dari Binatang Ternak yang dizakati?
6. Bagaimanakah zakat dari produksi susu dan Daging?

1.3 . Tujuan Penulisan


1. untuk mengetahui arti dari Zakat binatang Ternak
2. untuk mengetahui dasar Hukum dari adanya zakat binatang
Ternak

1
3. untuk mengetahui syarat wajib dari binatang Ternak yang
dizakati
4. untuk mengetahui Ruang lingkup Zakat Ternak
5. untuk mengetahui Nisab dari Binatang Ternak yang dizakati?
6. untuk mengetahui zakat dari produksi susu dan Daging?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Zakat Binatang Ternak


Zakat adalah kewajiban seseorang terhadap harta yang berada dalam
tanggungannya jika telah mencapai satu Nisab. Kewajiban ini tidak
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk menunaikannnya atau
tidak, karena kemampuan ini adalah syarat untuk membayar zakat. Yang
dimaksud dengan binatang ternak adalah unta, sapi betina, dan kambing.
Sapi betina mencakup kerbau, dan kambing dalam segala jenis. Para
ulama’ sepakat dalam menetapkan wajib zakat terhadap binatang-binatang
yang tersebut, tetapi berselisih faham tentang binatang yang macam mana
dari binatang-binatang itu yang terhadapnya diwajibkkan zakat. Mereka
semua sepakat menetapkan zakat wajib terhadap unta, lembu, kerbau,
kambing dan biri-biri. Kemudian kebanyakan mereka menetapkan, bahwa
binatang-binatang yang tersebut terhadapnya diwajibkan zakat jika
binatang-binatang itu mencari makan sendiri dengan pengembalaan.
Adapun jika diberi makan si pemilik umpamanya, atau dipekerjakan tidak
ada zakat terhadapnya. Demikian pendapat Imam Abu Hanifah, As Syafi’i
dan Ahmad. Kata imam Abu Hanifah dan Ahmad: binatang yang
dikembala dalam sebagian tahun, terhadapnya wajib zakat. Kata As
Syafi’i: binatang yang wajib zakat adalah binatang yang dikembala
sepanjang tahun.

Dalam fikih Islam, binatang ternak diklasifikasikan ke dalam beberapa


kelompok:

1. Pemeliharaan hewan yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan-


kebutuhan pokok atau alat produksi, semisal memelihara kerbau yang
dimanfaatkan untuk kepentingan membajak sawah atau kuda yang
dimanfaatkan seb agai alat transportasi (penarikan delman).

3
2. Hewan yang dipelihara untuk tujuan memproduksi suatu hasil komoditas
tertentu seperti binatang yang disewakan atau hewan pedaging atau
hewan susu perahan. Binatang semacam ini termasuk jenis
binatang ma’lufat (binatang yang dikandangkan).

3. Hewan yang digembalakan untuk tujuan peternakan


(pengembangbiakan). Jenis hewan ternakan seperti inilah yang
termasuk dalam kategori aset wajib zakat binatang ternak (zakat
an’am).

Ketentuan binatang ternak kategori aset wajib zakat binatang ternak


(an’am) jika:

 Peternakan sudah berlangsung lebih dari masa satu haul.


  Binatang ternak digembalakan di tempat-tempat umum (ranch).
Dalam istilah fikih binatang ternak seperti ini disebut saimah. Selain
itu, binatang ternak tersebut tidak dimanfaatkan untuk kepentingan
alat produksi (pembajak sawah).
  Ketentuan volume zakat yang wajib dikeluarkan sudah ditentukan
dengan karakteristik tertentu dan diambil dari binatang ternak itu
sendiri, selain itu ketentuan tersebut tidak bisa digantikan yang
setara dengan nilai uang.
  Zakat yang dikeluarkan tidak harus dari hewan berkualitas unggul
dan tidak pula dianjurkan dari hewan dengan kualitas yang terendah
(cacat misalnya). Dengan demikian, zakat itu diambil dari jenis yang
memiliki kualitas sedang.1
2.2 Dasar Hukum Zakat Binatang Ternak

1. M.Arief Muftarini, Akuntansi dan Manajemen Zakat,(Jakarta:  Kencana,2006) hal.100-101

4
Dasar hukum diwajibkannya zakat binatang ternak terdapat pada surat An-
Nahl ayat 66

Artinya: “Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat


pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada
dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah
ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.

Dari Bahz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu
bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Pada setiap 40
ekor unta yang dilepas mencari makan sendiri, zakatnya seekor anak unta
betina yang umurnya memasuki tahun ketiga. Tidak boleh dipisahkan anak
unta itu untuk mengurangi perhitungan zakat. Barangsiapa memberinya
karena mengharap pahala, ia akan mendapat pahala. Barangsiapa menolak
untuk mengeluarkannya, kami akan mengambilnya beserta setengah hartanya
karena ia merupakan perintah keras dari Tuhan kami. Keluarga Muhammad
tidak halal mengambil zakat sedikit pun." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan
Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim. Syafi'i memberikan komentar atas
ketetapan hadits ini (Hadits No. 626).

2.3 Syarat Wajib Zakat Binatang Ternak


1. Binatang ternak itu adalah unta, sapi, dan kambing yang jinak bukan
kambing liar. Menurut mazhab Syafi’I dan umumnya mazhab Maliki,
binatang ternak dari hasil perkawinan silang antara yang sudah jinak dan yang
masih liar, tidak ada zakatnya.

Mazhab Hanbali mengatakan, “Binatang hasil perkawinan silang itu


wajib dizakati.”

Mazhab Hanafi mengatakan, “Jika induk binatang itu jinak, binatang


itu harus dikeluarkan zakatnya jika telah sampai nisabnya. Dan bila
induknya liar, tidak wajib dizakati.”

5
2. Jumlah binatang ternak itu hendaknya mencapai nisab zakat sebagaimana
yang dijelaskan di dalam sunah.

3. Pemilik binatang ternak itu telah memilikinya selama satu tahun penuh,
terhitung sejak hari pertama dia memilikinya, dan pemilikan itu tetap
tertahan padanya selama masa kepemilikan itu. Jika kepemilikan itu
belum berlangsung satu tahun, dia belum berkewajiban untuk
mengeluarkan zakatnya.

4. Binatang itu termasuk binatang yang mencari rumput sendiri (sa’imah)


selama – atau kebanyakan – satu tahun, dan bukan binatang yang
diupayakan rumputnya dengan biaya pemiliknya (ma’lufah), tidak

dipakai untuk membajak dan sebagainya.2

2.4. Ruang Lingkup Zakat Binatang Ternak

Sebagian besar ahli fikih Islam sepakat bahwa zakat binatang ternak
diwajibkan pada semua jenis binatang ternak baik yang dikenal pada masa
kenabian ataupun tidak. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
yang tidak termasuk dalam kategori binatang ternak adalah:

1. Hewan pedaging atau hewan susu perah (tidak digembalakan dan tidak
dikandangkan sepanjang tahun), jenis ini termasuk dalam kategori aset
wajib zakat musytagillat.

2. Hewan yang dimanfaatkan sebagai alat produksi seperti mempersiapkan


lahan pertanian atau alat angkut petani dan hasil-hasil pertaniannya,
walaupun hewan ternak itu termasuk kategori saimah (digembalakan).

3. Kuda, bagal, keledai, dan sejenisnya dimanfaatkan untuk:

2 Wahbah Al-Zuhaily,Zakat Kajian Bebagai Mazhab,( Bandung : PT Remaja


Rosdakarya,1997),hal.225

6
- Kegiatan-kegiatan produksi, perang atau untuk memenuhi kebutuhan
primer pemiliknya.

- Hewan sewaan, dalam hal ini tercakup sebagai aset wajib zakat
untuk kategori zakat musytaghillat.

- Hewan dagangan, maka binatang tersebut tercakup sebagai aset


wajib zakat untuk kategori zakat komoditas perdagangan.

2.5. Nisab Zakat Binatang Ternak

Beberapa kelompok dan menentukan nisab bagi setiap kelompok


tersebut seperti di bawah ini:3

Pertama, Unta: nisabnya 5 ekor, dan tidak wajib zakat bila jumlahnya
dibawah 5 ekor, yaitu sepadan dengan 200 dirham perak pada zaman
Rasulullah SAW.

Kedua, Kambing dan sejenisnya: nisabnya 40 ekor, dan tidak wajib zakat


bila jumlahnya di bawah 40 ekor kambing.

Ketiga, Sapi dan sejenisnya: nisab 30 ekor, tidak wajib zakat bila jumlahnya
di bawah 30 ekor sapi.

Keempat, Binatang-binatang ternak lainnya yang dianalogikan dari tiga


kelompok di atas. Sebagai contoh, nisab kerbau dapat dianalogikan dengan
nisab sapi, dan lain sebagainya.

Untuk lebih jelasnya mengenai nisab zakat binatang ternak, bisa kita
lihat penjelasan berikut :

1. Zakat Sapi
30 – 39 : 1 ekor sapi tabi`ah

3 Ibid,Hal.103

7
40 – 59 : 1 ekor sapi musinnah
60 – 69 : 2 ekor sapi tabi` atau tabi`ah
70 – 79 : 2 ekor sapi musinnah dan tabi`

2. Zakat Unta
5 – 9 : 1 ekor unta
10 – 14 : 2 ekor unta
15 – 19 : 3 ekor unta
20 – 24 : 4 ekor unta
25 – 35 : 1 ekor bintu makhad betina ( unta genap 1th – 2th )
36 – 45 : 1 ekor bintu labun ( 2th masuk 3th )
46 – 60 : 1 ekor hoqqoh ( genap 3thmasuk 4th )
61 – 75 : 1 ekor jadzah ( genap 4th masuk 5th )
76 – 90 : 2 ekor bintu labun
91 – 120 : 2 ekor hoqqoh
3. Zakat Kambing
40 – 120 : 1 ekor kambing
121 – 200 : 2 ekor kambing
201 – 300 : 3 ekor kambing
setiap tambah 100 : 1 ekor kambing

2.6. Zakat Produksi Susu dan Daging

a. Perhitungan Zakat Produksi susu

Terkadang, tujuan orang memelihara ternak adalah untuk produksi


susu dan menjualnya (bukan untuk diperbanyak), sehingga dikenakan
atasnya zakat mustaghalat (harta yang dimiliki untuk diambil untuk
mendapatkan pemasukan) sebagai berikut.4

4 Abdul Fatah idris, Abu Ahmadi, Fiqih Islam  lengkap,(Jakarta: PT Rineka Cipta. 2004), Hal. 108

8
1. Ternak yang dipelihara untuk diperah susunya, tidak wajib atasnya
zakat karena merupakan harta yang dimiliki tidak untuk dijual, tetapi
wajib zakat atas produknya yaitu susu, begitu pula anakanya jika dijual.

2. Produk susu dihargai selama satu haul dengan harga jualnya. Dalam
hal ini ada dua kondisi, yaitu (a) susu tersebut telah dijual; (b) susu
tersebut masih dalam gudang atau masih dalam proses. Keduanya masuk
dalam kategori objek wajib zakat.

3. Harga produksi setahun tersebut dikurangi pembiayaan dan


pengeluaran, misalnya: biaya makanan, upah pekerja, sewa tempat,
pajak, biaya penjualan dan distribusi, biaya dan administrasi, dan yang
sejenisnya.

4. Harga produksi juga dikurangi hutang dan nafkah hidup jika belum
ada sumber lain untuk pendapatan.

5. Hasil bersih produksi tersebut merupakan objek zakat yang dihitung


dengan cara mengurangkan hasil produksi dengan biaya dan pelunasan
utang serta pemenuhan kebutuhan pokok.

6. Nishab zakat dianalogikan dengan nishab emas (85 gram) sesuai


harga pasar pada waktu pembayaran zakat.

7. Tarif zakatnya adalah 2,5 % bila menggunakan kalender


hijriyyah, atau 2,575 % bila berpedoman pada kalender masehi.

8. Jumlah zakat dihitung dengan cara mengalikan objek zakat dengan


tarifnya.

Contoh perhitungan zakat produksi susu


Informasi awal:
- Harga produksi hewan selama satu tahun Rp. 100.000.000
- Harga dari anak ternak yang dijual selama satu tahun Rp. 40.000.000

9
- Pemasukan lain dari peternakan tersebut Rp. 10.000.000
- Biaya pakan ternak Rp. 25.000.000
- Upak pekerja Rp. 15.000.000
- Biaya pemasaran Rp. 3.000.000
- Biaya administrasi Rp. 2.000.000
- Pembayaran angsuran pembelian alat pemerah susu Rp. 10.000.000
- Biaya kebutuhan pokok Rp. 15.000.000
- Harga satu gram emas Rp. 500.000
- Aktiva tetap Rp. 500.000.000
- Masa haul menggunakan tahun hijriyyah
- Peternak tidak memiliki sumber penghasilan lain.
Uraian Jumlah (Rp) Total (Rp) Keterangan
Harga produksi setahun: 100.000.000 150.000.00 Dihargai dengan harga
0 penjualan.
- produksi susu 40.000.000
Yang riil sesuai nota
- penjualan anak ternak 10.000.000
dan data.

- pendapatan lain

Total pendapatan
Biaya/pengeluaran: 25.000.000 70.000.000 Yang riil dibayar dalam
setahun
- biaya pakan 15.000.000

- biaya pekerja 3.000.000

- biaya pemasaran 2.000.000

- biaya administrasi 10.000.000

Hutang dan nafkah hidup: 15.000.000


- hutang

10
- nafkah hidup pokok

Total tanggungan:
Objek zakat 80.000.000
Nishab: Andai harga satu
gramnya Rp500.000.
Senilai 85 gram emas X Rp500.000 = Rp42.500.000

Objek zakat telah nishab


Jumlah zakat:

Rp80.000.000 X 2,5 % = Rp2.000.000.

b. Perhitungan Zakat Produksi daging

Peternakan untuk produksi daging meliputi aktivitas pembelian anak


ternak yang kemudian dirawat dan diemukkan untuk kemudian dijual untuk
dipotong.
Ada dua pendapat mengenai zakat produksi ini. Pertama disamakan
dengan ternak biasa. Kedua dimasukkan sebagai zakat al-mustaghalat atau
harta perniagaan.Perhitungannya sama dengan zakat produksi susu.
Contoh perhitungan zakat produksi daging (ternak hewan pedaging)
Informasi awal:
- Penjualan selama setahun Rp. 250.000.000
- Produksi belum terjual (harga pasar) Rp. 150.000.000
- Biaya pembelian anak ternak Rp. 180.000.000
- Biaya operasional Rp. 50.000.000
- Harga pembelian timbangan Rp. 20.000.000
- Utang yang harus dilunasi Rp. 30.000.000
- Kebutuhan hidup pokok Rp. 20.000.000
- Masa haul menggunakan tahun hijriyyah
Uraian Jumlah (Rp) Total (Rp) Keterangan

11
Harga produksi setahun: 250.000.000 400.000.000 Harga jual

- produk yang terjual 150.000.000 Harga pasar

- produk yang belum terjual

Total pendapatan
Biaya: 180.000.000 300.000.000 Biaya riil dan
pembayaran pembelian
- biaya pembelian anak ternak 50.000.000
kebutuhan kerja
dipotongkan dari harta
- biaya operasional 20.000.000

- biaya pembelian timbangan 30.000.000

- utang 20.000.000

- kebutuhan hidup pokok

Total tanggungan:
Objek zakat 100.000.000
Nishab: Andai harga satu
gramnya Rp500.000.
Senilai 85 gram emas X Rp500.000 = Rp42.500.000

Objek zakat telah nishab


Jumlah zakat:

Rp100.000.000 X 2,5 % = Rp2.500.000.

12
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa binatang ternak merupakan


salah satu instrumen penting yang harus dikeluarkan zakatnya. Adapun jenis
binatang dan syarat-syarat binatang yang harus dikeluarkan zakatnya sudah
ditentukan oleh syara. Hanya ada tiga jenis binatang yang secara hukum wajib
dikeluarkan zakatnya, yaitu Unta, Sapi/Kerbau, Kambing/Domba, dan syarat-
syarat berlaku pada ketiga jenis binatang tersebut. Adapun bagi binatang yang
selain dari tiga jenis tersebut, maka berlaku baginya  zakat perdagangan.

Dasar hukum diwajibkannya zakat binatang ternak terdapat pada surat An-
Nahl ayat 66. Para ulama sepakat tentang wajibnya zakat pada binatang ternak
(Al-An’am) unta, sapi dan kambing; tetapi tidak mengenakan kewajiban zakat
pada kuda, budak keledai, himar dan rusa.Abu Hanifah mewajibkan zakat pada
kuda, dan berbeda pendapat dengan Maliki dan Syafi’i yang keduanya
mengatakan bahwa tidak ada zakat pada kuda sebagaimana yang difatwakan
mereka berdua.Adapun syarat-syarat zakat binatang ternak diantaranya: sampai
nisab, telah dimiliki satu tahun, digembalakan, dan tidak dipekerjakan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muftarini, M.Arief.2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat. Jakarta: Kencana

Al-Zuhaily, Wahbah.1997. Zakat Kajian Bebagai Mazhab. Bandung : PT Remaja

Fatah idris, Abdul.2004. Fiqih Islam lengkap. Jakarta: PT Rineka Cipta

14

Anda mungkin juga menyukai