Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Zakat, Infaq, Sadaqah,
dan Wakaf yang Inshaa Allah dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mempelajari Akuntansi Syariah.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan merangkum materi dari buku- buku dan
internet. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu
menghadapi tantangan dan hambatan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pemaparan dan penulisan di
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami ke depannya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini. Kami juga berharap apa yang kami telah
berikan dalam makalah ini dapat berguna sebagai bahan pembelajaran dan mengetahui
bagaimana perbedaan perlakuan akuntansi dalam Zakat, Infaq dan Sadaqah serta Mengenal
Wakaf.
Akhir kata, kami meminta maaf atas penulisan atau penyusunan kata- kata yang salah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih .
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH
DAN WAKAF
KATA PENGANTAR.........................................................................................................1
DAFTAR ISI ........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
1
2
3
4
5
Kesimpulan..............................................................................................................16
Saran .......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zakat, Infaq, dan Sadaqah
2.1.1 Zakat
Dalam bahasa Arab, kata zakat mempunyai beberapa arti. Mahmud Yunus
memberikan arti zakat dengan sedekah jariyah, zakat dan kebersihan. Secara umum,
dapat disimpulkan bahwa zakat ialah nama bagi suatu benda (harta), yang diambil dari
seseorang yang memilki harta yang telah mencapai nisabnya, untuk diberikan kepada
orang-orang yang berhak menerimanya, sesuai dengan ketentuan syara
2.1.2 Infaq
Infak berasal dari anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk
kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan
sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat mempunyai nisab, infak tidak mengenal nisab.
2.1.3 Shadaqah
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Menurut terminologi syariat
pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan ketentuanketentuannya. Hanya saja jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memilki arti lebih
luas, menyangkut hal yang bersifat nonmateriil. Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu
Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tidak mampu bersedekah dengan harta maka
membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami istri, dan
melakukan kegiatan amar maruf nahi munkar adalah sedekah.
Menurut jumhur ulama, syarat kewajiban zakat fitrah bagi fakir adalah apabila ia
memiliki kelebihan makanan pokok dirinya dan orang yang menjadi tanggung
jawabnya di malam dan pada hari rayanya. Kelebihan itu tidak termasuk rumah,
perabotnya dan kebutuhan pokok lainnya termasuk binatang ternak yang dimanfaatkan,
buku yang dipelajari ataupun perhiasan yang dipakainya. Akan tetapi, jika telah
melebihi dan memungkinkan untuk dijual serta dimanfaatkan untuk keperluan zakat
fitrah, maka membayar zakat fitrah hukum nya wajib karena ia mampu melakukannya.
Zakat fitrah tidak mengenal nisab, dan dibayar sebesar 1 (satu) sha makanan
pokok suatu masyarakat. 1 (sha) adalah 4 mud dan ukuran 1 mud adalah genggaman
2 tangan orang dewasa (atau kira-kira :2,176 Kg ). Jika ingin dibayar dengan uang
(menurut Imam Abu Hanifah) dibolehkan walaupun sebaiknya yang diberikan adalah
makanan.
Dasar pelaksanaan:
Rasulullah bersabda: Telah diwajibkan zakat fitra untuk membersihkan orang yang
berpuasa dari omonga yang tidak ada manfaatnya dan omongan kotor, serta untuk
memberi makanan pada orang-orang miskin. (HR Ibnu Abbas)
2. Zakat Harta adalah zakat yang boleh dibayarkan pada waktu yang tidak tertentu,
mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta
temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi) yang masing-masing memiliki
perhitungan sendiri-sendiri. Pada masa Rasulullah kelompok harta yang ditetapkan
menjadi objek zakat terbatas pada (1) emas dan perak di zaman rasul uang terbuat dari
emas atau perak; (2) tumbuh-tumbuhan tertentu seperti gandum, jelai, kurma dan
anggur; (3) hewan ternak tertentu seperti domba atau biri-biri, sapi dan unta; (4) harta
perdagangan (tijarah); (5) harta kekayaan yang ditemukan dalam perut bumi (rikaz).
Sementara Allah merumuskan apa yang wajib dizakati dengan rumusan yang sangat
umum yaitu kekayaan, seperti firman-Nya, Pungutlah olehmu zakat dari kekayaan
mereka. Dalam kekayaan terdapat hak peminta-minta dan orang yang melarat. Hal
ini dapat disebabkan karena pada zaman rasul harta jenis itulah yang dianggap sebagai
kekayaan.
Seiring dengan kemajuan transaksi dapat meningkatkan kekayaan, maka penting
untuk mengetahui apa yang dimaksud kekayaan. Kekayaan atau amwal (kata jamak
dari maal) menurut bahasa Arab adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh
memenuhi kondisi diatas. Jika tidak, maka perusahaan harus menghitung seluruh
zakat kekayaanya kemudian memasukkan ke dalam anggaran tahunan sebagai catatan
yang menerangkan nilai zakat setiap saham untuk mempermudah pemegang saham
mengetahui berapa zakat sahamnya (fatwa zakat kontemporer).
Perhitungan zakat perusahaan ada 3 (tiga) pendapat yaitu sebagai berikut (Syafei, 2008)
Perhitungan cara ini relatif sederhana dan dapat diterapkan bilat transaksi usaha
perdagangan juga sederhana. Seperti pada perdagangan yang dimiliki usahanya oleh
perseorangan dimana untuk menjalankan usaha adalah dari modal sendiri dan utang
jangka pendek.
2. Kekayaan yang dikenakan zakat adalah pertumbuhan modal bersih. Pendapat ini
dikemukakan oleh El Badawi dan Sultan.
Secara sederhana :
(Aset lancar bersih + Utang
Jangka Pendek yang
digunakan untuk keperluan
jangka panjang)
DIKURANG
Metode ini diusulkan oleh El Badawi dan Sultan untuk mengatasi kelemahan
pada metode pertama. Hal ini disebabkan transaksi perusahaan makin kompleks,
dimana sumber pendanaan tidak lagi hanya modal dan utang jangka pendek tetapi
juga utang jangka panjang. Agar sesuai dengan konsep zakat yaitu tidak dikenakan
atas aset tetap dan dikenakan atas aset yang tumbuh berkembang. Untuk itu, El
Badawi mengusulkan konsep pertumbuhan modal bersih (growing capital);
DIKURANG
3. Kekayaan yang dikenakan zakat adalah kekayaan bersih perusahaan. Pendapat ini
dikemukakan oleh Lembaga Fatwa Arab Saudi.
Secara sederhana :
(Modal Disetor +
Saldo Laba + Laba
Tahun Berjalan )
DIKURANG
Kerugian Tahun
Berjalan
DIKURANG
Diluar ketiga metode di atas, AAOIFI sendiri melalui FAS (Financial Accounting
Standard) No. 9 memberikan 2 (dua) alternatif metode, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan Aset Bersih ( Net Assets Method)
(Kas dan Setara kas + Piutang
Bersih + Aset yang dapat
diperdagangkan (sebesar nilai
Pasar)
DIKURANG
DIKURANGI
Metode apapun boleh digunakan walaupun yang paling sederhana untuk digunakan
adalah pendapat Qardhawi. Sedangkan nizab zakat adalah 85 gram dan cukup haul (1 tahun
Qamariah) dengan besar zakat 2,5%. Jika perusahaan menggunakan tahun masehi, maka
besar zakat adalah 2,575% (Standar AAOIFI)
2.4 Cakupan Akuntansi Zakat, Infaq, Sadaqah berdasarkan PSAK No. 109
PSAK 109 merujuk kepada beberapa fatwa MUI, yaitu sebagai berikut :
1
Fatwa MUI No. 8/2011 tentang Amil Zakat, menjelaskan tentang kriteria, tugas amil
zakat serta pembebanan biaya operasional kegiatan amil zakat yang dapat diambil
dari bagian amil, atau dari bagian fi sabilillah dalam batas kewajaran, proporsional
serta sesuai dengan kaidah islam.
2
3
Fatwa MUI No. 13/2011 tentang Hukum Zakat atas Harta Haram, di mana zakat
harus ditunaikan dari harta yang halal baik jenis maupun cara perolehannya.
Fatwa MUI No. 14/2011 tentang Penyaluran Harta Zakat dalam bentuk Aset
Kelolaan. Yang dimaksud aset kelolaan adalah sarana dan atau prasarana yang
diadakan dari harta zakat dan secara fisik berada di dalam pengelolaan pengelola
sebagai wakil mustahik zakat, sementara manfaatnya diperuntukkan bagi mustahik
zakat. Jika digunakan oleh bukan mustahik zakat, maka pengguna harus membayar
atas manfaat yang digunakannya dan diakui sebagai dana kebajikan oleh amil zakat.
Fatwa MUI No.15/2011 tentang Penarikan, Pemeliharaan, dan Penyaluran Harta
Zakat. Tugas amil zakat adalah melakukan penghimpunan, pemeliharaan dan
penyaluran. Jika amil menyalurkan zakat tidak langsung kepada mustahik zakat,
maka tugas amil dianggap selesai pada saat mustahik zakat menerima dana zakat.
Amil harus mengelola zakat sesuai dengan prinsip syariah dan tata kelola yang baik.
Penyaluran dana zakat muqayyadah, apabila membutuhkan biaya tambahan dapat
dibebankan kepada muzakki.
2.4.1
1. Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset nonkas diterima dan diakui sebagai
penambah dana zakat. Jika diterima dalam bentuk kas, diakui sebesar jumlah yang
diterima tetapi jika dalam bentuk nonkas sebesar nilai wajar aset.
Jurnal:
Dr. Kas
xxx
xxx
xxx
2. Jika muzakki menentukan mustahik yang menerima penyaluran zakat melalui amil,
maka tidak ada bagian amil atas zakat yang diterima dan amil dapat menerima ujrah
atas kegiatan penyaluran tersebut.
Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah/fee maka diakui sebagai penambah
dana amil. Jurnal saat mencatat penerimaan fee:
Dr. Kas
xxx
xxx
xxx
xxx
b. Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
Jurnal:
Dr. Kerugian penurunan Nilai-Dana Amil
xxx
xxx
4. Zakat yang disalurkan kepada mustahik diakui sebagai pengurang dana zakat
dengan keterangan sesuai dengan kelompok mustahik termasuk jika disalurkan
kepada amil, sebesar:
a. Jumlah yang diserahkan, jika pemberian dilakukan dalam bentuk kas.
Jurnal:
Dr. Penyaluran Zakat-Dana Amil
xxx
xxx
Cr. Kas
xxx
xxx
xxx
5. Amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya operasional dalam
menjalankan fungsinya.
Jurnal:
Dr. Beban-Dana Fisabilillah
xxx
Cr. Kas
xxx
6. Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil.
Jurnal:
Dr. Beban-Dana Amil
Cr. Kas
xxx
xxx
10
xxx
Cr. Kas
xxx
xxx
xxx
xxx
Cr. Kas
xxx
8. Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap (aset kelolaan)
misalnya mobil ambulan, rumah sakit diakui sebagai:
a. Penyaluran zakat seluruhnya, jika aset tetap tersebut diserahkan untuk dikelola
kepada pihak lain yang tidak dikendalikan amil.
Jurnal ketika membeli aset tetap:
Dr. Aset Tetap
xxx
Cr. Kas
xxx
xxx
xxx
b. Penyaluran zakat secara bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap tersebut
sesuai dengan pola pemanfaatannya, jika aset tetap tersebut masih dalam
pengendalian amil atau pihak lain yang dikendalikan amil.
Jurnal ketika membeli aset tetap:
Dr. Aset Tetap
xxx
Cr. Kas
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
9. Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi
tidak terbatas pada:
11
a. kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran zakat dan
mustahik non-amil;
b. kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahiq nonamil, seperti persentase
pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;
c. metode penentuan nilai wajar yanng digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset
nonkas;
d. rincian jumlah penyaluran dana zakat untuk masing-masing mustahik;
e. penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang masih dikendalikan oleh
amil atau pihak lain yang dikendalikan amil, jika ada, diungkapkan jumlah dan
persentase terhadap seluruh penyaluran dana zakat serta alasannya; dan
f. hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan mustahik yang meliputi:
1) sifat hubungan istimewa;
2) jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan
3) persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama
periode.
g. keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai kebijakan atas
penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya; dan
h. kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infak/sedekah.
Jurnal:
Dr. Kas
xxx
xxx
xxx
12
2. Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan untuk dikelola oleh amil dinilai
sebesar nilai wajar dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah. Penyusutan dari
aset tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana infak/sedekah terikat apabila
penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi.
Jurnal:
Dr. Aset Nonkas (Nilai Wajar)-Tidak Lancar
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
b. kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
Jurnal:
Dr. Kerugian Penurunan Nilai-Dana Amil
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Cr. Kas
xxx
b. nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset nonkas.
Jurnal:
Dr. Penyaluran Infak/Sedekah
xxx
13
xxx
6. Penyaluran infak/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakan penyaluran yang
mengurangi dana infak/sedekah sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset
infak/sedekah yang disalurkan tersebut.
Jurnal:
Dr. Penyaluran Infak/Sedekah
xxx
Cr. Kas
xxx
7. Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat
sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana infak/sedekah.
Jurnal:
Dr. Piutang-Dana Bergulir
Cr. Kas
xxx
xxx
14
Infaq/Sadaqah/Hibah
Menyerahkan kepemilikan suatu barang
kepada pihak lain
Hak milik atas barang diberikan kepada
penerima sadaqah/hibah
Objek sadaqah/hibah boleh diberikan atau
dijual kepada pihak lain
Manfaat barang dinikmati oleh penerima
sadaqah/hibah
Objek sadaqah/hibah tidak harus kekal
Zatnya
Pengelolaan objek sadaqah/hibah diserahkan
kepada si penerima
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
Dari makalah dapat disimpulkan bahwa selain untuk membersihkan harta, zakat,
sedekah, infak maupun wakaf sangatlah berperan di dalam membantu perekonomian
umat. Maka dalam pengelolaannya harusnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga dana
yang terkumpul menjadi produktif dan berdaya guna penuh bagi kemashlahatan umat.
3.2 Saran
Kami menyarankan agar seluruh pengelola zakat, infaq, serta shadaqah, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak, dapat memberikan transparansi terhadap seluruh
informasi yang ada kepada masyarakat, sehingga dapat mendorong masyarakat untuk
berzakat, berinfaq, dan bershadaqah tanpa adanya kekhawatiran untuk diselewengkan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayarti Sri, Wasilah (2014). Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 4.Jakarta : Salemba
Empat.
16
Tihami dan Sohari Sahrani, (2007) Masail Al-Fiqhyah .Jakarta : Triarga Utama
Didin Hafihuddin, (2002). Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah. Jakarta : Gema
Insani.
17