Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Zakat, Infaq dan Shadaqah

Disusun oleh:

Nadir C0219350

Rusmin Bussa C0219372

Muh Subhan C0219343

Patmawati C0219365

Sartika C0219379

Nurafni sagita C0219358

Akuntansi

Fakultas Ekonomi

Universitas Sulawesi Barat

2020
Daftar isi
Daftar isi..................................................................................................................

BAB I pendahuluan

A. Latar belakang.............................................................................................
B. Rumusan masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................

BAB II Pembahasan

A. Pengertian zakat, infaq dan shadaqah..........................................................


B. Perbedeaan zakat, infaq dan shadaqah.........................................................
C. Hikmah yang diperoleh zakat, infaq dan shadaqah.....................................
D. Macam-macam zakat, infaq dan shadaqah..................................................
E. Syarat-syarat wajib zakat, infaq dan shadaqah............................................
F. Golongan-golongan yang berhak menerima zakat infaq dan shadaqah......

BAB III Penutup

A. Kesimpulan. . ...............................................................................................
B. Saran............................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat, infaq dan sedekah merupakan hal yang sudah tidak asing lagi
dikalangan umat muslim. Zakat merupakan salah satu instrumental dala, mengentas
kemiskinan, karena masih banyak lagi sumber dana yang bisa dkumpulkan seperti
infaq, shadaqah, wakaf, hibah serta sejenisnya. Sumber-sumber dana tersebut
merupakan pranata keagamaan yang memilki kaitan secara fungsional dengan upaya
pemecahan masalah kemiskinan dan kepincangan sosial. Dana yang terkumpul
merupakan potensi besar yang dapat memberdayakan puluhan juta rakyat miskin di
Indonesia yang kurang dilindungi oleh sistem jaminan sosial yang terprogram dengan
baik.
Infaq berbeda dengan zakat, infaq merupakan pemberian yang tidak ada
nishabnya sedangkan zakat sebaliknya. Besar kecilnya sangat bergantung kepada
keuangan dan keikhlasan dalam member, yang terpenting adalah hak orang lain yang
ada dalam harta kita sudah dikeluarkan. Sesuai dengan firman Allah SWT yang
berbunyi: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahn) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebijakan” (QS Ali
Imran 134).
Dan sedangkan untuk shadaqah sendiri ialah menurut terminologi syariat,
pengertian sedekah sama dengan pengertan infaq, termasuk juga hukum dan
ketentuan-ketentuannya. Shadaqah diartikan sebagai sebuah pemberian seseorang
secara ikhlas kepada orang yang berhak menerima yang diiringi juga oleh pahala dari
Allah.
Berdasarkn firman Allah diata bahwa shadaqah dan infaq tidak mengenal
nihab seperti zakat. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang
berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia disaat lapang maupun sempit dan
untuk shadaqah yaitu pemberian sesuati yang bersifat kebaikan.
Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu (8 asnaf) maka infaq boleh
diberikan kepada siapapun juga, misalkan untuk kedua orang tua, anak yatim, anak
asuh dan sebagainya. Dalam Al-Qur’an dijelaskan sebagai berikut: “mereka bertanya
tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “apa saja harta yang kamu nafkahkan
hendaklag diberikan kepada ibu dan bapak, kaum kerabat, anak-anak orang miskin
dan orang-orang yang sedang dakam perjalanan.”. dan apa saja kebaikan yang kamu
buat. Maka sesungguhnya Allah maha mengetahuinya”. (QS Al Baqarah 215).
Berdasarkan shadaqah, secara ijima’ ulama’ menetapkan bahwa hukum
sedekah ialah sunah. Islam mensyariatkan sedekag karena didalamnya terdapat unur
memberikaan pertolongan kepada pihak yang membutuhkan.
Sejarah islam telah menunjukan sebua bukti meyakinkan bahwa dana zakat
mempunya arti sangat ignifikan dalam mengatasi masalah sosial ekonomi umat
(mayarakat) pada waktu itu. Hal ini bisa terjadi larena pada waktu itu pengelolaan
zakat melibatkan peran langsung khlaifah (negara). Lembaga-lembaga amil zakat
yang ada seluruhnya berada dalam satu atao koordinai dan sinergo yang
dikembangkan melalui peran Negara. Bukan hanya zakat saja dan yang dihimpun oleh
lembaga-lembaga amil zakat melainkan dana-dana yang lain misalnya infaq, shadaqah
dan wakaf.
Zakat, infaq dan shadaqah merupakan hal yang sangat penting bagi
kesejahteraan umat maka dari itu banyak orang-orang ataupun lembaga-lembaga
sosial yang peduli dengan kesejahteraan dalam kehidupan manuia. Lembaga nerlaba
berbeda dengan lembaga-lembaga yang lainnya terutama karena tujuannya bukan
untuk mencari keuntungan melainkan lebih memberikan manfaat bagi orang kain.
Pada umumnya, setiap lembaga memiliki beberapa visi, misi dan tujuan untuk
menjelaskan upaya atau konstribusi apa saa yang akan diberikan mialnya
meningkatkan pendidikan, kesehata modal usaha dan memberikan lapangan kerja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi dan batasan masalah. Maka
rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan zakat, infaq dan shadaqah?
2. Apa perbedaan zakat, infaq dan shadaqah?
3. Hikmah apa saja yang dapat kita peroleh dengan adanya zakat, infak dan
shadaqah?
4. Apa saja macam-macam zakat, infaq dan shadaqah?
5. Apa saja syarat-syarat wajib zakat?
6. Siapa saja yang berhak menerima zakat, infaq dan shadaqah?
C. Tujuan makalah
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:
1. Agar lebih mengetahui pengertian dari zakat, infaq dan shadaqah
2. Untuk lebih memahami dari zakat, infaq dan shadaqah
3. Agar mengetahui apa saja hikmah yang dapat diambil dari zakat, infaq dan
shadaqah
4. Agar mengetahui dan lebih memahami macam-macam dari zakat, infaq dan
shadaqah
5. Agar mengetahui syarat-syarat wajib zakat
6. Agar mengetahui siapa saja yang berhak menerima zakat, infa dan shadaqah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian zakat, infaq dan shadaqah


a. Zakat
Zakat menurut lughat adalah subur, bertambah. Menurut syara’ zakat
adalah pemberian suatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu,
menurut sfat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak
menerimanya. Zakat adalah hak yang telah ditentukan besarnya yang wajib
dikeluarkan pada harta-harta tertentu (haqqun muqaddarun yajibu fi amwalin
mu’ayyanah).
Menurut Mazhab Maliki zakat adalah mengeluarkan sebagian yang
khusus dari harta yang khsus pula yang telah mencapai nihab (batas kuantitas
yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya
(mustahiqq)-nya. Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai hal
(setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian.
Menurut Mazhab Imam Syafi’i zakata adalah sebuah ungkapan
keluarnya harta atau tubuh seusai dengan secara khusus. Sedangkan menurtu
Mazhab Imam Hambali, zakat ialah hak yang wajib dikeluarkan dari harta
yang khusus untuk kelompok yang khusus pula, yaitu kelompok delapan yang
diisyaratkan dalam Al-Qur’an.
Zakat merupakan suatu ibadah yang penting. Jerap kali dalam Al-
Qur’an menyebutkan zakat beriringan dengan urusan shalat. Ini menunjukan
bahwa zakat dengan shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali dalam hal
keutmaannya. Sholat dipandang seutama-utama Ibadah Badaniah dan zakat
dipandang seutama-utama Ibadah Maliyah. Zakat itu wajib untuk semua umat
Islam, sama degan wajib sholat. Allah SWT telah mewajibkan zakat atas
hamba-hambanya.Firman Allah SWT “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah
zakat”. (QS Al-Muzammil:20).
a) Sejarah pelaksanaan zakat di Indonesia
Sejak islam memasuki Indonesia. Zakat, infaq dan shadaqah
merupakan sumber-sumber dana untuk pengembangan ajaran islam
dan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda.
Pemerintah Belanda khawatir dana tersebut akan digunakan untuk
melawan mereka jika masalah zakat tidak diatur. Pada tanggal 4
Agustus 1938 pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan
pemerintah untuk mengawasi pelaksanaan zakat dan fitrah yang
dilakukan oleh penghulu atau naib sepanjang tidak terjadi
penyelewengan keuangan.
Untuk melemahkan kekuatan rakyat yang bersumber dari zakat
itu, pemerintah Belanda melarang semua pegawai dan priyai pribumi
ikut serta membantu pelaksanaan zakat. Larangan itu memberikan
dampak yang sangat negatif bagi pelaksanaan zakat di kalangan umat
islam, karena dengan sendirinya penerimaan zakat menurun sehingga
dana rakyat untuk melawan tidak memadai. Hal inilah yang tapaknya
diinginkan pemerintah Kolonial Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, di Aceh satu-satunya badan resmi
yang mengurus masalah zakat. Pada masa orde baru, barulah perhatian
pemerintah terfokus pada masalah zakat, yang berawal dari anjuran
Presiden Soeharto untuk melaksanakan zakat secara efektif dan efisien
serta mengembangkannya dengan cara-cara yang lebih luas dengan
pengarahan yang lebih tepat. Anjuran Presiden iniilah yang
mendorong dibentuknya badan amil di berbagai Provinsi.
b) Manajemen pengelolaan zakat produktif
Sehubungan pengelolaan zakat yang kurang optimal,sebagian
masyarakat yang tergerak hatinya untuk memikirkan pengelolaan
zakat secara produktif, sehingga mampu meningkatkan keejahteraan
umat islam pada umumnya dan masyarakat pada umunya. Oleh karena
itu, pada tahun 1990-an, beberapa perusahaan dan masyarakat
mebentuk Baitul Mal atau lembaga yang bertugas mengelola zakat,
infaq dan sedekah dari karyawan perusahaan yang bersangkutan
dengan masyarakat. Sementara pemerintah juga membentuk Badan
Amil Zakat Nasional.
Dalam pengelolaan zakat diperlukan beberapa prinsip, antara
lain:
1. Pengelolaan harus berlandaskan Al-Qur’An dan
Assunnah.
2. Keterbukaan. Untuk menumbuhkan kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga amil zakat, pihak
pengelola harus menerapkan manajemen yang terbuka/
3. Menggunakan manajemen dan administrasi modern.
4. Badan amil zakat dan lembaa amil zakat harus
mengelola zakat denggan sebaik-baiknya.

Selain itu amil juga harus berpegang teguh pada tujuan


pengelolaan zakat, antara lain:

1. Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin juga


membantunya keluar dari kesulitan dan penderitaan.
2. Membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh para
mustahik
3. Menjembatani antara yang kaya dan yang miskin dalam
suatu masyarakat.
4. Meningkatkan syiar islam
5. Mengangkat harkat dan maratabat bangsa dan negara
6. Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan osial dalam
masyarakat
c) Hikmah ibadah zakat
Apabila prinsip-prinsip pengelolaan dan tujuan pengelolaan
zakat dilaksanakan dipegang oleh amil zakat baik itu berupa badan
atau lembaga. Zakat, infaq dana sedekah dikelola dengan manajemen
modern dengan tetap menerpkan empat fungsi standar manajemen.
Tampaknya sasaran zakat, infaq maupun sedekah akan tercapai.
Zakat memiliki hikmah yang besar bagi muzakki, mustahik
maupun bagi masyarakat masyarakat muslim pada umunya. Bagi
muzakki zakat berarti mendidik jiwa dari sifat kikir, sombong dan
angkuh yang biasanya menyertai kepemilikan harta yang banyak dan
berlebih.
Bagi mustahik, zakat memberikan harpan akan adanya
perubahan nasib dan sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan
suudzon terhadap orang-orang kaya . sehingga jurang pemisah antara
si akay dan si miskin dapat dihilangkan.
Bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan terdapat
pemerataan pendapatan dan kepemilikan harta di kalangan umat islam.
Sedangkan dalam tatamasyarakat muslim tidak terjadi monopoli,
melainkan sistem ekonomi yang menekankan kepada mekanisme kerja
sama dan tolong-menolong.
b. Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa-yunfiqu yang artinya membelanjakan
atau membiayai yang berhubungan dengan usaha realisasi perintah-perintah
Allah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi kelima, infaq
adalah pemberian (sumbangan) harta dan sebagainya (selain zakat wajib)
untuk kebaikan. Sedangkan menurut istilah infaq berarti mengeluarkan
sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan
yang dierintahkan dalam ajaran Islam.
Adapula pendapat yang mengatakan, secara bahasa infaq bermakna
keterputusan dan kelenyapan, dari sisi leksikal infaq bermakna mengornkan
harta dan semacamnya dalam hal kebaikan. Dengan demikian, kalau kedua
makna ini digabungkan maka dapat dipahami bahwa harta yang dikorbankan
atau didermakan pada kebaikan itulah yang mengalami peterputusan atau
lenyap dari kepemilikan orang yang mengorbankannya.
Berdasarkan pengertian diatas, maka setiap pengorbanan
(pembelanjaan) harta dan semacamnya pada kebaikan disebut al-infaq. Dalam
infaq tidak ditetapkan bentuk dan waktunya, demikian pula dengan besar atau
kecil jumlahnya. Tetapi infaq biasanya identik dengan harta atau sesuatu
yang memeiliki nilai arang yang dikorbankan. Infaq adalah jenis kebaikan
yang bersifat umum, berbeda dengan zakat. Jika seseorang ber-ifaq, maka
kebaikan akan kembali pada dirinya. Tetapi jika ia tidak melakukan hal itu,
aka tidak akan jatuh kepada dosa. Sebagaimana orang yang telah memenuhi
syarat untuk berzakat tetapi ia tidak melaksanakannya.
Hukum zakat yaitu zakat merupakan salah satu rukun islam dan
menjadi salah satu unsur pokok tiang penegakan syariat Islam. Oleh sebab itu,
hukum menunaikan zakat adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah
yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Allah SWT berfirman, “padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepadanya dalam (menjalankan) agama yang lurus, agar mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan demikian itulah agama yang
lurus” (QS. Al-Bayyinah [98]:5).
Rasulullah Saw bersabda “Islam dibangun diatas lima perkara.
Bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah
utusannya, mendirikan shalat, melaksanakan puasa (di bulan Ramadhan),
menunaikan zakat dan berhaji ke Baitullah (bagi yang mampu)” (HR.
Muslim).
Perintah infaq adalah untuk kebaikan, tujuannya bisa untuk kebaikan
seperti donasi atau sesuatu yang bersifat untuk diri sendiri. Perintah supaya
seseorang membelanjakan harta tersebut untuk dirinya sendiri ada didalam
firman Allah SWT sebagai berikut: “Maka bertakwalah kepada Allah menurut
kesanggupan mu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlahnafkah yang
baik untuk dirimu. Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
maka mereka itulah orang-orang yang beruntung:. (QS At-Tagabun:16)
Sedangkan perintah untuk memberi nafkah istri dan keluarga menurut
kemampuan juga telah dijelaskan dalam firman Allah SWT sebagai berikut:
“hendaklah orang orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklag memberi
nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan
beban kepada seseorng melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya.
Allah kelak akan memberi kelapangan sesuadah kesempitan.: (QS. At-
Thalaq:7)
Dalam membelanjakan harta-harta itu hendaklah yang dibelanjakan
merupakan harta yang baik dan buruk, khususnya dalam menunaikan infaq
berdasarkan firman Allah SWT didalam surat Al-Baqarah ayat 267 yang
berarti: “ Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlan (dijalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkat mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya Lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-
Baqarah:26)
c. Shadaqah
Sedekah berasal dari kata shadaqah yang berarti benar. Orang yang
suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Shadaqah
adalah pemerian harta kepada orang-orang yang fakir, orang-orang yang
membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah
tanpa disertai imbalan. Shadaqah atau yang dalam bahasa Indonesia sering
dituliskan denga sedekah memiliki makna yang lebih luas lago dari zakat dan
infaq.
Shadaqah dapat dimaknai dengan satu tindakan yang dilakukan karena
membenarkan adanya pahala/balasan dari Allah SWT. Sehingga shadaqah
dapat kita maknai dengan segala bentuk/macam kebaikan yang dilakukan oleh
sesorang karena membenarkan adanya pahala/balsan dari Allah SWT.
Shadaqah dapat berbentuk harta seperti zakat atau infaq, tetapi dapat pula
sesuatu hal yang tidak berbentuk harta. Misalnya seperti senyum, membantu
kesulitan orang lain, menyingkirkan rintangan di jalan dan berbagai macam
kebaikan lainnya.
Sedekah menurut KBBI berarti pemberian sesuatu kepada fakir msikin
atau yang berhak menerimanya, diluar kewajiba zakat dan zakat fitrah sesuai
dengan kemampuan pemberi. Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 245
disebutkan: “Barang siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah,
pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya dijalan Allah), maka Allah akan
melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.
Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepadanya lah kamu
dikembalikan.” Ayat tersebut menggambarkan bahwa shadaqah memiliki
makna mendermakan atau menyisihkan uang dijalan Allah SWT. Memberi
sedekah kepada fakir miskin, kerabat atau orang lain yang dilakukan hanya
untuk mengaharao rindha Allah maka ganda, baik id dunia maupun akhirat.
Selain sebagai bentuk amalan dan kebenaran iman seseoranag terhadap
perintah Allah SWT, shadaqah memiliki banyak ketamaan dalam
pelaksanaannya antara lain:
1. Orang yan bersedekah dengan ikhlas akan mendapatkan
perlindungan dan naungan Arsy di hari kiamat.
2. Sebagai obat bagi berbagai macam penyakit, baik penyakit
jasmani maupun rohani.
3. Allah akan melipat gandakan pahal orang yang bersedekah
(QS. Al-Baqarah:245)
4. Shadaqah merupakan indikasi kebenaran iman seseorang.
5. Sebagai penhapus kesalahan.
6. Shadaqah merupakan pembersih harta dan mensucikannya dari
kotoran.
7. Shadaqah juga merupakan tanda ketaqwaan (QS. Al-
Baqarah:2-3)
8. Shadaqah adalaha perisai dari neraka
9. Sebagai pelindung di Padang Mahsyar
10. Orang yang bersedekah termasuk kedalam tujuh orang yang
dinaungi di akhirat nanti.

Seperti halnya infaq, dalam shadaqah tidak ditetapkan bentuknya bisa


berupa bisa berupa barang, harta maupun satu sikap yang baik. Jika ia berupa
harta atau barang, maka shadaqah tidak di tetapkan waktunya dan jumlahnya.
Shadaqah adalah jenis kebaikan yang sifatnta lebih luas dari zakat dan
infaq. Maka dari itu seringkali kita menemukan kata shadaqah ini diartikan
dengan zakat atau dengan infaq. Dan shadaqah seringkali juga digunakan
untuk ungkapan kejujuran sesorang pada agama/keimanan seseorang.shadaqah
ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat oleh jumlah, waktu dan
juga yang tidak terbatas pada materu tetapi juga dapat dalam bentuk non
materi. Misalnya, menuntun orang yang buta, memberikan senyuman. Dan
shadaqah merupakan ungkapan kejujuran (shiddiq) iman seseorang.

B. Perbedaan zakat, infaq dan shadaqah


a. Zakat
Sebagaimana yang telah dijelaskan, zakat wajib dikeluarkan oleh
setiap muslim dewasa, merdeka dan memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu
dengan syarat tertentu. Adapun yang wajib dizakati adalah jiwa dan harta
(zakat fitrah dan mal). Orang yang berhak menerima zakat yaitu delapan
golongan yang telah disebutkan di dalam Al-Qur’an. Kadarnya atau besar
zakat yang dikeluarkan ditentukan tergantung kepada jenis barang yang
dizakatkan. Waktu dalam mengeluarkan zakat pun telah ditentukan pada
waktu tertentu, dan hukum zakat adalah wajib.
b. Infaq
Infaq bersifat umum. Infaq dapat berarti untuk ibadah bisa juga untuk
perkara yang dibolehkan atau bahkan perkara yang wajib. Infaq dapat
dikeluarkan oleh siapa saja, tak terbatas ruang dan waktu serta kadarnya.
c. Shadaqah
Shadaqah bebas dikeluarkan oleh siapa saja dan diberikan kepada saja.
Dalam bershadaqah tidak ada persyaratan tertentu dan hukumnya tidak wajib
C. Hikmah yang diperoleh dari zakat, infaq dan shadaqah
Secara umum tujuan zakat, infaq dan shadaqah adalah untuk meningkatkan
taraf hidup dan mengangkat metabat manusia dari kemiskinan. Sehingga, didalamnya
mengandung banyka himah baik bago orang yang mengeluarkan maupun bagi orang
yang menerimanya. Adapu hikmahnya antara lain sebagai berikut:
a) Hikmah bagi orang yang mengeluarkan:
1. Sebagai ungkapan rasa syukur seseorang kepada Allah SWT atas
segala limpahan nikmat dan rahmat yang diberikan kepadanya.
2. Dapat membersihkan diri dari harta, menjaga dan memelihara harta
dari incaran mata dan tangan para pendosa dan pencuri.
3. Memberikan motivasi untuk bekerja keras agar dapat sederajat dengan
orang lain.
4. Akan memperoleh pahala yang besar.
5. Menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil.
b) Himah bagi orang yang menerimanya:
1. Dapat merasakan dan menikmati harta yang dimiliki oleh orang kaya.
2. Menghilankan perasaan hasud, iri dan dengki.
3. Dapat meringankan beban yang harus ditanggungnya.
4. Dapat tertolong kesulitan dan kesusahannya.
c) Hikmah bagi masyarakat:
1. Dapat menolong orang yang lemah dan susah.
2. Jurang pemisah antara si kaya dan si miskin makin diperkecil
3. Mendidik masyarakat untuk berjiwa dan memiliki kepedulian sosial
D. Macam-macam zakat, infaq dan shadaqah
a) Adapun macam-macam zakat diantara lain yaitu:
1) Zakat harta (zakat mal) adalah zakat yang boleh dibayarkan pada
waktu yang tidak tertentu, menckup hasil perniagaan, pertanian,
pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta termuan, emas dan perak
seta hasil kerja (profesi) yang masing-masing memiliki perhitungan
sendiri-sendiri. Pada masa Rasulullah kelompok harta yang ditetapkan
menjadi objek zakat terbatas pada
i. Emas dan perak di zaman rasul uang terbuat dari emas atau
perak
ii. Tumbuh-tumbuhan tertentu seperti gandum, jelai, kurma dan
anggur
iii. Hewan ternak tertentu seperti domba atau biri-biri, sapi dan
unta
iv. Harta perdagangan (tijarah)
v. Harta kekayaan yang ditemukan dalam perut bumi (rikaz).

Sementara Allah merumuskan apa yang wajib dizakati dengan


rumusan yang sangat umum yaitu “kekayaan”, seperti firmannya
“pungutlah olehmu zaka dari kekayaan mereka”. Dalam kekayaan
terdapat hak peminta-minta dan orang yang melarat. Hal ini dapat
disebakan karena pada zaman Rasul harta jenis itulah yang
dianggap sebagai kekayaan.

2) Zakat jiwa/zakat fitrah


Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap
muslim setelah matahati terbenam akhir bulan Ramadhan. Lebih utama
dibayarkan sebelum shalat Idul Fitri, karena jika dibayarkan setelah
shalat ied. Maka sifatnya sedekah biasa buka zakat fitrah. Sebagaimana
sabda Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa yang mengeluarkan
sebelum shalat Ied, maka itu zkat fitrah yang diterima. Dan barang
siapa yang mengeluarkannya sesudah shalat ied maka itu termasuk
salah satu sedekah-sedekah biasa.” (HR Ibnu Abbas).
Seorang muslim wajib membayar zakat fitrah untuk dirinya dan
orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya seperti istri, anak dan
pembantunya yang muslim. Akan tetapi boleh bagi seorang istri atau
anak maupun pembantu membayar zakat sendiri. Menurut Jumhur
ulama, syarat kewajiban zakat fitrah bagi fakir adalah apabila ia
memiliki kelebihan makanan pokok dirinya dan orang yang menjadi
tanggung jawabnya di malam dan pada hari rayanya. Kelebihan itu
tidak termasuk rumah, perabotnya dan kebutuhan pokok lainnya
termasuk binatang ternak yang dimanfaatkan, buku yang dipelajari
ataupun perhiasan yang dipakainya. Akan tetapi, jika telah melebihi
dan memungkinkan untuk dijual serta dimanfaatkan untuk keperluan
zakat fitrah, maka membayar zakat fitrah hukumnya wajib karena ia
mampu melakukannya.
Zakat fitrah tidak mengenal nisab dan dibayar sebesar 1 (satu)
sha’ makanan pokok suatu masyarakat. 1 (sha’) adalah 4 mud’ dan
ukuran 1 mud’ adalah genggaman 2 tangan orang dewasa (atau kira-
kira: 2,176 kg). Jika ingin dibayar dengan uang (menurut Imam Abu
Hanifah) dibolehkan walaupun sebaiknya yang diberikan adalah
makanan. Dasar pelaksanaan: Rasulullah bersabda: “telah diwajibkan
zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari omongan
yang tidak ada manfaatanya dan omongan kotor, serta untuk memberi
makanan pada orang-orang miskin.” (HR Ibnu Abbas).
b) Macam-macam infaq
1. Infaq mubah
Jenis inaq mubah merupakan sebuah tindakan mengeluarkan
harta untuk perkara mubah perti berdagang dan bercocok tanam.
2. Infaq wajib
Bentuk infaq wajib merupakan pengekuaran harta untuk
perkara yang wajib seperti membayar mahar (mas kawin), menafkahi
istri dan menafkahi istri yang telah ditalak maupun istri yang masih
dalam keadaan iddah.
3. Infaq haram
Jenis infaq haram merupakan sebuah tindakan mengeluarkan harta
dengan tujuan yang diharmkan Allah, seperti:
i. Infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar islam
Seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Anfal ayat 36 yang
berbunyi: “sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan
harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.
Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan
bagi mereka dan mereka akan dikalahkan. Dan kedalam
jahnnamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” (QS. Al-
Anfal [8]:36)
ii. Infaqnya orang islam kepada fakir miskin tapi tidak karena
Allah
Berdasarkan firman Allah SWT didalam surat An-Nisa ayat 38,
yang berbunyi: “dan (juga) orang-orang yang menafkahkan
harta-harta mereka karena riya kepada manusia dan orang-
orang yang tidak berimn kepada Allah dan kepada hari
kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu adalah
teman yang seburuk-buruknya.” (QS. An-Nisa [4]:38)
4. Infaq sunah
Infaq sunah ini yaitu mengeluarkan harta dengan niat shadaqah.
Jenis ini terbagi kedalam dua kategori, yaitu infaq jihad dan infaq
kepada yang membutuhkan.
c) Macam-macam shadaqah
Berikut merupakan beberapa jenis shadaqah yang bia kita amalkan sehari-hari:
1. Tasbih, Tahlil dan Tahmid
Dari Aisyahr.a bahwasanya Rasulullah SAW. Berakat.
“Bahwasanya diciptakan dari setip anak cucu Adam tiga ratus enam
puluh persendian. Maka barang siapa yang bertakbir, bertahmid,
bertasbih, beristighfar, menyingkirkan batu, duri atau tulang dari
jalanan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Maka akan dihitung tiga ratus
enam puluh persendian. Dan ia sedang berjalan pada hari itu,
sedangkan ia dibebaskan dirinya dari api neraka.” (HR. Muslim)
2. Bekerja dan memberi nafkah pada sanak keluarganya
Sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits dari Al-Miqdan
Bin Ma’dikarib Al-Zubaidi ra, dari Rasulullah SAW. Berkata,
“tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakuka oleh
seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri.
Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga,
anak dan pembantunya melainkan akan menjadi shadaqah.” (QS. Ibnu
Majah)
3. Shadaqah harta
Sedekah tidaklah mengurangi harta. Sebagiaman Rasulullah SAW.
Bersabda, “sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim).
Meskipun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan
tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah
dengan kelipatan yang amat banyak seperti dalam firman Allah dalam
surah Saba: “Dan barang siapa yang kamu nafkahkan, maka Allah
akan menggantinya dan dia-lah pemberi rezeki sebaik-baiknya” (QS.
Saba’:39)..

E. Syarat-syarat wajib zakat, infaq dan shadaqah


a) Adapun syarat-syarat wajib zakat antara lain sebagai berikut:

1. Merdeka
Budak tidak dikenai kewajiban membayar zakat (zakat fitrah
maupun zakat mal) meski jumlah harta miliknya sudah mencapai
nisab.
2. Islam
Zakat adalah ibadah khusus yang diperuntukkan bagi muslim.
Nonmuslim tidak ada kewajiban membayar zakat.
3. Mukalaf
Mukalaf (akil baligh) adalah syarat wajib yang mesti dipenuhi
muslim yang hendal berzakat. Anak kecil belum dikenai kewajiban
membayar zakat, sebagaimana tidak diwajibkan menjalankan shalat
dan puasa.
4. Tidak mempunyai utang
Seorang muslim yang masih menanggung utang tidak
diwajibkan -membayar zakat. Sebaliknya ia dianjurkan untuk melunasi
hutang-hutangnya terlebih dahulu.
5. Jumlah hartanya sudah mencukupi
Atau melebihi kebutuhan pokonya.
6. harta milik sendiri seutuhnya
7. sudah memiliki harta yang mencapai satu nisab (zakat mal)
8. harta tergolong jenis simpanan yang wajib dizakati, misal emas, perak,
hasil pertanian, hasil perniagaan, hasil tambang
9. telah mencapai haul, yaitu jika harta tersebut telah berlalu satu tahun
hijriyyah, kecuali untuk harta berupa hasil pertanian dimana waktu
wajib zakatnya adalah saat Haul jadi syarat bagi harta yang sudah
mecapai nishab untuk dikeluarkan zakatnya.
b) Adapun syarat-syarat wajib infaq antara lain sebagai berikut:
1. Berakal sehat
2. Orang yang memberikan infaq/ sedekah atas dasar kemauan sendiri
3. Harta yang diberikan adalah milik sendiri
4. Orang yang menerimanya jelas orang yang membutuhkan dan
digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.
c) Adapun syarat-syarat wajib shadaqah
1. Berasal dari harta yang halal dan baik
2. Dilakukan dengan yang baik dan tulus
F. Golongan-golongan yang berhak menerima zakat, infaq dan shadaqah
a. Golongan yang berhak menerima zakat
1. Fuqara’ (fakir) adalah orang yang tidak memiliki harta benda untuk
bisa mencukupu kebutuhan hidupnya.
2. Masakin (miskin) adalah orang yang memiliki harta benda atau
pekerjaan namun kurang mampu mencukupi kebutuhan hidupnya.
3. Amilin (amil) adalah orang-orang yang bekerja menguru zakat dan
tidak diupah selain dari zakat.
4. Mu’allaf adalah orang yang baru masuk Islam. Atau bisa juga orang
islam yang masih lemah dalam menjalankan syariat islam.
5. Riqab (budak mukatab) adalah budak yang dijanjikan merdeka oleh
tuannya setelah melunasi sejumlah tebusan yang sudah diespakati
bersama
6. Gharimin adalay orang memiliki tanggungan
7. Sabiillah adalah orang yang berperang di jalan Allah
8. Ibnu Sabil adalah orang yang memulai bepergian dari daerah tempat
zakat (baladuzzakat) atau melewati daerah tempat zakat.
b. Golongan penerima infaq
Penerima infaq dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Infaq wajib (nakah) diberikan kepada keluarga terdekat (dzawwi al
qurba). Antara lain anak, istri dan orang tua
2. Infaq sunah diberikah kepada fakir miskin, anak yatim dan kaum
dhuafa lainnya.
c. Golongan penerima shadaqah yaitu semua orang berhak mendapatkan sedekah
tidak melihat agama, ras, suku dan sebagainya. Begitupun dengan pemberi
shadaqah bisa siapa saja yang memiliki rezeki lebih.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat, infaq dan shadaqah memang hampir sama akan tetapi ketiganya tetap
memilki perbedaan. Zakat, infaq dan shadaqah merupakan suatu ibadah yang jika
melaksanakannya umat islam akan mendapat pahala dan rezekinya yang insyaallah
akan terus bertambah karena diganti oleh Allah SWT.
B. Saran
Jika para pembaca memilki saran maupun kritik kami akan menerimanya.
Agar dapat membuat makalah dengan lebih baik dan dapat lebih diterima dan juga
dipahami oleh para pembaca.
Daftar pustaka

http://m4n4n4.blogsot.com/2014/11/makalah-zakat-infaq-dan-shodaqah.html?m=1

http://siraman.blogspot.com/2014/11/makalah-zakat-infaq-sedekah-dan-wakaf.html?m=1

http://makalah-ugi.blogspot.com/2014/05/zakat-infaq-dan-shadaqah.html?m=1

http://ridwankurniawan992.blogspot.com/2016/12/makalah-zakat-infaq-dan-shadaqah-
bagi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai