Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FIQIH ZAKAT
Tentang
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

Dosen Pengampu:
Dr. Drs. H. Sobhan, M.A

Disusun Oleh:
Inneva Putri (2213030081)
Putri Handayani Wulandari (2213030022)
Azlan (2213030004)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (C)


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
2024M / 1445H
KATA PENGANTAR

syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan tema “PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH”
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi membantu kami dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya, dan juga kami sangat berterima
kasih kepada Bapak Dr. Drs. H. Sobhan, M.A yang telah memberi bimbingan
terbaiknya, sehingga makalah ini lebih mudah kami selesaikan.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah FIQIH ZAKAT Selain itu, Puji pembuatan makalah ini juga bertujuan agar
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, maka kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan
makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Padang,27 Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar belakang................................................................................................
B. Rumusan masalah...........................................................................................
C. Tujuaun..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Defenisi Zakat................................................................................................
B. Defenisi Infaq.................................................................................................
C. Defenisi Shadaqah..........................................................................................
D. Perbedaan Zakat, Infaq dan Shadaqah...........................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf adalah bentuk ajaran Islam yang mengajak umat manusia
untuk peduli terhadap sesama. Keempat filantropi ini memiliki persamaan yaitu sama-sama
bernilai ibadah dan meningkatkan solidaritas antar umat. Keempatnya memiliki peran penting
dalam pemberdayaan umat yakni dengan pendayagunaan dana filantropi tersebut dapat
meminimalisir ketimpangan perekonomian masyarakat, mengentaskan kemiskinan, dan
meminimalisir pengangguran yang mungkin menimbulkan keresahan dalam masyarakat
sehingga terwujudlah ma-syarakat yang tentram makmur dan sejahtera. Namun demikian
terdapat problematika dalam pengimplementasiannya yakni kesadaran masyarakat yang minim.
Untuk mengantisipasi dan mence-gah masalah-masalah yang menjadi penghambat dalam imple-
mentasi filantropi maka dibutuhkan strategi tertentu salah satunya berupa sosialisasi atau
penyuluhan tentang zakat, infaq, sadaqah, wakaf, dan pembentukan badan yang khusus bertugas
mengurusnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Defenisi Zakat?
2. Apa Defenisi Infaq?
3. Apa Defenisi Shadaqah?
4. Apa Perbedaan Zakat, Infaq dan Shadaqah?

C. Tujuan
1. Agar dapat memahami Defenisi Zakat
2. Agar dapat memahami Defenisi Infaq
3. Agar dapat memahami Defenisi shadaqah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian zakat

Dari sisi bahasa, kata zakat diambil dari bahasa Arab zakā (‫ )زكى‬yang berarti suci, baik,
tumbuh dan berkembang. Dinamakan demikian karena zakat merupakan proses memperbaiki
dan membersihkan diri dari apa yang didapatkan. Sedangkan secara istilah zakat ialah
pengelolaan mengenai takaran harta tertentu yang didapat dari orang yang wajib
membayarnya, yang dinamakan sebagai muzakki, yang selanjutnya diberikan kepada orang-
orang yang berhak menerimanya, atau mustahiq. Kewajiban dalam melaksanakan zakat
dilandasi oleh dasar hukum yang salah satunya diambil dari QS. Al-Baqarah: 110

‫َو َأ ِق ي ُم وا الَّص اَل َة َو آ ُت وا ال َّز َك اَةۚ َو َم ا ُتَق ِّد ُم وا َأِل ْنُفِس ُك ْم ِم ْن َخ ْي ٍر َت ِج ُد و ُه ِع ْن َد ال َّل ِه ۗ ِإ َّن ال َّل َه‬
ٌ ‫ِبَم ا َتْع َم ُل وَن َبِص ير‬

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

Pengertian zakat berbeda dengan pajak. Menurut Abdul Karim al- Tawathi, pembayaran
pajak dilaksanakan karena orang merasa terpaksa dengan adanya suatu sistem pemerintah.
Sedangkan zakat dilakukan sebagai lambang kerja sama dan rasa persaudaraan pada sesama.
Salah satu perbedaan zakat dan pajak, seperti yang diungkapkan oleh Dawam Rahardjo,
yakni bahwasanya pembayaran pajak dikarenakan masyarakat telah menikmati fasilitas
publik yang telah disediakan oleh negara, sedangkan dalam pembayaran zakat, seseorang
yang diwajibkan membayarnya tidak bisa mengambil manfaat dari pembayarannya. Jadi,
fungsi zakat yaitu transfer konsumsi atau kekayaan

Zakat memiliki banyak hikmah yang dapat menghubungkan seseorang dengan masyakat
sekitar, bahkan kepada Allah, diantaranya:
a. Menolong, membangun, dan membina kaum dhuafa’ dalam memenuhi kebutuhan pokok
hidupnya.
b. Menghindarkan kaum dhuafa’ dari prasangka iri hati, dengki, dan benci dari orang-orang
yang berkecukupan dan mewah yang ada di sekitarnya.
c. Dapat menyatukan, menyama-ratakan umat dengan memunculkan adanya rasa tanggung
jawab dalam membantu saudara-saudaranya yang membutuhkan uluran tangan.
d. Dapat membersihkan diri dari dosa dengan berakhlak mulia seperti sifat murah hati,
kemanusiaan, serta menghilangkan sifat kikir dan serakah.
e. Mewujudkan tatanan masyarakat yang rukun, damai, harmonis dan sejahtera hingga
terciptalah sebuah masyarakat madani yang baldatun tayyibatun wa rabbun gafȗr.

Syarat dan Rukun Zakat

Syarat zakat ada dua, yaitu:

a. Syarat orang yang berzakat (muzakkī). Syaratnya adalah Islam, merdeka, baligh, berakal,
dan mempunyai hak kuasa terhadap hartanya.
b. Syarat harta sebagai objek zakat. Harta yang menjadi objek zakat, para ulama telah
memberikan syarat yang harus dipenuhi oleh muzakki, yaitu:
1) ilik Penuh. Harta yang wajib zakat adalah harta yang sepenuhnya berada dalam
kontrol kepemilikannya, baik itu kekuasaan dalam pemanfaatan ataupun
kekuasaan menikmati hasilnya dengan cara halal seperti harta hasil usaha, harta
warisan, harta pemberian pihak lain dan sebagainya. Harta yang didapatkan
dengan cara yang haram tidak wajib dikenai zakat.
2) Berkembang. Yakni sifat harta kekayaan itu bertambah sehingga dapat
memberikan pemasukan dan keuntungan.
3) Melebihi dari kebutuhan pokok. Adapun pengertian kebutuhan pokok ialah
kebutuhan minimal yang diperlukan dan menjadi tanggungan atas seseorang dan
keluarganya untuk keberlangsungan hidupnya, seperti rumah, pakaian, kesehatan,
pendidikan, belanja keseharian.
4) Mencukupi satu Nishab. Yakni jumlah harta tersebut telah sampai dalam takaran
tertentu yang sesuai dengan ketetapan syariat Islam. Jika ia belum mencapai
nishab, maka ia terbebas dari zakat.
5) Mencapai satu tahun (Haul) dalam masa kepemilikannya. Jenis zakat yang
dikenai persyaratan tersebut ialah zakat ternak, harta simpanan dan perniagaan.
Adapun buah-buahan, hasil pertanian dan barang temuan (rikaz) tidak ada
persyaratan satu tahun (haul).
6) Harta yang dimiliki tersebut telah bebas dari hutang, baik hutang dalam bentuk
nazar atau wasiat (yang berhubungan dengan Allah) maupun hutang kepada orang
lain. Sedangkan rukun zakat ada tiga; Pertama, proses pengeluaran hak milik dari
sebagaian harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Kedua, Penyerahan harta
tersebut dari muzakki kepada orang yang bertugas atau orang yang mengurusi
zakat (amil). Terakhir, Penyerahan amil zakat kepada yang berhak menerima
zakat (mustahiq) sebagai milik.

Hukum Zakat

Zakat adalah rukun Islam ketiga dari rukun Islam yang lima, ia merupakan pilar agama
yang tidak dapat berdiri tanpa menunaikan zakat. Hukumnya wajib Ain (kewajiban individu)
bagi setiap muslim apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan syari’at.
Kewaiban tersebut diisyaratkan alQur’an dan as-Sunnah serta berdasarkan ijma’ ulama.
Allah SWT berfirman: “Dan dirikan sholat dan keluarkan zakat.”

Sedangkan sabda Rasulullah SAW:

“Dari Ibn Umar ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: Islam dibangun atas lima
perkara, yaitu bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammada itu
utusan Allah dan mendirikan sholat dan mengeluarkan zakat serta menunaikan haji dan
menunaikan puasa ramadhan.

Zakat bukan merupakan hibah atau pemberian, bukan pula tabarru’atau sumbangan,
tetapi ia adalah penunaian kewajiban orang-orang yang mampu (kaya) atas hak orang miskin
dan beberapa mustahiq lainnya. Para ulama berpendapat bahwa posisi orang-orang yang
fakir dan miskin atas orang kaya sangatlah besar dan berperan penting, yaitu dilihat dari sisi
keutamaan mereka yang menjadi sebab orang-orang kaya memperoleh pahala dengan
membayar zakat tersebut.
Zakat merupakan ibadah yang disyariatkan kepada semua muslim yang telah dibebankan
untuk menunaikannya, karena memiliki harta yang cukup nisab dan bebas menggunakan
hartanya, bukan budak dan berada dalam kekuasaan tuannya. Orang yang memilki harta
senisab ini dianggap orang kaya sekalipun seorang anak kecil atau anak yatim dan gila,
Karena Jumhur ulama menegaskan bahwa berakal dan dewasa bukanlah menjadi syarat
wajibnya zakat.20 Rasulullah SAW bersabda:

“Dari Ibn Syuaib bahwasaya Rasulullah SAW berkhotbah kepada orang-orang dan
berkata : ketahuilah barang siapa yang menjadi wali bagi anak yatim dan ia memiliki harta,
maka hendaklah ia meninfestasikannya (dengan bisnis/berdagang) dan jangan
membiarkannya habis karena dikeluarkan untuk berzakat.”

Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa harta yang dimiliki oleh seorang
anak yang tidak mengerti akan harta dan bahkan harta seorang anak yatim wajib dikeluarkan
zakatnya, maka bagi yang menjadi wali dalam pemeliharaan harta tersebut diperintahkan
untuk menggembangkannya dengan berdagang, agar tidak menjadi habis dengan penunaian
zakat (shadaqah)

Sedangkan Abu Hanifah berpendapat bahwa zakat tidak diwajibkan kepada anak kecil
dan orang gila, karena mereka bukanlah kelompok yang dibebani agama, seperti sholat dan
ibadah lainnya. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW:

“Dari saidina Ali ra, rasulullah SAW bersabda: diangkat pena untuk tiga golongan,
yaitu: orang yang tidur sampai ia bangun, anak kecil sampai ia dewasa dan orang gila
sehingga ia berakal.

Begitu pula hukum bagi harta orang yang telah meninggal dunia, Abu Hanifah
menganggap bahwa tidak wajib zakat apabila si mayit tidak mewasiatkan harta untuk
dizakati, namun apabila si mayit berwasiat sebelum kematiannya untuk dizakati, maka ahli
warisnya wajib mengzakati harta yang ditinggal sebelum dijadikan sebagai harta warisan.
Sedangkan Imam mazhab lainnya berpandangan tetapnya zakat pada harta yang sampai
nisab, sekalipun pemiliknya telah meninggal dunia dan tidak berwasiat untuk mengzakati
hartanya.
B. Pengertian infaq

Kata Infaq berasal dari kata anfaqo-yunfiqu, artinya membelanjakan atau membiayai, arti
infaq menjadi khusus ketika dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-perintah Allah.
Dengan demikian Infaq hanya berkaitan dengaat atau hanya dalam bentuk materi saja,
adapun hukumnya ada yang wajib (termasuk zakat, nadzar),ada infaq sunnah, mubah bahkan
ada yang haram. Dalam hal ini infaq hanya berkaitan dengan materi. Menurut kamus bahasa
Indonesia Infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat Sedangkan
menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.

Oleh karena itu Infaq berbeda dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta
yang ditentukan secara hukum. Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu,
melainkan kepada siapapun misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau
orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dengan demikian pengertian infaq adalah
pengeluaran suka rela yang dilakukan seseorang. Allah memberi kebebasan kepada
pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang sebaiknya diserahkan. setiap
kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa infaq bisa diberikan kepada siapa saja
artinya mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut islilah syari’at,
infaq adalah mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam islam untuk
kepentingan umum dan juga bisa diberikan kepada sahabat terdekat, kedua orang tua, dan
kerabat-kerabat terdekat lainnya.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup
harta benda yang dimiliki dan bukan zakat. Infaq ada yang wajib dan ada pula yang sunnah.
Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan lain-lain. Infaq sunnah diantara nya, infaq
kepada fakir miskin sesama muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain lain.
Terkait dengan infaq ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari
dan Muslim ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap pagi dan sore : “Ya Allah SWT
berilah orang yang berinfaq, gantinya. Dan berkata yang lain : “Ya Allah jadikanlah orang
yang menahan infaq,kehancuran”
Dengan demikian, dapat peneliti pahami bahwa pengertian Infaq menurut etimologi
adalah pemberian harta benda kepada orang lain yang akan habis atas hilang dan terputus
dari pemilikan orang yang memberi. Dengan ungkapan lain, sesuatu yang beralih ke tangan
orang lain atau akan menjadi milik orang lain.Secara terminologi, pengertian infaq memiliki
beberapa batasan, sebagai berikut :Infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.

Infaq berarti mengeluarkan sebagian harta untuk kepentingan ke- manusiaan sesuai
dengan ajaranIslam. Kata infaq adalah kata serapan dari bahasa Arab: al-infâq. Kata al-infâq
adalah mashdar (gerund) dari kata anfaqa–yunfiqu–infâq[an]. Kata anfaqa sendiri merupakan
kata bentukan; asalnya nafaqa– yanfuqu–nafâq[an] yang artinya: nafada (habis), faniya
(hilang/ lenyap), berkurang, qalla (sedikit), dzahaba (pergi), kharaja (keluar). Karena itu, kata
al-infâq secara bahasa bisa berarti infâd (menghabiskan), ifnâ’ (pelenyapan/pemunahan),
taqlîl (pengurangan), idzhâb (menyingkirkan) atau ikhrâj (pengeluaran).

Dasar Hukum Infaq

Adapun dasar hukum infaq telah banyak dijelasakan baik dalam Al- Qur’an atau hadits.
Katakanlah:

”Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaanperbendaharaan rahmat Tuhanku,


niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya”. Dan adalah
manusia itu sangat kikir.

Kemudian dalam QS Adz-Dzariyat:19 disebutkan yang berbunyi:

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian.

Selain itu dalam QS Al-Baqarah:245 juga disebutkan, yang berbunyi:

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan
hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya
dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki)
dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
Kemudian dalam ayat lain juga di sebutkan tentang dasar hukum infaq yang artinya
sebagaiberikut:

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun


sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran: 134)

Berdasarkan firman Allah di atas bahwa Infaq tidak mengenal nishab seperti zakat. Infaq
dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun
rendah, apakah ia disaat lapang maupun sempit. Jika zakat harus diberikan pada mustahik
tertentu (8 asnaf) maka infaq boleh diberikan kepada siapapun juga, misalkan untuk kedua
orang tua, anak yatim, anak asuh dan sebagainya. Dalam Al Quran dijelaskan sebagai
berikut :

“mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang
kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” dan apa saja
kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.” (QS. Al
Baqarah: 215)

Berdasarkan hukumnya infaq dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu Infaq wajib dan
sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan lain-lain. Sedang Infaq sunnah
diantaranya, seperti infaq kepada fakir miskin, sesama muslim, infaq bencana alam, infaq
kemanusiaan, dan lain-lain.

Rukun dan syarat infaq

Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa dalam satu perbuatan hukum terdapat unsur-unsur
yang harus dipenuhi agar perbuatan tersebut bisa dikatakan sah. Begitu pula dengan infaq
unsur-unsur tersebut harus dipenuhi. Unsur-unsur tersebut yaitu disebut rukun, yang mana
infaq dapat dikatakan sah apabila terpenuhi rukun-rukunnya, dan masing-masing rukun
tersebut memerlukan syarat yang harus terpenuhi juga. Dalam infaq yaitu memiliki 4
(empat) rukun:
1. Penginfaq (Munfiq), Maksudnya yaitu orang yang berinfaq, tersebut harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
 Memiliki apa yangdiinfaqkan.
 Bukan orang yang dibatasi haknya karena suatu alasan.
 Dewasa, bukan anak yang kurangkemampuannya.
 Tidakdipaksa,sebabinfaqituak ada yang mensyaratkan keridhaan dalam
keabsahannya.
2. Orang yang ber infaq, dengan syarat sebagaiberikut:
 Benar-benaradawaktudiberiinfaq.Bilabenar-benar tidak ada, atau
diperkirakan adanya, misalnya dalam bentuk janin maka infaq tidak ada
 Dewasa atau baligh maksudnya apabila orang yang diberi infaq itu ada di
waktu pemberian infaq, akan tetapi ia masih kecil atau gila, maka infaq itu
diambil oleh walinya, pemeliharaannya, atau orang yang mendidiknya,
sekalipun dia orangasing.
3. Sesuatu yangdiinfaqkan, Maksudnya orang yang diberi infaq oleh penginfaq,
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
 Benar-benar ada Harta yang bernilai Dapat dimiliki zatnya, yakni bahwa
yang diinfaqkan adalah apa yang biasanya dimiliki, diterima pere-
darannya, dan pemilikannya dapat berpindah tangan. Maka tidak sah
menginfaqkan air di sungai, ikan di laut, burung di udara.
 Tidakberhubungandengantempatmilikpenginfaq, seperti menginfaqkan
tanaman, pohon atau bangunan tanpa tanahnya. Akan tetapi yang
diinfaqkan itu wajib dipisahkan dan diserahkan kepada yang diberi infaq
sehingga menjadi milikbaginya.
4. Ijab dan Qabul
Infaq itu sah melalui ijab dan qabul, bagaimana pun bentuk ijab qabul
yang ditunjukkan oleh pemberian harta tanpa imbalan. Misalnya penginfaq
berkata: Aku infaqkan kepadamu; aku berikan kepadamu; atau yang serupa itu;
sedang yang lain berkata: Ya aku terima. Imam Malik dan Asy-Syafi’i
berpendapat di- pegangnya qabul di dalam infaq. Orang-orang Hanafi
berpendapat bahwa ijab saja sudah cukup, dan itulah yang paling shahih.
Sedangkan orang-orang Hambali berpendapat: Infaq itu sah dengan pemberian
yang menunjukkan kepadanya; karena Nabi SAWdiberi dan memberikan hadiah.
Begitu pula dilakukan para sahabat serta tidak dinukil dari mereka bahwa mereka
mensya- ratkan ijab qabul, dan yang serupa itu.
C. Shadaqah
Secara etimologi, kata shadaqah berasal dari bahasa arab ash- shadaqah. Pada
awal pertumbuhan Islam, shadaqah diartikan dengan pemberian yang disunahkan
(shadaqah sunah). Sedangkan secara terminologi shadaqah adalah memberikan sesuatu
tanpa ada tukarannya karena mengharapkan pahala dari Allah SWT. Shadaqah adalah
pemberian harta kepada orang- orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-
pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan.
Shadaqah atau yang dalam bahasa indonesia sering dituliskan dengan sedekah
memiliki makna yang lebih luas lagi dari zakat dan infaq. Sedekah merupakan salah satu
kewajiban yang dilakukan oleh seorang muslim yangtelah berlebihan hartanya.49
Sedekah adalah hak Allah SWTberupa harta yang diberikan oleh seseorang yang kaya
kepada yang berhak menerimanya yaitu fakir dan miskin.

Rukun dan Syarat Shadaqah

Rukun shadaqah dan syaratnya masing-masing adalah sebagai berikut:


 Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan
berhak untuk mentasharrufkan (mem- peredarkannya)
 Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki, dengan demikian tidak
syah memberi kepada anak yang masih dalam kandungan ibunya atau
memberi kepada bina- tang, karena keduanya tidak berhak memiliki
sesuatu
 Ijab dan qabul, ijab ialah pernyataan pemberian dari orang yang memberi
sedangkan qabul ialah pernyataan penerimaan dari orang yang menerima
pemberian.
 Barang yang diberikan, syaratnya barang yang dapat dijual.
Bersedekah haruslah dengan niat yang ikhlas, jangan ada niat ingin dipuji (riya)
atau dianggap dermawan, dan menyebut- nyebut sedekah yang sudah dikeluarkan,
apalagi menyakiti hati si penerima. Sebab yang demikian itu dapat menghapuskan
pahala sedekahnya.
D. Perbedaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah
Berdasarkan hukumnya, Zakat hukumnya wajib apabila sudah memenuhi syarat
dan ketentuan. Contohnya zakat maal wajib dikeluarkan apabila sudah memenuhi nishab
85 gram emas dan haul 1 tahun. sementara infak dan sedekah hukumnya sunnah
Sedangkan dari segi wujudnya untuk zakat berbentuk harta atau barang
(contohnya zakat fitrah bisa dibayarkan dengan makanan pokok) yang kita miliki.
Penerimanya terbatas untuk 8 asnaf
Sama seperti zakat, infak juga memiliki wujud harta yang kita miliki dan harta
tersebut kita salurkan untuk memenuhi perintah agama kepada masyarakat. Harta tersebut
kita salurkan untuk memenuhi perintah agama. Bedanya dari zakat, infak tidak memiliki
nilai nisab tertentu. Artinya, sahabat bebas memberikan sumbangan dana dengan besaran
maupun dalam waktu yang sangat fleksibel.
Sedangkan, sedekah tidak harus berwujud uang maupun hal-hal bersifat material.
Suatu jasa yang kita lakukan juga bisa menjadi sedekah apabila hal tersebut membawa
kebaikan bagi orang lain.
Pada dasarnya baik zakat, infak, maupun sedekah akan mendapatkan balasan
dengan pahala maupun banyak manfaat lainnya. Namun, keutamaan zakat adalah
sebagai pembersih harta
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat, infak, dan sedekah merupakan amal kebaikan yang dapat kita laksanakan
sebagai seorang muslim untuk membersihkan hati, menjalin hubungan yang damai, dan
menjadi rahmat bagi semesta alam.
Zakat memiliki nilai nisab tertentu dan harus dikeluarkan pada suatu waktu
tertentu, sedangkan infak dan sedekah tidak memiliki nilai nisab tertentu dan kita bebas
memberikan sumbangan dana dengan besaran dan dalam waktu yang fleksibel.
Pada dasarnya baik zakat, infak, maupun sedekah akan mendapatkan balasan
dengan pahala maupun banyak manfaat lainnya. Namun, keutamaan zakat adalah
sebagai pembersih harta
B. Saran
Kami sebagai pemakalah mengakui banyak kekurangan dari makalah ini, baik
dari segi isi maupun segi penulisan, namun kami berharap siapapun yang membaca
makalah ini mendapatkan banyak ilmu positif nantinya.

DAFTAR PUSTAKA
Zulkifli, panduan praktis memahami zakat, infaq, shadaqah, wakaf, dan pajak, kalimedia, 2020.

Hadzid fuad, fikih zakat, infaq, dan shadaqah.

Abror khairul, fiqh zakat dan wakaf, percetakan permata, 2019

Tim divisi kepatuhan dan kajian dampak LAZ al-ahzar, panduan zakat, LAZ al-azhar, 2017

Anda mungkin juga menyukai