Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ZAKAT

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

“ Materi Fikih di Madrasah “

Dosen Pengampu : Nandi Rahman

Disusun oleh kelompok 1

1. Fakhry Fuad 2007015


2. Rahmat Hidayat 2007015208
3. Laelatul rizky 2007015009
4. Siti Maryam 200701

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa atas semua limpahan
rahmat dan karunia-Nya serta Sholawat dan doa keselamatanku terlimpah selalu kepada Nabi
Agung Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat Nabi semuanya. sehingga
makalah yang berjudul “Zakat “ Dapat tersusun hingga selesai. Dan tidak lupa kami ucapkan
terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan oleh Bapak Nandi Rahman selaku dosen
pengajar dalam penyusunan makalah ini. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah "Materi Fiqih di Madrasah" dengan adanya makalah ini
semoga dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seluruhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala kritik dan masukan
dari pembaca untuk makalah ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta,20 Oktober 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
Latar belakang...................................................................................................................................1
A. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................................2
A. Pengertian Zakat……............................................................................................................2
B. Pengelolaan Zakat.................................................................................................................10
C. Hikmah Zakat ...…………………………...........................................................................12
BAB III...................................................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................................................14
KESIMPULAN.........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................15

ii
BAB I

A. Latar Belakang
Zakat menurut etimologi (bahasa) adalah suci, tumbuh, berkembang, dan berkah. Sedangkan
menurut terminologi (istilah) zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak
menerimanya dengan syarat tertentu. Pengertian zakat menurut Undang-Undang nomor 23 tahun
2011 tentang pengelolaan zakat, ”Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim
atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat
islam.”Menurut Yusuf Qardhawi zakat adalah sejumlah kadar harta tertentu yang diwajibkan Allah
untuk diserahkan kepada orangorang yang berhak menerimanya. Orang yang telah mengeluarkan
zakat berarti dia telah membersihkan jiwa, diri serta hartanya dari hak orang lain atas apa yang ada
pada miliknya serta menumbuhkan pahala. Salah satu sumber zakat adalah zakat profesi, dalam
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) “zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil
usaha yang halal dan dapat mendatangkan hasil (uang) yang relatif banyak dengan cara yang mudah,
baik melalui suatu keahlian tertentu ataupun tidak.” Semua bentuk penghasilan yang halal wajib
dikeluarkan zakatnya dengan syarat telah mencapai nishab dalam satu tahun, yakni 85 gram emas
murni. Terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang wajib zakat profesi. Pertama, ulama
yang mengatakan tidak wajib zakat profesi dengan alasan bahwa hal itu belum pernah terjadi pada
masa Rasuluallah diantaranya adalah menurut Ibn Qayyim, Ibn Hazm, Ibn Syaibah, dan Malik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yakni:
1. Apa yang dimaksud tentang hikmah zakat?
2. Apa yang dimaksud Pengelolaan zakat?
3. Apa yang dimaksud pengertian zakat?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian zakat
2. Menjelaskan hikmah zakat
3. Menjelaskan pengelolaan zakat

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat

Zakat menurut bahasa adalah suci dan subur. Zakat menurut istilah syara’ ialah kadar harta
tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat.Zakat
adalah kewajiban atas harta yang bersifat mengikat dan bukan anjuran. Kewajiban tersebut
terkena kepada setiap muslim (baligh atau belum, berakal atau gila) ketika mereka memiliki
sejumlah harta yang sudah memenuhi batas nisabnya.

 Syarat Wajib Zakat


Para ahli fiqih bersepakat bahwa zakat diwajibkan kepada orang yang merdeka,
beragama Islam, baligh dan berakal, mengetahui bahwa zakat adalah wajib
hukumnya, lelaki atau perempuan. Dalam hal ini banyak sekali perbedaan pendapat
antara para ulama mengenai harta anak kecil dan orang gila, apakah wajib zakat atau
tidak atas mereka. Namun sebagian besar ulama Syafi’iyah, Malikiyah dan Hanabillah
berpendapat bahwa zakat diwajibkan atas harta anak kecil dan orang gila yang
ditunaikan oleh walinya.

 Harta Wajib Zakat


Sejalan dengan ketentuan ajaran Islam yang selalu menetapkan standar umum pada
setiap kewajiban yang dibebankan kepada umatnya, maka dalam penetapan harta
menjadi sumber atau objek wajib zakat pun harus memenuhi beberapa ketentuan
sebagai berikut:

1. Harta milik penuh (al-milku at-tam), yakni bahwa pemilik harta tersebut
memungkinkan untuk mempergunakan dan mengambil manfaat harta itu secara
penuh. Harta yang dizakati ini harus didapatkan melalui cara yang dibenarkan syara
dan tidak diwajibkan atas harta yang didapat secara haram.
2. Berkembang (an namaa’), maksudnya harta tersebut dapat bertambah bila
diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang. Kalau ulama terdahulu

2
mengkategorikan zakat hanya pada 5 (lima) kategori, maka ulama kontemporer
seperti Dr. Yusuf Qardhawi menambah 4 (empat) kategori baru sesuai dengan
perkembangan sarana untuk menumbuhkembangkan potensi kekayaan tersebut.
3. Cukup nisbah, artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai
dengan ketentuan syara.
4. Lebih dari kebutuhan pokok, yakni lebih dari kebutuhan minimal yang harus
dipenuhi setiap hari seperti sandang, pangan dan papan. Apabila kebutuhan hidup
minimal ini masih belum mampu untuk dipenuhi setiap harinya, maka yang
bersangkutan terbebas dari zakat.
5. Bebas dari hutang. Orang yang memiliki hutang yang besar dan mengurangi nilai
nisbah kena zakat, maka ia tidak berkewajiban membayar zakat. Adapun hutang-
hutangnya harus diselesaikan dahulu, oleh karena itu zakat dikenakan bagi orang kaya
yang memiliki harta lebih.
6. Sudah satu tahun. Maksudnya kepemilikan harta tersebut sudah lewat dari 12
bulan Qomariyah. Masa satu tahun ini hanya berlaku bagi ternak, uang, harta benda
yang diperdagangkan. Sedangkan hasil pertanian, buah-buahan, rikaz (barang temuan)
dan lain-lain yang sejenis tidak disyaratkan.
7. Macam-Macam Zakat
Zakat terbagi menjadi dua bagaian, yaitu:
A. Zakat Fitrah, yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah pada bulan Ramadhan.
Disebut pula dengan sedekah fitrah. Zakat ini diwajibkan pada tahun kedua hijriah,
yaitu tahun diwajibkannya puasa, yang bertujuan untuk mensucikan orang yang
berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya, untuk memberik
makan pada orang-orang miskin dan mencukupkan mereka dari kebutuhan dan
meminta-minta pada Hari Raya Idul Fitri.
B. Zakat Harta (al-maal),yakni zakat yang dikeluarkan karena telah diperolehnya
suatu harta kekayaan. Harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dapat
digunakan menurut lazimnya. Sesuatu dapat disebut harta (al-maal)jika memenuhi
dua syarat, yaitu :
1. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun dan dikuasai;
2. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan lazimnya.
Sedangkan harta yang wajib dikeluarkan zakatnya meliputi:
1. Hasil pertanian;
2. Harta terpendam, barang tambang dan kekayaan laut;

3
3. Emas dan perak;
4. Perniagaan dan perusahaan;
5. Binatang ternak;
6. Saham dan surat berharga;
7. Hadiah atau harta tidak terduga, dan
9. Orang Yang Berhak Menerima Zakat
Adapun orang-orang yang berhak mendapatkan harta dari zakat terbagi ke dalam
delapan golongan (ashnaf ) sebagaimana dipaparkan sebagai berikut:

1. Fakir, adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan atau sumber pendapatan
yang jelas dan tidak mencukupi kebutuhan hidup minimalnya.
2. Miskin, ialah orang yang mempunyai pekerjaan atau sumber penghasilan yang
jelas tetapi belum bias memenuhi kebutuhan hidup minimalnya.
3. . Rikab, yaitu orang yang keadaannya dapat dikategorikan sebagai budak, yakni
orang yang secara ekonomis tertekan oleh lingkungannya seperti pembantu rumah
tangga atau orang yang hidupnya menggantungkan diri kepada orang lain.
4. Gharimin, adalah orang yang tidak mampun melunasi hutangnya (pailit), atau
kewajiban hutangnya lebih besar dari pada kekayaannya.
5. Sabilillah, ialah orang yang sedang melakukan kegiataan atau usaha dalam rangka
menegakkan hukum Allah SWT, seperti penyelenggaraan pendidikan dan dakwah
Islam.
6. Ibnu Sabil, adalah segala macam kegiatan atau usaha dalam rangka mendukung
lancarnya suatu perjalanan, pembangunan fasilitas transportasi, pembangunan sarana
jalan, jembatan, atau komunikasi untuk membuka daerah terpencil.
7. Muallaf, yaitu orang yang baru memeluk agama Islam, atau usaha-usaha dan
kegiatan dalam rangka meningkatkan pemahaman ajaran agama Islam terutama bagi
orang muslim yang pengetahuan agamay masih kurang.
8. Amil, yakni orang atau organisasi berikut system administrasinya untuk
mendukung lancarnya kegiatan penghimpunan dan pendayagunaan dana zakat.
9. Landasan Kewajiban Membayar Zakat

Zakat adalah rukun Islam ketiga yang diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal
tahun kedua Hijriyah setelah diwajibkannya puasa Ramadhan dan zakat Fitrah. Ayat-
ayat zakat, shodaqah dan infaq yang turun di Makkah baru berupa anjuran dan

4
penyampaiannya menggunakan metodologi pujian bagi yang melaksanakannya dan
cacian atau teguran bagi yang meninggalkannya. Landasan kewajiban membayar
zakat diantaranya:

1. AL-QUR’AN
Surat Al-Baqaraah ayat 43: Artinya: “Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan
ruku’lah bersama dengan orang-orang yang ruku”.

1. Surat Surat At- Taubah ayat 130:[1]

‫ُخ ْذ ِم ْن َأْم َو اِلِه ْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك يِه ْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْم ۖ ِإَّن َص اَل َتَك َس َكٌن َلُهْم ۗ َو ُهَّللا َسِم يٌع َع ِليٌم‬

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.

2. AS-SUNNAH
Kewajiban zakat fitrah krna berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar :

‫ َأْو‬,‫ َص اًعا ِم ْن َتْم ٍر‬, ‫ ( َفَر َض َر ُسوُل ِهَّللَا صلى هللا عليه وسلم َزَكاَة َاْلِفْطِر‬: ‫َع ِن ِاْبِن ُع َم َر َر ِض َي ُهَّللَا َع ْنُهَم ا َقاَل‬
‫ َو َأَم َر ِبَها َأْن ُتَؤ َّد ى َقْبَل‬, ‫ ِم َن َاْلُم ْس ِلِم يَن‬, ‫ َو اْلَك ِبيِر‬,‫ َو الَّص ِغ يِر‬,‫ َو اُأْلْنَثى‬,‫ َو الَّذ َك ِر‬,‫ َع َلى َاْلَع ْبِد َو اْلُحِّر‬: ‫َص اًعا ِم ْن َش ِع يٍر‬
) ‫ُخ ُروِج َالَّناِس ِإَلى َالَّص اَل ِة‬

Artinya : Dari Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wa Sallam mewajibkan zakat fitrah sebesar satu sho’ kurma atau satu sho’ sya’ir atas
seorang hamba, orang merdeka, laki-laki dan perempuan, besar kecil dari orang-orang
islam; dan beliau memerintahkan agar dikeluarkan sebelum orang-orang keluar
menunaikan sholat. Muttafaq Alaihi.

berdasarkan hadits Nabi :

‫َو َال ِفى َأَقَّل ِم ْن ِع ْش ِريَن ِم ْثَقاًال ِم َن الَّذ َهِب َش ْى ٌء َو َال ِفى َأَقَّل ِم ْن ِم اَئَتْى ِد ْر َهٍم َش ْى ٌء‬

5
Artinya: “Tidak ada zakat jika emas kurang dari 20 mitsqol dan tidak ada zakat jika
kurang dari 200 dirham. (Al-Hdits)
Identifikasi Undang-Undang Zakat
Dalam rangka meningkatkan kualitas umat islam Indonesia, pemerintah telah
membuat peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat, yaitu Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Undang-undang ini merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999.

Dalam bab 1 di ketentuan umum pasal 1 ada beberapa poin penting:

a. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian


dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
b. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
c. Muzakki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan
zakat.
d. Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat.
e. Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah lembaga yang
melakukan pengelolaan zakat secara nasional.
f. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang dibentuk
masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.

Dalam bab 1 di ketentuan umum pasal 2 ada beberapa poin penting:


Pengelolaan zakat berasaskan: a. Syariat Islam, b. Amanah, c. Kemanfaatan, d. Keadilan, e.
Kepastian hokum, f. Terintegrasi dan g. Akuntabilitas.

Pada pasal 3 disebutkan bahwa pengelolaan zakat bertujuan:


a. Meningkatkan efektivitas dan e¿siensi pelayanan dalam pengelolaan zakat
b. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan.

6
Pada pasal 4 disebutkan:
1) Zakat meliputi zakat mal dan zakat ¿trah.
2) Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Emas, perak, dan logam mulia lainnya
b. Uang dan surat berharga lainnya
c. Perniagaan
d. Pertanian, perkebunan, dan kehutanan
e. Peternakan dan perikanan
f. Pertambangan
g. Perindustrian
h. Pendapatan dan jasa
i. Rikaz.
Dalam Bab II ada beberapa poin penting:

Pasal 5:
1) Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah membentuk BAZNAS.
2) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di ibu kota negara.
3) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga pemerintah
nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri.
Pasal 6:
BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara
nasional
Pasal 7:
1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, BAZNAS
menyelenggarakan fungsi
2) Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
3) Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
4) Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
5) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat
6) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS dapat bekerja sama dengan pihak
terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7
7) BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada Presiden
melalui Menteri dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia paling sedikit 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Secara terminology (istilah) para ulama mengemukakan kata zakat dengan berbagai redaksi
yang agak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun pada prinsipnya sama, yaitu
bahwa zakat adalah adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT
mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan
peryaratan tertentu.[1] Zakat Menurut UU No. 23/2011
Pengertian Zakat menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 adalah sebagai berikut, Zakat
adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
Adapun harta yang di keluarkan, menurut syara dinamakan zakat kerena harta itu akan
bertambah dan memelihara dari kebinasaan. Allah SWT berfirman :

‫َو َو ِق ُم ي واوا َّصل َو اَو ا َو آُم واوا َّصل َو اَو ا َو و ْر ااَكُ ٕ ىَي َ ى ن از ِك ِ ي َى‬

Artinya :Dan dirikanlah salat tunaikan zakat,dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.
(QS albaqarah 2:43)
Menurut mazhab Syafi‟I, zakat adalah sebuah ungkapan untuk keluarnya harta atau tubuh
sesuai dengan cara khusus. Sedangkan menurut Hambali zakat iala hak yang wajib
dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula.
2. Landasan Hukum
Zakat hukumnya fardhu „ain atas setiap orang yang sudah memenuhi syarat wajib
zakat.Banyak sekali dalil Al. Qur‟an yang menunjukan wajibnya zakat. Dan Allah juga
mengancam orang-orang yang bathil untuk mengeluarkan zakat bagaimana firman-NYA : at
taubah 103

ُ ‫ِإْل ذىِيِإْل ىأ ِإْل َي َٕ ِن ِ ِإْل ىىَص َذَقًتىحَُطِّ ُز ِإْل ُىىَٔ حَُز ِّ كيِ ِإْل ىىِ َٓ اىَٔ َص ِّ مىَ َهِإْل يِ ِإْل ىۖى ىِإ اىَص َ حََك ىَ َك ٌ ىَن ِإْل ُىۗى ىَٔ االلهُى ًَِ يٌ ى‬
‫َ ِهيىٌى‬
Artinya : Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesunggunya doa kamu itu menjadi
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

8
Dijelakan pula dalam sebuah hadits bahwa ketika Rasulallah mengutus Mu‟adz Bin Jabal
pergi ke Yaman, beliau juga berwasiat, “sesunggunya engkau akan mendatangi kaum ahlul
kitab, maka ajaklah mereka untuk bersyahadat. Seandainya mereka mentaatimu dalam
masalah itu, maka ajarkanlah kepada mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam.
Seandainya mereka juga mentaatimu dalam masalah itu, maka ajarkanlah kepada mereka
bahwa Allah mewajibkan zakat pada harta-harta mereka. Diambil dari orang-orang kaya
diantara mereka diberikan kepada orang-orang fakir diantara mereka seandainya mereka
sudah mentaatimu dalam masalah tersebut, maka berhati-hatilah kamu dari harta-harta yang
mereka senangi, dan berhati-hatilah dari doa orang yang dizalimi, karena sesunggunya tidak
ada penghalang antara doanya orang yang dizalimi dengan Allah. “ (HR. Al. Bukhari dan
Muslim).
Ringkasan atau resume
Zakat adalah sesuatu yang hukumnya wajib diberikan dari sekumpulan harta benda tertentu,
menurut sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak menerimanya.
Hukum mengeluarkan zakat adalah fardhu ‘ain.
Macam-Macam Zakat
1. Zakat Įtrah, zakat yang wajib dikeluarkan oleh seƟap muslim setahun sekali berupa
makanan pokok sesuai kadar yang telah ditentukan oleh syara’ untuk memberi makan kepada
orang-orang miskin serta sebagai rasa syukur kepada Allah atas selesainya menunaikan
kewajiban puasa agar kebutuhan mereka tercukupi pada hari raya.

Adapun syarat-syarat wajib zakat Įtrah terdiri atas:


a. Islam.
b. Lahir sebelum terbenam matahari pada hari penghabisan bulan Ramadhan.
c. Memiliki kelebihan harta dan keperluan makanan untuk dirinya sendiri dan untuk yang
wajib dinaŅahinya baik manusia ataupun binatang pada malam hari raya dan siang harinya.
Hukum membayar Zakat Fitrah adalah wajib bagi seƟap muslim yang memiliki sisa bahan
makanan sebanyak satu sha’ (sekitar 2,5 kg) untuk dirinya dan keluarganya selama sehari
semalam ketika hari raya.
2. Zakat MĈl, ialah segala sesuatu yang dimiliki (dikuasai) dan dapat dipergunakan. Jadi
zakat Maal juga disebut zakat harta yaitu kewajiban umat Islam yang memiliki harta benda
tertentu untuk diberikan kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan nisab (ukuran
banyaknya) dan dalam jangka waktu tertentu. Adapun tujuan daripada zakat maal adalah
untuk membersihkan dan menyucikan harta benda mereka dari hak-hak kaum miskin

9
diantara umat Islam.
Syarat-Syarat Harta Yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya
1) Harta tersebut harus didapat dengan cara yang baik dan halal.
2) Harta tersebut berkembang dan berpotensi untuk dikembangkan, misal melalui kegiatan
usaha perdagangan dan lain-lain.
3) Milik penuh, harta tersebut di bawah kontrol kekuasaan pemiliknya, dan Ɵdak
tersangkut dengan hak orang lain.
4) Mencapai nisab, mencapai jumlah minimal yang menyebabkan harta terkena kewajiban
zakat.
5) Sudah mencapai 1 tahun kepemilikan.
Yang berhak menerima zakat ada 8 golongan atau kelompok, yaitu fakir, miskin, amil,
muallaf, budak, gharim, sabilillah, ibnu sabil.
Dalam rangka meningkatkan kualitas umat islam Indonesia, pemerintah telah membuat
peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat, yaitu undang-undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Undang-undang ini merupakan
pengganti undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999.

B. Pengelolaan zakat menurut elzawa

Cara penghimpunan dana di elzawa secara garis besar terbagi menjadi tiga cara yaitu melalui
potong gaji, penyerahan langsung ke kantor el-Zawa atau transfer langsung ke rekening
elZawa dan penggalangan dana.

Cara pertama potong gaji, potong gaji adalah cara penghimpunan dana zakat yang dilakukan
oleh elZawa melalui Surat Edaran Rektor UIN Maliki Malang no Un.03./ HM.01/1744/2010
tentang pembayaran zakat, yang isinya mengajak seluruh karyawan dan dosen mulai dari
golongan III/a ke atas untuk membayar zakat melalui el-Zawa dengan cara potong 2.5 % dari
gaji kotor setiap bulan. Cara ini cukup jitu hal ini terbukti dengan terkumpulnya dana zakat
dari tahun 2009 hingga 2012 sebesar Rp.1.400.000.000 (satu koma empat milyar rupiah).
PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF PERSPEKTIF MAQASID AL-SYARI’AH IBNU
‘ASYUR PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF DI EL-ZAWA Dalam pemotongan gaji
memang masih banyak masalah, misalnya haul, niṣab bruto dan niṣab netto, namun menurut
Sudirman masalah haul perspektif Yusuf Qardhawi zakat tidak harus ditunaikan setiap tahun
tetapi cukup ketika seseorang mendapatkan gaji dan ini lebih ringan dari pada harus

10
menunggu setahun, seperti mengangsur dalam bayar zakat. Selanjutnya masalah niṣab bruto
dan niṣab netto, kalau kita menunggu niṣab netto , maka tidak akan ada orang berzakat karena
di samping punya penghasilan rata-rata orang pasti punya hutang.

Cara ke dua adalah muzakki langsung datang ke kantor elZawa dengan menyerahkan zakat,
infak dan sedekahnya secara langsung, atau transfer langsung ke rekening yang dimiliki el-
Zawa yang sudah dibedakan berdasarkan kategori zakat, infak, wakaf. Dengan dibedakannya
rekening ini harapannya agar muzakki semakin mudah dalam menyalurkan hartanya sesuai
dengan niat dan keinginannya di samping untuk mempermudah pen-tasarufanya oleh el-
Zawa.

Cara ke tiga adalah dengan penggalangan dana, penggalangan dana ini terbagi menjadi dua
yaitu melalui temu wali mahasiswa baru dan melalui tabung amal yang tersebar di kampus
dan ma’had. Setiap ada temu wali mahasiswa baru di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
el-Zawa selalu meyebarkan brosur dan surat kesediaan untuk menjadi donator baik secara
insidentil maupun berkisinambungan dan hasilnya cukup menggembirakan rata-rata tiap
tahun tidak kurang dari Rp. 10. 000.000 (sepuluh juta rupiah) bahkan pada tahun 2012
mencapai Rp.64. 000.000 (enam puluh empat juta rupiah). Tabung amal adalah el-Zawa
membuat sekitar 50 tabung untuk dipasang di seluruh wilayah kampus dan ma’had kemudian
diambil setiap tiga bulan sekali, rata-rata setiap pengambilan tidak kurang dari Rp. 6. 000.000
(enam juta rupiah).

 Contoh Pengelolaan Zakat

Berdasarkan undang-undang tersebut, maka zakat harus dikelola oleh negara melalui suatu
badan yang diberi nama Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ). Badan
dan Lembaga tersebut pada saat ini telah terbentuk kepengurusannya, mulai dari tingkat pusat
sampai ketingkat daerah sampai tingkat desa. Oleh sebab itu, kaum muslimin yang
berkewajiban membayar zakat hendaknya dapat menitipkannya melalui badan atau lembaga
zakat yang ada di daerahnya masing-masing. Contohnya setiap tahun kita mengeluarkan
zakat fitrah. Zakat fitrah sebagiannya kita titipkan kepada Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
tingkat desa. Oleh UPZ desa, disampaikan kepada BAZ Kecamatan, kemudian disampaikan
ke BAZ Kabupaten. Oleh BAZ Kabupaten, kemudian dana zakat tersebut didistribusikan
kepada para mustahiq yang sangat membutuhkan dana atau digunakan untuk kegiatan
produktif yang sangat menyerap banyak tenaga kerja, misalnya membantu para pengusaha

11
kecil dan menengah. Dengan demikian, dana zakat dapat dikelola dengan baik dan tepat
sasaran sesuai dengan fungsi dan tujuan.

C. Hikmah Zakat

Dari berbagai hikmah zakat menurut para ulama’, maka dapat dibagi menjadi tiga macam
atau aspek, yaitu diniyyah, khuluqiyyah, dan ijtimaiyyah. Yaitu:

1) Faidah diniyyah (segi agama)

a. Berzakat menghantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan
akhirat

b. Sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, akan menambah
keimanan karena keberadaanya yang memuat beberapa macam ketaatan.

c. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana dalam
firman Allah swt: Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.

d. Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah saw.

2) Faidah Khuluqiyyah (segi Akhlak) Di antara hikmah zakat apabila ditinjau dari aspek
khuluqiyyah adalah:

a. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran, dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar
zakat

b. Pembayar zakat biasanya identic dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada
saudaranya yang tidak punya.

c. Merupakan realita bahwa menyumbang sesuatu raga bagi kaum muslimin akan
melapangkan dada dan meluaskan jiwa, sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang
dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya.

d. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

3) Faidah Ijtimaiyyah (segi Sosial Kemasyarakatan) Adapun hikmah zakat apabila ditinjau
dari aspek ijtimaiyyah ini adalah:

12
a. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir miskin
yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar Negara di dunia

b. Memberikan support kekuatan bagi kaum muslmin dan mengangkat eksistensi mereka. Hal
ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.

c. Zakat bisa mengurangi kecemburuan social, dendam dan rasa dongkol yang ada dalam
dada fakir miskin karena masyarakat bawah akan mudah tersulut rassa benci dan permusuhan
jika mereka melihat kelompok masyarakat ekonomi tinggi menghambur-hamburkan
hartayang demikian melimpah itu untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin
keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.

d. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan
melimpah.

e. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika harta
dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil
manfaat.

 Hikmah Disyariatkan Zakat

1. Membersihkan jiwa seorang mukmin dari bahaya yang ditimbulkan dosa dan kesalahan-
kesalahan serta dampak buruk di dalam hati.

2. Meringankan beban orang muslim yang memiliki hutang, dengan cara menutup hutang
serta kewajiban yang mesti ditunaikan dari hutang.

3. Menghimpun hati yang tercerai berai di atas keimanan Islam.

4. Membantu dan menutupi kebutuhan serta kesusahan orang-orang miskin yang terhimpit
hutang.

5. Membersihkan harta dan mengembangkan serta menjaga dan melindunginya dari berbagai
musibah dengan berkah ketaatan kepada Allah Swt.

6. Menegakkan kemaslahatan umum menjadi tiang tegaknya kebahagiaan dan kehidupan


masyarakat.

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

CONTOH PENGELOAAN ZAKAT : Berdasarkan undang-undang tersebut, maka zakat


harus dikelola oleh negara melalui suatu badan yang diberi nama Badan Amil Zakat (BAZ)
atau Lembaga Amil Zakat (LAZ). Contohnya setiap tahun kita mengeluarkan zakat fitrah.
Zakat fitrah sebagiannya kita titipkan kepada Unit Pengumpul Zakat (UPZ) tingkat desa.
Oleh UPZ desa, disampaikan kepada BAZ Kecamatan, kemudian disampaikan ke BAZ
Kabupaten. Oleh BAZ Kabupaten, kemudian dana zakat tersebut didistribusikan kepada para
mustahiq yang sangat membutuhkan dana atau digunakan untuk kegiatan produktif yang
sangat menyerap banyak tenaga kerja, misalnya membantu para pengusaha kecil dan
menengah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, hlm.

Wahba Al Zuhayly,Zakat Kajian Berbagai Mazhab,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.82

Al-Faridy, Drs. H. Hasan Rifai, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta: Dompet Dhuafa Republika), 2004

Bidihardjo, R. Soeroso, SH, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: PT. Rofido Utama, 2000), cet.
ke-4

Bohari, H., Pengantar Hukum Pajak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. ke-4, 2003

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, 1987

Dompet Sosial Peduli Umat, Risalah Zakat, (Jakarta: DSPU

file:///C:/Users/Ela/Downloads/hqid1412132962.pdf / BUKU FIKIH MADRASAH ALIYAH


KELAS X.

file:///C:/Users/Ela/Downloads/hqid1412132962.pdf / BUKU FIKIH MADRASAH ALIYAH


KELAS X.

Referensi : file:///C:/Users/Ela/Downloads/hqid1412132962.pdf / BUKU FIKIH


MADRASAH ALIYAH KELAS X
Referensi : http://repository.uin-malang.ac.id/1481/1/1481.pdf

Referensi : https://ejournal.iainkendari.ac.id/al-adl/article/view/214/204

15

Anda mungkin juga menyukai