Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ZAKAT DAN PAJAK”

Dosen Pengampu: Achmad Dardirie AR, M.Ag

Disusun Oleh : Kelompok XI

NAMA NIM
ABU BAKAR M. NENGKEULA 21142001
F HAVIZHUDIN H MZ NURDIN 21142002
RAHIM MUZAKIR 20142034

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TERNATE

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam melaksanakan pembangunan pemerintah membutuhkan dana untuk pemenuhan hal-hal


yang dibutuhkan, dana tersebut diambil oleh pemerintah melalui pajak yang diambil dari
masyarakat sehingga pajak ini menjadi salah satu kewajiban masyarakat. Namun di sisi lain,
selain adanya kewajiban untuk membayar pajak, masyarakat yang beragama Islam mempunyai
kewajiban lain yang harus ditunaikan yaitu membayar zakat.

Kedudukan zakat penting dalam kehidupan manusia karena merupakan bentuk pelaksanaan
interaksi manusia sebagai makhluk sosial dan juga mendorong manusia untuk berusaha
mendapatkan harta benda sehingga dapat menunaikan kewajibannya berzakat sebagai bukti
pelaksanaan rukun Islam.

Zakat dan pajak merupakan dua hal yang penting dan tidak dapat dipungkiri keberadaannya
dalam kehidupan masyarakat sehingga timbul permasalahan mengenai hal mana yang harus lebih
diutamakan.Oleh karena itu, penyusun akan mencoba memaparkan lebih jauh lagi mengenai
zakat dan pajak ini dalam makalah kami yang berjudul Zakat dan Pajak dalam Perspektif Hukum
Islam.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang yang telah penyusun paparkan sebelumnya, maka ada beberapa
hal yang akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya:

a. apa pengertian Zakat dan Pajak?


b. jelaskan perumusan dan perbedaan Zakat dan Pajak?
c. Bagaimana pendapat ulama tentang kewajiban membayar zakat dan pajak tersebut?
BAB II

PEMBAHASAN

A. ZAKAT

1. Pengertian Zakat

Zakat menurut bahasa adalah suci dan subur. Zakat menurut istilah syara2 ialah kadar harta
tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat.

Zakat adalah kewajiban atas harta yang bersifat mengikat dan bukan anjuran. Kewajiban tersebut
terkena kepada setiap muslim 3baligh atau belum, berakal atau gila4 ketika mereka memiliki
sejumlah harta yang sudah memenuhi batas nisabnya.

2. Syarat dan Harta Wajib Zakat

 Syarat Wajib Zakat

Para ahli fi5ih bersepakat bahwa zakat diwajibkan kepada orang yang merdeka, beragama Islam,
baligh dan berakal, mengetahui bahwa zakat adalah wajib hukumnya, lelaki atau perempuan.
Dalam hal ini banyak sekali perbedaan pendapat antara para ulama mengenai harta anak kecil
dan orang gila, apakah wajib zakat atau tidak atas mereka. Namun sebagian besar ulama
/yafi2iyah, Malikiyah dan Hanabillah berpendapat bahwa zakat diwajibkan atas harta anak kecil
dan orang gila yang ditunaikan

 Harta Wajib Zakat

Sejalan dengan ketentuan ajaran Islam yang selalu menetapkan standar umum pada setiap
kewajiban yang dibebankan kepada umatnya, maka dalam penetapan harta menjadi sumber atau
objek wajib zakat pun harus memenuhi beberapa ketentuan sebagai berikut:

 Harta milik penuh (al-milku at-tam), yakni bahwa pemilik harta


tersebutmemungkinkan untuk mempergunakan dan mengambil manfaat harta itu secara
penuh. Harta yang dizakati ini harus didapatkan melalui cara yang dibenarkan syara dan
tidak diwajibkan atas harta yang didapat secara haram.
 Berkembang (an namaa’), maksudnya harta tersebut dapat bertambah bila diusahakanatau
mempunyai potensi untuk berkembang. Kalau ulama terdahulu mengkategorikan zakat
hanya pada lima kategori, maka ulama kontemporer seperti Dr. Yusuf Qardhawi
menambah empat kategori baru sesuai dengan perkembangan sarana untuk
menumbuhkembangkan potensi kekayaan tersebut.
 cukup nisbah, artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan
ketentuan syara. Lebih dari kebutuhan pokok, yakni lebih dari kebutuhan minimal yang
harus dipenuhi setiap hari seperti sandang, pangan dan papan. Apabila kebutuhan hidup
minimal ini masih belum mampu untuk dipenuhi setiap harinya, maka yang bersangkutan
terbebas dari zakat.
 Bebas dari hutang. Orang yang memiliki hutang yang besar dan mengurangi nilai nisbah
kena zakat, maka ia tidak berkewajiban membayar zakat. &dapun hutang- hutangnya
harus diselesaikan dahulu, oleh karena itu zakat dikenakan bagi orang kaya yang
memiliki harta lebih.
 sudah satu tahun. Maksudnya kepemilikan harta tersebut sudah lewat dari 1 tahun ( bulan
Qomariyah.;<=Masa satu tahun ini hanya berlaku bagi ternak, uang, harta benda yang
diperdagangkan. /edangkan hasil pertanian, buah-buahan, rikaz barang temuan dan lain-
lain yang sejenis tidak disyaratkan.

3, Macam-Macam Zakat

Zakat terbagi menjadi dua bagaian, yaitu:

a. Zakat fitrah, yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah pada bulan Ramadhan.
Disebut pula dengan sedekah fitrah. Zakat ini diwajibkan pada tahun kedua hijriah, yaitu
tahun diwajibkannya puasa, yang bertujuan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari
ucapan kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya, untuk memberik makan pada orang-
orang miskin dan mencukupkan mereka dari kebutuhan dan meminta-minta pada Hari
Raya Idul fitri.
b. Zakat Harta (al-maal),yakni zakat yang dikeluarkan karena telah diperolehnya suatu harta
kekayaan. Harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dapat digunakan menurut
lazimnya. sesuatu dapat disebut harta (al-maal)jika memenuhi dua syarat, yaitu :
1) Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun dan dikuasai
2) Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan lazimnya.
3) Sedangkan harta yang wajib dikeluarkan zakatnya meliputi:
a. Hasil pertanian
b. Harta terpendam, barang tambang dan kekayaan laut
c. emas dan perak
d. Perniagaan dan perusahaan
e. Binatang ternak
f. saham dan surat berharga
g. Hadiah atau harta tidak terduga, dan
h. Profesi
i. 0rang 1ang Berhak Menerima Zakat

Adapun orang-orang yang berhak mendapatkan harta dari zakat terbagi ke dalam delapan
golongan ashnaf sebagaimana dipaparkan sebagai berikut:

a. Fakir, adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan atau sumber pendapatan yang jelas
dan tidak mencukupi kebutuhan hidup minimalnya.
b. Miskin, ialah orang yang mempunyai pekerjaan atau sumber penghasilan yang jelas tetapi
belum bias memenuhi kebutuhan hidup minimalnya.
c. Rikab, yaitu orang yang keadaannya dapat dikategorikan sebagai budak, yakni orang
yang secara ekonomis tertekan oleh lingkungannya seperti pembantu rumah tangga atau
orang yang hidupnya menggantungkan diri kepada orang lain.
d. Gharimin, adalah orang yang tidak mampun melunasi hutangnya atau kewajiban
hutangnya lebih besar dari pada kekayaannya.
e. fisabilillah, ialah orang yang sedang melakukan kegiataan atau usaha menegakkan hukum
allah
f. Ibnu sabil, adalah segala macam kegiatan atau usaha dalam rangka mendukung lancarnya
suatu perjalanan, pembangunan fasilitas transportasi, pembangunan sarana jalan,
jembatan, atau komunikasi untuk membuka daerah terpencil.
g. Muallaf, yaitu orang yang baru memeluk agama Islam, atau usaha-usaha dan kegiatan
dalam rangka meningkatkan pemahaman ajaran agama Islam terutama bagi orang muslim
yang pengetahuan agamay masih kurang.
h. Amil, yakni orang atau organisasi berikut system administrasinya untuk mendukung
lancarnya kegiatan penghimpunan dan pendayagunaan dana zakat.

Landasan Kewajiban Membayar Zakat


Zakat adalah rukun Islam ketiga yang diwajibkan di Madinah pada bulans/yawal
tahun kedua Hijriyah setelah diwajibkannya puasa Ramadhan dan zakat fitrah. ayat-ayat zakat,
shodaqah dan infaq yang turun di Makkah baru berupa anjuran dan penyampaiannya
menggunakan metodologi pujian bagi yang melaksanakannya dan cacian atau teguran bagi
yang meninggalkannya. Landasan kewajiban membayar zakat diantaranya:

 Al-Quran
"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana." (QS. At Taubah, 9 : 60)

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma ruf, mencegah
dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-
Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana."(QS. At-Taubah, 9 : 71)

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui."(QS. At-
Taubah, 9 : 103)

 Dalil Sunah
"Dari Abdullah bin Musa ia berkata, Khanzalah bin Abi Sofyan menceritakan kepada kami dari
Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar r.a, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: Islam didirikan
atas lima dasar yaitu:
• Persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah
• Menegakkan shalat
• Membayar zakat
• Menjalankan puasa ramadhan dan
• Melaksanakan ibadah haji bagi yang berkemampuan."

B. PAJAK

1. Pengertian pajak
Pajak adalah beban kewajiban yang harus ditanggung oleh masyarakat didalam suatu
negara, baik hal itu bersifat personal maupun kelompok. Yang kegunaannya adalah untuk
membiayai kebutuhan negara didalam pembangunannya. Dalam setiap perekonomian
pemerintah perlu melakukakn berbagai jenia perbelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk
membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastuktur, menyediakan
fasilitas pendidikan dankesehatan, dan membiayai setiap kegiatan untuk menjaga keamanan
negara merupakan pengeluaran yang tidak bisa dielakkan oleh pemerintah, dana tersebut
terutama diperoleh dari pemungutan pajak
Sedangkan mengenai pajak, terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang
pajak yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah:
Menurut Prof. Dr. Pja. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara yang dapat
dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
3undang-undang4 dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada Kas
Negara berdasarkan undang-undang 3yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa
timbal kontrak prestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber
utama untuk membiayai public investment.
Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., &nderson Herschel M., Brock Horace R,
pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat
pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih
dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

2. Macam-Macam Pajak

Dalam hukum pajak terdapat pelbagai pembedaan jenis-jenis pajak, yang dibagi ke golongan-
golongan besar. memudahkan pekerjaan di dalam praktik, ada juga yang fungsinya ditujukan
kepada tujuan ilmiah. Berikut ini adalah penggolongan yang dibedakan menurut golongan, sifat
dan lembaga pemungutnya

Menurut golongannya, secara garis besar berbagai jenis pajak-pajak yang dipungut pemerintah
dapat dibedakan kepada dua golongan, yaitu:

a. Pajak Langsung, adalah jenis pungutan pemerintah secara langsung dikumpulkan dari
pihak yang wajib membayar pajak. Setiap individu yang bekerja dan perusahaan yang
menjalankan kegiatannya dan memperoleh keuntungan wajib membayar pajak. Pajak
yang dipungut dan dikenakan ke atas pendapatan merekan dnamakan pajak langsung,
yakni pajak itu diambil langsung dari orang atau badan sebagai wajib pajak untuk
membayar pajaknya. Dalam pengertian ekonomis pajak langsung adalah pajak yang
bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan, tidak boleh
dilimpahkan kepada orang lain. Dalam pengertian administratif pajak langsung adalah
pajak yang dipungut secara berkala.
b. Pajak tidak Langsung, adalah pajak yang bebannya boleh dipindah-pindahkan kepada
pihak lain. Pengertian secara ekonomis, pajak tidak langsung adalah pajak-pajak yang
bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga atau konsumen. Dalam pengertian
administratif, pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut setiap terjadi peristiwa
atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan baran
atau pembuatan akte.
Dalam memilih cara untuk menentukan apakah suatu pajak termasuk pajak langsung atau tidak
langsung dalam arti ekonomis dapat diikuti cara yang lazim dalam ilmu ekonomi. terdapat tiga
unsur yang melekat pada kewajiban memenuhi pajak, yaitu:

• Penanggung jawab pajak wajib pajak yakni orang yang secara formal yuridis diharuskan
melunasi pajak, yaitu bila padanya terdapat faktor-faktor atau kejadian- kejadian yang
menimbulkan sebab 3menurut undang-undang4 untuk dikenakan pajak.
• Penanggung jawab adalah orang yang dalam faktanya dalam arti ekonomi memikul
beban pajaknya.
• yang dituntut oleh pembuat Undang-Undang, juga dinamakan pemikul pajak, yaitu oleh
yang menurut maksud Undang-Undang harus dibebani pajak.

Jika ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang, maka pajaknya adalah pajak langsung.
Namun jika terpisah atau terdapat pada lebih dari satu orang, maka disebut pajak tidak langsung.

Pembagian pajak menurut sifatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pajak subjektif bersifat
perorangan dan pajak objektif bersifat kebendaan.

1. Pajak Subjektif, adalah pajak yang memperhatikan pertama-tama keadaan pribadi wajib
pajak, untuk menetapkan pajaknya harus ditemukan alasan-alasan yang objektif berhubungan
erat dengan keadaan matrialnya, yaitu yang disebut gaya pikulnya.

2. Pajak Objektif, adalah pajak yang pertama-tama memperhatikan kepada objeknya

baik itu berupa benda, dapat pula berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan
timbulnya kewajiban membayar pajak, kemudian barulah dicari subjeknya orang atau badan
yang bersangkutan lansung, dengan tidak mempersoalkan apakah subjek itu berkediatam di
Indonesia atau tidak.

Menurut lembaga pemungutnya, pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu pajak negara 3pajak
pusat4 dan pajak daerah.

1. 1.Pajak Negara, ialah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang
penyelenggaraanya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan hasilnya akan digunakan
untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya. 0ontohnya adalah pejak yang
dipungut oleh dirjen pajak sepertai Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Bumi dan Bangunan dan sebagainya.
2. Pajak Daerah, yaitu pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah seperti propinsi,
kabupaten maupun kotamadya berdasarkan peraturan pemerintah daerah masing-masing
dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan Rumah 1angga Daerah masing-masing.

C. Fungsi Pajak

Pada dasarnya fungsi pajak adalah sebagai sumber pemasukan keuangan negara fungsi budgeter,
yang nantinya dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran operasional maupun in<estasi oleh
negara. Namun ada fungsi lainnya yang tidak kalah pentingnya yaitu pajak sebagai fungsi
mengatur.

1. Fungsi Budgeter, adalah fungsi yang letaknya pada sektor publik, dan pajak-pajak di sini
sebagai alat atau suatu sumber untuk memasukkan uang sebanyaknya ke dalam kas negara yang
pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Pajak-pajak ini terutama
akan digunakan untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran rutin, dan apabila setelah itu masih
ada sisa surplus, maka surplus ini dapat digunakan untuk membiayai investasi pemerintah public
saving untuk public investment.

2. Fungsi Mengatur regularend, adalah digunakan sebagai alat untuk melaksanakan kebijakan
negaran dalam bidang ekonomi dan sosial, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya
di luar bidang keuangan. Hal ini merupakan udaha pemerintah untuk turut camput tangan dalam
hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor
swasta.

Landasan Kewajiban Membayar Pajak

Di dalam Hukum Islam, Dasar membayar pajak itu hukumnya adalah wajib, berdasarkan quran
surah at taubah 29:

‫َقاِتُلوا اَّلِذ ۡي َن اَل ُيۡؤ ِم ُنۡو َن ِباِهّٰلل َو اَل ِباۡل َيۡو ِم اٰاۡل ِخ ِر َو اَل ُيَح ِّر ُم ۡو َن َم ا َح َّر َم ُهّٰللا َو َر ُس ۡو ُلٗه َو اَل َيِد ۡي ُنۡو َن ِد ۡي َن‬
‫اۡل َح ـِّق ِم َن اَّلِذ ۡي َن ُاۡو ُتوا اۡل ـِكٰت َب َح ّٰت ى ُيۡع ُطوا اۡل ِج ۡز َيَة َع ۡن َّيٍد َّو ُهۡم ٰص ِغ ُر ۡو َن‬
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, mereka yang tidak
mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan mereka yang tidak
beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang telah diberikan
Kitab, hingga mereka membayar jizyah (pajak) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan
tunduk.

Pembebanan kewajiban membayar pajak hanyalah terhadap kaum laki-laki dan kaum Hawa yang
normal, sedangkan orang yang tidak mampu, dibebaskan dari kewajiban
tersebut.Pembebanannya pun disesuaikan dengan status sosial dan kondisi keuangannya.

Dalam pengaturan pajak tersebut haruslah sesuai dengan Undang-undang, yaitu pasal UUD
1945 yang berbunyi: Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan
undang-undang”. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:

 Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, grafifikasi, uang
pensiun atau uang imbalan dalam bentuk lain dalam undang- undang ini.
 Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
 Laba usaha
 Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta yang termasuk didalamnya.

D. PERUMUSAN DAN PERBEDAAN ZAKAT DAN PAJAK

1. 1, Perumusan Zakat dan Pajak

 M Unsur Paksaan

Bagi seorang muslim yang hartanya telah memenuhi syarat zakat maka ia harusmenunaikan
kewajibannya yang diwakili oleh petugas zakat yaitu amil. Demikian halnya dengan orang yang
sudah masuk kategori wajib pajak, dapat dikenakan tindakan paksa kepadanya, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

 Unsur Pengelola

Asas pengelolaan zakat didasarkan pada firman Allah yang terdapat dalam surat at-1aubah ayat
103. Pengelolaan zakat bukanlah semata-mata dilakukan secara individual, dari muzakki
diserahkan langsung kepada mustahik, akan tetapi dilakukan olah sebuah lembaga yang
menangani zakat yang memenuhi persyaratan tertentu. Sedangkan pengelolaan pajak, jelas harus
diatur oleh negara.

2. Perbedaan Zakat Dan Pajak

Secara harfiah, perbedaan zakat dan pajak bisa dicerna secara jelas. Kendati begitu, zakat dan
pajak tetap memiliki persamaan karena perintah mengeluarkan sebagian harta ini dijalankan
menurut aturan tertentu yang menaungi sebuah kelompok masyarakat. Zakat dibayar berdasarkan
syariat Islam, sedangkan pajak dibayarkan menurut undang-undang perpajakan yang berlaku
dalam sebuah negara.

Persamaan pajak dan zakat berikutnya adalah besarnya pembayaran ditentukan menurut
persentase tertentu dan berlaku untuk orang-orang yang memenuhi syarat. Keduanya juga
berperan dalam membangun kesejahteraan kelompok masyarakat tertentu.

Meski banyak memiliki kesamaan, tetapi zakat dan pajak adalah dua hal yang berbeda.
Perbedaan zakat dan pajak dapat dilihat dari sisi penerima, waktu pembayaran, alat pembayaran,
dan lainnya. Berikut penjelasannya secara rinci:

PERBEDAAN ZAKAT PAJAK


PENERIMA Zakat dibayarkan melalui amil Pajak negara merupakan
zakat (lembaga penyalur dan kewajiban yang dibayarkan
pengelola zakat) maupun kepada kantor pelayanan pajak
dibayarkan langsung kepada 8 dan lembaga-lembaga lain yang
golongan orang yang berhak ditunjuk oleh Pemerintah sebagai
menerima zakat. Manfaat zakat tempat pembayaran pajak.
dapat dirasakan langsung Manfaat pajak negara tidak bisa
maupun tidak langsung oleh dirasakan langsung oleh
masyarakat. masyarakat suatu negara.
WAKTU Zakat dibayarkan hanya pada Waktu pembayaran pajak negara
bulan Ramadan, lalu zakat harta adalah satu tahun pembukuan.
dibayarkan pada saat telah Misalnya tenggang waktu
mencapai nisab dan dimiliki pembayaran pajak setiap akhir
selama setahun. bulan Maret.
ALAT PEMBAYARAN Zakat fitrah boleh dibayarkan Pajak negara umumnya dibayar
dalam bentuk uang tunai maupun menggunakan uang tunai.
bahan makanan pokok seperti
beras dan gandum.
MAKNA KEBAHASAAN Zakat memiliki arti pembersihan, Pajak memiliki makna dharibah
pertumbuhan, dan keberkahan yang artinya tagihan yang
membebani.
SASARAN WAJIB ZAAT DAN Zakat adalah kewajiban yang Pajak dibebankan untuk muslim
PAJAK Allah turunkan untuk umat dan non muslim.
Islam, maka dari bentuknya
ibadah.
KADAR ZAKAT DAN PAJAK Ukuran dan kadar zakat Sementara, besaran pajak diatur
ditentukan mutlak secara syariat. oleh pemerintah.
MASA BERLAKU Zakat sebagai rukun islam akan Pajak yang masa berlakunya
selalu berlaku selama umat Islam dapat berubah.
ada di muka bumi.
PENYALURAN Penyaluran zakat ditujukan Penyaluran pajak digunakan
kepada 8 golongan mustahik untuk menutupi Anggaran
atau penerima zakat. Pendapatan dan Belanja Negara.

E. PAJAK DAN ZAKAT DALAM PANDANGAN ULAMA

Islam adalah agama yang anti kedzaliman. Pengutipan pajak tidak dapat dilakukan
sembarangan dan sekehendak hati penguasa. Pajak yang diakui dalam sejarah fi5ih Islam dan
sistem yang dibenarkan harus memenuhi beberapa syarat yaitu:

1. Benar—benar harta itu dibutuhkan dan tak ada sumber lain.


Pajak itu boleh dipungut apabila negara memang benar-benar membutuhkan dana, sedangkan
sumber lain tidak diperoleh. Demikianlah pendapat Syeikh Muhammad Yusuf Al
QardawiPara ulama dan para ahli fatwa hukum Islam menekankan agar memperhatikan syarat
ini sejauh mungkin. Sebagian ulama mensyaratkan bolehnya memungut pajak apabila Baitul
Mal benar — benar kosong. Para ulama benar benar sangat hati hati dalam mewajibkan
pajak kepada rakyat, karena khawatir akan membebani rakyat dengan beban yang di luar
kemampuannya dan keserakahan pengelola pajak dan penguasa dalam mencari kekayaan
dengan cara melakukan korupsi hasil pajak.

2. Pemungutan Pajak yang Adil.


Apabila pajak itu benar-benar dibutuhkan dan tidak ada sumber lain yang memadai, maka
pengutipan pajak, bukan saja boleh, tapi wajib dengan syara. 1etapi harus dicatat, pembebanan
itu harus adil dan tidak memberatkan. jangan sampai menimbulkan keluhan dari masyarakat.
Keadilan dalam pemungutan pajak didasarkan kepada pertimbangan ekonomi, sosial dan
kebutuhan yang diperlukan rakyat dan pembangunan.Pajak hendaknya dipergunakan untuk
membiayai kepentingan umat, bukan untuk maksiat dan hawa nafsu.

3. Persetujuan para ahl icendikiawan yang berakhlak.


Kepala negara, wakilnya, gubernur atau pemerintah daerah tidak boleh bertindak sendiri untuk
mewajibkan pajak, menentukan besarnya, kecuali setelah dimusyawarahkan dan mendapat
persetujuan dari para ahli dan cendikiawan dalam masyarakat. Sedangkan mengenai
pembayaran zakat, para ulama telah sepakat akan kewajiban zakat dan bagi yang
mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Zakat menurut bahasa adalah suci dan subur. Zakat menurut istilah syara2 ialah kadar harta
tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat.

 Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang,


 sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapatkan balas jasa secara langsung.
 Baik zakat maupun pajak pembayarannya bersifat wajib, dan orang yang sudah
membayar zakat wajib pula membayar pajak, begitupun sebaliknya.

para ulama berpendapat bahwa zakat itu wajib dibayarkan, sedangkan pajak itu boleh diambil
apabila kas negara benar-benar dalama keadaan kosong

DAFTAR PUSTAKA

Al-Faridy, Drs. H. Hasan Rifai, PanduanZakat Praktis, (Jakarta: Dompet


Dhuafa Republika), 2004
Bidihardjo, R. Soeroso, SH, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: PT. Rofido Utama, 2000),
cet. ke-4

Bohari, H., Pengantar Hukum Pajak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. ke-4, 2003

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, 1987 Dompet
Sosial Peduli Umat, Risalah Zakat, (Jakarta: DSPU

Hafidhuddin, DR. K.H. Didin, M.Si, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani
Press), 2002

www.google.com/zakat+pajak. Wikipedia Indonesia/Ensiklopedia bebas Ensiklopedia


Islam/Fiqh/Pajak&Zakat

Anda mungkin juga menyukai