Anda di halaman 1dari 11

Manajemen Lembaga Keuangan Syariah Non Bank

“Zakat”

Oleh:
Refaldi R. Ihsan Nim: 2130401114

Dosen Pengampu:
Dr. H. Syuksi Iska, M Ag.
Ifelda Nengsih, SEI., MA., CRP.

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
2022
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prosedur pendirian Lembaga Zakat (pemerintah dan swasta)


1. Pengertian Zakat
Secara bahasa, zakat berasal dari kata dasar ’’zaka’’ yang berarti suci, berkah,
tumbuh dan terpuji. Sedangkan dari segi istilah fikih, zakat berarti sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan allah, diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya,
disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.
Menurut etimologi yang dimaksudkan dengan zakat adalah sejumlah harta
tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan allah untuk dikeluarkan
dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Zakat merupakan
rukun islam yang terpenting setelah shalat. Zakat dan shalat dijadikan sebagai
pelambang keseluruhan ajaran islam juga dijadikan sebagai satu kesatuan. Sedangkan
pelaksanaan zakat menunjukan hubungan antara sesama manusia.1
Definisi zakat jika ditinjau dari terminologi fiqh seperti yang dikemukakan oleh
pengarang kifayah al-akhyar, Taqiy al- dien abu bakar, zakat berarti sejumlah harta
tertentu yang diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-
syarat tertentu. Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang
dikelurkan itu menambah banyak, membuat lebih berati dan melindungi kekayaan itu
disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih berarti
dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.2
Menurut undang-undang No 23 tahun 2001 mendefinisikan zakat adalah harta
yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam.3
2. Macam-macam Zakat
a. Zakat Fitrah,
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri
pada bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok
yang ada di daerah bersangkutan.
b. Zakat Maal (Zakat Harta )
Zakat maal adalah zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka satu
tahun sekali yang sudah memenuhi nishab mencakup hasil perniagaan, pertanian,

1 Nurul Huda, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis Dan Praktis,(Jakarta:


Kencana Prenada Media Grup,2010). Hal.293
2 Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas,(Malang: UIN Malang Press,2007),
Hal.13
3 Undang-Undang No23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

1
pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil
kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.4
3. Rukun dan Syarat Zakat
Rukun zakat adalah mengeluarkan sebahagian dari hisab (harta), dengan
melepaskan kepemilikan terhadapnya.5
Dalam pendapat lain, rukun dari zakat tersebut adalah mengeluarkan sebagian
dari nishab (harta), dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya menjadikanya
sebagai milik orang fakir dan menyerahkan kepadanya atau harta tersebut diserahkan
kepada wakilnya, yakni imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.
Menurut para ahli hukum islam, kekayaan yang wajib dizakatkan pada dasarnya
memiliki dua persyaratan pokok:
1. Barang tersebut dapat dimiliki
2. Dapat diambil manfaatnya
Beberapa persyaratan agar zakat dapat dikenakan pada harta kekayaan yang
dimiliki oleh seorang muslim yaitu:6
1. Kepemilikan yang bersifat penuh
Kepemilikan yang bersifat penuh artinya harta yang dizakatkan berada
dalam kepemilikan yang sepenuhnya dari yang memiliki harta tersebut.
2. Harta yang dizakatkan bersifat produktif atau berkembang
Para ahli menegaskan bahwa harta yang dizakatkan harus memiliki syarat
berkembang atau produktif baik terjadi secara sendiri ataupun karena harta
tersebur dimanfaatkan.
3. Harta harus mencapai nishab
Berarti syarat minimum dari jumlah aset yang dapat dikenakan zakat, sesuai
dengan ketentuan yang ada dalam syariah islam. nisab disebabkan karena aset
yang dizakatkan harus mencapai surplus atau kelebihan.
4. Harta zakat harus lebih dari kebutuhan pokok
Melebihi kebutuhan pokok berarti harta zakat harus lebih dari kebutuhan
rutin yang diperlukan agar dapat melanjutkan hidupnya secara wajar sebagai
manusia.
5. Harta zakat harus bebas dari sisa hutang

4 Mursyidi ,Akuntansi Zakat Kontemporer,(Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,


2003),Cet.1h.78
5 Darma, S., Siregar, S., & Rokan, M. K. (2017). Analisis Persepsi Muzaki Terhadap
Preferensi dan Keputusan Memilih Lembaga Amil Zakat (Studi Kasus di Kota Medan
dan Sekitarnya). J-EBIS (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam).
6 Nurul Huda, Op.cit. hal.296-298

2
Harta yang dizakatkan harus bebas dari sisa hutang. Hal ini dijadikan
persyaratan karena dalam islam hak seseorang yang meminjam utang harus
didahulukan terlebih dahulu dibandingkan dengan golongan yang menerima
zakat tersebut.
6. Harta aset berada dalam kepemilikan selama setahun penuh (haul)
Hanya berlaku pada aset zakat seperti binatang ternak, aset keuangan dan
juga barang dagangan. Adapun zakat yang berasal dari pertanian, barang
tambang dan juga harta karun kepemilikannya tidak diwajibkan selama setahun
penuh.
Adapun syarat wajib zakat adalah sebagai berikut:7
1. Merdeka
2. Muslim
3. Memiliki nishab maksudnya ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan
oleh syariat islam sebagai pedoman untuk menentukan kewajiban mengelurkan
zakat
4. Dimiliki sempurna
5. Telah lewat haulnya untuk harta maksudnya harta yang akan dizakati telah
berjalan selama satu tahun(haul) terhitung dari hari kepemilikan nishab.
B. Mekanisme Pengolahan Dana Zakat
Undang-undang Republik Indonesia no 38 tahun 1999 tentang pengolahan zakat di
indonesia ada dua macam:
1. Badan Amil Zakat (BAZ); yang pembentukannya lansung diatur pemerintah dan
disusun dari tingkat pusat(Bazarnas), Bazda tingkat propinsi dan Bazda
kabupaten/kota
2. Lembaga Amil Zakat (LAZ); yang didirikan dan dikelolah oleh ormas islam,
yayassan dan instansi-instansi lain yang dimiliki umat islam dan untuk kepentingan
umat islam dengan berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
BAZ dan LAZ dalam berbagai satuan organisasi dituntut untuk membentuk unit
perkumpulan zakat( UPZ) yang tugas dan fungsinya menjadi lembaga pengumpul
zakatdan yang kemudian diserahkan kepada BAZ dan LAZ dalam berbagai
tingkatannya.
BAZ dan LAZ bertangggung jawab kepada pemerintah sesuai dengan tingkatan
masing-masing. Badan Amil Zakat Nasional (Baznaz) dibentuk oleh presiden atas usul
menteri Agama. Pada tingkat propinsi bertanggung jawab kepada gubernur atas usul

7 Sutrisno, H. (2017). Pelaksanaan zakat hasil pertanian perspektif fiqih zakat Yusuf Al-
qardawi: Studi di Desa Kalisari Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

3
kepala kanwil dan kabupaten/kota bertanggung jawab kepada bupati/walikota atas usul
kepala kantor depertemen agama.
Tugas dari pelaksana BAZ (Nasional dan Daerah) yaitu sebagai berikut:
1. Membuat rencana kerja yang meliputi rencana pengumpulan, penyaluran dan
pendayagunaan zakat.
2. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai dengan rencana kerja yang
telah disahkan dan disesuaikan dengan kebijakan yang telah ditetapkanmenyusun
laporan tahunan dan laporan hasil audit.
3. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada pemerintah dan dewan
perwakilan rakyat sesuai dengan tingkatannya.
4. Bertindak dan bertanggung jawab untuk atas nama badan Amil Zakat baik kedalam
maupun keluar.
Bantuan yang diberikan oleh BAZ baik bantuan sesaat maupun bantuaan
penberdayaan terdiri dari:
1. Bantuan uang bagi fakir miskin
2. Bantuan pengobatan dan perawatan dokter/rumah sakit bagi fakir miskin
3. Bantuan untuk yatim
4. Bantuan pendidikan, beasiswa, uang sekolah dan kursus-kursus
5. Bantuan untuk sarana sekolah dan pembangunan gedung sekolah, panti asuhan,
pesantren dan sekolah agama
6. Bantuan sarana hidup bagi fakir miskin seperti sewa rumah, bantuan perumahan dan
tempat tinggal
7. Bantuan operasional untuk mesjid dan surau
8. Bantuan untuk pendidikan dan pembanggunan mesjid atau surau mushalah
9. Bantuan pembanunan rumah sakit, politehnik dan puskesmas
10. Bantuan untuk pembelian alquran dan as sunnah serta buku-buku agama lainnya
11. Bantuan program dakwah
12. Bantuan kepada mu’alaf
13. Bantuan untuk menyelesaikan hutang
14. Bantuan untuk musafir
15. Bantuan bencana alam
Langkah yang dilakukan adalah mustahiq yang akan menerima bantuan mengajukan
usaha penerimaan bantuan dana kepada BAZ, setelah usulan mustahiq diterima, maka
pelaksana BAZ akan meneliti dan menyeleksinya, jika disetujui maka mustahiq akan
mendatangkan dan menerima bukti penerimaan bantuan dana BAZ.8

8 Yayat Hidayat, zakat profesi, (Bandung: mulia press),hal.144

4
Sebagai sebuah lembaga, Lembaga Pengelolaan Zakat memiliki asas-asasyang
menjadi pedoman kerjanya. Dalam UU No. 23 Tahun 2011,disebutkan bahwa Asas-asas
Lembaga Pengelola Zakat adalah:
1. Syariat Islam. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, LembagaPengelola Zakat
haruslah berpedoman sesuai dengan syariat Islam, mulaidari tata cara perekrutan
pegawai hingga tata cara pendistribusian zakat.
2. Amanah. Lembaga Pengelola Zakat haruslah menjadi lembaga yangdapat dipercaya.
3. Kemanfaatan.Lembaga Pengelola Zakat harus mampu memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi mustahik.
4. Keadilan. Dalam mendistribusikan zakat, Lembaga Pengelola Zakat harus mampu
bertindak adil.
5. Kepastian hukum. Muzakki dan mustahik harus memiliki jaminan dan kepastian
hukum dalam proses pengelolaan zakat.
6. Terintegrasi. Pengelolaan zakat harus dilakukan secara hierarkis sehinggamampu
meningkatkan kinerja pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
7. Akuntabilitas. Pengelolaan zakat harus bisa dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat dan mudah diakses oleh masyarakat dan pihak lain yang
berkepentingan.
Adapun azaz pelaksanaan zakat terdapat dalam firman allah swt yang terdapat
dalam Q.S at-taubah ayat 60:
ِ ‫الرقَا‬
‫ب‬ ِ ‫ع َل ْي َها َوا ْلم َؤلَّفَ ِة قلىبه ْم َو ِفي‬ ِ ‫ين َوا ْل َع‬
َ ‫ام ِل‬
َ ‫ين‬ ِ ‫سا ِك‬َ ‫اء َوا ْل َم‬ ِ ‫ص َد َقات ِل ْلف َق َر‬
َّ ‫ِإنَّ َما ال‬
‫ع ِليم َح ِكيم‬
َ ‫ّللا‬ ِ َّ ‫ضة ِم َن‬
َّ ‫ّللا َو‬ َ ‫سبِي ِل فَ ِري‬َّ ‫ّللاِ َواِ ْب ِن ال‬
َّ ‫سبِي ِل‬ َ ‫ين َوفِي‬ َ ‫َوا ْلغَ ِار ِم‬
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat, seperti yang dijelaskan dalan
QS. At-Taubah ayat 60 yaitu:
1. Fakir (al-faqr, jamaknya: al-fuqoro’)
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud fakir adalah orang yang
tidak menurut Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i, dan Mazhab Hambali, yang disebut
fakir ialah mereka yang tidak mempunyai harta atau penghasilan layak untuk
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan dan kebutuhan primer lainnya baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang yang ada dalam tanggungannya.
2. Miskin (al-miskin, jamaknya: al-masaakiin)

5
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud miskin adalah orang-orang
yang memiliki pekerjaan tetap, namun tidak dapat mencukupi kebutuhannya sehari-
hari. Menurut Mazhab Maliki. Mazhab Syai’i, dan Mazhab Hambali. Yang disebut
miskin ialah yang mmepunyai penghasilan layak untuk memenihi kebutuhan dan
orang yang menjadi tanggung jawabnya, namun tidak sepenuhnya tercukupi. Suatu
contoh seseorang memerlukan Rp 800.000,-untuk memenuhi kebutuhannya, namun
penghasilannya hanya Rp 600.000,-.
3. Amil (pengurus) zakat
Ialah panitia atau orang-orang yang melakukan segala kegiatan berkaitan
dengan zakat. Mereka bertugas mengumpulkan, menjaga, mencatat ,
menghitung,dan membagikan harta zakat yang berhasil mereka himpun kepada
orang-orang yang berhak menerimanya.
4. Muallaf
Muallaf Yakni, orang-orang yang diharapkan kecendrungan hatinya kepada
Islam. Atau orang-orang yang diharapkan keyakinannya terhadap Islam bertambah
kuat. Atau juga orang yang diharapkan dapat membela dan menolong kaum muslim
dalam menghadapi musuh.
Muallaf, menurut ulama fikih, ada dua golongan: muallaf muslim dan muallaf
kafir. Mauallaf muslim terdiri dari lima kelompok:
a. Para pemimpin kaum muslimin. Denagn pemberian zakat diharapkan tandingan
mereka, yakni orang kafir akan masuk Islam;
b. Para pemimpin kaum muslimin yang lemah iman, namun ditaati pengikutnya.
Dengan pemberian zakat diharapkan ketetapan hati dan keimanan mereka
bertambah agar mereka rela berjihad;
c. Kaum muslimin yang berada di daerah perbatasan denagn musuh dengan
pemberian zakat diharapkan mereka dapat mempertahankan diri dan membela
kaum seiman lainnya dari serbuan musuh;
d. Kaum muslimin yang diperlukan untuk memungut zakat dari orang yang tidak
mau menyerahkan zakatnya, kecuali dengan pengaruh dan wibawa mereka;
e. Orang yang baru masuk Islam, agar keyakinannya terhadap Islam semakin
bertambah. Ahli ushul dan fikih Az Zuhri mengatakan, bahwa mereka perlu
diberikan zakat meskipun mereka tergolong orang kaya.
Muallaf kafir dikelompokkan dalam dua golongan:
1) Golongan yang diharapkan keislamannya, baik dari lingkungan keluarga
maupun kelompoknya; .
2) Golongan yang dikhawatirkan kejahatannya. Dengan pemberian zakat
diharapkan mereka tidak melakukan kejahatan terhadap kaum muslim.
5. Budak, yang terdiri dari dua golongan:

6
a. Budak mukattab, ialah budak yang dijanjikan oleh tuannya untuk dimerdekakan
jika telah membayar harga dirinya yang sudah ditetapkan. Dengan pemberian
zakat budak tersebut dibantu memerdekakan dirinya;
b. Budak biasa, yaitu harta zakat dipakai membebaskan budak tersebut dari
tuannya.
6. Al-ghoorim, yakni orang yang berhutang dan tidak mampu membayarnya. Mereka
ini antara lain, orang yang berhutang:
a. Untuk mendamaikan sengketa;
b. Untuk menjamin hutang orang lain;
c. Karena membutuhkannya untuk kebutuhan hidup; atau
d. Untuk membebaskan diri dari maksiat.
Mereka semua boleh menerima zakat yang cukup untuk melunasi hutang-
hutang mereka. Termasuk dalam golongan ini adalah para pedagang kecil yang
meminjam modal dari rentenir. Mereka berhak membayar zakat agar terbebas dari
rentenir dan untuk modal usaha agar mereka tidak kehilangansumber nafkah.
7. Sabilillah adalah semua usaha untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Bagian zakat untuk golongan ini diharapkan dapat digunakan, antara lain untuk:
a. Meningkatkan bangunan-bangunan fisik keagamaan seperti madrsah dan
masjid;
b. Peningkatan pengetahuan keder-keder Islam, melalui kursus-kursus
keterampilan dan kewiraswastaan;
c. Peningkatan dakwah melalui lembag-lembaga dakwah;
d. Penyediaan nafkah bagi ulama, mubaligh, guru agama yang mengabdikan
dirinya dengan tugas agama, namun tidak mendapatkan tunjangan dari lembaga
resmi maupun swasta.
8. Ibnu sabil. Yakni orang yang mengadakan perjalanan baik di negerinya sendiri
maupun orang lain. Para ulama sepakat bahwa musafir yang kehabisan bekal,
sekalipun ia orang kaya di negerinya, berhak mendapat zakat sebatas mencukupi
keperluannyauntuk perjalanan pulang.
Dengan syarat perjalanan yang dilakukannya dalam rangka ketaatan kepada
Allah. Bukan perjalanan maksiat.Sekarang ini ibnu sabil seperti yang dikemukakan
di atas boleh dikata sudah tidak ada lagi. Maka bagian zakat untuk golongan ini,
menurut ijtihad para ulama dapat digunakan antara, dapat digunakan antara untuk:
a. Membiayai pemeliharaan dan pendidikan anak yatim;
b. Membiayai mahasiswa ke luar negeri;
c. Mengirim utusan ke konferensi Islam dan keislaman; dan
d. Ekspedisi ilmiah.

7
Berdasarkan ayat tersebut, dapat diketahui bahwasannya pengelolaan zakat bukan
semata-mata dilakukan secara individual, dari muzakki yang diserahkan langsung
kepada musahiq, akan tetapi dilakukan oleh persyaratan tertentu yang disebut dengan
sebuah lembaga yang khusus menanganinya, yang memenuhi persyaratan tertentu yang
disebut dengan badan amil zakat inilah yang memliki tugas sosialisasi kepada
masyarakat, melakukan penangihan dan pengambilan serta mendistribusikannya secara
tepat dan benar.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara bahasa, zakat berasal dari kata dasar’’zaka’’ yang berarti suci, berkah,
tumbuh dan terpuji. Sedangkan dari segi istilah fikih, zakat berarti sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan allah, diserahkan kepada orang yang beerhak
menerimanya, disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.
Menurut etimologi yang dimaksudkan dengan zakat adalah sejumlah harta
tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan allah untuk
dikeluarkan dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Zakat
merupakan rukun islam yang terpenting setelah shalat. Zakat dan shalat dijadikan
sebagai pelambang keseluruhan ajaran islam juga dijadikan sebagai satu kesatuan.
Sedangkan elaksanaan zakat menunjukan hubungan antara sesama manusia.
Berdasarkan Q.S at-taubah ayat 60, dapat diketahui bahwasannya pengelolaan
zakat bukan semata-mata dilakukan secara individual, dari muzakki yang
diserahkan langsung kepada musahiq, akan tetapi dilakukan oleh persyaratan
tertentu yang disebut dengan sebuah lembaga yang khusus menanganinya, yang
memenuhi persyaratan tertentu yang disebut dengan badan amil zakat inilah yang
memliki tugas sosialisasi kepada masyarakat, melakukan penangihan dan
pengambilan serta mendistribusikannya secara tepat dan benar.

9
Daftar Pustaka

Darma, S., Siregar, S., & Rokan, M. K. 2017. Analisis Persepsi Muzaki Terhadap
Preferensi Dan Keputusan Memilih Lembaga Amil Zakat (Studi Kasus Di Kota
Medan Dan Sekitarnya). J-EBIS (Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam).

Mursyidi , 2003, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,

Nurul Huda, 2010, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis Dan Praktis, Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup,

Sudirman, 2007. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, Malang: UIN Malang Press,

Sutrisno, H. 2017. Pelaksanaan Zakat Hasil Pertanian Perspektif Fiqih Zakat Yusuf Al-
Qardawi: Studi Di Desa Kalisari Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon
(Doctoral Dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Undang-Undang No23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Yayat Hidayat. Zakat Profesi. Bandung: Mulia Press

Anda mungkin juga menyukai