Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keadaan masyarakat Indonesia pada saat ini dirasakan masih sangat
memprihatinkan. Banyaknya masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan
yang layak untuk keberlangsungan hidupnya, bahkan semakin lama angka
kemiskinan selalu naik di Indonesia. BPS 1[1](Badan Pusat Statistik) menyatakan
indeks kedalaman kemiskinan naik dari 1,75% (Maret 2013) menjadi 1,89%,
kemudian indeks keparahan kemiskinan naik dari 0,45% (Maret) menjadi 0,48%.
Hal ini disebabkan minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan yang tidak
merata dan kepadatan penduduk di masing-masing daerah.
Zakat merupakan salah satu pilar syari’at Islam yang memiliki kaitan
dengan permasalahan tersebut. Zakat merupakan institusi resmi syari’at Islam
untuk menciptakan kesejahteraan sosial-ekonomi yang berkeadilan, sehingga
pembangunan ekonomi mampu menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Pentingnya pembahasan tentang zakat ini diharapkan dapat memberikan
solusi terhadap membangun kesejahteraan umat dan diharapkan dapat
menurunkan angka kemiskinan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, dalam
makalah ini saya akan membahas tentang zakat sebagai upaya membangun
kesejahteraan umat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep zakat dalam Islam?
2. Bagaimanakah kesejahteraan umat dalam perspektif Islam?
3. Bagaimanakah bentuk pengelolaan zakat dalam membangun kesejahteraan
umat?

C. Tujuan Penulisan.
1. Untuk mengetahui konsep zakat dalam Islam.
2. Untuk mengetahui kesejahteraan umat dalam perspektif Islam.
3. Untuk mengetahui korelasi zakat dengan membangun kesejahteraan umat.

D. Metedologi.
Metode yang saya gunakan untuk mengumpulkan data, yaitu saya
menggunakan buku-buku literature, tehnik library research, web, internet dan
segala sesuatu yang mendukung dalam penulisan makalah ilmiah ini.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Menurut bahasa, zakat Merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti
berkah, tumbuh, bersih, baik, berkembang. Bagi orang yang mengeluarkan zakat,
hati dan jiwanya akan menjadi bersih, sebagaimana dijelaskan dalam firman
Allah swt. Yang terdapat dalam surah At-Taubah ayat 103
Artinya :“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka…”
Dinamakan zakat karena ia dapat mengembangkan harta yang telah
dikeluarkan zakatnya dan menjauhkan dari degala kerusakan.
Sedangkan menurut istilah, zakat berarti sebutan atau nama bagi
sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah swt. Untuk diberikan kepada
orang-orang yang berhak menerimanya.
Orang-orang yang berhak menerima zakat dijelaskan dalam surah at-
Taubah ayat 60, yang berbunyi :
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Jadi orang yang berhak menerima zakat adalah :
1. Orang Fakir,yaitu orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai
harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. Orang miskin, yaitu orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam
keadaan kekurangan.
4. Pengurus zakat, yaitu orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan
membagikan zakat.
5. Muallaf, yaitu orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang
baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
6. Memerdekakan budak, mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang
ditawan oleh orang-orang kafir.
7. Orang berhutang, yaitu orang yang berhutang karena untuk kepentingan
yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang
berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu
dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
8. Orang yang berjuang pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan
pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang
berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan
umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
9. Musafir, yaitu orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

B. Syarat Zakat
Harta yang wajib dizakati adalah harta yang memiliki persyaratan
sebagaimana berikut :
1) Dimiliki secara penuh, yaitu kekayaan berada di bawah kekuasaan pemilik
dan tidak tersangkut di dalamnya hak orang lain.
2) Berkembang, yaitu kekayaan yang dikembangkan atau mempunyai potensi
untuk berkembang produktif dan memberikan keuntungan.
3) Cukup senisab, yaitu jumlah minimal harta yang harus dikeluarkan zakatnya
dalam waktu tertentu.
4) Melebihi kebutuhan rutin, yaitu sesuatu yang harus ada untuk ketahanan
hidup, seperti makanan dan minuman, pakaian, perumahan, dan alat kerja.
5) Bebas dari hutang, apabila mempunyai hutang yang mengurangi jumlah satu
nisab, pemilik tidak wajib mengeluarkan zakat.
6) Berlaku satu tahun (haul), maksudnya bahwa kepemilikan yang berada di
tangan si pemilik sudah berlalu masanya dua belas bulan Qamariyah.
Persyaratan satu tahun hanya untuk ternak, uang, dan harta perdagangan.

C. Macam-Macam Zakat
Secara garis besar zakat dibagi menjadi dua, yaitu zakat mal dan zakat fitrah.
1) Zakat Mal (harta)
Zakat mal2[5] adalah bagian dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum
yang wajib diberikan kepada orang tertentu setelah mencapai jumlah minimal
tertentu dan setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu.
Yang termasuk zakat mal adalah emas dan perak, binatang ternak (an’am),
hasil tanaman dan buah-buahan, harta terpendam (rikaz), hasil tambang (ma’din),
harta profesi, dan investasi.
2) Zakat Fitrah
Zakat fitrah3[6] adalah zakat yang diwajibkan pada akhir bulan puasa
Ramadhan bagi setiap muslim, bagi anak kecil maupun orang dewasa, baik laki-
laki maupun perempuan. Zakat fitrah pembagiannya diprioritaskan bagi fakir
miskin, mengingat maksud utamanya adalah untuk membantu fakir miskin pada
hari lebaran.
Zakat fitrah bertujuan menyucikan orang yang berpuasa dari ucapan kotor
dan perbuatan yang tidak berguna, memberi makan pada orang-orang miskin, dan
mencukupi kebutuhan mereka pada Hari Raya Idul Fitri.
Zakat fitrah dikeluarkan untuk setiap orang sebanyak 2,5 kg atau 3,5 liter
beras atau boleh diganti dengan uang senilai 2,5 kg beras. Waktu pembayaran
zakat fitrah adalah sebelum sholat Idul Fitri.

D. Cara Pengumpulan Zakat


Dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
pasal 12, 13, 14, dan 15 ditentukan cara pengumpulan zakat sebagai berikut :
1) Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga
Amil Zakat (LAZ) dengan cara menerima atau mengambil zakat dari muzaki,
atas dasar pemberitahuan dari muzaki.
2) Muzaki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya
berdasarkan hukum agama.
3) Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ) dapat
memberikan bantuan kepada muzaki untuk menghitung zakatnya.
4) Zakat yang dibayarkan kepada amil zakat atau lembaga amil zakat
dikurangkan dari laba atau pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang
bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2

3
5) Pembayaran zakat dapat dilakukan kepada unit pengumpul zakat pada Badan
Amil Zakat (BAZ) nasional, BAZ provinsi, BAZ kabupaten/kota, atau BAZ
kecamatan secara langsung atau melalui rekening pada bank.
Pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) terdiri dari kelompok ulama,
cendikiawan, professional, tokoh masyarakat, serta wakil dari pemerintah.
Mereka harus memiliki kualifikasi sifat amanah, adil, berdedikasi, professional,
dan berintegritas tinggi (Pasal 6 Ayat (4), Pasal 2 ayat (2) Keputusan Mentri
Agama). Masa kepengurusan mereka selama tiga tahun (Pasal 13 Keputusan
Mentri Agama)

E. Tinjauan Tentang Kesejahteraan


1. Pengertian kesejahteraan
Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009 Bab I pasal 1, Kesejahteraan
Sosial4[7] adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial
warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga
dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Menurut KBBI5[8] (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sejahtera adalah aman
sentosa dan makmur, selamat (terlepas dr segala macam gangguan). Dan
kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan,
ketenteraman jiwa, kesehatan jiwa, sosial keadaan sejahtera masyarakat.
Menurut HAM, kesejahteraan adalah setiap laki-laki ataupun perempuan,
pemuda dan anak kecil memiliki hak untuk hidup layak baik dari segi kesehatan,
makanan, minuman, perumahan, dan jasa social, jika tidak maka hal tersebut
telah melanggar HAM (Hak Asasi Manusia).
Jadi pengertian kesejahteraan adalah sebuah kondisi dimana seseorang
dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian,
tempat tinggal, dan juga memiliki pekerjaan dan alat transportasi yang memadai
yang dapat menunjang kualitas hidupnya.
2. Kriteria umat yang sejahtera
Menurut pengertian-pengertian kesejahteraan diatas, maka penulis
menyimpulkan kriteria umat yang sejahtera adalah :
1) Mempunyai lapangan kerja yang tetap.
2) Mempunyai kehidupan yang layak.
3) Mampu memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.
4) Tidak bergantung pada orang lain.
5) Memiliki alat transportasi.
Standar minimal kesejahteraan menurut Qurasi Sihab tercermin di Surga
yang dihuni oleh Adam dan Hawa sesaat sebelum mereka turun melaksanakan
tugas kekhalifaan di bumi. Seperti yang disebutkan dalam surah Thaha ayat 117-
119
Artinya : “Maka Kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah
musuh bagimu dan bagi isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia
mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.
Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang.
Dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa
panas matahari di dalamnya"6[9]

5
Dari ayat ini jelas bahwa pangan, sandang, dan papan yang
diistilahkan dengan tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan semuanya
terpenuhi disana. Terpenuhinya kebutuhan ini merupakan unsur pertama dan
utama kesejahteraan sosial.
3. Kesejahteraan dalam perspektif Islam
Dilihat dari pengertiannya, sejahtera sebagaimana dikemukakan dalam
Kamus Besar Indonesia adalah aman, sentosa, damai, makmur, dan selamat
(terlepas) dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya. Pengertian ini
sejalan dengan pengertian “Islam” yang berarti selamat, sentosa, aman, dan
damai. Dari pengertiannya ini dapat dipahami bahwa masalah kesejahteraan
sosial sejalan dengan misi Islam.
Seluruh aspek ajaran Islam7[10] ternyata selalu terkait dengan masalah
kesejahteraan sosial. Hubungan dengan Allah misalnya, harus dibarengi dengan
hubungan dengan sesama manusia (habl min Allah wa habl min an-nâs).
Demikian pula anjuran beriman selalu diiringi dengan anjuran melakukan amal
saleh, yang di dalamnya termasuk mewujudkan kesejahteraan sosial.
Kesejahteraan sosial dalam Islam pada intinya mencakup dua hal pokok
yaitu kesejahteraan sosial yang bersifat jasmani (lahir) dan rohani (batin).
Sejahtera lahir dan batin tersebut harus terwujud dalam setiap pribadi (individu)
yang bekerja untuk kesejahteraan hidupnya sendiri, sehingga akan terbentuk
keluarga/masyarakat dan negeri yang sejahtera.
Dalam Islam kesejahteraan dibagi dalam tiga aspek, yaitu kesejahteraan
perorangan (diwujudkan dengan mencari sumber penghasilan), kesejahteraan
komunal dalam keluarga/masyarakat (diwujudkan dengan zakat dan kepedulian
terhadap dhuafa), kesejahteraan masyarakat yang lebih luas/negara (keberkahan
ahlul quro dan negeri sejahtera atau baladan aminan).
Di dalam ajaran Islam terdapat pranata dan lembaga yang secara langsung
berhubungan dengan upaya penciptaan kesejahteraan sosial, seperti zakat yang
memiliki Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau Badan Amil Zakat (BAZ). Semua
bentuk pranata dan lembaga sosial berupaya mencari berbagai alternatif untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial.
Selain itu, ajaran Islam menganjurkan agar tidak memanjakan orang lain
atau membatasi kreativitas orang lain, sehingga orang tersebut tidak dapat
menolong dirinya sendiri. Bantuan keuangan baru boleh diberikan apabila
seseorang ternyata tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Ketika seseorang datang
kepada Nabi Saw. mengadukan kemiskinannya, Nabi Saw. tidak memberinya
uang, tetapi kapak agar digunakan untuk mengambil dan mengumpulkan kayu.
Dengan demikian, ajaran Islam tentang kesejahteraan sosial ini termasuk di
dalamnya ajaran yang mendorong orang untuk kreatif dan bersikap mandiri, tidak
banyak bergantung pada orang lain.

4. Cara membangun kesejahteraan umat


Dalam Islam membangun kesejahteraan umat dapat dilakukan dengan cara
yaitu :
1) Infak.
2) Shadaqah.
3) Zakat.
6

7
4) Wakaf.

F. Zakat dalam membangun kesejahteraan umat.


Kewajiban zakat dalam pembangunan pada hakekatnya merupakan
implementasi dari pembangunan sosial. Penerapan zakat dalam pembangunan dan
aktifitas ekonomi ditujukan untuk menciptakan harmoni antara pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan ekonomi. Setidaknya, dalam pelaksanaan zakat,
terdapat fungsi-fungsi dari pembangunan sosial yang secara umum terlihat dalam
dua hal, yaitu agenda pendistribusian harta kekayaan dan upaya pemberdayaan
masyarakat.
Perintah zakat, pada dasarnya merupakan sebuah upaya agar harta kekayaan
dapat terdistribusi di tengah-tengah masyarakat, tidak hanya mengumpul di
kalangan orang-orang kaya saja, karena Islam tidak menginginkan harta
kekayaan tersebut hanya beredar dikalangan tertentu saja dalam masyarakat,
sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Hasyr ayat 7
Artinya : “apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah
untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu,
Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.”8[11]
Dalam pembangunan sektor riil, zakat memiliki peranan yang cukup besar.
Peran tersebut diimplementasikan dalam agenda pemberdayaan masyarakat9[12]
melalui produktifitas dana zakat. Pada dasarnya, zakat merupakan sebuah proses
yang produktif dalam pemberdayaan masyarakat. Jelaslah bahwa zakat tidak
hanya sebagai perwujudan keimanan kepada Allah, mensyukuri nikmat-Nya,
menumbuhkan akhlaq mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sikap kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan
hidup saja, tapi sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang
dimiliki. Maka dari itu pengumpulan dan pendistribuasian zakat harus dikelola
dengan baik, agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

G. Perbedaan Pajak dengan Zakat.


Perbedaan pajak dengan zakat10[17] adalah dalam hal penerimanya. Zakat
dibayarkan melalui amil zakat (lembaga penyalur dan pengelola zakat) maupun
dibayarkan langsung kepada 8 golongan orang yang berhak menerima zakat. Manfaat
zakat dapat dirasakan langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat. Sedangkan
pajak negara merupakan kewajiban yang dibayarkan kepada kantor pelayanan pajak dan
lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh Pemerintah sebagai tempat pembayaran pajak.
Manfaat pajak negara tidak bisa dirasakan langsung oleh masyarakat suatu negara.
Perbedaan pajak dan zakat yang kedua adalah waktu pembayarannya. Zakat fitrah
dibayarkan hanya pada bulan Ramadhan, lalu zakat harta dibayarkan pada saat telah
mencapai nisab dan dimiliki selama setahun. Sedangkan waktu pembayaran pajak negara
adalah satu tahun pembukuan. Misalnya tenggang waktu pembayaran pajak setiap akhir
bulan Maret.

10
Perbedaan pajak dan zakat yang ketiga adalah benda yang digunakan sebagai
alat pembayaran. Pajak negara umumnya dibayar menggunakan uang tunai. Sementara
itu zakat fitrah boleh dibayarkan dalam bentuk uang tunai maupun bahan makanan pokok
seperti beras dan gandum.
Menurut saya sebaiknya agar tidak menyamakan pajak dengan zakat seperti
yang saya uraikan di kajian faktual. Karena zakat adalah perintah yang datangnya
dari Allah swt. Sedangkan pajak adalah peraturan Negara.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada Bab-Bab terdahulu maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Zakat berarti sebutan atau nama bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah swt. Untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Dengan berzakat berarti kita telah menyalurkan rezeki bagi keluarga yang
tidak mampu.
2. Islam menghendaki bahwa umatnya dapat hidup sejahtera, yakni dapat
terpenuhi kebutuhan kehidupan jasmani maupun rohani. Dalam Islam
kesejahteraan dibagi dalam tiga aspek, yaitu kesejahteraan perorangan
(diwujudkan dengan mencari sumber penghasilan), kesejahteraan komunal
dalam keluarga/masyarakat (diwujudkan dengan zakat dan kepedulian
terhadap dhuafa), kesejahteraan masyarakat yang lebih luas/negara
(keberkahan ahlul quro dan negeri sejahtera atau baladan aminan).
3. Untuk membangun kesejahteraan umat dapat dilakukan dengan upaya zakat
karena dana yang disalurkan dapat dijadikan modal usaha bagi perbaikan
ekonomi keluarga warga Muslim. Untuk pendistribusian zakat dilakukan
melalui lembaga-lembaga yang ada, misalnya lembaga zakat yang ada di
desa maupun di sekololah. Perubahan paradigma dibutuhkan demi
tercapainya tujuan zakat itu sendiri, perubahan paradigma tersebut
diantaranya merubah pandangan yang menyatakan bahwa zakat adalah
bersifat sukarela dan belas kasihan orang kaya terhadap fakir miskin,
menjadikan zakat adalah merupakan perintah Allah dan hukumnya wajib
untuk dilaksanakan. Dan merubah anggapan bahwa zakat mengurangi
kekayaan muzakki, menjadi zakat justru menambah dan memberkahi
kekayaan si muzakki.

B. Saran
1. Masyarakat.
Masyarakat hendaknya lebih memahami pengertian zakat dan pelaksaan
zakat yang sesuai dengan hukum Islam. Disamping membangun kesejahteraan
umat dengan cara zakat, hendaknya masyarakat juga berusaha untuk bekerja agar
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
2. Badan Amil Zakat (BAZ) di Kecamatan.
Mengoptimalkan pendistribusian zakat agar masyarakat lebih memahami
tentang lembaga zakat sebaiknya diadakan sosialisasi tentang program kerja
lembaga itu. Dan juga senantiasa mengedepankan prinsip-prinsip kejujuran,
profesionalisme, dan transparansi dalam setiap aktivitasnya.
3. Lembaga zakat di sekolah.
Hendaknya mendidik siswa-siswinya untuk terbiasa berzakat, memberi
pengetahuan sejak dini kepada siswa-sisiwi tentang kelembagaan zakat yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

http://solehanbahasahati.blogspot.com/2012/08/fungsi-dan-tujuan-zakat-bagi-
kehidupan.html
http://navisiis.blogspot.com/2014/04/makalah-zakat-sebagai-upaya-membangun.html

Anda mungkin juga menyukai