PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama Allah yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saw.
Orang- orang muslim mendasari kehidupan pada lima rukun yaitu Syahadat, Shalat, Puasa,
Zakat dan Haji. Zakat merupakan salah satu sendi pokok ajaran Islam di samping Puasa dan
Haji. zakat dan shalat dijadikan oleh Al-Qur’an sebagai perlambangan dari keseluruhan ajaran
Islam. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa merupakan amanah
konstitusi yang harus di wujudkan oleh Negara dan pemerintah. Namun setelah lebih dari
setengah abad Indonesia merdeka, masalah kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia
bangsa kita masih merupakan problem sosial yang sulit teratasi. Laju pertumbuhan penduduk
yang relatif cepat pada tiga dasa warsa yang terkhir yang tidak dapat diimbangi dengan
pertumbuhan ekonomi yang memadai, cukup menimbulkan masalah sendiri. Besarnya jumlah
masyarakat miskin, tingginya angka penganguran dan rendahnya kualitas sumber daya
manusia semakin menjadi beban sosial bagi bangsa ini.
Permasalahan yang kompleks ini tidak mungkin dapat ditangani oleh pemerintah saja,
tetapi diperlukan keikutsertakan semua komponen bangsa dan dengan menggali setiap potensi
yang dimiliki bangsa. Diantara sekian banyak komponen bangsa yang dapat diandalkan sebagai
pilar pembangunan bangsa adalah umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk Negri ini,
dan potensi zakat yang merupakan ajaran Islam dalam rangka pemberdayaan umat.
Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan harta benda. Pertumbuhan zakat tergantung
pada perkembang pada usaha manusia yang mendatangkan hasil dan keuntungan yang
membawa pengaruh pula terhadap pertumbuhan dan perkembangan zakat. Seseorang yang
telah memenuhi syarat-syaratnya yaitu setiap muslim yang mempunyai kekayaan tertentu dan
telah sampai nisabnya, wajib mengeluarkan zakatnya.
Zakat yang merupakan salah satu rukun Islam memiliki makna yang strategis dalam
kehidupan sosial umat. Menunaikan zakat selain sebagai implementasi kewajiban seorang
muslim, juga merupakan wujud solidaritas sosial terhadap sesama. Dalam kehidupan
keseharian kita dihadapkan pada realitas sosial ekonomi umat yang masih memerlukan
perhatian dan solusi.
1
Konsepsi pemberdayaan ekonomi umat melalui pengamalan ibadah zakat yang
diajarkan dalam Islam merupakan salah satu alternatif yang dapat di tempuh dalam mengatasi
masalah sosial. Potensi zakat yang cukup signifikan tersebut perlu digali secara optimal agar
dapat digunakan untuk ikut menggerakan perekonomian umat disamping potensi-potensi yang
lain sehingga taraf hidup umat menjadi terangkat.
Namun yang menjadi masalah selama ini antara lain adalah masalah pengelolaan zakat
yang belum dilakukan secara propesional sehingga pengumpulan dan penyaluran zakat
menjadi kurang terarah disamping masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap
permasalahan zakat.
B. Rumusan Masalah
1. Perundang-undangan tentang pengelolaan zakat
2. Seputar ZIS (Zakat, Infak, Shadaqah)
3. Pengelolaan Zakat fitrah
4. Hikmah zakat
5. Perilaku yang mencerminkan hikmah zakat
6. Membiasakan berzakat, berinfak, bershadaqah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pasal 2
Pengelolaan zakat berasaskan:
1. syariat Islam;
2. amanah;
3. kemanfaatan;
4. keadilan;
5. kepastian hukum;
6. terintegrasi; dan
7. akuntabilitas.
Pasal 3
Pengelolaan zakat bertujuan:
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat; dan
meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan.
Pasal 4
Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah.
Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1. emas, perak, dan logam mulia lainnya; b. uang dan surat berharga lainnya;
2. perniagaan;
3. pertanian, perkebunan, dan kehutanan; e. peternakan dan perikanan
4. pertambangan;
5. perindustrian;
6. pendapatan dan jasa; dan
7. rikaz.
Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan harta yang dimiliki oleh
muzaki perseorangan atau badan usaha.
Syarat dan tata cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah dilaksanakan sesuai
dengan syariat Islam.
4
B. Seputar ZIS (Zakat, Infak, Shadaqah)
Infak mencakup segala macam pengeluaran (nafkah) yang dikeluarkan seseorang,
baik wajib maupun sunnah, untuk dirinya, keluarga, ataupun orang lain, secara ikhlas atau
tidak. Dan dengan demikian, zakat dan sedekah termasuk dalam kategori infak.
Dari segi bahasa, 'zakat' berarti 'penyucian' atau 'pengembangan'. Pengeluaran
harta, bila dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan agama, dapat menyucikan
harta dan jiwa yang mengeluarkannya serta mengembangkannya. Alquran dan hadis sering
menggunakan kata ini dalam arti 'pengeluaran kadar tertentu dari harta benda yang sifatnya
wajib dan setelah memenuhi syarat-syarat tertentu.'
Karenanya, pengeluaran itu harus disertai dengan kesungguhan dan keikhlasan.
'Sedekah' terambil dari akar kata yang berarti 'kesungguhan dan kebenaran.' Alquran
menggunakan kata ini sebanyak lima kali dalam bentuk tunggal dan tujuh kali dalam bentuk
jamak—kesemuanya dalam konteks pengeluaran harta benda secara ikhlas (bandingkan
dengan infak).
Tetapi, kata 'sedekah' tidak hanya digunakan untuk pengeluaran harta yang bersifat
sunnah atau anjuran, tetapi juga untuk yang wajib. Surah at-Taubah ayat 103
memerintahkan Nabi Saw mengambil zakat harta dari mereka yang memenuhi syarat-
syarat, demikian juga surah at-Taubah ayat 60 yang berbicara tentang mereka yang berhak
menerima zakat dengan menggunakan kata 'sedekah' dalam arti zakat wajib.
Dalam pemakaian sehari-hari, kata 'zakat' digunakan khusus untuk pengeluaran
harta yang sifatnya wajib (fitrah, mal, pertanian, perdagangan, dan sebagainya). 'Sedekah'
digunakan untuk pengeluaran harta yang sifatnya sunnah. Sementara itu, infak mencakup
segala macam pengeluaran: harta atau bukan, yang wajib atau yang bukan, secara ikhlas
atau dengan pamrih.
6
menyumbang untuk bencana alam yang terjadi disekitar kita. Dan setiap tahun
sekolah bisa melaporkan hasil infak dan penyalurannya ke komite sekolah dan
wali murid.
b. Mengumpulkan pakaian pantas pakai dan pengumpulan sembako untuk
disumbangkan ke panti asuhan untuk korban bencana alam. Kegiatan ini bisa
dijadikan agenda rutin tahunan pada saat Haflah Akhirus Sanah (Akhir tahun
ajaran).
c. Mengadakan pekan buku disekolah dengan agenda acara pengumpulan buku
bacaan atau buku sekolah yang sudah tidak terpakai dari siswa, buku-buku yang
sudah terkumpul diserahkan ke perpustakaan sekolah untuk menambah koleksi
bacaan di sekolah tersebut, atau bisa juga disumbangkan ke sekolah lain.
d. Mengadakan infak Qurban setiap menjelang hari raya idul Adha.
e. Pengumpulan zakat fitrah setiap bulan Ramadhan bagi setiap siswa.
Hal ini bisa di laksanakan oleh sekolah atau Madrasah dengan langsung
melibatkan siswa dan wali murid agar mereka dapat belajar secara aralami dalam
menanamkan sikap, khususnya untuk membiasakan siswa siswi kita dalam gemar
berzakat, berinfaq dan bershadaqah untuk kepentingan orang lain.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat (Bahasa Arab: زكاةtransliterasi: Zakah) dalam segi istilah adalah harta tertentu
yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang
berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya). Zakat dari segi bahasa berarti 'bersih',
'suci', 'subur', 'berkat' dan 'berkembang'. Menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat
Islam. Zakat merupakan rukun keempat dari rukun Islam.
1. Zakat fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan suci
Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,7 kilogram) makanan pokok yang ada
di daerah bersangkutan.
Hak zakat
1. Penerima
Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah at-Taubah
ayat 60 yakni:
a. Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidup. Menurut Buya Hamka, kata fakir berasal dari makna
"membungkuk tulang punggung", satu sebutan buat orang yang telah bungkuk memikul
beban berat kehidupan.
b. Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar untuk hidup. Secara kebahasaan, orang miskin berasal dari kata س ُك ْون
ُ (sukūn),
artinya tidak ada perubahan pada hidupnya, tetap saja begitu, menahan penderitaan
hidup.
8
c. Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat. Tentu saja dalam
memungut zakat ini, ada para petugas yang mengambilnya. Mereka juga berhak
terhadap zakat. Namun begitu, Buya Hamka memberi catatan, bahwa jika si pengurus
atau pegawai mengambil sebagian hartanya yang telah dipungut untuk dirinya sendiri,
ini dijatuhkan kepada korupsi/ghulūl (غلُ ْول
ُ ). Karenanya menurut beliau, boleh saja
mengadakan kepanitiaan dalam rangka pemungutan zakat.
d. Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan barunya.
e. Hamba sahaya - Budak yang ingin memerdekakan dirinya
f. Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup
untuk memenuhinya.
g. Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah misal: dakwah, perang dan
sebagainya.
h. Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Zakat
https://paibinarahayu.wordpress.com/2019/05/11/materi-agama-islam-kelas-x-bab-12-
menumbuhkan-solidaritas-sosial-melalui-zakat/
https://nulampung.or.id/blog/membangun-solidaritas-sosial-dengan-berzakat.html
https://ngada.org/pp14-2014.htm
10